V.
ELEMEN
ELEMEN
Production
Supervisory
Management
Excellence
5 Supervisory Excellence: Pengawasan Unggul
PENAMBANGAN HIJAU
BERKELANJUTAN
HPU WAY
Pedoman Dasar
1
HSE Operational
Excellence Excellence
(OE)
PERBAIKAN BERKESINAMBUNGAN
2 Pengelolaan Produksi
3 Pengendalian Penghargaan 4
& Audit & Sanksi
Operasional
5
Pengawasan
Handal
Pertumbuhan
Bisnis
1. Paham
TARGET OPERASIONAL
(HSE, Produksi, Cost)
Assessment
Evaluasi Kinerja
Berkala Development (Pelatihan dan Pengembangan)
KEPEMIMPINAN SITUASIONAL:
1. Miliki dan asah secara kontinu KEPEMIMPINAN SITUASIONAL. Kepemimpinan model ini
adalah kepemimpinan yang fleksibel dan kasuistik; bahwa setiap kondisi/situasi
membutuhkan penanganan/pendekatan yang berbeda sesuai dengan momentum yang
ada. Misal: ada kalanya kita bersikap tegas-represif, tapi terkadang kita perlu lebih
banyak mendengar/menampung aspirasi bawahan, dst.
2. 5AS – contoh aplikasi: lead by example
3. Kepemimpinan SITUASIONAL meliputi:
a. Miliki KEPERCAYAAN DIRI sebagai pemimpin (lebih kompeten, lebih memiliki
otoritas/pengaruh). Tidak RAGU-RAGU mengambil keputusan.
b. Tentukan SIKAP pemimpin yang efektif, DILARANG terbawa emosi/hanyut dalam
situasi lapangan yang kurang kondusif/produktif.
c. Lakukan KOMUNIKASI EFEKTIF dengan cara dan metode yang sesuai kebutuhan.
d. ARAHKAN/Tegur bawahan jika terjadi DEVIASI dilapangan yang berpotensi pada
ketidaktercapaian target operasional/potensi bahaya.
e. SEGERA lakukan LANGKAH PERBAIKAN jika deviasi muncul.
f. HINDARI minta arahan/petunjuk dari atasan dihadapan bawahan (lakukan tersendiri).
ENGINEERING
Superintendent
PRODUCTION
Superintendent
Jr. Production
Superintendent
Pump
Foreman
OPERATOR
Pahami Job Anda (PJA) : MATRIKS KETERKAITAN KERJA (JOB ALIGNMENT MATRIX)
Pahami Job Anda (PJA) : MATRIKS KETERKAITAN KERJA (JOB ALIGNMENT MATRIX)
Pahami Job Anda (PJA) : MATRIKS KETERKAITAN KERJA (JOB ALIGNMENT MATRIX)
2.
ELEMEN
Production
Lampiran
Management
IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA/PELANGGARAN
2 Top Soil Removal • Tertusuk kayu (ban, kaca, bottom guard, radiator)
• Unit amblas
• Unit/vessel rebah
• Soil tercampur OB/dirty coal
4 Blasting • Misfire
• Orang/unit terkena Flying rock dan air blast
• Orang memasuki area blasting
• Orang terperosok area pasca blasting
• Coal delusion
• Keracunan fumes (asap)
• MMU rebah saat charging
LL LL
WA LL WA LL
W W
LO WA LO WA
GH GH
HI HI
) E
B M KE B)
TRI (I/ E AM TRIK B)
(O/ EA S S /
S = N LS N= (O
N L A N OA A
OA AR DE C RN
DE C E B R E
DEBA
UR NY
U NY
R
B PE RB PE BU
H A H R
V ER A RA TE
O IN AR VE
O
HI
HI
LO
I
GH
GH
O
LO
W
W
W
W
UN
W
NT
VE
W
AL
AL
D
AL
E
L
L
R
AL
E
L
B
R
RB
U
U
R
BU
R
CO
R
CO
A
DE
D
L
E
AL
N
N
(
SE
EN
SE
(
O/
M
(I/
AM
B
U/
)
B)
DIP ( o) DIP ( o)
PIT DESIGN
Referensi Kep.Mentamben No. :555.K/26/M.PE/1995
BENCH BENCH
Max
15 mtr
SUMP
Crest 405 t
cres toe
PE
SLO cres
t
ch
TOE 405 r/ Ben
Floo
Crest 390
PE
SLO toe t
cres
TOE 390
r
Crest 375 Floonch
/B e
Max 15 m
PE
SLO
RL 390
TOE 375
RL 375
Min 1,5 x tinggi bench
Tinggi bench untuk pekerjaan yang dilakukan pada lapisan yang mengandung pasir, tanah
liat, kerikil dan material lepas lainnya harus:
1. Tidak boleh lebih dari 6 (enam) meter apabila dilakukan secara mekanik.
2. Tidak boleh lebih dari 20 meter apabila dilakukan menggunakan clamshell, dragline,
bucket wheel excavator atau alat sejenis kecuali mendapat persetujuan Kepala Pelaksana
Inspeksi Tambang.