Anda di halaman 1dari 3

.

Faktor Fisiologis (Lamb dan Arnold,1976)

Faktor fisiologis mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis, dan jenis kelamin. Kelelahan
juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar
membaca. Beberapa ahli mengemukakan bahwa keterbatasan neurologis (misalnya berbagai cacat otak)
dan kekurang matangan secara fisik merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan anak gagal
dalam meningkatkan kemampuan membaca. Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat
penglihatan bisa memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Analisis bunyi, misalnya mungkin
sukar bagi anak yang mempunyai masalah pada alat bicara dan alat pendengaran. Walaupun tidak
mempunyai gangguan pada alat penglihatannya, beberapa anak mengalami kesukaran belajar
membaca. Hal itu dapat terjadi karena belum berkembangnya kemampuan mereka dalam membedakan
simbol – simbol cetakan, seperti huruf – huruf, angka – angka, dan kata – kata misalnya anak belum bisa
membedakan b, p, dan d. Perbedaan pendengaran (auditory discrimination) adalah kemampuan
mendengarkan kemiripan dan perbedaan bunyi bahasa sebagai faktor penting dalam menentukan
kesiapan membaca anak.

b. Faktor Intelektual (Lamb dan Arnold,1976)

Intelektual/inteligensi didefinisikan oleh Heinz sebagai suatu kegiatan berpikir yang terdiri dari
pemahaman yang esensial tentang situasi yang diberikan dan meresponsnya secara tepat. Wechster
mengemukakan bahwa intelegensi ialah kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan
tujuan, berpikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan.

Penelitian Ehansky dan Muehl dan Forrell yang dikutip oleh Harris dan Sipay menunjukkan bahwa secara
umum ada hubungan positif (tetapi rendah) antara kecerdasan yang diindikasikan oleh IQ dengan rata –
rata peningkatan remedial membaca. Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rubin bahwa
banyak hasil penelitian memperlihatkan tidak semua siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi
tinggi menjadi pembaca yang baik.

c. Faktor Lingkungan (Lamb dan Arnold,1976)

Faktor lingkungan itu mencakup: latar belakang dan pengalaman siswa dirumah, dan sosial ekonomi
keluarga siswa.
Latar belakang dan pengalaman anak di rumah

Lingkungan dapat membentuk pribadi, sikap, nilai, dan kemampuan bahasa anak. Kondisi di rumah
mempengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Anak yang tinggal di dalam rumah
tangga yang harmonis, rumah yang penuh dengan cinta kasih, dimana orang tuanya memahami anak –
anaknya, dan mempersiapkan mereka dengan rasa harga diri yang tinggi, tidak akan menemukan
kendala yang berarti dalam membaca.

Sosial ekonomi keluarga siswa

Faktor sosioekonomi, orang tua, dan lingkungan tetangga merupakan faktor yang membentuk
lingkungan rumah siswa. Beberapa penelitian memperlihatkan bahwa status sosioekonomi siswa
mempengaruhi kemampuan verbal siswa. Semakin tinggi status sosioekonomi siswa semakin tinggi
kemampuan verbal siswa. Anak – anak yang mendapat contoh bahasa yang baik dari orang dewasa serta
orang tua yang berbicara dan mendorong anak – anak mereka berbicara akan mendukung
perkembangan bahasa dan inteligensi anak. Begitu pula dengan kemampuan membaca anak. Anak –
anak yang berasal dari rumah yang memberikan banyak kesempatan membaca, dalam lingkungan yang
penuh dengan bahan bacaan yang beragam akan mempunyai kemampuan membaca yang tinggi.

d. Faktor Psikologis (Lamb dan Arnold,1976)

Faktor ini mencakup: motivasi, minat, dan kematangan sosial, emosi,dan penyesuaian diri.

Motivasi

Motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca. Eanes mengemukakan bahwa kunci motivasi itu
sederhana, tetapi tidak mudah untuk mencapainya. Crawley dan Mountain mengemukakan bahwa
motivasi ialah sesuatu yang mendorong seseorang belajar atau melakukan suatu kegiatan. Motivasi
belajar mempengaruhi minat dan hasil belajar siswa.

Minat

Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha – usaha seseorang untuk membaca. Orang yang
mempunyai minat membaca yang kuat akan diwujudkannya dalam kesediaannya untuk mendapat
bahan bacaan dan kemudian membacanya atas kesadarannya sendiri.
Kematangan sosial, emosi,dan penyesuaian diri

Seorang siswa harus mempunyai pengontrolan emosi pada tingkat tertentu. Anak – anak yang mudah
marah, menangis, dan bereaksi secara berlebihan ketika mereka tidak mendapatkan sesuatu, atau
menarik diri, akan mendapat kesulitan dalam pelajaran membaca. Sebaliknya, anak – anak yang lebih
mudah mengontrol emosinya, akan lebih mudah memusatkan perhatiannya pada teks yang dibacanya.
Pemusatan perhatian pada bahan bacaan memungkinkan kemajuan kemampuan anak – anak dalam
memahami bacaan akan meningkat. Percaya diri sangat dibutuhkan oleh anak – anak.

e. Kemampuan berbahasa

Apabila seseorang menghadapi bacaan yang bahasanya tidak pernah didengarnya maka akan sulit
memahami teks bacaan tersebut. Penyebabnya adalah keterbatasan kosakata yang dimilikinya.

f. Disleksia

Disleksia adalah salah satu tipe dari kesulitan belajar khusus dimana kesulitan tersebut mempengaruhi
kemampuan seseorang didalam membaca atau mengeja. Karakteristik disleksia ditandai dengan
kesulitan didalam membaca dan menulis sebuah huruf. Gejala ini muncul sebelum memasuki sekolah
dengan ditandai terlambat bicara, lemah dalam pengucapan/berbicara, kesulitan dalam mengenali dan
belajar ritme, dan kesulitan dalam menulis namanya sendiri atau menceritakan kembali sebuah cerita.
Pada saat SD anak mengalami masalah dalam membaca huruf, lemah dalam mengeja, bingung dengan
tulisan/huruf ketika menulis, sulit untuk mengerti tata bahasa dan tidak suka dalam membaca. Disleksia
sangat sulit untuk di diagnosa dan ini dikenali karena neurobiological dan genetic. Disleksia bukanlah
gejala intelegensi rendah yang merupakan ukuran kesuksesan seseorang. Disleksia tidak dapat
disembuhkan, kebanyakan penderita disleksia dapat diajar untuk membaca dengan cara yang efektif.
Kemajuan dalam kecakapan berbicara pada penderita disleksia dapat diajar dengan cara perseorangan
dengan menggunakan pendekatan multi sensori.

Anda mungkin juga menyukai