Experiental Value
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Kania Kartika
1504918
DEPARTEMEN PSIKOLOGI
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian............................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................7
KAJIAN PUSTAKA..................................................................................................................7
A. Self Congruity................................................................................................................7
B. Shopping Well-Being......................................................................................................9
D. Kerangka Pemikiran......................................................................................................11
E. Asumsi Penelitian..........................................................................................................12
F. Hipotesis........................................................................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................13
METODE PENELITIAN.........................................................................................................13
A. Desain Penelitian...........................................................................................................13
B. Populasi dan Sampel.....................................................................................................13
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...............................................................14
1. Variabel Penelitian.......................................................................................................14
2. Definisi Operasional.....................................................................................................14
D. Instrumen Penelitian......................................................................................................14
1. Self Congruity...............................................................................................................14
2. Shopping Well-Being....................................................................................................18
3. Experiental Value.........................................................................................................19
E. Teknik Pengumpulan Data............................................................................................19
F. Prosedur Penelitian........................................................................................................19
1. Tahap Persiapan...........................................................................................................19
2. Tahap Pelaksanaan.......................................................................................................20
3. Tahap Pengolahan Data................................................................................................20
4. Tahap Pembahasan Data..............................................................................................20
5. Tahap Akhir..................................................................................................................20
i
G. Analisis Data.................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................21
ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persaingan bisnis di Indonesia berkembang cukup pesat setiap tahunnya,
berbagai jenis bisnis mulai bermunculan di berbagai wilayah Indonesia, salah satu
bisnis yang berkembang pesat adalah bisnis ritel, banyak gerai-gerai ritel baru
bermunculan di berbagai daerah baik di kota besar maupun di daerah-daerah
pinggiran kota. Munculnya berbagai gerai ritel baru di berbagai wilayah ini tak lepas
dari tingginya minat belanja masyarakat di sekitar wilayah tersebut. Masyarakat
menginginkan proses pembelian barang yang mudah, harga yang terjangkau, fasilitas,
dan pelayanan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal berbelanja, banyak ritel
bersaing dan mulai membuka gerai-gerai ritel di berbagai wilayah untuk menjangkau
dan memperluas pemasaran mereka. Salah satu ritel modern yang berkembang pesat
saat ini adalah hypermarket seperti Transmart, Giant, Hypermart, Lottemart, Hero,
dan lain sebagainya. Berbagai ritel tersebut bersaing untuk membuat tempat belanja
yang lengkap, murah dan juga nyaman untuk dikunjungi oleh konsumen, hal ini dapat
dilihat dari perbedaan penawaran dan fasilitas yang dimiliki tiap ritel meski produk
yang dijual hampir sama. Sehingga hal ini akan membuat daya tarik bagi konsumen
itu sendiri, konsumen sudah tidak lagi mencar produk berdasarkan fisiknya saja
namun mempertimbangkan hal lain seperti aspek pekayanan sejak tahap pembelian
hingga pasca pembelian.
Perusahaan ritel mengalami persaingan dalam meningkatkan fasilitas
perbelanjaan agar konsumen merasa puas berbelanja di ritel tersebut, salah satu ritel
yang mengembangkan fasilitasnya secara pesat adalah Transmart. Transmart
merupakan bagian PT Trans Retail Indonesia yang berhasil di akuisisi dari perusahaan
asal Prancis. Transmart memiliki pelayanan yang cukup lengkap sebagai pusat
perbelanjaan, karena termasuk hypermart maka Transmart memiliki barang yang
lengkap mulai dari makanan hingga ke hiburan, fasilitas hiburan inilah yang menjadi
daya tarik bagi konsumen, Transmart memiliki fasilitas hiburan seperti arena
permainan anak, roalller coster, bahkan baru-baru ini Transmart menggaet bioskop
asal korea yaitu CGV, sehingga konsumen dapat berbelanja sambil rekreasi di
Transmart.
1
2
Atas penjualan yang diraih oleh Transmart ini menjadikan Transmart masuk
ke dalam Top Brand nomor 1 pada tahun 2012-2017.
shopping well-being yang berhubungan juga dengan nilai-nilai belanja yang dialami
konsumen (Hedli,dkk. 2013). Hedli, dkk. (2013) menyebutkan konsep dasar dari
shopping well-being mengacu pada kepuasan konsumen dengan beragamnya domain
dan subdomain kehidupan konsumen, selain itu berbelanja di mal dapat berkontribusi
pada kepuasan berbagai kebutuhan perkembangan manusia seperti aspek ekonomi,
sosial, harga diri, kebutuhan estetika, dan lain sebagainya. Shopping well-being
merupakan hal yang diterima konsumen ketika berbelanja yang menimbulkan dampak
kepuasan pada aspek penting konsumen seperti kehidupan konsumen, kehidupan
sosial, kehidupan rekreasi, dan kehidupan masyarakat. Hal ini juga dipengaruhi oleh
pengalaman konsumen ketika berbelanja pada suatu toko atau mal.
Pengalaman pembelian dari konsumen juga menjadi hal penting dalam
memprediksi konsumen. Menurut Stywan dan Astuti (2014) experiental value dalam
bidang pemasaran dapat menjadi cara untuk promosi produk juga untuk bersaing
dengan pesaingnya. Experiental Value merupakan sesuatu yang dirasakan individu
dari hasil pelayanan atau produk (Malhotra, 2004)
Untuk memberikan experiental value kepada konsumen, pemasar diharapkan
dapat membuat suasana yang menyenangkan, adanya promosi dan memberikan
partisipasi konsumen agar konsumen memiliki pengalaman yang lebih dalam
membeli suatu produk atau jasa (Baron, dkk, 2000; Malhotra, 2001). Experiental
value yang didapat oleh konsumen akan memengaruhi keputusan membeli pada suatu
produk (Fiore, Jin, dan Lee, 2005). Hal ini berdasarkan pengalaman yang di dapat
oleh konsumen apakah pengalaman tersebut positif atau negatif sehingga berujung
pada keputusan pembelian suatu produk. Menurut Magfira dan Farid (2000)
konsumen yang memiliki pengalaman positif cenderung akan melakukan pembelian
ulang pada suatu produk.
Konsumen memiliki harapan yang besar ketika berbelanja sehingga penting
bagi pemasar atau produsen untuk memfasilitasi harapan konsumen tersebut agar
konsumen memiliki pengalaman belanja yang positif (Postrel, 2003). Sehingga
dengan adanya self congruity dan experiental value yang dirasakan konsumen dapat
memprediksi perilaku konsumen dalam memutuskan pembelian. Maka dari itu
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari self congruity terhadap
keputusan pembelian konsumen sepeda motor yang dimoderasi oleh experiental
value.
5
B. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh self congruity terhadap shopping well-being pada
konsumen Transmart?
2. Apakah experiental value memengaruhi self congruity terhadap shopping well-
being pada konsumen Transmart?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh self congruity terhadap shopping well-being
konsumen Transmart yang dimoderasi oleh experiental value.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan
mengenai hubungan self congruity pada shopping well-being konsumen Transmart
yang di moderasi oleh experiental value, serta memberikan sumbangan bagi ilmu
pengetahuan psikologi, khususnya pada cabang ilmu psikologi industri dan organisasi.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi
untuk penelitian selanjutnya mengenai self congruity pada shopping well-being
konsumen Transmart yang di moderasi oleh experiental value
E. Sistematika Penulisan Proposal Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
7
8
dirinya (Sirgy, 1982). Self image social ini akan mendorong individu untuk
menjaga citra dirinya di lingkungan sosial (Sirgy, 2000).
4. Social Ideal Self Congruity
Kesesuaian antara brand image suatu produk terhadap social ideal self image.
Social ideal self image adalah citra diri yang diharapkan individu yang
ditampilkan di lingkungan sosialnya (Sirgy, 1982). Hal ini dapat mendorong
individu untuk bertindak dan berperilaku untuk mendapat penerimaan diri di
lingkungan sosialnya (Johar & Sirgy, 1991).
B. Shopping Well-Being
1. Pengertian Shopping Well-being
Shopping well-being adalah dampak yang dirarasakan konsumen dari
kegiatan berbelanja di suatu tempat yang menimbulkan kepuasan bagi kehidupan
konsumen tersebut (Hedli,dkk. 2013). Menurut Ekici, dkk. (2017) shopping well-
being merupakan persepsi bahwa berbelanja memiliki kontribusi pada kualitas
keseluruhan hidup diri sendiri dan keluarga. Konsep shopping well-being berasal
pada konsep literatur macromarketing, yaitu konsep consumer well-being (CWB).
Shopping well-being ini didasarkan pada empat model teoritis yang berbeda, yaitu
(1) "the shopping satisfaction model” (Meadow, 1983). (2) " the
consumer/product life cycle model" (Lee dkk., 2002) , (3) " the need satisfaction
model” (Sirgy dkk, 2006), dan (4) "model spillover bottom-up" (Diener, 1984;
Sirgy, 2002).
Berbelanja di suatu pusat perbelanjaan dapat memberikan kepuasa bagi
kehidupan pribadi konsumen, kehidupan sosial, kehidupan rekreasi, dan
kehidupan komunitas. Selain itu, shopping well-being ini dapat memengaruhi
afeksi, serta sikap loyal konsumen dan perilaku word-of-mouth secara positif
(Hedli, dkk. 2013).
Kepuasan yang dirasakan konsumen ketika mengalami shopping well-being
bukanlah kepuasan mengenai produk, pelayanan dan pengalaman belanjanya
melainkan sejauh mana tempat berbelanja tersebut menciptakan kualitas hidup
seseorang (Heidi, dkk. 2013). Berbelanja berkontribusi pada kesejahteraan
individu dengan menciptakan kenikmatan hedonis dan kepuasan kebutuhan
ekspresif diri. Karena berbelanja behubungan dengan nilai hedonis (Arnold and
10
Reynolds 2012), kegembiraan (Oliver dkk. 1997; Wakefield &Baker 1998) dan
kenikmatan (Beatty & Ferrell 1998).
Menurut Sirgy,dkk. (2016) kegiatan pasar seperti berbelanja dapat
membantu individu untuk mengekspresikan diri mereka. Sehingga belanja tidak
hanya menyenangkan secara hedonis tetapi juga ekspresif dalam hal individu
mengekspresikan identitas pribadinya sendiri melalui berbelanja. Hal ini dapat
berfungsi untuk mengaktualisasikan potensi individu dalam memenuhi harapan
peran seperti menjadi ibu, ayah yang baik, istri atau suami, dan lain sebagainya.
Konsep shopping well-being berasal dari studi keseimbangan kualitas
kehidupan, yaitu konsep kesejahteraan konsumen (Heidhli, dkk. 2016)..
Kesejahteraan konsumen mengacu pada kepuasan konsumen dengan berbagai
domain dan subdomain kehidupan konsumen (Sirgy dan Lee, 2006). Hedhli, dkk.
(2013) berpendapat bahwa berbelanja pusat perbelanjaan dapat berkontribusi
pada kepuasan berbagai kebutuhan perkembangan manusia seperti ekonomi,
sosial, harga diri, kebutuhan estetika, dan lain sebagainya. Selain itu Heldi
menyebutkan kepuasan konsumen dengan pengalaman belanjanya di suatu tempat
dapat diartikan dalam kesejahteraan atau kepuasan hidup.
2. Dampak berbelanja di pusat perbelanjaan
Menurut (Hedhli,dkk. 2016) Berbelanja dapat berdampak bagi empat domain
utama kehidupan yaitu kehidupan konsumen, kehidupan sosial, kehidupan
rekreasi, dan kehidupan komunitas.
2.1 Kehidupan Konsumen
Pusat perbelanjaan dapat berkontribusi dalam kehidupan kosnsumen dengan
cara menyediakan barang dan jasa yang sangat dibutuhkan oleh kosnumen
tersebut.
2.2 Kehidupan Sosial
Pusat perbelanjaan berkontribusi dalam kehidupan sosial dengan cara
menyediakan tempat bagi konsumn untuk bertemu dengan orang-orang dan
teman-teman, untuk berinteraksi dan bersosialisasi.
2.3 Kehidupan Rekreasi
Pusat perbelanjaan berkontribusi dalam kehidupan rekreasi konsumen dengan
cara menyediakan tempat hiburan bagi para konsumen.
2.4 Kehidupan Komunitas
11
D. Kerangka Pemikiran
SHOPPING WELL-
SELF CONGRUITY
BEING
(Y)
(X)
EXPERIENTAL
VALUE
(Z)
Self congruity merupakan hal yang penting untuk dikaji terutama dalam
bidang pemasaran, dengan mengetahui self congruity produsen bisa mengetahui
berbagai perilaku konsumen dan apa saja yang diharapkan konsumen. Self congruity
13
adalah kesesuaian citra diri konsumen dengan suatu citra suatu merek (Sirgy, 1982).
Jika citra diri konsumen sudah sesuai dengan suatu produk, maka konsumen
cenderung menilai produk tersebut secara positif. Terdapat beberapa faktor penentu
perilaku konsumen yaitu faktor pribadi, yang mencakup usia dan siklus hidup,
pekerjaan dan lingkungan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta gaya hidup dan
nilai yang dimiliki oleh konsumen. Kesesuaian diri ini juga diasumsikan berpengaruh
pada shopping well-being yang berhubungan dengan nilai-nilai belanja yang dialami
konsumen (Hedli,dkk. 2013). Shopping well-being mengacu pada kepuasan konsumen
dengan beragamnya domain dan subdomain kehidupan konsumen. Hal ini juga
dipengaruhi oleh pengalaman konsumen ketika berbelanja pada suatu toko atau mall.
Pengalaman pembelian dari konsumen juga menjadi hal penting dalam memprediksi
konsumen.
Menurut Stywan dan Astuti (2014) experiental value dalam bidang pemasaran
dapat menjadi cara untuk promosi produk juga untuk bersaing. Experiental value yang
didapat oleh konsumen akan memengaruhi keputusan membeli pada suatu produk
(Fiore, Jin, dan Lee, 2005). Hal ini berdasarkan pengalaman yang di dapat oleh
konsumen apakah pengalaman tersebut positif atau negatif sehingga berujung pada
keputusan pembelian suatu produk. Sehingga, peneliti memiliki pemikiran bahwa self
congruity akan memengaruhi shopping well-being, selain itu shopping well-being juga
dapat dipengaruhi oleh experiental value.
A.
B.
C.
D.
E. Asumsi Penelitian
Berdasarkan penjabaran dalam bagian pendahuluan, penulis memiliki beberapa
asumsi penelitian, diantaranya:
memiliki self congruity dengan Transmart akan berbelanja di toko atau tempat
yang sesuai dengan citra dirinya.
2. Experiental value yang dimiliki oleh konsumen dapat menimbulkan
pengalaman-pengalaman yang akan menjadi pertimbangan dalam pembelian.
menurut Chang dan Chen (2008) menunjukkan bahwa pengalaman merupakan
variabel penting dalam memahami perilaku konsumen dan memprediksi bahwa
konsumen dapat membelikan pembelian ulang suatu produk jika mengalami
pengalaman yang positif begitupun sebaliknya.
D.
E.
F. Hipotesis
H1 : Self Congruity berpengaruh pada shopping well-being konsumen Transmart
H2 : Experiental Value berpengaruh pada shopping well-being konsumen Transmart
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena
penelitian kuantitaif lebih berjalan sistematis, mampu memanfaatkan teori yang ada,
penelitian lebih berjalan objektif, spesifik, jelas dan rinci, dan ukuran penelitiannya
lebih besar (Kurnia, 2015). menggunakan metode korelasional yang bertujuan
menjelaskan hubungan antar variabel yang digunakan oleh peneliti (Creswell, 2012).
Penelitian ini akan mengetahui pengaruh dari self congruity terhadap shopping well-
being konsumen Transmart yang dimoderasi oleh experiental value.
15
16
2. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi variabel secara praktis (Reksoatmodjo, 2006).
Berikut ini merupakan penjelasan mengenai definisi operasional dari variabel-
variabel yang akan diteliti.
a. Self Congruity
Self congruity adalah kesesuaian antara citra diri konsumen Transmart
dengan citra merek yang dimiliki oleh Transmart.
b. Shopping Well-being
Shopping well-being adalah hal yang dirarasakan konsumen Transmart
dari kegiatan berbelanja di Transmart yang menimbulkan kepuasan bagi
kehidupan konsumen tersebut
c. Experiental Value
Experiental Value merupakan pengalaman yang dirasakan individu ketika
melakukan kegiatan berbelanja di Transmart, sehingga menimbulkan rasa
puas ataupun tidak puas atas pengalaman individu tersebut membeli
D. Instrumen Penelitian
1. Self Congruity
Self Congruity akan diukur menggunakan self-congruity measure di adaptasi dari
Sirgy & Johar (1999).
DIMENSI ITEM KATEGORI
Actual self- The image of the (user of local brand) is highly Favorable
congruence consistent with how I see myself, more so than
the image of (referent brand).
Transmart sangat sesuai dengana saya melihat
17
Social self- People who are close to me have a hard time Unfavorable
congruence seeing me as (using) a (focal brand) over
(referent brand).
Orang-orang yang dekat dengan saya tidak suka
melihat saya berbelanja di Transmart
2. Shopping Well-Being
Shopping well-being akan diukur dengan menggunakan alat ukur shopping
wellbeing measurement yang di adaptasi dari Ekici dkk (2017).
No Item
Thinking about shopping, I feel that my shopping
contributes significantly to my own personal well-
1 being.
Thinking about shopping, my quality of life would
2 diminish significantly if I don’t shop
Thinking about shopping, I feel that shopping makes
3 me happy.
3. Experiental Value
Experiental value akan diukur dengan menggunakan experiental valu measurement
yang diadaptasi dari Mathwick dkk.(2001)
Dimensi Indikator
The way XYZ displays its products is attractive.
XYZ’s Internet site is aesthetically appealing
Visual Appeal I like the way XYZ’s Internet site looks.
I think XYZ’s Internet site is very entertaining.
The enthusiasm of XYZ’s Internet site is catching, it picks me
Entertainment up.
Value XYZ doesn’t just sell products-it entertains me.
Shopping from XYZ’s Internet site “gets me away from it all”
Shopping from XYZ makes me feel like I am in another world.
I get so involved when I shop from XYZ that I forget everything
Escapism else.
I enjoy shopping from XYZ’s Internet site for its own sake,
Intrinsic notjust for the items I may have purchased.
Enjoyment I shop from XYZ’s Internet site for the pure enjoyment of it.
Shopping from XYZ is an efficient way to manage my time.
Shopping from XYZ’s Internet site makes my life easie
Efficiency Shopping from XYZ’s Internet site fits with my schedule.
XYZ products are a good economic value.
Overall, I am happy with XYZ’s prices.
The prices of the product(s) I purchased from XYZ’s Internet
Economic Value site are too high, given the quality of the merchandise.
22
F. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Menentukan topik dan masalah penelitian,
b. Melakukan studi literatur mengenai variabel penelitian,
c. Menyusun teori-teori dan konsep yang relevan dengan penelitian,
d. Merumuskan rancangan dan metode penelitian,
e. Menentukan teknik pengambilan data,
f. Mempersiapkan instrumen penelitian berupa kuesioner self congruity,
kepuasan pelanggan, dan brand loyalty yang diadaptasi dan telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia,
g. Melakukan expert judgement instrumen penelitian yang akan digunakan
kepada beberapa ahli,
h. Melakukan uji coba (try out) instrumen penelitian yang akan digunakan.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Meminta kesediaan subjek yang sesuai kriteria untuk mengisi kuesioner,
b. Melakukan pengambilan data.
3. Tahap Pengolahan Data
a. Verifikasi data, tujuannya untuk memeriksa kelengkapan jumlah kuesioner
yang terkumpul sebelum melakukan pengolahan data,
b. Melakukan penginputan data dan penyekoran data,
c. Melakukan pengolahan data menggunakan software SPSS versi 16 untuk
memperoleh seberapa berpengaruh self congruity terhadap kepuasan
pelanggan dan brand loyalty.
23
DAFTAR PUSTAKA
(Ed.), Encyclopedia of Quality-of-Life and Well-Being Research. Springer Publishers,
Dordrecht, Netherlands, pp. 1237–1240
Arnold, M. J., & Reynolds, K. E. (2012). Approach and avoidance motivation: Investigating
hedonic consumption in a retail setting. Journal of Retailing, 88(3), 399–411
Baron, R.M. and Kenny, D.A (1986) The Moderator- Mediator Variable Distinction In Social
Psychological Research: Conceptual, Strategic, And Statistical Considerations. Journal
Of Personality And Social Psychology. Vol 51 (6), 1173-1182.
Chang, H. H., & Chen, S. W. (2008). The Impact of Customer Interface Quality, Satisfaction
and Switching Costs on E-Loyalty: Internet Experience as a Moderator. Computers in
Human Behavior, 1016 (10)
Datta & Vasantha. (2013). Experiential Value, Customer Satisfaction and Customer Loyalty:
An Empiricial Study Of KFC In Chennai. Vels University P V Vaithiyalingam Road,
Velan Nagar, Pallavaram, Chennai 600117 Tamil Nadu, India.
Ekici, A., Sirgy, M. J., Lee, D., Yu, G. B., Bosnjak, M., & Lee, D. (2017). The Effects of
Shopping Well-Being and Shopping Ill-Being on Consumer Life Satisfaction.
https://doi.org/10.1007/s11482-017-9524-9
El Hedhli, K., 2013. Consumer well-being, shopping satisfaction. In: Michalos, A.C.
El Hedhli, K., Chebat, J.C., Sirgy, M.J., 2013. Shopping well-being at the mall: construct,
antecedents, and consequences. J. Bus. Res. 66 (7), 856–863.
Fathollah, S., Aghdaie, A., & Khatami, F. (2014). Investigating the Role of Self Confidence
and Self-Image Proportion in Consumer Behavior, 6(4), 133–144.
Fiore, A.M., Jin, H.J., & Lee, H. (2005). For Fun and Profit: Hedonic Value
From Image Interactivity and Responses Toward An Online Store.
Psycology and Marketing, Vol. (8), 669-694.
Kotler, Philip dan Armstrong, Gary. (2011). 10th Edition. “Marketing an Introduction”.
Indonesia: Perason.
Kotler, Philip. (2001). Marketing. Australia: Frenchs Forest, N.S.W Pearson Education
Australia.
Kristian, D., & Widayanti, R. (2016). Keputusan pembelian sepeda motor honda pada
mahasiswa kampus 1 universitas kristen krida wacana. JURNAL ILMIAH MANAJEMEN
BISNIS, 16(1).
Lee, E. and Overby, J.W. (2004), “Creating Value for Online Shoppers: Implications for
Satisfaction and Loyalty,” Journal of Satisfaction, Dissatisfaction, and Complaining
Behavior, Vol. 17, pp. 54-67
Malhotra, N (2004) Marketing Research: An Applied Orientation (4th ed.). New
Jersey: Prentice Hall.
Malhotra, N., Mathwick, C., and Rigdon, E., 2001, Experiential Value: Conceptualization,
Measurement and Application in the Catalog and Internet Shopping Environment,
Journal of Retailing, New York University
Paul, J. Peter dan Jerry C. Olson. 2000. Consumer Behavior: Perilaku Konsumen dan
Strategi Pemasaran. Terjemahan. Jakarta: Erlangga
Postrel, V (2003) The Substance of Style. New York: Harper Collins
Prahalad and Ramaswamy, 2004. The Future Of Competition, Co-Creating Unique Value
with Customers : Harvard Business School Press
Rangkuti, Freddy. 2008. The Power Of Brands, Teknik Mengelola Brand Equity Dan Strategi
Pengembangan Merek + Analisis Kasus Dengan SPSS. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
26
Utama.
Schiffman, G Leon., Kanuk, Leslie Lazar and Wisenblit, Joseph. 2010. Consumer Behavior
Tenth Edition. New Jersey: Prentice Hall
Schiffman, Leon G. & Kanuk, Leslie L. 2010. Consumer Behavior (tenth edition).
New Jersey: Prentice Hall.