Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEBIJAKAN KESEHATAN

“ Advokasi Kebijakan Kesehatan “

Dosen Pembimbing : Bapak Teguh Santoso, SKM., M.Kes

Disusun Oleh Kelompok III

Nama Anggota :

Sulpina Novia Wiriani NIM : 161272110024

Setiawati NIM : 161272110021

Muhajirin NIM : 161272110015

Nopi Anggraini NIM : 161272110016

Afriadi Saputra NIM : 161272110001

YAYASAN HAJI SOEHAILY QARY

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MERANGIN

JURUSAN SI KESEHATAN MASYARAKAT

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan Kesehatan.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi, baik
itu yang datang dari penyusun maupun yang datang dari luar. Namun penyusun menyadari
bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan orang tua juga para sahabat. Terutama pertolongan dari Allah sehingga kendala-
kendala yang penyusun hadapi dapat teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “ Advokasi
Kebijakan Kesehatan “, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber
informasi, serta berbagai buku.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya mahasiswa dan mahasiswi Stikes
Merangin. Penyusun sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
baiknya penulisan di masa yang akan datang.

Bangko, 14 Oktober 2019


Penulis

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................................i


KATA PENGANTAR .............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1


1.1 Latar Belakang Masalah .........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................3
1.3 Tujuan Makalah.......................................................................................................3
1.4 Manfaat Makalah.....................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................4


2.1 Pengertian Advokasi Kesehatan .............................................................................4
2.2 Tujuan dan Manfaat Advokasi Kesehatan ............................................................6
2.3 Sasaran dan Pelaku Advokasi Kesehatan..............................................................9
2.4 Pendekatan Advokasi Kesehatan ...........................................................................9
2.5 Unsur Dasar Advokasi........................................................................................... 10
2.6 Langkah-langkah Pokok dalam Advokasi Kesehatan ........................................12
2.7 Peran Dinas Provinsi dan Kabupaten/ Kota dalam Advokasi Kesehatan ........13
2.8 Indikator Keberhasilan advokasi Kesehatan .......................................................14

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 16


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 16
3.2 Saran ....................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak
dasar rakyat, dimana tercantum dalam pasal 28 H ayat 1 UUD 1945 yaitu hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat besar
peranannya dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam rangka
mengimbangi makin ketatnya persaingan bebas di era globalisasi. Keberhasilan
pembangunan kesehatan tersebut memerlukan pembangunan kesehatan yang lebih
dinamis dan produktif dengan melibatkan semua sector terkait termasuk swasta dan
masyarakat. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.
Oleh karena itu perlu diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan
pemeliharaan, promosi kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Dalam rangka
memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
maka diperlukan strategi promosi kesehatan baik kepada pemerintah, tokoh
masyarakat, dan khususnya kepada masyarakat.
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan modal investasi bangsa, serta
merupakan salah satu dari 3 komponen utama yang mempengaruhi kualitas sumber
daya manusia. Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara, ditingkatkan dan
diupayakan oleh setiap orang. Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat
lintas sektor, oleh karena itu diperlukan kepedulian semua pihak terhadap kesehatan.
Banyak orang dan banyak pihak yang belum menyadari pentingnya kesehatan dalam
hidupnya. Masalah kesehatan seringkali kalah prioritas dibandingkan dengan masalah
ekonomi dan kebutuha fisik lainnya. Oleh karena itu perlu upaya untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat terhadap kesehatan. Tingkat kesehatan dan kualitas SDM kita
pada umumnya sangat rendah (urutan ke-109 di dunia) sehingga perlu upaya khusus
untuk meningkatkan kesadaran semua pihak terhadap kesehatan ini. Dengan
dicanangkannya Indonesia Sehat 2010, upaya mengenalkan kesehatan kepada
berbagai pihak ini perlu dipacu, agar memperoleh dukungan dalam pelaksanaannya.

1
Untuk itu perlu dilakukannya pendekatan komunikatif dan inovatif yang
memperhatikan setiap segmen sasaran. Sehubungan dengan itu semua, perlu
dilakukan advokasi kesehatan kepada berbagai pihak,terutama para penentu kebijakan
dan berbagai sektor, termasuk lembaga perwakilan rakyat baik di Pusat maupun
daerah.
Kurang berhasil atau kegagalan suatu program kesehatan, sering di sebabkan
pembuat keputusan, baik di tingkat nasional maupun lokal (provinsi, kabupaten, atau
kecamatan). Akibat kurangnya dukungan itu, antara lain rendahnya alokasi anggaran
untuk program kesehatan, kurangnya sarana dan prasarana, tidak adanya kebijakan
yang menguntungkan bagi kesehatan dan sebagainya. Untuk memperoleh atau
meningkatkan dukungan atau komitmen dari para pembuat kebijakan, termasuk para
pejabat lintas sektoral diperlukan upaya disebut advokasi. Advokasi secara harfiah
berarti pembelaan, sokongan atau bantuan terhadap seseorang yang mempunyai
permasalahan. Istilah advokasi mula-mula digunakan dibidang hukum atau
pengadilan. Sesorang yang sedang tersangkut perkara atau pelanggaran hukum, agar
memperoleh keadilan yang sesungguh-sungguhnya. Mengacu kepada istilah advokasi
dibidang hukum tersebut, maka advokasi dalam kesehatan diartikan upaya untuk
memperoleh kesehatan.
Promosi kesehatan memerlukan adanya advokasi kebijakan untuk menciptakan
dukungan bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat. Hal ini merupakan law
enforcment yang dapat memaksa atau memobilisasi masyarakat untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu. Banyak orang yang masih belum menyadari pentingnya
kesehatan. Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor
sehingga masalah kesehatan sering kalah prioritas disbanding masalah ekonomi dan
kebutuhan fisik lainnya. Oleh karena itu, upaya mengenalkan kesehatan perlu dipicu
agar memperoleh dukungan dan kepedulian semua pihak. Perlu dilakukannya
pendekatan persuasif, cara-cara komunikatif dan inovatif yang memeprhatikan setiap
segmen sasaran untuk meningkatkan kesadaran semua pihak, oleh kerena itu
diperlukannya advokasi kesehatan kepada berbagai pihak agar kesehatan dianggap
sebagai sesuatu yang penting oleh pihak lain, terutama para penentu kebijakan dan
berbagai sektor, termasuk lembaga perwakilan rakyat, baik pusat maupun daerah.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat di rumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan advokasi kesehatan ?
2. Apa tujuan dan manfaat dari advokasi kesehatan ?
3. Siapa sajakah sasaran dan pelaku dari advokasi kesehatan ?
4. Bagaimana pendekatan dari advokasi kesehatan ?
5. Apa saja unsur dasar dari advokasi kesehatan ?
6. Apa saja langkah-langkah pokok dalam advokasi kesehatan ?
7. Bagaimana peran dinas provinsi dan kabupaten/kota dalam advokasi kesehatan ?
8. Apa saja indikator keberhasilan dari advokasi kesehatan ?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengertian, tujuan, unsurr, sasaran, langkah-langkah,
peran serta indikator keberhasilan advokasi kesehatan.
b. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tentang advokasi kesehatan.
b. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari advokasi kesehatan.
c. Untuk mengetahui sasaran dan pelaku dari advokasi kesehatan.
d. Untuk mengetahui pendekatan dari advokasi kesehatan.
e. Untuk mengetahui unsur dasar dari advokasi kesehatan.
f. Untuk mengetahui langkah-langkah pokok dalam advokasi kesehatan.
g. Untuk mengetahui peran dinas provinsi dan kabupaten/kota dalam advokasi
kesehatan..
h. Untuk mengetahui indikator keberhasilan dari advokasi kesehatan.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini yakni, sebagai berikut :
a. Bagi Penyusun (Mahasiswa)
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa terutama bagi kelompok
kami sendiri dapat memahami tentang advokasi kebijakan kesehatan untuk
mendukung perubahan perilaku individu maupun masyarakat menjadi penting.
b. Bagi Pembaca
Dapat menambah pengetahuan si pembaca setelah materi ini dibaca atau
didengar.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Advokasi Kesehatan


Menurut Foss & Foss et al (1980); Toulmin (1981) advokasi adalah upaya
persuasif yang mencangkup kegiatan penyadaran, rasionalisasi, argumentasi, dan
rekomendasi tindak lanjut mengenai sesuatu (Hadi Pratomo dalam Notoatmodjo,
2005). Advokasi adalah usaha mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-
macam bentuk komunikasi persuasif (John Hopkins School for Public Health). WHO
(1989) seperti dikutip UNFPA dan BKKBN (2002) mengungkapkan bahwa
“Advocacy is a cpmbination on individual and social action design to gain political
comitment, policy support, social acceptence and system support for particular health
goal programe”.
Jadi dapat disumpulkan bahwa advokasi adalah kombinasi kegiatan individu dan
social yang dirancang untuk memperoleh komitmen politis, dukungan kebijakan,
penerimaan sosial dan sistem yang mendukung tujuan atau program kesehatan
tertentu. Kata kunci dalam advokasi adalah “valid information” (untuk input), “free
choice”, atau “persuasive”. Ringkasnya advokasi dapat diartikan sebagai upaya atau
proses untuk memperoleh komitmen, yang dilakukan secara persuasive untuk
mempengaruhi kebijakan public dengan menggunakan informasi yang akurat dan
tepat.
Advokasi Kesehatan adalah advokasi yang dilakukan untuk memperoleh
komitmen atau dukungan dalam bidang kesehatan, atau yang mendukung
pengembangan lingkungan dan perilaku sehat (Depkes, 2007). Kaitan antara promosi
kesehatan dengan advokasi adalah menurut Anderson dalam Baum (2002), promosi
kesehatan merupakan kombinasi pendidikan kesehatan dan intervensi yang
berhubungan dengan bidang organisasi, politik, dan ekonomi yang direkayasa untuk
memfasilitasi adaptasi perilaku dan lingkungan untuk memperbaiki kesehatan. Jadi
promosi kesehatan bukan hanya perubahan perilaku melainkan juga perubahan
lingkungan, karena lingkungan diciptakan oleh keputusan yang dibuat individu,
organisasi atau pemerintah, mereka yang peduli terhadap kesehatan atau kesejahteraan
individu dan masyarakat (promotor kesehatan), perlu terlibat atau mempengaruhi
pembuatan keputusan tersebut.

4
A. Kegiatan-kegiatan Advokasi
a) Lobi Politik
Lobi adalah berbincang-bincang secara informal dengan para pejabat untuk
menginformasikan dan membahas masalah dan program kesehatan yang akan
dilaksanakan. Tahap pertama yaitu, petugas kesehatan menyampaikan keseriusan
masalah kesehatan yang dihadapi di wilayah kerjanya, dan dampaknya terhadap
kehidupan masyarakat. Kemudian disampaikan alternatif terbaik untuk
memecahkan atau menanggulangi masalah tersebut. Dalam lobi ini perlu dibawa
atau ditunjukkan data yang akurat tentang masalah kesehatan tersebut kepada
pejabat yang bersangkutan.
b) Seminar atau Presentasi
Seminar atau presentasi yang dihadiri oleh para pejabat lintas program dan
lintas sektoral. Petugas kesehatan menyajikan masalah kesehatan di wilayah
kerjanya, lengkap dengan data dan ilustrasi yang menarik serta rencana program
pemecahannya. Kemudian masalah tersebut dibahas bersama-sama, yang akhirnya
diharapkan akan diperoleh komitmen dan dukungan terhadap program yang akan
dilaksanakan tersebut.
c) Media
Advokasi media adalah melakukan kegiatan advokasi dengan menggunakan
media, khususnya media massa. Melalui media cetak atau media elektronik,
permasalahan kesehatan disajikan baik dalam bentuk lisan, artikel, berita, diskusi,
penyampaian pendapat, dan sebagainya.
d) Perkumpulan
Asosiasi atau perkumpulan orang-orang yang mempunyai minat atau
keterkaitan terhadap masalah tertentu atau perkumpulan profesi adalah juga
merupakan bentuk advokasi.
B. Argumentasi Untuk Advokasi
Secara sederhana, advokasi adlah kegiatan untuk meyakinkan para penentu
kebijakan atau para pembuat keputusan sedemikian rupa sehingga mereka
memberikan dukungan baik kebijakan, fasilitas dan dana terhadap program yang
ditawakan.
Meyakinkan para pejabat terhadap pentingnya program kesehatan tidaklah
mudah, memerlukan argumentasi – argumentasi yang kuat. Dengan kata lain, berhasil
tidaknya advokasi bergantung pada kuat atau tidaknya kita menyiapkan argumentasi.

5
Dibawah ini ada beberapa hal yang dapat memperkuat argumen dalam melakukan
kegiatan advokasi, antara lain:
a. Kredibilitas (Creadible)
Kredibilitas (Creadible) adalah suatu sifat pada seseorang atau institusi yang
menyebabkan orang atau pihak lain mempercayainya atau meyakininya.
Orang yang akan melalukan advokasi (petugas kesehatan) harus Creadible.
Seseorang itu Creadible apabila mempunyai 3 sifat, yakni:
1) Capability (kapabilitas), yakni mempunyai kemampuan tentang bidangnya.
2) Autority (otoritas), yakni adanya otoritas atau wewenang yang dimiliki
seseorang berdasarkan aturan organisasi yang bersangutan.
b. Integrity (integritas), adalah komitmen seseorang tehadap jabatan atau tanggung
jawab yang diberikan kepadanya.
c. Layak (Feasible)
Artinya program yang diajukan tersebut baik secara tehnik, politik, maupun
ekonomi dimungkinkan atau layak. Secara tehnik layak (feasible) artinya program
tersebut dapat dilaksanakan. Artinya dari segi petugas yang akan melaksanakan
program tersebut, mempunyai kemampuan yang baik atau cukup.
d. Relevan (Relevant)
Artinya program yang yang diajukan tersebut tidak mencakup 2 kriteria,
yakni : memenuhi kebutuhan masyarakat dan benar-benar memecahkan masalah
yang dirasakan masyarakat.
e. Penting dan Mendesak (Urgent)
Artinya program yang diajukan harus mempunyai urgensi yang tinggi: harus
segera dilaksanakan dan kalau tidak segera dilaksanakan akan menimbulkan
masalah
2.2 Tujuan dan Manfaat Advokasi Kesehatan
A. Tujuan Advokasi Kesehatan
Menurut Departemen Kesehatan RI (2007), tujuan advokasi kesehatan adalah
sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
Diperolehnya komitmen dan dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa
kebijakan, tenaga, dana, sarana, kemudahan, keikutsertaan dalam kegiatan,
maupun berbagai bentuk lainnya sesuai keadaan dan usaha.

6
2. Tujuan Khusus
1) Adanya pemahaman atau pengenalan atau kesadaran.
2) Adanya ketertarikan atau peminatan atau tanpa penolakan.
3) Adanya kemauan atau kepedulian atau kesanggupan untuk membantu dan
menerima perubahan.
4) Adanya tindakan/ perbuatan/ kegiatan nyata (yang diperlukan).
5) Adanya kelanjutan kegiatan (kesinambungan kegiatan).
Menurut Notoatmodjo, (2007) secara inklusif terkandung tujuan-tujuan advokasi
antara lain yaitu:
1. Komitmen Politik (Political Comitment)
Komitmen para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di tingkat dan di
sektor manapun sangat diperlukan terhadap permasalahan kesehatan dan upaya
pemecahan permasalahan kesehatan. Pembangunan nasional tidak terlepas dari
pengaruh kekuasaan politik yang sedang berjalan. Oleh sebab itu pembangunan di
sector kesehatan juga tidak terlepas dari kondisi dan situasi politik pada saat ini.
Baik kekuasaan eksekutif maupun legislative di Negara manapun ditentukan oleh
proses politik, terutama hasil pemeliharaan umum pada eksekutif dan legislative
terhadap masalah kesehatan masyarakat, ditentukan oleh pemahaman mereka
terhadap masalah-masalah kesehatan.
Demikian pula seberapa jauh mereka mengalokasikan anggaran
pembangunan nasional begi pembangunan sektor kesehatan, juga tergantung pada
cara pandang dan kepedulian (concern) mereka terhadap kesehatan dalam konteks
pembangunan nasional. Oleh sebab itu untuk meningkatkan komitmen para
eksekutif dan legislative terhadap kesehatan perlu advokasi kepada mereka.
komitemen politik ini dapat diwujudkan antara lain dengan pernyataan-
pernyataan, baik secara lisan maupun tertulis, dapi para pejabat eksekutif maupun
legislative, mengenai dukungan atau persetujuan terhadap isu-isu kesehatan.
2. Dukungan Kebijakan (Policy Support)
Dukungan konkret yang diberikan oleh para pimpinan institusi di semua
tingkat dan di semua sektor yang terkait dalam rangka mewujudkan pembangunan
di sektor kesehatan. Dukungan politik tidak akan berarti tanpa dikeluarkannya
kebijakan yang konkret dari pembuat keputusan. Oleh sebab itu, setelah adanya
komitmen politik dari para eksekutif maka perlu ditindak lanjuti dengan advokasi
agar dikeluarkannya kebijakan untuk mendukung program yang telah memperoleh

7
komitmen politik tersebut. Dukungan 6 kebijakan ini dapat berupa Undang-
undang, peraturan pemerintah atau peraturan daerah, surat keputusan pimpinan
institusi baik pemerintah maupun swasta, instruksi atau surat edaran dari para
pemimpin lembaga/ institusi, dan sebagainya.
3. Dukungan Masyarakat (Social Acceptance)
Dukungan masyarakat berarti diterimanya suatu program oleh masyarakat.
Suatu program kesehatan apa pun hendaknya memperoleh dukungan dari sasaran
utama program tersebut, yakni masyarakat, terutama tokoh masyarakat. Oleh
sebab itu apabila suatu program telah mendapat komitmen dan dukungan
kebijakan, maka langkah selanjutnya adalah memperoleh dukungan masyarakat.
Untuk sosialisasi program ini, para petugas tingkat operasional atau local,
misalnya petugas dinas kesehatan kabupaten dan puskesmas, mempunyai peranan
yang sangat penting. Oleh sebab itu para petugas tersebut juga mempunyai
kemampuan advokasi. Untuk petugas kesehatan tingkat distrik, sasaran advokasi
adalak kepala distrik, parleman distrik, pejabat lintas sektoral di tingkat distrik dan
sebagainya. Sedangkan sasaran advokasi petugas puskesmas adalah kepala
wilayah kecamatan, pejabat lintas sektoral tingkat subdistrik, para tokoh
masyarakat setempat, dan sebagainya.
4. Dukungan Sistem (System Support)
Agar suatu program berjalan dengan baik, perlu adanya sistem, mekanisme,
atau prosedur kerja yang jelas yang mendukungya. Oleh sebab itu sistem kerja
atau organisasi kerja yang melibatkan kesehatan perlu dikembangkan. Mengingat
bahwa masalah kesehatan merupakan dampak dari berbagai sektor, maka program
untuk pemecahannya atau penanggulangannya pun harus bersama-sama dengan
sektor lain. Dengan kata lain, semua sektor pembangunan yang mempunyai
dampak terhadap kesehatan, harus memasukkan atau mempunyai unit atau sistem
yang menangani masalah kesehatan di dalam struktur organisasinya. Unit ini
secara internal menangani masalah kesehatan yang dihadapi oleh karyawan, dan
secara eksternal mengatasi dampak institusi tersebut terhadap kesehatan
masyarakat.
B. Manfaat Advokasi Kesehatan
Adapun Manfaat advokasi kesehatan, yaitu sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan program kesehatan mendapat dukungan kebijakan yang kuat
dalam mengatasi masalah kesehatan.

8
b. Penyelenggaraan program kesehatan mendapat dukungan alokasi sumberdaya
yang diperlukan untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat.
c. Upaya mengatasi kesehatan menjadi tugas dan tanggung jawab semua pihak, jadi
bukan merupakan masalah sektor kesehatan saja.
d. Program kesehatan dapat dirancang dengan baik, dan dapat terintegrasi dengan
lintas sektor terkait.
e. Penyelenggaraan program kesehatan akan lebih optimal sehingga dapat
berdampak lebih maksimal terhadap upaya mengatasi masalah kesehatan
masyarakat.
f. Meningkatkan kinerja eksekutif dan legislatif dalam pembangunan kesehatan
masyarakat.
2.3 Sasaran dan Pelaku Advokasi Kesehatan
Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak yang yang diharapkan dapat
memberikan dukungan terhadap upaya kesehatan, khususnya para pengambil
keputusan dan penentu kebijakan di pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, mitra
di kalangan pengusaha/ swasta, badan penyandang dana, media masa, organisasi
profesi, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, tokoh-tokoh
berpengaruh dan tenar, dan kelompok potensi lainnya di masyarakat. Semuanya
bukan hanya berpotensi mendukung, tetapi juga menentang atau berlawanan atau
merugikan kesehatan (misalnya industri rokok).
Pelaku advokasi kesehatan: siapa saja yang peduli terhadap upaya kesehatan,
dan memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut. Pelaku
advokasi dapat berasal dari kalangan pemerintah, swasta, perguruan tinggi, organisasi
profesi, organisasi berbasis masyarakat/ agama, LSM, dan tokoh berpengaruh.
Diharapkan mereka yang memahami masalah kesehatan, mempunyai kemampuan
advokasi khususnya melakukan pendekatan persuasif, dapat dipercaya dan sedapat
mungkin dihormati atau setidaknya tidak tercela khususnya dihadapan kelompok
sasaran.
2.4 Pendekatan Advokasi Kesehatan
Kata kunci dalam proses atau kegiatan advokasi ini adalah pendekatan
persuasive, secara dewasa, dan bijak, sesuai keadaan yang memungkinkan tukar
pikiran secara baik (free choice).

9
Menurut UNFPA dan BKKBN (2002) terdapat lima pendekatan utama dalam
advokasi:
1. Melibatkan para pemimpin
Para pembuat Undang-undang, mereka yang terlibat dalam penyusunan
hukum, peraturan maupun pemimpin politik yaitu mereka yang menetapkan
kebijakan public sangat berpengaruh dalam menciptakan perubahan yang terkait
dengan masalah sosial termasuk kesehatan.
2. Bekerja dengan media massa
Media massa sangat berperan penting dalam membentuk opnini publik.
Media juga sangat kuat dalam mempengaruhi persepsi public atas isu atau
masalah tertentu terutama dalam hal kesehatan. Mengenal, menbangun, dan
menjaga kemitraan dengan media massa sangat penting dalam proses advokasi.
3. Membangun kemitraan
Dalam upaya advokasi sangat penting dilakukan upaya jaringan, kemitraan
yang berkelanjutan dengan individu, organisasi-organisasi dan sektor lain yang
bergerak dalam sektor yang sama, dalam hal ini adalah kesehatan. Kemitraan ini
dibentuk oleh individu , kelompok yang bekerja sama yang bertujuan untuk
mencapai tujuan umum yang sama.
4. Memobilisasi massa
Merupakan suatu proses mengorganisasikan individu yang telah termotivasi
kedalam kelompok-kelompok atau mengorganisasikan kelompok yang sudah ada.
Dengan mobilisasi dimaksudkan agar motivasi individu dapat diubah menjadi
tindakan kolektif.
5. Membangun kapasitas
Maksudnya adalah melembagakan kemampuan untuk mengembangkan dan
mengelila program yang komprehensif dan membangun kritikal massa pendukung
yang memiliki ketrampilan advokasi.
2.5 Unsur Dasar Advokasi
Sharma dalam Notoatmodjo (2005), ada delapan unsur dasar advokasi, yaitu
antara lain adalah:
1. Penetapan tujuan Advokasi
Agar upaya advokasi dapat berhasil tujuan, advokasi perlu dibuat lebih
spesifik berdasarkan pertanyaan berikut: apakah isu atau masalah tersebut dapat
menyatukan atau membuat berbagai kelompok bersatu dalam suatu koalisi yang

10
kuat? Apakah tujuan advokasi dapat dicapai? Apakah tujuan advokasi memang
menjawab permasalahan?
2. Pemanfaatan data dan riset untuk advokasi
Adanya data dan riset pendukung sangat penting agar keputusan dibuat
berdasarkan informasi yang tepat dan benar. Oleh karena itu, data dan riset
mungkin diperlukan dalam menentukan masalah yang akan diadvokasi,
identifikasi solusi pemecahan masalah maupun menentukan tujuan yang realistis.
3. Identifikasi khalayak sasaran advokasi
Bila isu dan tujuan telah disusun, upaya advokasi harus ditujukan bagi
kelompok yang dapat membuat keputusan dan idealnya ditujukan bagi orang yang
berpengaruh dalam pembuatan keputusan, misalnya staf, penasihat, orang tua
yang berpengaruh, media massa dan masyarakat.
4. Pengembangan dan penyampaian pesan advokasi
Khalayak sasaran berbeda bereaksi tidak sama atas pesan yang berbeda.
Seorang tokoh politik mungkin termotivasi kalau dia mengetahui banwa banyak
dari konstituen yang diwakilinya peduli terhadap masalah tertentu. Seorang
Menkes mungkin akan mengambil keputusan ketika kepada yang bersangkutan
disajikan data rinci mengenai besarnya masalah kesehatan tertentu. Jadi penting
diketahui pesan apa yang diperlukan agar khalayak sasaran yang dituju dapat
membuat keputusan yang mewakili kepentingan advokator.
5. Membangun koalisi
Melibatkan orang dalam jumlah yang besar dan mewakili berbagai
kepentingan, sangat nermanfaat bagi upaya advokasi maupun dukungan politis.
Bahkan daam satu organisasi sendiri, koalisis internal yaitu melibatkan berbagai
orang dari berbagai divisi/ departemen dalam mengembangkan program baru,
dapat membantu consensus untuk aksi kegiatan. Pertimbangkan lagi siapa lagi
yang akan diajak bermitra dalam aliansi atau koalisi upaya advokasi yang
dirancang.
6. Membuat persentasi yang persuasive
Kesempatan untuk mempengaruhi khalayak sasaran kunci seringkali terbatas
waktunya. Kecermatan dan kehati-hatian dalam meyempaikan argument yang
meyakinkan atau model/ cara presentasi dapat mengubah kesempatan terbatas ini
menjadi upaya advokasi yang berhasil.

11
7. Penggalangan dana untuk advokasi
Semua kegiatan termasuk upaya advokasi memerlukan dana.
Mempertahankan upaya advokasi yang berkelanjutan dalam jangka panjang
memerlukan waktu, energi dalam penggalangan dana atau sumber daya lain untuk
menunjang upaya advokasi.
8. Evaluasi upaya advokasi
Untuk menjadi advocator yang tangguh diperlukan umpan balik
berkelanjutan serta evaluasi atas upaya advokasi yang telah dilakukan.
2.6 Langkah-langkah Pokok dalam Advokasi Kesehatan
Menurut Sharma (dikutip dari Hadi Pratomo dalam Notoatmodjo, 2005),
terdapat delapan unsur dasar dalam advokasi, yaitu penetapan tujuan, pemanfaatan
data, identifikasi khalayak sasaran, pengembngan dan penyampaian pesan,
membangun koalisi, membuat penyajian atau persentasi yang persuasif, penggalangan
dana dan evaluasi. Menurut Depkes (2007), terdapat lima langkah kegiatan advokasi
antara lain adalah:
1. Identifikasi dan analisis masalah atau isu yang memerlukan advokasi
Masalah atau isu advokasi perlu dirumuskan berbasis data atau fakta. Data
sangat penting agar keputusan yang dibuat berdasarkan informasi yang tepat dan
benar. Data berbasis fakta sangat membantu menetapkan masalah,
mengidentifikasi solusi dan menentuka tujuan yang realistis. Adanya data sering
menjadi argumen yang sangat persuasif.
2. Identifikasi dan analisis kelompok sasaran
Sasaran kegiatan advokasi ditujukan kepada para pembuat keputusan
(decision makers) atau penentu kebijakan (policy makers), baik dibidang
kesehatan maupun di luar sector kesehatan yang berpengaruh terhadap publik.
Tujuannya agar para pembuat keputusan mengeluarkan kebijakan-kebijakan.
Antara lain dalam bentuk peraturan, undang-undang, instruksi, dan yang
menguntungkan kesehatan. Dalam mengidentifikasi sasaran perlu ditetapkan siapa
saja yang menjadi sasaran, mengapa perlu diadvokasi, apa kecenderungannya, dan
apa harapan kita kepadanya.
3. Siapkan dan kemas bahan informasi
Tokoh politik mungkin akan termotivasi dan akan mengambil keputusan jika
mereka mengetahui secara rinci besarnya masalah kesehatan tertentu. Oleh sebab
itu penting diketahui pesan atau informasi apa yang diperlukan agar sasaran yang

12
dituju dapat membuat keputusan yang mewakili kepentingan advocator. Kata
kunci untuk bahan informasi ini adala informasi yang akurat, tepat dan menarik.
Beberapa pertimbangan dalam menetapkan bahan informasi ini meliputi:
a. Bahan informasi minimal memuat rumusan masalah yang dibahas, latar belakang
masalahnya, alternative mengatasinya, usulan peran atau tindakan yang
diharapkan, dan tindak lanjut penyelesaiannya. Bahan informasi juga minimal
memuat tentang 5 W 1 H (what, why, who, where, when dan how).
b. Dikemas menarik, ringkas, jelas dan mengesankan.
c. Bahan informasi tersebut akan lebih baik lagi jika disertai data pendukung,
ilustrasi contoh, gambar dan bagan.
d. Waktu dan tempat penyampaian baan informasi, apakah sebelum, saat atau setelah
pertemuan.
4. Rencanakan teknik atau cara atau kegiatan operasional
Beberapa teknik atau kegiatan operasional avokasi dapat meliputi konsultasi,
lobi, pendekatan atau pembicaraan formal atau informal terhadap para pembuat
keputusan, negoisasi atau resolusi konflik, pertemua khusus, debat publik, petisi,
pembuatan opini, dan seminar-seminar kesehatan.
5. Laksanakan kegiatan, pantau dan evaluasi serta lakukan tindak lanjut
Upaya advokasi selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan sesuai rencana
yang telah disusun, memantau dan mengevaluasinya serta melakukan tindak
lanjut. Evaluasi diperlukan untuk menilai ketercapaian tujuan serta
menyempurnakan dan memperbaiki strategi advokasi. Untuk menjadi advokat
yang tangguh, diperlukan umpan balik berkelanjutan dan evaluasi terhadap upaya
advokasi yang telah dilakukan.
2.7 Peran Dinas Provinsi dan Kabupaten/ Kota dalam Advokasi Kesehatan
Menurut Depkes (2007), Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/ Kota
memiliki peran sebagai berikut:
1. Merumuskan masalah/ isu, berhubungan dengan hal-hal yang perlu dilakukan
untuk advokasi.
2. Menetapkan arah atau kebijakan atau strategi dengan menetapkan tujuan, sasaran
pencapaian, dan strategi pelaksanaan advokasi.
3. Menentukan sasaran, siapa yang perlu diberikan advokasi.
4. Memilih pelaku, siapa yang akan melakukan advokasi

13
5. Menyusun bahan advokasi, menugasi tim penyusun bahan advokasi dan
menetapkannya.
6. Mengembangkan kemitraan dengan cara membangun dan mengembangkan
kemitraan untuk advokasi.
7. Mengelola kegiatan advokasi dengan merencanakan, menggerakkan pelaksanaan,
memantau, mengawai, dan menilai kegiatan advokasi.
2.8 Indikator Keberhasilan Advokasi Kesehatan
Advokasi sebagai suatu kegiatan, sudah tentu mempunyai masukan (input) –
proses – keluaran (output). Oleh sebab itu apabila kita akan menilai keberhasilan
advokasi, maka kita harus memperhatikan tiga hal tersebut.
a. Input
Input untuk kegiatan advokasi yang paling utama adalah orang yang akan
melakukan advokasi dan bahan-bahan yakni data atau informasi yang membantu
atau mendukung argument dalam advokasi. Adanya sasaran yang jelas, bahan
informasi/ advokasi, dan kesiapan pelaku advokasi. Indikator untuk mengevaluasi
advokasi, yaitu :
- Berapa kali petugas kesehatan, terutama para pejabat, telah mengikuti
pelatihan tentang komunikasi, advokasi, dll.
- Sebagai institusi, dinas kesehatan baik tingkat provinsi maupun kabupaten,
mempunyai kewajiban untuk memfasilitasi para petugas kesehatan dengan
kemampuan advokasi melalui pelatihan-pelatihan.
- Hasil-hasil studi, atau laporan yang menghasilkan data, diolah menjadi
informasi dan di analisis menjadi evidence. Evidence ini yang kemudian akan
dikemas dalam media khusus dan digunakan sebagai alat bantu untuk
memperkuat argumentasi kita kepada para penentu kebijakan.
b. Proses
Proses advokasi adalah kegiatan untuk melakukan advokasi, oleh sebab itu
evaluasi proses advokasi harus sesuai dengan kegiatan advokasi. Adanya rencana
kegiatan dan pelaksanaan kegiatan advokasi berupa forum, jaringan, dan kerja
sama. Indikator proses advokasi :
- Berapa kali melakukan lobying dalam rangka memperoleh dukungan dan
komitmen kebijakan terhadap program kesehatan.
- Berapa kali menghadiri pertemuan yang membahas masalah dan program-
program yang membangun termasuk program kesehatan di daerahnya.

14
- Berapa kali seminar atau lokakarya tentang masalah dan program-program
kesehatan diadakan, dan mengundang sector pembangunan yang terkait.
- Berapa kali pejabat kesehatan menghadiri seminar atau lokakarya yang
diadakan oleh sector lain.
- Seberapa sering media local termasuk media elektronik membahas atau
mengeluarkan artikel tentang kesehatan atau pembangunan yang terkait
dengan masalah kesehatan.
c. Output
Keluaran atau output advokasi sector kesehatan, dapat diklasifikasikan
dalam dua bentuk, yakni output dalam bentuk perangkat lunak dan output dalam
bentuk perangkat keras. Indikator output dalam perangkat lunak adalah peraturan-
peraturan atau undang-undang sebagai bentuk kebijakan atau perwujudan dari
komitmen terhadap program kesehatan, misalnya :
- Undang-undang
- Peraturan permerintah
- Keputusan presiden
- Keputusan menteri
- Peraturan daerah
- Surat keputusan gubernur, bupati, atau camat.
Sedangkan indikator output dalam bentuk perangkat keras, antara lain:
- Meningkatnya dana atau anggaran untuk pembangunan kesehatan.
- Tersedianya atau dibangunnya fasilitas atau sarana pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit, puskesmas, poliklinik, dan sebagainya.
- Dibangunnya atau tersedianya sarana dan prasarana kesehatan, misalnya air
bersih, jamban keluarga, jamban umum, tempat sampah, dan sebagainya.
- Dilengkapi peralatan kesehatan, seperti laboratorium, peralatan pemeriksaan
fisik, dan sebagainya.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konsep perubahan yang terjadi pada individu dan masyarakat juga dipengaruhi
oleh kebijakan maupun perubahan orgnisasi, dan politik bahkan faktor ekonomi, maka
lingkungan yang mendukung perubahan perilaku sangatlah penting. Oleh karena itu,
advokasi sebagai salah satu strategi promosi kesehatan untuk mendukung perubahan
perilaku individu maupun masyarakat menjadi penting. Advokasi hakekatnya adalah
bekerja dengan individu dan organisasi untuk membuat suatu perubahan, suatu proses
dimana orang terlibat dalam proses pembuatan keputusan yang mempengaruhi
kehidupan mereka. tujuan dari advokasi kesehatan adalah diperolehnya komitmen dan
dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa kebijakan, tenaga, dana, sarana,
kemudahan, keiktusertaan dalam kegiatan, maupun berbagai bentuk lainnya sesuai
keadaan dan usaha.
Sasaran advokasi kesehatan adalah berbagai pihak yang yang diharapkan dapat
memberikan dukungan terhadap upaya kesehatan, khususnya para pengambil
keputusan dan penentu kebijakan di pemerintahan. Pelaku advokasi kesehatan: siapa
saja yang peduli terhadap upaya kesehatan, dan memandang perlu adanya mitra untuk
mendukung upaya tersebut. Pendekatan advokasi kesehatan antara lain: melibatkan
para pemimpin, bekerja dengan media massa, membangun kemitraan, memobilisasi
massa dan membangun kapasitas. Unsur dasar advokasi antara lain: penetapan tujuan
advoakasi, pemanfaatan data dan riset untuk advokasi, identifikasi khalayak sasaran
advokasi, pengembangan dan penyampaian pesan advokasi, membangun koalisi,
membuat persentasi yang persuasive, penggalangan dana untuk advokasi, evaluasi
upaya advokasi. Langkah-langkah advokasi kesehatan antara lain: identifikasi dan
analisis masalah atau isu yang memerlukan advokasi, identifikasi dan analisis
kelompok sasaran, siapkan dan kemas bahan informasi, rencanakan teknik atau cara
atau kegiatan operasional, laksanakan kegiatan, pantau dan evaluasi serta lakukan
tindak lanjut.
3.2 Saran
Dalam memberikan promosi kesehatan mencangkup advokasi diharapkan dapat
bekerja sama antara individu dan organisasi dalam membuat suatu perubahan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita. H.R., 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Jakarta: Graha Ilmu


Maulana D. J. Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.
2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Soekidko Notoadmojo, Promosi Kesehatan, penenrbit Rineka Cipta, Jakarta, 2010.
Notoatmojo Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Ewles, Linda. 1994. Promosi Kesehatan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Atmojo, noto. 2005. Promosi Kesehatan teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Atmojo, noto. 2002. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
Yogyakarta: Andi Offset.
Atmojo, noto. 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Adisasmito, wiku. 2007. Sistem kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
http://kesmas-ode.blogspot.co.id/2012/10/makalah-advokasi.html, diakses tanggal 10
Oktober 2019, 11:00 WIB.
http://somay45.blogdetik.com/2010/06/18/%E2%80%9Cteknik-advokasi-dan-pemberdayaan-
masyarakat%E2%80%9D/, diakses tanggal 10 Oktober 2019, 10:00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai