Kualitas Produk
Kualitas Produk
dengan kualitas, tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa kualitas atau mutu adalah
karakteristik dari suatu produk atau jasa yang ditentukan oleh pemakai atau customer
dan diperoleh melalui pengukuran proses serta melalui perbaikan yang berkelanjutan
(Continuous Improvement).
Dalam perspektif Total Quality Management (TQM), kualitas dipandang secara lebih luas, dimana
tidak hanya aspek hasil saja yang ditekankan, melainkan juga meliputi proses, lingkungan, dan manusia.
Kualitas merupakan suatu proses didalam penilaian suatu produk atau jasa yang akan dirasakan langsung
dari pelanggan atau si penerima pelayanan itu sendiri.
Kualitas juga dapat diartikan sebagai standar yang harus dicapai oleh seseorang, kelompok, atau
lembaga organisasi mengenai kualitas SDM, kualitas cara kerja, serta barang dan jasa yang dihasilkan.
Kualitas pula mempunyai arti yaitu memuaskan kepada yang dilayani baik secara internal maupun
eksternal yaitu dengan memenuhi kebutuhan dan tuntutan pelanggan atau masyarakat.
1. Menurut Gerson (2004 :45), kualitas adalah apapun yang dianggap pelanggan sebagai mutu.
2. Sementara itu Kotler (2005: 57) mendefinisikan kualitas adalah keseluruhan sifat suatu produk
atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang
dinyatakan atau tersirat. Melalui Pengertian dan teori ini dapat diketahui bahwa suatu barang atau
jasa akan dinilai bermutu apabila dapat memenuhi ekspektasi konsumen akan nilai produk yang
diberikan kepada konsumen tersebut. Artinya, mutu atau kualitas merupakan salah satu faktor
yang menentukan penilaian kepuasan konsumen.
3. The American Society for Quality Control mengartikan kualitas sebagai totalitas fitur dan
karakteristik produk atau jasa yang memiliki kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang
dinyatakan maupun implisit. Hali ini biasa saja produk barang atau jasa yang bisa menentukan
mutu yang akan mempangaruhi kepuasan konsumen.
4. Kemudian Kotler (Arief 2007: 118) menyebutkan bahwa produsen dikatakan telah
“menyampaikan” kualitas jika produk atau jasa yang ditawarkannya sesuai atau melampaui
ekspektasi pelanggan. Dari uraian di atas maka kualitas dapat diartikan sebagai totalitas dari
karakteristik suatu produk (barang/jasa) yang menunjang kemampuan dalam memenuhi
kebutuhan.
5. Deming (Tjiptono & Diana 2003: 24) menyatakan bahwa kualitas merupakan suatu tingkat yang
dapat diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan pada biaya yang rendah dan sesuai
dengan pasar.
6. Kemudian definisi kualitas menurut Juran (Tjiptono 2003: 53) adalah sebagai fitness for use, yang
mengandung pengertian bahwa suatu produk atau jasa harus dapat memenuhi apa yang
diharapkan oleh pemakainya. Mengikuti definisi di atas maka kualitas dapat didefinisikan sebagai
suatu tingkat yang dapat diprediksi dari keseragaman dan ketergantungan pada biaya yang
rendah sesuai dengan pasar dan harus dapat memenuhi apa yang diharapkan oleh pemakainya.
7. Menurut Wyckof (Arief 2007:118) kualitas jasa adalah tingkat keunggulan tersebut untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhan pelanggan. Baik tidaknya kualitas tergantung kepada
kemampuan penyedia jasa pelayanan dalam memenuhi harapan pelanggan secara konsisten.
8. Pengertian kualitas menurut Tjiptono (2005:2) terdiri dari beberapa poin diantaranya:
1. Kesesuaian dengan kecocokan/tuntutan.
2. Kecocokan untuk pemakaian.
3. Perbaikan / penyempurnaan berkelanjutan.
4. Bebas dari kerusakan/cacat.
5. Pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap saat.
6. Melakukan segala sesuatu secara benar dengan semenjak awal.
7. Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan.
9. Sinambela dkk (2010: 6), mendefinisikan kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi
keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of costumers).
Kesimpulan : Berdasarkan beberapa pendapat di atas, kualitas adalah standar yang harus dicapai oleh
seseorang, kelompok, atau lembaga organisasi mengenai kualitas SDM, kualitas cara kerja, serta barang
dan jasa yang dihasilkan. Kualitas juga mempunyai arti yaitu memuaskan kepada yang dilayani baik
secara internal maupun eksternal yaitu dengan memenuhi kebutuhan dan tuntutan pelanggan atau
masyarakat. Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang telah memenuhi standar dan dilakukan
secara maksimal yang harus dicapai oleh suatu organisasi atau instansi.
Pengertian kualitas dapat diartikan ke dalam tujuh poin yang meliputi kesesuaian dan kecocokan
yang diharapkan oleh konsumen serta selalu melakukan perbaikan apabila konsumen merasa kurang puas
akan pelayanan yang diberikan dengan cara malakukan pemenuhan kebutuhan konsumen dari awal dan
melakukan sesuatu dengan benar. Sehingga konsumen dapat merasakan pelayanan yang sudah diberikan
oleh produsen. Berdasarkan berbagai penjelasan tersebut, maka kualitas dapat dimaknai sebagai kinerja
profesional, yang orientasinya terhadap pemenuhan dan kebutuhan konsumen akan hak dasarnya berupa
pelayanan. Konsep kualitas secara luas tidak hanya menekankan pada aspek hasil tetapi juga kualitas manusia
dan kualitas prosesnya. Bahkan Stephen Uselac menegaskan bahwa kualitas bukan hanya mencakup produk
dan jasa, tetapi juga meliputi proses, linkungan dan manusia.Meskipun tidak ada defenisi mengenai kualitas
yang diterima secara universal, dari defenisi-defenisi yang ada terdapat beberapa kesamaan, yaitu dalam
elemen-elemen sebagai berikut :
“Kualitas meruapak suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, prose dan
linkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”
• Deming (1986): The difficulty in defining quality is to translate future needs of the user
into measurable characteristics, so that a product can be designed and turned out to give
satisfaction at a price that will user pay. (Kesulitan dalam pendefinisian kualitas adalah
mentranslate atau mengubah kebutuhan yang akan datang dari user atau pengguna kedalam
suatu karakteristik yang dapat diperlakukan , supaya sebuah produk dapat didisain dan diubah
untuk memberikan kepuasan dengan harga yang akan dibayar oleh user atau pemakai).
• Crosby (1979) : Quality is conformance to requirements or specification. (Kualitas adalah
kesesuaian dari permintaan atau spesifikasi).
• Juran (1974): Quality is fitness for use. (Kualitas adalah kelayakan atau kecocokan
penggunaan).
• Hence: The quality of a product or service is the fitness of that product or service for
meeting its intended used as required by the customer. (Kualitas dari suatu produk atau jasa
adalah kelayakan atau kecocokan dari produk arau jasa tersebut untuk memenuhi kegunaannya
sehingga sesuai dengan yang diinginkan oleh pembeli).
Kualitas merupakan salah satu faktor yang dipakai oleh konsumen untuk membeli suatu
produk, yang mana suatu produk dapat dibandingkan dengan pesaingnya berdasarkan
kualitasnya. Banyak sekali definisi mengenai kualitas adalah sebagai berikut:
Menurut Evans & Lindsay, kulaitas adalah salah satu kunci keunggulan dalam bersaing
atau kemampuan sebuah perusahanaan untuk mencapai keunggulan pasar.
Menurut Goesth & Davis, kualitas adalah kondisi dinamis yang berkaitan dengan
produk, layanan, manusia, proses, lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan.
Menurut Iyung Pahan, kualitas adalah gambaran dan karakteristik barang atau jasa
yang menunjukkan kemempuannya dalam memuaskan hubungan yang ditentukan
atau tersirat.
Menurut Harvard Business school, kualitas adalah salah satu hal penting bagi sebuah
produk atau jasa. Kualitas juga sebagai salah satu dari tiga faktor penting yang
mempengaruhi konsumen ketika ingin membeli sebuah produk atau jasa.
Menurut Deming, kualitas adalah pertemuan kebutuhan dan harapan konsumen
secara berkelanjutan atas biaya yang telah mereka keluarkan.
Menurut Philip Crosby, kualitas adalah kesesuaian sesuatu dengan yang diisyaratkan.
Menurut Elliot, kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk orang yang berbeda pula
dan hal terseburt bergantung pada waktu dan tempat yang sesuai dengan tujuannya.
Menurut M. Suyanto, kualitas adalah ukuran baik tidaknya sebuah produk sesuai
dengan kebutuhan spesifik pelanggan yang meliputi kualitas kinerja, kesesuaian,
daya tahan dan keandalannya.
Menurut ( The American Society for Quality Control ) kualitas adalah keseluruhan
ciri-ciri dna karakteristik-karakteristik dari suatu produk/jasa dalam hal kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah ditentukan/bersifat laten
( Lupiyoadi, 2001 ).
Goest dan Davis ( 1994 ) dalam Tjiptono ( 2004 ) merumuskan bahwa kualitas adalah
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungan yang memenuhi/melebihi harapan. Konsep itu sendiri sering dianggap
sebagai ukuran relatif kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas
desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas desain merupakan fungsi spesifikasi produk,
sedang kualitas ksesesuaian adalah suatu ukuran seberapa jauh produk mampu
memberi persyaratan/spesifikasi kualitas yang telah ditetapkan ( Tjiptono, 2004 ).
Berdasarkan pengertian kualitas menurut pata ahli di atas, bisa disimpulkan bahwa
kualitas meliputi elemen-elemen yang sama, yakni usaha memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan, kondisi yang selalu berubah tergantung dari penilaian tiap orang,
dan kualitas mencakup segala hal ( produk, jasa, manusia, dan lingkungannya ).
Meski kualitas merupakan konsep yang cukup sulit untuk dipahami dan disepakati
bersama, kenyataannya beberapa pengertian di atas bisa ditarik secara garis besar.
Hal ini menandakan bahwa perbedaan uraia pengertian tersebut masih bisa
dipandang dari sudut yang sama dan bisa menghasilkan pemahaman yang sama pula.
Pada dasarnya terdapat 3 orientasi kualitas yang seharusnya konsisten satu sama lain
:
1. Persepsi konsumen
2. Produk
3. Proses
Untuk produk-produk yang berwujud barang, ketiga orientasi ini hampir selalu
dapat dibedakan dengan jelas, bahkan produk produknya adalah proses itu sendiri
( Lupiyoadi, 2001 ).
Berdasarkan uraian tersebut, maka kualitas dapat diberi pengertian sebagai totalitas
dari karakteristik suatu produk (barang atau jasa) yang menunjang kemampuannya
untuk memenuhi kebutuhan. Kualitas sering kali diartikan sebagai segala sesuatu
yang memuaskan konsumen atau sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan.
Stanton (1985:222-223) mendefinisikan produk sebagai berikut :
Sekumpulan atribut yang nyata (intangible) yang terkait dalam sebuah bentuk yang
dapat didentifikasikan, di dalamnya sudah ter-cakup warna, harga, kemasan,
prestise pabrik, prestise pengecer, dan pelayanan dari pabrik serta pengecer yang
mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang bisa memuaskan keinginan.
Menurut Kotler (1998:53) produk adalah segala sesuatu yang dapat
ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan. Jadi,
pada dasarnya produk adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi
kebutuhan atau keinginan masyarakat atau konsumen. Bagi perusahaan yang
memproduksi suatu produk atau jasa, produk adalah alat atau sarana untuk
mencapai sasaran, yaitu keuntungan perusahaan atau tujuan tertentu. Dalam
era globalisasi ini, tampaknya masyarakat atau konsumen semakin kritis
dalam menilai suatu produk.
Stanton (1985:285-286) memberi pengertian kualitas produk :
Suatu jaminan dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen dalam memilih suatu
produk dan dalam masalah ini citra rasa pribadi sangat berperan.
Dalam konsteks tersebut, dapat dipetik beberapa hal penting dalam membahas
“kualitas produk”, yakni :
1) Kata “jaminan” mengandung pengertian bahwa produk yang ditawarkan kepada
konsumen benar-benar telah melalui proses pengukuran dan pengujian yang cermat
dan rasional, sehingga layak untuk disertai dengan jaminan.
2) Kata “cita rasa” yang menjadi motivasi konsumen dalam memilih produk adalah
faktor yang menjadi fokus perhatian produsen atau pemasar. Jadi siapa yang
menjadi konsumen atau pembeli itu sangat penting diketahui oleh pihak produsen
atau pemasar.
3) Antara jaminan dan faktor kebutuhan terdapat rasionalisasi dan relevansi yang
harus diterjemahkan secara tepat oleh pihak produsen atau pemasar.
Tujuan umum pembentukan kualitas produk itu sendiri adalah untuk meyakinkan
konsumen bahwa produk yang terbaik menurut kebutuhan konsumen. Bahkan
untuk lebih meyakinkan ada perusahaan-perusahaan yang berani memberi jaminan
ganti rugi bila produknya tidak berkualitas atau tidak sesuai dengan promosi yang
disampaikan.
Dalam era perdagangan bebas seperti sekarang ini, dimana persaingan produk
semakin marak, perkara kualitas produk dan pelayanan menjadi sangat penting
untuk ditonjolkan. Sebab bila hal ini tidak ditonjolkan maka konsekuensi logisnya
adalah bahwa kualitas produk dan pelayanan yang ditawarkan bisa tergeser oleh
kualitas produk dan pelayanan lain yang sejenis, yang lebih meyakinkan
konsumen.
Pengertian Produk adalah semua yang bisa ditawarkan dipasar untuk mendapatkan perhatian,
permintaan, pemakaian atau konsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan konsumen (
Sumarni dan J. Supranto, 1997 dalam Tjiptono, 2006:95 ).
Pengertian Kualitas Produk mencerminkan kemampuan produk untuk menjalankan tugasnya yang
mencakup daya tahan, kehandalan, kemajuan, kekuatan, kemudahan dalam pengemasan, dan
reparasi produk dan ciri-ciri lainnya ( kotler dan Armstrong, 1997:279 ).
Mutu atau kualitas dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menentukan bahwa suatu barang dapat
memenuhi tujuannya. Mutu atau kualitas merupakan tingkatan pemuasan suatu barang.
1. Proses pembuatan produk dan perlengkapan serta pengaturan yang digunakan dalam
proses.
2. Aspek penjualan
Apabila kualitas dari barang yang dihasilkan dari barang terlalu rendah akan dapat
menyebabkan berkurangnya penjualan. Sebaliknya apabila kualitas dari barang yang
dihasilkan dari barang terlalu tinggi membuat harga jual semakin mahal sehingga jumlah
yang terjual karena kemampuan beli terbatas.
3. Perubahan permintaan konsumen
Konsumen atau pemakai sering menginginkan adanya perubahan-perubahan barang yang
dipakainya baik berupa kuantitas maupun kualitas.
4. Peranan Inspeksi
Selain dapat mengawasi atau menjadi kualitas standar yang telah ditetapkan juga berusaha
untuk memperkecil biaya produksi.
Pengertian Brand atau cap dagang adalah nama, istilah, tanda, simbol atau desain atau kombinasi
dari hal-hal tersebut yang mengidentifikasikan barang atau jasa dari suatu penjual atau grup dari
penjualan dan untuk membedakan mereka dari para kompetitor. ( Kotler, 1996:283 ).
Kualitas yang dipersepsikan ( perceived quality ) yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung
jawab perusahaan terhadapnya. Biasanya karena kurangnya pengetahuan atau informasi akan
atribut atau ciri-ciri produk yang akan dibeli, maka seringkali pembeli mempersepsikan kualitas
produk dari beberapa aspek, yaitu : harga, nama merek, iklan, reputasi perusahaan, maupun negara
pembuatnya. ( Tjiptono,1999:26 ).
Menurut Griffin ( 2002:42 ), ada beberapa tahap untuk mengelola kualitas suatu produk :
Salah satu nilai utama yang diharapkan oleh pelanggan dari produsen adalah kualitas produk dan
jasa yang tertinggi. Menurut American Society for Quality Control, kualitas adalah keseluruhan ciri
serta sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat. Menurut Kotler : Kualitas produk adalah kemampuan
suatu barang untuk memberikan hasil / kinerja yang sesuai atau melebihi dari apa yang diinginkan
pelanggan. Sedangkan Garvin yang dikutip oleh Gaspersz, untuk menentukan kualitas produk, dapat
dimasukkan ke dalam 6(enam) dimensi, yaitu :
1. Performance; berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan karakterisitik utama
yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut.
2. Feature; karakteristik sekunder atau pelengkap yang berguna untuk menambah fungsi dasar yang
berkaitan dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.
3. Reliability; berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil menjalankan
fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi tertentu pula.
4. Conformance; berkaitan dengan tingkat kesesuaian dengan spesifikasi yang ditetapkan sebelumnya
berdasarkan keinginan pelanggan. Kesesuaian merefleksikan derajat ketepatan antara karakteristik
desain produk dengan karakteristik kualitas standar yang telah ditetapkan.
5. Durability ; berkaitan dengan berapa lama suatu produk dapat digunakan.
6. Service Ability ; karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan , kompetensi kemudahan dan akurasi
dalam memberikan layanan untuk perbaikan barang.
7. Aesthetic ; karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-nilai estetika yang berkaitan dengan
pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi individual.
8. Fit and Finish ; karakteristik yang bersifat subyektif yang berkaitan dengan perasaan pelanggan
mengenai keberadaan produk sebagai produk yang berkualitas.
Pengertian kualitas sangat beraneka ragam. Menurut Boetsh dan Denis yang dikutip oleh Fandy
Tjiptono : Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk,jasa,manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Pendapat
diatas dapat dimaksudkan bahwa seberapa besar kualitas yang diberikan yang berhubungan dengan
produk barang beserta faktor pendukungnya memenuhi harapan penggunanya. Dapat diartikan
bahwa semakin memenuhi harapan konsumen, produk tersebut semakin berkualitas.
Relevan dengan pendapat diatas, Clark mendefinisikan kualitas sebagai ” how consistenly the
product or service delivered meets or exceeds the customer’s (internal or eksternal) expectation and
needs” (seberapa konsisten produk atau jasa yang dihasilkan dapat memenuhi pengharapan dan
kebutuhan internal dan eksternal pelanggan).
Sedangkan Stevenson mendefinisikan kualitas sebagai ” the ability of a product or service to
consistently meet or exceed customer expectations” (kemampuan dari suatu produk atau jasa untuk
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan).
Dengan kata lain, meskipun menurut produsennya, barang yang dihasilkannya sudah melalui
prosedur kerja yang cukup baik, namun jika tetap belum mampu memenuhi standar yang
dipersyaratkan oleh konsumen, maka kualitas barang atau jasa yang dihasilkan oleh produsen
tersebut tetap dinilai sebagai suatu yang memiliki kualitas yang rendah. Disamping harus mampu
memenuhi standar yang dipersyaratkan oleh konsumen, baik buruknya kualitas barang yang
dihasilkan juga dapat dilihat dari konsistensi keterpenuhan harapan dan kebutuhan masyarakat.
Pernyataan ini menegaskan bahwa kualitas tersebut hendaknya dinilai secara periodik dan
berkesinambungan sehingga terlihat konsistensi keterpenuhan standar diatas.
Dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas produk dapat menentukan kepuasan
pelanggan yang berhubungan dengan harapan dari pelanggan itu sendiri terhadap kualitas produk
yang dirasakannya. Sedangkan menurut Stevenson, dimensi kualitas produk adalah sebagai berikut :
1. Performance, hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan karakteristik
utama yang dipertimbangkan pelanggan dalam membeli barang tersebut.
2. Aesthetics, merupakan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-nilai estetika yang
berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi individual.
3. Special features, yaitu aspek performansi yang berguna untuk menambah fungsi dasar, berkaitan
dengan pilihan-pilihan produk dan pengembangannya.
4. Conformance, hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian terhadap spesifikasi yang ditetapkan
sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan.
5. Reliability, hal ini yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang berhasil
menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode waktu tertentu dan dalam kondisi
tertentu pula.
6. Durability, yaitu suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan atau masa pakai barang.
7. Perceived Quality, berkaitan dengan perasaan pelanggan mengenai keberadaan produk tersebut
sebagai produk yang berkualitas.
8. Service ability, berkaitan dengan penanganan pelayanan purna jual, seperti penanganan keluhan
yang ditujukan oleh pelanggan.
Secara definisi, Kualitas atau Mutu adalah tingkat baik atau buruknya suatu produk yang dihasilkan
apakah sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan ataupun kesesuaiannya terhadap kebutuhan.
Sedangkan penilaian tentang baik atau buruknya kualitas suatu produk dapat ditentukan dalam 8
(delapan) dimensi kualitas yang diperkenalkan oleh seorang Ahli Pengendalian Kualitas yang
bernama David A. Garvin pada tahun 1987. Delapan Dimensi Kualitas yang dikemukakan oleh
David A. Garvin ini kemudian dikenal dengan 8 Dimensi Kualitas Garvin.
Kualitas barang dan jasa yang diproduksi haruslah menjadi perhatian utama bagi seorang
wirausahawan. Kualitas barang dan jasa menyangkut kepercayaan pelanggan, sehingga harus
benar-benar diperhatikan. Jika sampai kehilangan kepercayaan dari pelanggan maka bisa dikatakan
tamatlah riwayat suatu usaha.
Jika dilihat dari konsumen yang menggunakan, maka produk semacam ini dapat dikelompokkan
menjadi barang konsumen dan produk industri.
Ketika seorang wirausahawan memilih sektor jasa jsebagai usaha yang dipilihnya, maka ia harus
mempertimbangkan empat katakteristik yang dimiliki oleh sektor jasa. Keempat karakteristik tersebut
sebagai berikut.
a) Tak berwujud (intangible). Jasa tidak bisa dilihat, didengar, dan dirasakan sebelum jasa itu dibeli.
Contoh jasa tak terwujud adalah jasa pemijatan.
b) Tak terpisahkan (inseparable). Tidak dapat dipisahkan hubungan antara produsen dan
konsumen. Misalnya, dalam suatu kursus bahasa asing, orang yang mengikuti kursus sebagai
konsumen sedangkan instruktur sebagai produsen. Hasil kursus (cepat bisa atau tidak) tergantung
pada kedua belah pihak instruktur maupun orang yang kursus.
c) Berubah-ubah (variable). Kualitas Jasa yang diberikan berbeda-beda tiap tempat usaha
meskipun jenis jasa yang diberikan sama. Misalnya, hasil cuci mobil di tempat yang satu berbeda
dengan tempat yang lain, dalam hal tingkat kebersihan dan kerapiannya.
d) Dapat musnah (perishable). Jasa tidak bisa disimpan untuk dijual pada waktu berikutnya.
Misalnya, tempat duduk untuk pesawat. Jika ada kursi yang kosong maka pesawat tetap berangkat
dan kursi itu tidak bisa dijual untuk penerbangan berikutnya.
Seorang wirausahawan, satain mengerti jenis produk yang akan dibuat atau dijualnya, juga hams
mengetahui tingkatan-tingkatan yang melekat pada produk tersebut. Di antaranya sebagai berikut.
a) Produk utama (core product). Produk adalah produk yang’dapat langsung dimanfaatkan oleh
konsumen yang membeli, misalnya permen dan roti.
b) Produk nyata atau berwujud (tangible-product). Tingkatan produk ini melekat pada produk utama
dan mendorong konsumen untuk membeli. Contohnya kemasan menarik, menggiurkan, dan
sebagainya; mereknya sudah terkenal dan konsumen sudah yakin merek tersebut pasti enak (image
dan citra); reputasi dan kekuatan merek; ciri-ciri produk seperti warna memikat, dapat digenggam,
ringan, dan sebagainya; kemudahan menggunakan produk.
c) Produk tambahan (augmented product). Tingkatan produk ini merupakan tambahan baik itu
berupa jasa, pelayanan, keuntungan atau nilai yang ada pada suatu produk. Contohnya pengiriman
barang cepat dan tepat waktu; jaminan kualitas, jaminan umur produk, jaminan waktu pemakaian,
layanan puma jual; gengsi yang diperoleh konsumen ketika membeli barang tersebut.
b. Kualitas Produk
Produk memiliki arti penting bagi perusahaan karena tanpa adanya produk,
perusahaan tidak akan dapat melakukan apapun dari usahanya. Pembeli akan membeli
produk kalau merasa cocok, karena itu produk harus disesuaikan dengan keinginan ataupun
kebutuhan pembeli agar pemasaran produk berhasil. Dengan kata lain, pembuatan produk
lebih baik diorientasikan pada keinginan pasar atau selera konsumen. Menurut Kotler dan
Amstrong (2001: 346) adalah ”Segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke
pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang
dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan”.
Juran dkk sebagaimana dikutip oleh Ghobadian et al, memberi batasan kualitas
suatu strategi dasar bisnis yang menghasilkan barang dan jasa yang memenuhi
kebutuhan dan kepuasan konsumen internal dan eksternal, secara eksplisit dan
ciri serta sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada kemampuan
untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang tersirat”. Ini jelas
dapat memberikan kualitas bila produk atau pelayanan yang diberikan dapat
ciri dan karekteristik yang dimiliki suatu produk/jasa yang dapat memberikan
kepuasan konsumen. Walaupun kualitas jasa lebih sulit didefinisikan dan dinilai
dari pada kualitas produk, nasabah tetap akan memberikan penilaian terhadap
nasabah sehingga bank dapat merancang jasa yang ditawarkan secara efektif.
Menurut Kotler (2005:49), “Kualitas produk adalah keseluruhan ciri serta dari suatu
produk atau pelayanan pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan/
tersirat”. Sedangkan menurut Lupiyoadi (2001:158) menyatakan bahwa “ Konsumen akan
merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan
berkualitas “.
Menurut Siemens, kualitas adalah ketika pelanggan kita kembali dan produk kita tidak
kembali. Sedangkan menurut The American Society for Quality, kualitas adalah karakteristik produk
yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan pelanggan.yang dinyatakan
atau tersirat.
Suatu perusahaan hams menentukan tingkat kualitas atas barang yang diproduksinya sesuai dengan
yang dikehendaki pasar atau konsumennya. Setelah kualitas barang yang dijual atau diproduksi
sesuai dengan keinginan pasar, seorang pengusaha harus menjaga kualitas barang yang diproduksi
selanjutnya tetap sama dengan baring yang sudah dapat diterima pasar. Dengan demikian,
konsumen tetap mempercayai produk tersebut.
Pada suatu usaha jasa, seorang pengusaha harus dapat mengidentifikasi harapan pelanggan
terhadap kualitas yang diinginkan. Dalam hal ini, kualitas jasa sangat bergantung pada interaksi
antara pengusaha atau karyawannya dengan konsumen atau pelanggan. Dunia usaha sangat tinggi
tingkat persaingannya. Oleh karena itu seorang wirausaha juga hams memerhatikan dan
membandingannya dengan produk pesaing. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
Atribut Produk
a. Merek (Brand)
b. Pengemasan (Packing)
Pengemasan (Packing) adalah kegiatan merancang dan membuat wadah atau
pembungkus suatu produk.
Tingkatan Produk
Berdasarkan definisi diatas produk dapat dikatakan sebagai fokus inti dari
semua bisnis. Produk adalah apa yang dilakukan perusahaan, mulai dari mendesain,
mengadakan sistem produksi dan operasi, menciptakan program pemasaran, sistem
distribusi, iklan dan mengarahkan tenaga penjual untuk menjual produk tersebut.
a. Produk Utama (Care Benefit), yaitu manfaat yang sebenarnya dibutuhkan dan
akan dikonsumsi oleh pelanggan dari setiap produk.
b. Produk Generik (Basic Produk), adalah produk dasar yang mampu memenuhi
fungsi pokok produk yang paling dasar.
Klasifikasi Produk
a. Barang Konsumen
4) Barang yang tidak dicari (Unsought Goods) adalah barang-barang yang tidak
diketahui konsumen atau walau sudah diketahui namun secara umum konsumen belum
terpikir untuk membelinya.
b. Barang Industri
Menurut Orville, Larreche, dan Boyd (2005: 422) apabila perusahaan ingin
mempertahankan keunggulan kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek
dimensi apa saja yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual
perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Dimensi kualitas produk yaitu:
2. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang
bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin besar frekuensi
pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin besar pula daya tahan produk.
1) Kinerja (Performance)
Yaitu karakteristik operasi pokok dari produk inti (Core Product) yang dibeli,
misalnya kecepatan, konsumsi bahan bakar, jumlah penumpang yang dapat diangkut,
kemudahan dan kenyamanan dalam mengemudi dan sebagainya.
3) Keandalan (Reliability)
Yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal dipakai, misalnya
mobil tidak sering ngadat/macet/rewel/rusak.
Berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan. Dimensi
ini mencakup umur teknis maupun umur ekonomis penggunaan mobil.
6) Estetika (Asthethic)
Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera. Misalnya bentuk fisik mobil yang
menarik, model atau desain yang artistik, warna, dan sebagainya.
Strategi Harga
Defenisi Harga
Kotler dan Amstrong (2001 : 339) mengatakan bahwa : “Harga adalah jumlah uang
yang dibebankan untuk sebuah produk atau jasa”. Lebih luas lagi, harga adalah jumlah nilai
yang konsumen pertukarkan untuk mendapatkan manfaat dari memiliki atau menggunakan
produk atau jasa”.
Menurut Lamb et.al (2001:268), “Harga adalah apa yang harus diberikan oleh
konsumen (pembeli) untuk mendapatkan suatu produk”.
Menurut Swastha ( 2010 : 147 ), “ Harga adalah jumlah uang ( ditambah beberapa
barang kalau mungkin ) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari
barang beserta pelayanannya “.
b. Memaksimalkan laba
a. Meningkatkan penjualan.
a. Menstabilkan harga
b. Menangkal persaingan.
Cara ini dapat dilakukan kalau perusahaan dapat meyakinkan konsumen bahwa
barang yang dijual mempunyai kualitas lebih baik, bentuk yang lebih menarik dan
mempunyai kelebihan lain dari barang yang sejenis yang telah ada dipasaran.
Cara ini dipilih untuk mempertahankan agar langganan tidak beralih ketempat
lain.
Swasta (2010 :246) menjelaskan tingkat harga terjadi dipengaruhi oleh beberapa
faktor, seperti :
1. Keadaan Perekonomian
Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku.
Permintaan adalah sejumlah barang yang diminta oleh pembeli pada tingkat
harga tertentu. Penawaran yaitu suatu jumlah yang ditawarkan oleh penjual pada suatu
tingkat harga tertentu.
3. Elastisitas permintaan
Faktor lain yang dapat mempengaruhi penentuan harga adalah sifat permintaan
pasar.
4. Persaingan
Harga jual beberapa macam barang sering dipengaruhi oleh keadaan persaingan
yang ada.
5. Biaya
Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang
tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian.
6. Tujuan perusahaan
- Laba maksimum
- Penguasaan pasar
7. Pengawasan pemerintah
1. Meningkatkan penjualan
Indikator Harga
1. Tingkat harga
2. Potongan harga
3. Waktu pembayaran
Dalam penelitian ini indikator harga yang digunakan adalah tingkat harga dan
potongan harga, karena di PT Abadi Karunia syarat pembayaran menggunakan kartu kredit
belum diberlakukan dan waktu pembayaran saat itu juga dengan kata lain harus tunai.
Yamit (2001:77) mengatakan : “Minat beli konsumen merupakan evaluasi purna beli
atau hasil evaluasi setelah membandingkan apa yang dirasakan dengan harapannya”.
Menurut Durianto, dkk (2003:109) niat untuk membeli merupakan sesuatu yang
berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu, serta berapa
banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode tertentu. Niat beli merupakan pernyataan
mental konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek
tertentu. Pengetahuan akan niat beli sangat diperlukan para pemasar untuk mengetahui
niat konsumen terhadap suatu produk maupun untuk memprediksikan perilaku konsumen
pada masa yang akan datang. Minat membeli terbentuk dari sikap konsumen terhadap
produk dari keyakinan konsumen terhadap kualitas produk. Semakin rendah keyakinan
konsumen terhadap suatu produk akan menyebabkan menurunnya minat beli konsumen.
Uraian mengenai pengertian minat beli diatas maka dapat disimpulkan bahwa minat
beli adalah tahap kecenderungan perilaku membeli dari konsumen pada suatu produk
barang atau jasa yang dilakukan pada jangka waktu tertentu dan secara aktif menyukai dan
mempunyai sikap positif terhadap suatu produk barang/jasa, didasarkan pada pengalaman
pembelian yang telah dilakukan pada masa lampau.
Minat beli pelanggan dapat dilihat dari hasil (Outcome) yang dirasakan atas
penggunaan produk dan jasa, sama atau melebihi harapan yang diinginkan. Hal ini dapat
dilihat dari beberapa metode yang digunakan untuk mengukur minat beli konsumen.
2) Ghost Shopping
2) Ghost Shopping
Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan konsumen adalah
dengan mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai pembeli
potensial, kemudian melaporkan temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan
produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian
produk-produk tersebut.
d. Selain itu responden juga dapat diminta untuk merangking berbagai elemen dari
penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik kinerja
perusahaan dalam masing-masing elemen (Importance/Performance Ratings).
Tjiptono dan Diana (2005, 106-107) mengemukakan terdapat sepuluh (10) kunci
sukses mengukur minat beli konsumen, yaitu :
1) Frekuensi
2) Format
3) Isi
4) Desain isi
1) Frekuensi
2) Format
3) Isi
Isi (Content) pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan standar dan dapat
dikuantitatifkan.
4) Desain isi
Tidak ada satupun instrumen Survey yang paling baik untuk setiap kondisi. Oleh
karena itu perusahaan harus mendesain Survey secara sistematis dan memperhatikan
setiap pandangan yang ada.
Perusahaan harus mengukur minat beli semua pihak, tidak hanya konsumen
langsung seperti pemakai, tetapi juga pelanggan tidak langsung seperti distributor, agen,
pedagang besar, pengecer dan lain-lain.
Ukuran yang digunakan dalam minat beli pelanggan hendaknya dibatasi pada skor
kuantitatif yang merupakan kombinasi dari berbagai unsur seperti individu, kelompok.
Hasil pengukuran minat beli pelanggan harus dijadikan dasar dalam penentuan
kompensasi insentif dalam penjualan.
Ukuran minat beli pelanggan hendaknya dibuat dalam kalimat sederhana dan mudah
diingat serta ditempatkan disetiap bagian perusahaan.
Implikasi dari pengukuran minat beli konsumen tersebut adalah konsumen dilibatkan
dalam pengembangan produk dan jasa dengan cara mengidentifikasi apa yang dibutuhkan
konsumen. Hal ini berbeda dengan konsumen dalam konsep tradisional, dimana mereka
tidak dilibatkan dalam pengembangan produk, karena mereka berada di luar sistem.
Tujuan untuk melibatkan konsumen dalam pengembangan produk dan jasa adalah
agar perusahaan dapat memenuhi harapan konsumen, bahkan jika mungkin melebihi
harapan konsumen. Persepsi yang akurat mengenai harapan konsumen merupakan hal
yang perlu, namun tidak mewujudkan harapan konsumen. Desain dan standar minat beli
konsumen dikembangkan atas dasar harapan konsumen dan prioritasnya.
Implikasi dari pengukuran minat beli konsumen tersebut adalah konsumen dilibatkan
dalam pengembangan produk dan jasa dengan cara mengidentifikasi apa yang dibutuhkan
konsumen. Hal ini berbeda dengan konsumen dalam konsep tradisional, dimana mereka
tidak dilibatkan dalam pengembangan produk, karena mereka berada diluar sistem.
Konsep total quality management (TQM) dikembangkan oleh W. Edwards Deming dan telah
digunakan secara ekstensif oleh beberapa perusahaan Jepang sebelum akhirnya dipakai di Amerika
Serikat. Menurut W. Edwards Deming, beberapa panduan kunci dalam memperbaiki kualitas adalah
1. memberi pendidikan dan pelatihan pada para manajer dan karyawan agar mereka unggul dalam
bidang tugas mereka,
2. memberanikan karyawan mengambil tanggung jawab dan melaksanakan kepemimpinan, dan
3. memberanikan semua karyawan mencari cara untuk memperbaiki proses produksi. Panduan ini
konsisten dengan kiat memberi keahlian dan kebebasan pada karyawaon agar menjadi kreatif, dan
bukan membuat banyak pembaiasan yang akan memaksa fokus karyawan hanya pada cara
memproduksi lebih banyak unit sekadar untuk memenuhi kuota produksi. Deming tidak
menganjurkan fokus pada kuota produksi agar karyawan dapat mengalokasikan lebih banyak waktu
untuk hal-hal kepemimpinan dan perbaikan proses produksi.
Dalam dua dekade terakhir, sebagian besar perusahaan AS telah menggunakan TQM sampai tingkat
tertentu. Banyak perusahaan menggunakan tim-tim karyawan untuk menilai kualitas dan untuk
memberi saran pada perbaikan yang berkesinambungan.
TQM juga menekankan pentingnya bagi perusahaan untuk mengukur kualitas dari sudut pandang
konsumen. Di masa lalu, perusahaan menilai kualitas hanya dari sudut pandang mereka sendiri.
Sebagai contoh, komputer berteknologi tinggi mungkin dapat memuaskan perusahaan, tetapi
komputer itu hanya dapat memuaskan seorang konsumen kalau mudah dipergunakan. Saat ini,
perusahaan-perusahaan semakin sadar bahwa penilaian mereka terhadap kualitas harus terfokus
pada pendapat konsumen dan bukan pendapat mereka sendiri. Kini perusahaan semakin
memperhatikan pada kualitas karena mereka sadar bahwa kualitas dapat menentukan apakah
konsumen bersedia membeli produk mereka lagi. Konsumen cenderung membeli kembali produk dari
produsen yang sama kalau mereka puas dengan kualitasnya, baik produk itu berupa mobil, sepatu,
ataupun telepon selular.
Kini perusahaan sadar bahwa lebih mudah mempertahankan konsumen yang sudah ada daripada
harus menarik konsumen baru yang masih tidak mengenal barang atau jasa mereka. Berdasarkan
fakta sejarah, perusahaan-perusahaan yang terfokus pada kualitas dan kepuasan pelanggan
mempunyai keunggulan dibandingkan para pesaing mereka Saat ini, pada umumnya perusahaan
mengakui pentingnya kepuasan pelanggan. Meskipm demikian, ada beberapa perusahaan yang lebih
piawai dalam melaksanakan kepuasan pelanggan dibandingkan yang lainnya.
Seiring dengan nilai total quality management yang makin meningkat di Amerika Serikat, situs web
seperti yang ditunjukkan di sini, yaitu yang memberikan pandangan berbeda pada TQM, sangatlah
berguna bagi perusahaan yang berusaha melaksanakan TQM.
Perhatikan bagaimana “roda” di bawah ini mencakup lebih banyak bidang saat lingkaran lain
dimasuki. Pihak-pihak yang berminat dapat mempelajari lebih jauh tentang bidang tersebut dengan
meng-klik daerah yang dimaksud.
Penggunaan TQM biasanya mencakup fungsi-fungsi sebagai berikut :
Menentukan tingkat kualitas yang diinginkan
Mencapai tingkat kualitas yang diinginkan
Mengontrol tingkat kualitas
Banyak perusahaan sekarang menyadari bahwa lebih mudah mempertahankan konsunun yang sudah
ada dibandingkan dengan menarik yang baru. Dengan demikian, banyak perusahaan, misalnya
General Electric (GE), wemanfaatkan Internet untuk memberikan informasi pada konsumen dan
investor mereka tentang proses kualitas pada perusahaan mereka
- Kontrol oleh Teknologi
Kontrol kualitas dapat dilakukan oleh komputer. Komputer dalam perusahaan dapat menentukan
apakah setiap komponen suatu produk yang dihasilkan telah memenuhi standar kualitas tertentu.
Mesin yang dikontrol komputer mempunyai sensor elektronis yang dapat memilah bagian-bagian
yang cacat. Perusahaan seperti Eastman Kodak dan Motorola memanfaatkan komputer dan piranti
lunak untuk meningkatkan kontrol kualitas.
dikatakan berkualitas kalau disukai konsumen, yang menjadi target pasarnya. Kalau dari manufaktur atau
produknya sendiri, dikatakan berkualitas kalau produk itu memenuhi spesifikasi yang dijanjikan oleh
manufakturnya.
Seperti produk handphone yang memiliki spesifikasi tertentu yang diunggulkan produsen. Atau produk komputer,
dan sebagainya. Nah ketika spesifikasi produk itu sesuai dengan yang didisplay, boleh dikata produk itu
berkualitas.
Nah, konsumen yang rasional biasanya lebih suka berpatokan pada spesifikasi produk. Apalagi untuk produk-
produk yang sangat mempengaruhi kesehatannya, misalnya, produk pangan. Mereka akan dengan teliti
Tapi ada juga konsumen yang melihat kualitas justru dipengaruhi oleh strategi marketingnya. Persepsi yang
dibangun adalah produk mahal, kualitasnya pasti baik. Tapi sebenarnya tidak selalu demikian.
Agar kualitas produk itu dikatakan berkualitas, perusahaan biasanya butuh lembaga penjamin kualitas, seperti
adanya ISO, yang secara kelembagaan memang independen dalam menetapkan aspek kualitas atau tidaknya
suatu produk. Kalau di lembaga pendidikan, seperti adanya BAN (Badan Akreditasi Nasional), dan semacamnya.
Persoalan kualitas ini sesungguhnya bukan hanya persoalan produksi saja. Misalnya adanya bagian QC (quality
control) di divisi produksi. Maksudnya, kualitas bukan semata menjadi tanggung jawab QC atau produksi. Bagian
sebagian perusahaan, kualitas adalah menjadi tanggung jawab semua komponen perusahaan. Karena itu
Jadi konsep bahwa pengawasan dan pengendalian kualitas itu, mulai dari pemasok hingga pelanggan. Maka di
situ ada dokumen mutu yang jelas, bahkan bukan hanya produknya, tapi juga sampai pelayanannya. Tiap
tahapan dimana produk itu dibuat, memiliki SOP yang tegas, sehingga produk yang dihasilkan bisa
dipertanggungjawabkan mutu atau kualitasnya. Dan memang harapannya, perusahaan itu bisa meminimalisir
Kalau berbicara kualitas, hampir sama dengan tubuh kita. Kita mau mencegah atau mengobati. Kalau mau
mencegah artinya harus mampu menjaga pengendalian kualitas sebelum produk itu dipasarkan. Ketika produk
itu sudah di lempar ke pasar, perusahaan menyertakan garansi dan menyediakan service center untuk
mengobati produk-produk yang rusak. Cara mengobati kekecewaan konsumen dengan pola garansi seperti itu
Menjaga kualitas itu penting karena; pertama, bisa menekan biaya. Misalnya, kalau produk yang dihasilkan baik,
tidak perlu melakukan pekerjaan ulang terhadap produk yang sama. Kedua, tentu bisa mencegah timbulnya
kekecewaan konsumen karena produk rusak, misalnya. Kalau konsumen kecewa akan merobohkan reputasi
perusahaan tentunya.
Kalau sudah terbiasa dengan kinerja kualitas terkontrol sedemikian rupa, akan menambah kualifikasi
perusahaan kita bila mau berpartner dengan perusahaan besar lainnya. Sebab, perusahaan besar apalagi
multinasional, sangat memperhatikan mutu. Kalau mutu produk kita baik, kita akan siap berpartner dengan siapa
Bahkan perusahaan yang mementingkan kualitas, pada saat mendisain sebuah produk itu saja sudah
dipersiapkan dengan matang, mulai survey pasar, disain produk yang disukai target pasar, dan spesifikasi yang
Untuk itu, elemen yang paling dulu harus sibuk mempersiapkan dan mempertahankan kualitas produk adalah top
manajemen. Kemudian adanya tim pengendali kualitas menjadi layer penting lainnya. Dan biasanya ada gugus-
gugus di dalam setiap departemen. Gugus ini bukan hanya mengontrol produk, tapi juga problem solver bagi
Bagaimana resep menjaga kualitas produk agar senantiasa tampil bagus, baca selengkapnya di majalah
digunakan, yaitu:
a) Transcendental Approach
seni, misalnya seni musik, seni drama, seni tari, dan seni rupa. Meskipun
wajah (kosmetik), kelembutan dan kehalusan kulit (sabun mandi), dan lainlain.
manajemen kualitas.
b) Product-based Approach
atribut yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas
dimiliki produk. Karena pandangan ini sangat objektif, maka tidak dapat
c) User-based Approach
keinginan yang berbeda pula, sehingga kualitas bagi seseorang adalah sama
d) Manufacturing-based Approach
yang menggunakannya.
e) Value-based Approach
Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Dengan
sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk
yang paling bernilai. Akan tetapi yang paling bernilai adalah barang atau jasa
jasa.
oleh faktor-faktor:
terpadu.
berlebihan.
Gap dalam pelayanan yang dirasakan yaitu perbedaan persepsi antara jasa
yang dirasakan dan yang diharapkan oleh pelanggan. Jika keduanya terbukti
sama, maka perusahaan akan memperoleh citra dan dampak positif. Namun,
apabila yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan, maka kesenjangan
kesetiaan pelanggan dan meningkatkan pangsa pasar (market share), karena itu
Stanton, service adalah kegiatan yang dapat diidentifikasikan dan tidak berwujud
dan merupakan tujuan penting dari suatu rencana transaksi, guna memberikan
pelayanan atau service adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh
suatu pihak kepada pihak lain dan pada dasarnya tidak berwujud dan tidak pula
berakibat kepemilikian sesuatu dan produksinya dapat atau tidak dapat dikaitkan
dengan suatu produk fisik. Sedangkan menurut Hasibuan (2005) pelayanan adalah
kegiatan pemberian jasa dari satu pihak kepada pihak lainnya. Pelayanan yang
baik adalah pelayanan yang dilakukan secara ramah tamah, adil, cepat, tepat, dan
etika yang baik sehingga memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi yang
(Moenir, 2002 : 27). Berdasarkan beberapa definisi di atas layanan atau service
adalah serangkaian kegiatan yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain
yang tidak berwujud dan bertujuan memberikan kepuasan kepada pihak yang
dilayani.
1. Unsur-unsur Pelayanan
mencari para pelanggan baru. Dalam usaha tersebut tidak terlepas dari adanya
pelayanan. Agar loyalitas pelanggan semakin melekat erat dan pelanggan tidak
berpaling pada pelayanan lain, penyedia jasa perlu menguasai lima unsur
pelayanan yaitu:
Cepat
digunakan dalam melayani konsumen minimal sama dengan batas waktu dalam
membeli suatu produk, tidak saja harga yang dinilai dengan uang tetapi juga
Tepat
konsumen, karena tidak dapat memenuhi keinginan dan harapan konsumen. Oleh
Aman
perasaan aman pada konsumen. Tanpa perasaan aman di dalam hatinya niscaya
konsumen akan berpikir dua kali jika harus kembali ke tempat tersebut. Rasa
aman yang dimaksudkan di sini adalah selain rasa aman fisik adalah rasa aman
psikis. Dengan adanya keamanan maka seorang konsumen akan merasa tentram
dan mempunyai banyak kesempatan untuk memilih dan memutuskan apa yang
diinginkan.
Ramah
Nyaman
Jika rasa nyaman dapat diberikan pada pelanggan, maka pelanggan akan
berulang kali menggunakan jasa atau produk yang ditawarkan. Jika pelanggan
memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk menjual produk atau jasa yang
ditawarkan. Pelanggan juga akan lebih leluasa dalam menentukan pilihan sesuai
Pelayanan mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dilihat, tidak dapat
secara rohaniah.
kepada pihak lainnya, maka mereka merupakan bagian dari pelayanan itu. Ciri
khusus dalam pemasaran jasa adalah adanya interaksi antara penyedia jasa dan
pelanggan.
3. Variability/heterogeneity/inconsistency
banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantng pada siapa, kapan, dan di
Pelayanan tidak dapat disimpan sebagai persediaan yang siap dijual atau
dikonsumsi pada saat diperlukan, karena hal tersebut maka pelayanan tidak
tahan lama. Dengan demikian bila suatu pelayanan tidak digunakan, maka
5. Lack of ownership
pelayanan, pelanggan mungkin hanya memiliki akses personal atas suatu jasa
merupakan pemenuhan kebutuhan dan tidak harus terikat pada penjualan produk
atau pelayanan lain. Kualitas pelayanan seperti yang dikatakan oleh Parasuraman
perbedaan antara kenyataan dan harapan konsumen atas pelayanan yang mereka
Salah satu model kualitas pelayanan yang banyak dijadikan acuan dalam
dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry seperti yang dikutip oleh
jasa, reparasi, peralatan rumah tangga, kartu kredit, asuransi, sambungan telepon
jarak jauh, perbankan ritel, dan pialang sekuritas. ServQual (Service Quality)
dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama yaitu persepsi pelanggan
atas pelayanan yang nyata mereka terima (perceived service) dengan pelayanan
Karakteristik Jasa
meliputi:
Jasa berbeda dengan barang. Jika barang merupakan suatu objek, alat, atau
benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja (performance), atau usaha.
Jasa bersifat intangible, artinya tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar
2. Tidak Terpisahkan
3. Variabilitas
banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan di
mana jasa tersebut dihasilkan. Para pembeli jasa sangat peduli terhadap
variabilitas yang tinggi ini dan seringkali mereka meminta pendapat orang lain
Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi
pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni, atau jam tertentu tanpa
pasien di tempat praktik dokter gigi akan berlalu/hilang begitu saja karena
tidak dapat disimpan. Dengan demikian bila suatu jasa tidak digunakan, maka
(Parasuraman, et al, 1985, dalam Tjiptono, 2001: 70) menyimpulkan bahwa ada
lima dimensi ServQual (Service Quality) yang dipakai untuk mengukur kualitas
pelayanan, yaitu:
1) Tangibles
ini akan menumbuhkan image penyedia jasa terutama bagi konsumen baru
Jadi yang dimaksud dengan dimensi tangibles adalah suatu lingkungan fisik di
2) Reliability
melaksanakan jasa sesuai dengan apa yang telah dijanjikan secara tepat waktu.
Pentingnya dimensi ini adalah kepuasan konsumen akan menurun bila jasa
yang diberikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Jadi komponen atau unsur
3) Responsiveness
kualitas jasa yang diberikan. Termasuk didalamnya jika terjadi kegagalan atau
Dimensi ini menekankan pada perhatian dan kecepatan karyawan yang terlibat
komponen atau unsur dari dimensi ini terdiri dari kesigapan karyawan dalam
4) Assurance
konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini terdiri dari kompetensi karyawan
harus bersikap ramah dengan menyapa pelanggan yang datang. Dalam hal ini
5) Emphaty
dimensi ini merupakan gabungan dari akses (acces) yaitu kemudahan untuk
dijawab. Ingat, waktu yang dimiliki pelanggan sangat terbatas sehingga tidak
diramu dengan baik. Apabila tidak, hal tersebut menimbulkan kesenjangan antara
memenuhi enam prinsip utama yang berlaku. Enam prinsip tersebut meliputi:
1. Kepemimpinan
terhadap perusahaan.
2. Pendidikan
konsep kualitas sebagai strategi bisnis, alat dan implementasi strategi kualitas,
3. Perencanaan
4. Review
5. Komunikasi
Dalam upaya untuk meningkatkan motivasi, moral kerja, rasa bangga, dan rasa
dan pesaing berdasarkan determinan tersebut. Dengan hal ini dapat diketahui
determinan tersebut.
Satu hal yang bisa dijadikan pedoman dalam hal ini , yaitu “jangan janjikan
apa yang tidak bisa diberikan, tetapi berikan lebih dari yang dijanjikan”.
pelanggan selama dan sesudah jasa diberikan. Jasa merupakan kinerja dan
kualitas. Bukti kualitas dalam perusahaan jasa meliputi segala sesuatu yang
dipandang konsumen sebagai indicator “seperti apa jasa yang diberikan” (preservice
sebagainya.
suatu jasa merupakan upaya yang sangat positif. Pelanggan yang terdidik akan
dan pengembangan karyawan. Ada delapan program pokok yang saling terkait
perlu ditingkatkan.
kepuasan dan kualitas jasa. Oleh karena itu, pelanggan memegang peranan cukup
diharapkan. Jika kinerja berada di bawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika
yang ditinjau dari sisi pelanggan yaitu mengenai apa yang telah dirasakan
pelanggan atas pelayanan yang telah diberikan dibandingkan dengan apa yang
mereka inginkan. Pelanggan akan merasa puas bila keinginan pelanggan telah
terpenuhi oleh perusahaan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan adanya nilai
tambah dari suatu produk, maka pelanggan menjadi lebih puas dan kemungkinan
untuk menjadi pelanggan suatu produk tersebut dalam waktu lama akan sangat
besar. Kepuasan pelanggan dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara
pelanggannya karena biaya yang dikeluarkan untuk menarik pelanggan baru akan
tinggi. Pelanggan yang merasa puas akan bersedia datang kembali mengulangi
1. Mutu produk atau jasa, Mengenai mutu produk atau jasa yang lebih bermutu
dilihat dari fisiknya. Contohnya Fasilitas Kamar yang cukup luas dan
nyaman.
2. Mutu Pelayanan, Berbagai jenis pelayanan akan selalu dikritik oleh
3. Harga, Harga adalah hal yang paling sensitif untuk memenuhi kebutuhan
memberikan penawaran harga lebih rendah dari yang lain. Contohnya bila
Hotel Santika Dyandra tidak menaikkan tarif kamar maka pelanggan akan
memberikan nilai yang baik atau harga yang ditetapkan sesuai dengan fasilitas
yang disediakan.
penyerahan produk atau jasa dari perusahaan bisa tepat waktu dan sesuai
5. Keamanan, Pelanggan akan merasa puas bila produk atau jasa yang digunakan
Menurut Kotler et al. (dalam Tjiptono, 2006:34) ada empat metode untuk
berupa kotak saran dan telepon pengaduan bagi pelanggan. Alur informasi ini
memberikan banyak gagasan baik dan industri dapat bergerak lebih cepat
dan melaporkan titik-titik kuat maupun titik-titik lemah yang dialami waktu
membeli produk dari industri sendiri maupun industri saingannya. Selain itu
Industri dapat menghubungi pelanggan yang tidak membeli lagi atau berganti
dapat dikendalikan. Bukan hanya exit interview saja yang perlu, tetapi
pelanggannya.
Adapun Penelitian
peneliti terdahulu antara lain: Indah Waty (2004) dan Yusdiana Fatmawati (2007).
menunjukkan bahwa kualitas pelayanan jasa hotel Dana Solo dalam kategori baik,
hal ini tampak dari pandangan yang baik dari konsumen tentang penampilan fisik
jaminan keamanan dan bentuk perhatian serta pemberian informasi yang jelas
merekomendasikan pada orang lain serta dengan adanya kualitas yang baik dalam
Solo perlu menetapkan biaya tarif kamar dengan tepat, hal tersebut dapat
Negeri Malang). Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa (1) tidak
ada pengaruh positif yang signifikan keandalan terhadap kepuasan pelanggan; (2)
tidak ada pengaruh positif yang signifikan daya tanggap terhadap kepuasan
pelanggan; (3) tidak ada pengaruh positif yang signifikan jaminan terhadap
empati terhadap kepuasan pelanggan; (5) ada pengaruh positif yang signifikan
Kerangka Konseptual
yang dapat dijadikan pedoman, selain karena kepuasan itu sifatnya relatif juga
diwujudkan atau dengan kata lain harapan pelanggan untuk merasa puas dengan
pada saat terjadinya kontak pelayanan pada situasi tertentu maupun di saat pasca
pembelian.
dengan pelayanan yang diterimanya. Ketidakpuasan akan timbul jika harapan dan
Hipotesis
hipotesis dari penelitian ini adalah “Kualitas pelayanan yang terdiri dari bukti fisik