Anda di halaman 1dari 24

2.

V.
ELEMEN
ELEMEN

Production
Supervisory
Management
Excellence
5 Supervisory Excellence: Pengawasan Unggul

PENAMBANGAN HIJAU
BERKELANJUTAN

HPU WAY
Pedoman Dasar
1
HSE Operational
Excellence Excellence
(OE)

PERBAIKAN BERKESINAMBUNGAN
2 Pengelolaan Produksi

Pemenuhan Proses Kinerja


Akurasi Sumber Penambangan Penambangan
Mine Plan: Daya: Handal: Handal: TUJUAN

• Master Plan • Equipment • Implementation • Operasi Aman


• Yearly Plan • Infrastructure Design • Ramah
• Mine Operation Lingkungan
• 3 Month • Manpower • Mine Control • Kinerja
Rolling Plan • Consumable • Roster Produksi Tinggi
• Weekly Plan goods Management • Biaya Kompetitif
Kepuasan
• Daily Plan • Mine Pelanggan
Management

3 Pengendalian Penghargaan 4
& Audit & Sanksi
Operasional
5
Pengawasan
Handal

Pertumbuhan
Bisnis

Pengawasan Unggul adalah aktivitas pengendalian operasional


tambang utamanya dilakukan oleh pengawas lapangan yang
dilakukan efektif dan efisien guna tercapainya target
Operational Excellence.
V
SUPERVISORY EXCELLENCE

Pengawasan Unggul adalah


aktivitas pengendalian
operasional tambang utamanya
dilakukan oleh pengawas
lapangan yang dilakukan efektif
dan efisien guna tercapainya
target Operational Excellence.
V. PENGAWASAN UNGGUL
(SUPERVISORY EXCELLENCE)
Definisi: Pengawasan Unggul adalah aktivitas pengendalian PIC:
operasional tambang yang dilakukan secara efektif dan efisien Pengawas
guna tercapainya target Operational Excellence (HSE, Pencapaian
Produksi, Biaya/Cost).

A. YANG HARUS DILAKUKAN (TO DO)

1. Pahami dengan jelas TARGET/GOAL Operasional meliputi:


a. Safe Operation (HSE Index = 1)
b. Enviro friendly (EIFR minimal)
c. Target Produksi tercapai
d. Cost efisien/hemat/kompetitif
2. Tanyakan/mintakan penjelasan kepada Atasan langsung, jika belum memahami target
diatas.
3. Pahami Job Anda (PJA):
a. Pahami ruang lingkup pekerjaan yang telah ditentukan sesuai Job List.
b. Capai hasil dari pekerjaan (biasanya berupa KPI) tersebut sesuai rencana/target.
c. Evaluasi ketercapaian target secara berkala, dan susun rencana perbaikan jika hasiln-
ya belum memenuhi target.
4. Kenali Tim Anda (KTA):
a. Ketahui potensi (tingkat kompetensi/versatility) tim dibawah koordinasi Anda.
b. Mintakan hasil assessment dari departemen terkait/TC/OPD dan tingkatan/grade
yang dimiliki tim Anda.

PARADIGMA PENGAWASAN UNGGUL

1. Paham
TARGET OPERASIONAL
(HSE, Produksi, Cost)

2. Paham JOB Anda Superintendent Supervisor Foreman 3. Kenali TIM Anda


(PJA) (KTA)
Lapangan Lapangan Lapangan Potensi
JOB LIST/PROSES 50% 75% 90% Anggota Tim

KPI / HASIL Tingkatan/Grade


Administratif Administratif Administratif yang Sesuai
50% 25% 10%

Assessment
Evaluasi Kinerja
Berkala Development (Pelatihan dan Pengembangan)

4. Couching 5. Kepemimpinan Situasional


Conselling
COUCHING_COUNSELLING RUTIN:
Lakukan Couching-Counselling secara rutin dengan setiap anggota tim Anda. Pastikan
dilakukan dengan:
a. Konstruktif-positif; bangun kepercayaan dan motivasi staf yang di couching (couchee).
b. Tunjukkan keunggulan couchee.
c. Tunjukan potensi perbaikan dari kelemahan couchee.
d. Saling menghargai.

PENGETAHUAN LAPANGAN YANG MUMPUNI:


Lakukan BLUSUKAN dengan porsi 75% (sisanya kegiatan administratif) untuk memahami
dan memiliki pengetahuan LAPANGAN yang mumpuni. Pastikan blusukan dilakukan:
a. Pada jam-jam kritis: start-stop/shift changes, rest time, hujan, dan waktu/lokasi
tertentu yang memiliki resiko insiden tinggi. INGAT: Waktu istirahat pengawas bisa
menyesuaikan kondisi lapangan, yang prinsip AWASI saat jam-jam kritis tersebut.
b. Lihat lapangan mulai dari PANDANGAN MATA BURUNG ELANG (Big Picture) kemudian
perhatikan DETILnya untuk memastikan target operasional tercapai. Misal: mulai dari
memastikan antar jemputan karyawan, matching fleet, sampai dengan kondisi muatan,
cycle time, posisi menggantung, dll.

KEPEMIMPINAN SITUASIONAL:
1. Miliki dan asah secara kontinu KEPEMIMPINAN SITUASIONAL. Kepemimpinan model ini
adalah kepemimpinan yang fleksibel dan kasuistik; bahwa setiap kondisi/situasi
membutuhkan penanganan/pendekatan yang berbeda sesuai dengan momentum yang
ada. Misal: ada kalanya kita bersikap tegas-represif, tapi terkadang kita perlu lebih
banyak mendengar/menampung aspirasi bawahan, dst.
2. 5AS – contoh aplikasi: lead by example
3. Kepemimpinan SITUASIONAL meliputi:
a. Miliki KEPERCAYAAN DIRI sebagai pemimpin (lebih kompeten, lebih memiliki
otoritas/pengaruh). Tidak RAGU-RAGU mengambil keputusan.
b. Tentukan SIKAP pemimpin yang efektif, DILARANG terbawa emosi/hanyut dalam
situasi lapangan yang kurang kondusif/produktif.
c. Lakukan KOMUNIKASI EFEKTIF dengan cara dan metode yang sesuai kebutuhan.
d. ARAHKAN/Tegur bawahan jika terjadi DEVIASI dilapangan yang berpotensi pada
ketidaktercapaian target operasional/potensi bahaya.
e. SEGERA lakukan LANGKAH PERBAIKAN jika deviasi muncul.
f. HINDARI minta arahan/petunjuk dari atasan dihadapan bawahan (lakukan tersendiri).

TIPS KEPEMIMPINAN SITUASIONAL:


Tips praktis melakukan KOMUNIKASI MASA (misal saat ada demo):
1. Identifikasi/petakan orang yang menjadi tokoh/memiliki pengaruh paling besar dalam
kelompok massa tersebut.
2. YAKINI Anda dapat mengendalikan dan mengarahkan massa dengan baik. Miliki keper-
cayaan diri dan keberanian yang TINGGI.
3. Lakukan komunikasi dua arah (antara pendemo-manajemen):
• TATAP mata lawan bicara. Prioritaskan pada tokoh massa yang berpengaruh.
• BERBICARA dengan intonasi jelas, mantap, tegas, dan percaya diri.
• MINTA kelompok massa berbicara bergantian (bicara satu-persatu)
• PAHAMI arah/tujuan tuntutan/pembicaraan mereka.
• TANGGAPI dengan mantap setiap pembicaraan mereka. HINDARI terhanyut situasi,
ANDALAH yang menentukan arah pembicaraan.
• MINTALAH perwakilan pendemo bertemu satu-persatu dengan Anda (jika
memungkinkan), untuk pengambilan keputusan atas tuntutan/pembicaraan pendemo.
• KONTROL diri Anda terutama jika situasi beralih kurang kondusif, dan ANDA-lah yang
menciptakan situasi yang diharapkan.
Kenali Tim Anda (KTA): STRUKTUR ORGANISASI DEPARTEMEN ENGINEERING

ENGINEERING
Superintendent

Drill & Blast Chief Mine Plan Monitoring Control


Supervisor Surveyor Supervisor Supervisor

Drill & Blast Data Processing MCR


Foreman Surveyor & Drafting Foreman

Pit Quality Conrol


Foreman

Asisten / Admin / Helper


Pahami Job Anda (PJA) : MATRIKS KETERKAITAN KERJA (JOB ALIGNMENT MATRIX)
Pahami Job Anda (PJA) : MATRIKS KETERKAITAN KERJA (JOB ALIGNMENT MATRIX)
Pahami Job Anda (PJA) : MATRIKS KETERKAITAN KERJA (JOB ALIGNMENT MATRIX)
Kenali Tim Anda (KTA): STRUKTUR ORGANISASI DEPARTEMEN PRODUKSI

PRODUCTION
Superintendent

Jr. Production
Superintendent

OB Coal Hauling Pit Service Equipment


Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor Supervisor

OB Coal Hauling Pit Service Equipment


Foreman Foreman Foreman Foreman Foreman

Pump
Foreman

OPERATOR
Pahami Job Anda (PJA) : MATRIKS KETERKAITAN KERJA (JOB ALIGNMENT MATRIX)
Pahami Job Anda (PJA) : MATRIKS KETERKAITAN KERJA (JOB ALIGNMENT MATRIX)
Pahami Job Anda (PJA) : MATRIKS KETERKAITAN KERJA (JOB ALIGNMENT MATRIX)
2.
ELEMEN

Production
Lampiran
Management
IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA/PELANGGARAN

No Aktifitas Potensi Insiden/Pelanggaran

1 Land Clearing • Kejatuhan pohon


• Tersengat lebah/tergigit ular
• Terlindas bulldozer
• Unit amblas
• Unit terbalik
• Menebang pohon di luar area
• Tertusuk kayu

2 Top Soil Removal • Tertusuk kayu (ban, kaca, bottom guard, radiator)
• Unit amblas
• Unit/vessel rebah
• Soil tercampur OB/dirty coal

3 Drilling • Batubara tertembus bor


• Drill rebah
• Rod patah/bengkok
• Bit terjepit
• Orang terperosok ke lubang bor

4 Blasting • Misfire
• Orang/unit terkena Flying rock dan air blast
• Orang memasuki area blasting
• Orang terperosok area pasca blasting
• Coal delusion
• Keracunan fumes (asap)
• MMU rebah saat charging

5 Ripping • Shank ripper/point ripper patah

6 Dozing • Unit amblas, terperosok, terguling


• Tabrakan (memunduri unit, tersenggol, ditabrak)
• Orang terlindas/tertabrak
• Tersenggol bucket loader/excavator
No Aktifitas Potensi Insiden/Pelanggaran

7 OB Removal • Tabrakan/benturan dengan unit lain


• Unit amblas
• Orang terlindas/tertabrak
• Unit rebah/terperosok
• Unit tergelincir
• Overcut/undercut
• Salah dumping
• Tercampur OB-top soil
• Unit kejatuhan material
• Unit longsoran
• Material terselip di sela tyre
• Batubara tergali
• Menabrak tanggul
• Overspeed
• Muatan kurang/kelebihan

8 Coal Getting • Kontaminasi batubara: Teeth bucket, point


ripper, sampah, material OB
• Swing circle patah : kondisi loading miring
• Kaca pecah terkena lentingan material
• Big coal
• Batubara tertinggal/tersisa
• Batubara terendam

9 Coal Hauling • Batubara tumpah

10 Finishing Pit • Tabrakan unit front sempit


• Kelongsoran
• Tergelincir
• Batubara tertinggal/tersisa

11 Arel Lumpur • Amblas


• Tergelincir
• Tertimbun

12 Road Construction • Lihat OB/Ripping/Dozing

13 Road Maintenance • Lihat OB/Ripping/Dozing

14 Mine Dewatering • Manusia Tenggelam


• Pompa tenggelam
• Pump engine jamp
• Hose pecah (HDPE & flexible)

15 Mine Lighting • Mega/Tower Lamp tertabrak


• TL Rebah
No Aktifitas Potensi Insiden/Pelanggaran

16 Joint Survey/ • Surveyor tertabrak/terhantam


Progress Survey • Surveyor tenggelam
• Jatuh dari tebing

17 Integrated Rest time • Oli/solar tumpah


• Unit Tabrakan
• Manusia tertabrak

18 Shift changes • Unit Tabrakan


• Manusia tertabrak/terlindas

19 Pit Stop Management • Unit Tabrakan


• Manusia tertabrak/terlindas
• Oli/solar tumpah

20 Fleet moving • Unit jatuh/rebah


(intra/inter site) • Unit tercebur
• Tabrakan unit
• Melewati area terbatas/berijin
• Manusia terkena ramp door
• Logistik kru tersendat
• Jalan rusak
• Gangguan umum: kabel listrik terputus
GLOSSARY / MINING TERMINOLOGY

1. Bund Wall : Tanggul Pengaman.


2. Request Level (RL) : Ketinggian/level/elevasi yang diminta sesuai .
3. Disposal : Tempat pembuangan / penumpukan material tak
” berharga “ (OB, Sub Soil, Dll).
4. Waste Dump : Nama lain disposal.
5. Waste : Material-material yang tidak “berharga”.
6. Top Soil : Tanah pucuk yang mengandung “hara” (bahan yang
menyuburkan tanah.
7. Sub Soil : Tanah di bawah lapisan Top Soil tetapi diatas OB.
8. Stripping Ratio (SR) : Perbandingan jumlah volume batuan (OB, waste) yang
harus dibongkar untuk mendapatkan sejumlah (ton)
mineral/bahan tambang (Coal – Ore).
SR = 1 : 5
9. End Wall : Dinding atau batas akhir dari penambangan. Biasanya
terdapat diujung daerah penambangan (melintang strike).
10. Settling Pond : Kolam Pengendapan.
11. Mud Pond : Kolam Penampungan lumpur.
12. ROM (Stock Pile) : Run Off Mine, Raw Off Mine.
13. Fleet : Sekumpulan Armada Produksi. Biasanya terdiri dari
Excavator, Truck & alat pendukungnya : DZ, GD dll.
14. Match Factor : Angka yang menunjukkan hasil perbandingan antara
produksi alat muat dengan alat angkut yang dilayani.
Match = seimbang jika nilainya 1 (satu).
15. Idle : Waktu hilang karena sebab yang tidak dapat dikontrol
manusia, seperti : Hujan, Kabut, dll.
16. Delay : Waktu hilang yang dapat dikontrol / dibatasi oleh tindakan
manusia, seperti : Rest Time, Refueling, Move karena
blasting.
17. Slippery : Wet condition, Waktu yang hilang setelah hujan sampai
dengan kering dan dapat beroperasi kembali.
18. Rain : Waktu selama hujan berlangsung.
19. BCM : Bank Cubic Meter : volume insitu (di tempat).
20. LCM : Loose Cubic Meter : Volume terurai / gembur.
21. AMD : Acid Mine Drainage, Pengaliran air asam tambang
(Pengaturan aliran air).
22. Cross Fall : Bentuk normal kemiringan jalan (cross section) satu atau
dua arah.
23. Cut Back : Pemotongan pit dilakukan secara bertahap dengan garis
potong sejajar dengan garis pit design, hal ini biasa
dilakukan untuk mengimbangi stripping ratio pada proses
pengerjaan tahap – tahap penambangan (Push back).
24. Grade : Kemiringan jalan (%), misalnya 4 %.
25. Grade : Kandungan / kadar mineral berharga dalam bijih (Ore
seperti Emas, grade dengan satuan 4 gr/ ton).
26. Countour : Garis menghubungkan titik-titik yang sama ketinggiannya.
27. Coal Expose : Coal yang sudah terbuka / dibuang OB nya.
28. Coal Inventory : Coal yang ada / masih ada dalam tambang dan siap
diangkut keluar tambang (ke ROM).
29. Contamination : Tercampurnya coal dengan material lain dari luar : OB,
scorea, besi dll.
30. Dillution : Tercampurnya Ore (Emas) dengan material lain dari luar
(waste, dll).
31. Roof : Lapisan bagian paling atas batu bara (coal).
32. Floor : Lapisan bagian paling bawah dari batu bara (coal).
33. Out Crop : Singkapan batu bara / ujung atas batu bara yang terlihat
langsung tanpa ada tanah (material) penutup.
34. Log Stock Pilling : Area penumpukan kayu batangan / gelondongan (log).
35. Grubbing : Pengumpulan tumbuhan semak / perdu.
36. Embankment : Timbunan massal (volume besar) untuk konstruksi.
37. Cut & Fill : Galian / potong dan timbun.
38. Sub Grade : Konstruksi badan jalan dari tanah yang telah memenuhi
persyaratan kepadatan tertentu.
39. High wall : Dinding tambang pada sisi kemiringan batu bara terdalam
yang terdiri dari slope dan bench.
40. Low wall : Dinding tambang pada sisi terdangkal / singkapan ini bisa
terbentuk dari floor atau bench/slope.
41. Road drainage : Drainasi atau pengaliran air dari sisi kiri dan kanan jalan
42. Rip Rap : Tempat aliran air yang sengaja dibuat untuk mengalirkan
air pada sisi kiri dan kanan jalan.
43. Culvert : Gorong-gorong untuk pengaliran air paritan, creek atau
sungai kecil, biasanya terbuat dari plat baja atau beton
bertulang.
44. Road pavement : Lapis pengerasan jalan, ini bisa terjadi dari agregate
(batuan base/sub base coarse, coarse, surface), aspal atau
beton.
45. Water spraying : Penyiraman jalan, biasa dilakukan untuk mengurangi debu
atau menjaga kelembaban jalan tertentu.
46. General work : Pekerjaan yang sifatnya umum untuk mensupport peker-
jaan tambang misalnya : drainasi, sloping, cleaning, dll)
47. Road maintenance : Perawatan jalan yang meliputi : grading, compacting,
water spraying, bund wall, re-seating material surface,
perawatan dll.
48. Free face : Bidang bebas/batas antara material asli dan material yang
sudah diambil (bisa coal atau OB).
49. Crest : Sisi atas / kepala slope.
50. Toe : Sisi bawah / kaki slope.
51. Overall slope : Kemiringan total dari beberapa slope yaitu dari crest
tertinggi sampai toe yang paling terdalam.
52. Super elevasi : Kemiringan badan jalan dari titik tengah (center line)
sampai ke sisi terluar jalan.
53. Sight distance : Jarak pandang baik pandangan henti sampai dengan
pandangan menyiap.
54. Batter slope : Kemiringan individual slope (kemiringan antara crest dan
toe dalam satu slope di daerah galian / timbunan).
55. Cycle time : Waktu edar untuk suatu aktivitas tertentu satu alat.
MINING TERMINOLOGY

LL LL
WA LL WA LL
W W
LO WA LO WA
GH GH
HI HI

) E
B M KE B)
TRI (I/ E AM TRIK B)
(O/ EA S S /
S = N LS N= (O
N L A N OA A
OA AR DE C RN
DE C E B R E
DEBA
UR NY
U NY
R
B PE RB PE BU
H A H R
V ER A RA TE
O IN AR VE
O

HI
HI

LO

I
GH
GH
O

LO
W

W
W
W

UN
W

NT
VE

W
AL
AL

D
AL

E
L
L
R

AL

E
L
B

R
RB
U

U
R

BU
R

CO

R
CO

A
DE

D
L
E
AL
N

N
(

SE

EN
SE

(
O/

M
(I/
AM
B

U/
)

B)
DIP ( o) DIP ( o)
PIT DESIGN
Referensi Kep.Mentamben No. :555.K/26/M.PE/1995

ULTIMATE PIT SLOPE


(OVERALL SLOPE)
BERM
SLOPE
CROSS FALL
BERM

BENCH BENCH

Max
15 mtr
SUMP

1. Kemantapan lereng penambangan, penimbunan, dan material lainnya telah diperhitung-


kan dalam perencanaan tambang.
2. Penimbunan tanah penutup hanya dapat dilakukan pada jarak sekurang-kurangnya 7.5
meter dari ujung teras atau penambangan.
3. Perencanaan tambang termasuk sistem sirkulasi air, saluran air, bendungan serta kolam
limbah harus terinci dengan baik.
4. Setiap tambang permukaan harus mempunyai sistem drainage yang terencana dengan
kapasitas yang cukup untuk mengurangi air yang masuk ke daerah open cut.
5. Untuk mengurangi air yang masuk ke daerah open cut harus dibangun Bundwall dan
penirisan bersistem.
6. Pada waktu membuat sumuran, parit atau pekerjaan sejenis, yang dinding bukaannya
mencapai tinggi lebih dari 1.2 meter harus diberi penyangga atau dibuat miring dengan
sudut yang aman.
7. Lebar dasar tanggul yang terbuat dari material pasir harus sekurang-kurangnya 6 kali
tinggi tanggul, dan sudut kemiringan dinding harus lebih kecil dari 60 derajat terhadap
bidang datar atau tidak melebihi sudut timbunan material isian.
PIT DESIGN CRITERIA
Referensi Kep.Mentamben No. :555.K/26/M.PE/19

Crest 405 t
cres toe
PE
SLO cres
t
ch
TOE 405 r/ Ben
Floo
Crest 390
PE
SLO toe t
cres
TOE 390
r
Crest 375 Floonch
/B e
Max 15 m

PE
SLO

RL 390
TOE 375

RL 375
Min 1,5 x tinggi bench

Tinggi bench untuk pekerjaan yang dilakukan pada lapisan yang mengandung pasir, tanah
liat, kerikil dan material lepas lainnya harus:
1. Tidak boleh lebih dari 6 (enam) meter apabila dilakukan secara mekanik.
2. Tidak boleh lebih dari 20 meter apabila dilakukan menggunakan clamshell, dragline,
bucket wheel excavator atau alat sejenis kecuali mendapat persetujuan Kepala Pelaksana
Inspeksi Tambang.

Tinggi bench untuk material kompak :


1. Maksimum 15 meter jika penggalian dilakukan menggunakan peralatan mekanis yang
dilengkapi kabin pengaman yang kuat, kecuali mendapat persetujuan Kepala Pelaksana
Inspeksi Tambang
2. Lebar front minimal 1.5 kali tinggi bench atau disesuaikan dengan alat-alat yang
digunakan sehingga dapat bekerja dengan aman
3. Harus dilengkapi dengan safety berm pada tebing yang terbuka dan diperiksa setiap
shift dari kemungkinan adanya rekahan atau tanda-tanda tekanan atau tanda-tanda
kelemahan lainnya.
4. Pasang bendera acuan desain.

Anda mungkin juga menyukai