Kosa kata
Kosa kata berkembang lebih lambat pada anak-anak yang mengalami gangguan
pendengaran.
Anak-anak dengan gangguan pendengaran mempelajari kata-kata konkret seperti
kucing, lompat, lima, dan merah lebih mudah daripada kata-kata abstrak seperti
sebelumnya, setelah, sama dengan, dan cemburu. Mereka juga mengalami kesulitan
dengan kata-kata fungsi seperti yang, di, ke, se.
Kesenjangan kosakata antara anak-anak dengan pendengaran normal dan mereka yang
mengalami gangguan pendengaran semakin lebar seiring bertambahnya usia. Anak-
anak dengan gangguan pendengaran tidak bisa mengejar tanpa intervensi.
Anak-anak dengan gangguan pendengaran mengalami kesulitan memahami kata-kata
dengan berbagai arti. Misalnya, kata tahu dapat berarti mengerti sesuatu atau nama
makanan yang terbuat dari kedelai.
Struktur kalimat
Berbicara
Anak-anak dengan gangguan pendengaran sering tidak dapat mendengar suara bicara
yang pelan seperti “s,” “sh ,” “f,” “t,” dan “k” dan oleh karena itu tidak menyertakannya
dalam ucapan mereka. Jadi, ucapan mungkin sulit dimengerti.
Anak-anak dengan gangguan pendengaran mungkin tidak mendengar suara mereka
sendiri saat berbicara. Mereka mungkin berbicara terlalu keras atau tidak cukup keras,
mereka mungkin memiliki nada bicara yang terlalu tinggi, mereka mungkin terdengar
seperti mengomel karena stres yang buruk, nada bicara yang buruk, atau kecepatan
bicara yang buruk.
Prestasi akademis
Fungsi sosial
Anak-anak dengan gangguan pendengaran berat hingga sangat berat sering kali merasa
dikucilkan, tanpa teman, dan tidak bahagia di sekolah. Terutama ketika sosialisasi mereka
dengan anak-anak lain dengan gangguan pendengaran terbatas.
Masalah sosial ini tampaknya lebih sering terjadi pada anak-anak dengan gangguan
pendengaran ringan atau sedang dibandingkan pada mereka yang mengalami gangguan
pendengaran berat hingga sangat berat.