Disusun Oleh :
TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
2021
OXYCC di pembangkit listrik tenaga batu bara mengacu pada pembakaran bahan
bakar yang dilakukan dengan O murni bukan udara, menghasilkan gas buang yang
sebagian besar terdiri dari CO, dan H20 (IPCC, 2005). Bagian dari gas buang, gas
buang daur ulang (RFG), diumpankan ke boiler untuk menurunkan suhunya. CO
yang terkonsentrasi, aliran perlu dikeringkan, dikompresi, dan dimurnikan untuk
memenuhi spesifikasi penyimpanan dalam unit kompresi dan pemurnian (CPU).
Elemen konsumsi energi utama OXYCC adalah unit pemisahan udara (ASU) yang
diperlukan untuk O, produksi, dan CPU.
Gambar 1.1 Skema pembakaran oksi boiler batubara serbuk yang dilengkapi
dengan unit pemisah udara dan unit pemurnian CO, RFG, dan gas
buang daur ulang
RFG Primer dipasok ke pabrik, sehingga perlu didinginkan dan dicuci dalam
kondensor gas buang untuk menghilangkan kelembaban, halida, dan SO3. Jika larutan
alkali ditambahkan ke Water Wash atau pendingin kontak langsung dengan
menggunakan scrubber pemoles, SO2 juga dapat dihilangkan sebagian.
RFG sekunder dapat diambil dari berbagai titik proses yang mengarah ke daur
ulang hangat atau panas dengan kandungan partikulat tinggi, meskipun umumnya
lebih disukai untuk mendaur ulang gas buang bebas debu untuk mencegah masalah
erosi, korosi, pengotoran, dan penyumbatan. Proyek pertama yang
mendemonstrasikan OPC terintegrasi dalam boiler yang dipasang kembali dari
pembangkit listrik di seale besar (30 MW,) adalah Callide A, di Australia. Kemudian
ada di Shanxi International Energy Group yang akan mendemonstrasikan OPC dalam
skala komersial di pembangkit listrik tenaga batu bara superkritis 350 MW yang
direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun 2020 di Cina, dengan kapasitas
penangkapan 2 Mt COly. Proyek ini akan menggunakan sistem pembakaran-oksi Air
Products serta teknologi kompresi dan pemurnian, yang divalidasi di pabrik
percontohan Schwarze Pumpe pada 2010-2011.
Teknologi CLC telah divalidasi menggunakan batu bara dan campuran batu bara
dan biomassa torrefied sebagai bahan bakar dalam prototipe 1 MWh di Technische
Universität Darmstadt, di Jerman, berdasarkan studi skala (100 kW) yang dilakukan
di Universitas Chalmers. Teknologi terus dikembangkan, proses perulangan kimia
langsung batu bara (CDCL), yang dikembangkan oleh Universitas Negara Bagian
Ohio, menggunakan peredam unggun bergerak berlawanan arah arus dan ruang bakar
unggun gelembung yang menggunakan pembawa oksigen berbasis besi (Fe-FeO /
Fe2O3).
Ada 2 teknologi penangkapan CO2 yang dapat digunakan untuk memitigasi emisi
terkait batubara. Sector kelistrikan, ini dapat dibagi menjadi tiga kategori luas,
penangkapan pasca-pembakaran (POSTCC), penangkapan oxy-combustion
(OXYCC), dan penangkapan pra-pembakaran (PRECC). Kisaran biaya di Teknologi
generasi pertama untuk POSTCC, PRECC, dan OXYCC saling tumpang tindih,
meskipun pembangkit listrik tenaga batu bara bubuk superkritis dengan POSTCC
memberikan keuntungan di ujung bawah.
Emisi CO2 per satuan kalori dari batubara adalah yang terbanyak dibandingkan
dengan bahan bakar fosil lainnya. Perbandingan batubara, minyak, dan gas adalah
5:4:3. Kenaikan efisiensi panas sebesar 1% dapat menurunkan emisi CO2sebesar
2,5%. Maka efisiensi panas yang meningkat dapat mengurangi beban lingkungan
secara signifikan akibat pembakaran batubara.Jadi teknologi pembakaran (combustion
technology) merupakan bagian utama dalam upaya peningkatan efisiensi pemanfaatan
batubara secara langsung sekaligus upaya antisipasi isu lingkungan ke depannya.
Pada sektor kelistrikan, teknik penangkapan CO2 yang dapat digunakan untuk
memitigasi emisi terkait batubara umumnya terdiri dari tiga proses. Penangkapan
pasca-pembakaran (POSTCC), penangkapan oxy-combustion (OXYCC), dan
penangkapan pra-pembakaran (PRECC). Berikut ini tabel mengenai berbagai macam
teknologi penangkapan CO2 yang dikembangkan untuk batu bara :
Tahapan pertama dari proses ini, yaitu pembentukan slurry yang dilakukan setelah proses
menghalusan pada suhu yang cukup tinggi yaitu sekitar 1400-1500 derajat celsius. Abu sisa
pembakaran akan meleleh pada suhu tersebut. Kemudian, gas yang dihasilkan sebelum
masuk turbin gas dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan ESP dan desulfurisasi.
Proses desulfurisasi ini akan menghasilkan belerang murni yang mempunyai nilai jual tinggi.
Denitrifikasi dilakukan setelah HRSG. Keuntungan PRECC jika dibandingkan dengan
POSTCC adalah tekanan operasi yang lebih tinggi dan konsentrasi CO lebih tinggi.
1. Industri Semen
- Sejarah dan Proses Manufaktur Semen
Semen adalah bahan pengikat, zat yang terbentuk dan mengeras dengan
sendirinya, dan mengikat material lain secara bersamaan1. Semen juga dapat
didefinisikan sebagai materi dengan sifat adesif dan kohesif yang membuat
ikatan fragmen material secara keseluruhan. Semen merupakan komoditi
global, yang diproduksi di ribuan pabrik.Pasar utama semen adalah industri
konstruksi yang mengkombinasikan banyak aplikasi yang dicampur dengan air
untuk menghasilkan beton. Industri manufaktur umumnya menggunakan
sepertiga dari energi global. Emisi CO2 untuk proses produksi dan
penggunaan energi industri mencapai 6.7 gigaton (Gt), atau sekitar 25% dari
seluruh total emisi global, yang mana 30% berasal dari industri besi dan baja,
27% dari industry mineral non-logam (khususnya semen) dan 16% dari
produksi kimia dan petrokimia (IEA, 2008). Produksi semen melibatkan
heating, calcining, dan sintering dari bahan-bahan yang dicampur untuk
membentuk clicker. Hasilnya, industri manufaktur semen adalah penghasil
emisi CO2 ketiga terbesar dikarenakan produksi lime, bahan utama dari
semen2. Secara garis besar terdapat tiga tipe semen yaitu semen Non-
Hydraulic, semen Hydraulic, dan semen Portland. Dua jenis pertama
digunakan untuk konstruksi dan Semen Portland diklasifikasikan sebagai
semen Hydraulic dan digunakan secara luas (Susana, 1988).
Karena besi hanya dalam bentuk iron oxides di kulit bumi, bijih besi harus
diubah, atau mengurangi penggunaan karbon. Sumber utama karbon ini adalah
batubara kokas. Batubara merupakan bahan baku utama dalam produksi baja.
Batubara utamanya digunakan sebagai bahan bakar padat untuk menghasilkan
listrik dan panas melalui pembakaran. Coke, yang dibuat dengan batubara
karburasi (pemanasan dengan tidak adanya oksigen pada suhu tinggi), dapat
merubah bijih besi. Coke merubah bijih besi menjadi besi cair jenuh dengan
karbon, yang disebut logam panas .Baja daur ulang adalah input yang
diperlukan untuk semua jenis proses pembuatan baja. Beberapa produk baja
bahkan terdiri dari 100 persen bahan daur ulang. Produk baja secara alami
berkontribusi untuk konservasi sumber daya dikarenakan daya tahannya,
potensinya dan dapat didaur ulang. Pada akhir masa guna produk, daur ulang
baja 100% dapat memastikan bahwa sumber daya yang diinvestasikan dalam
produksinya tidak hilang dan dapat digunakan kembali tanpa batas. Karena
bersifat magnetik, baja mudah untuk dipisahkan dari aliran limbah dan dapat
menghindari pencemaran sampah. Banyak baja didaur ulang di seluruh dunia
setiap tahunnya dari semua bahan yang disatukan, dengan sekitar 500 mmt
scrap yang dicairkan setiap tahun. Hal ini berguna untuk menghindari 700
mmt emisi CO (World Steel Association, 2012).
Gambar 3.3 Tahapan Produksi Baja
Ali, S.N.,K. Ismail, M. A. M. Ishak dan A. H. Jawad. 2014. Coal Liquefaction using a
tetralinglycerol co-solvent system: effect of temperature and reaction time on conversion
and product yield. WIT Transactions on Ecology and The Environment,Vol.186,©2014
WIT Press, ISSN 1743-3541.
Aziz, Muhammad Abdul. Studi Gasifikasi Berbahan Bakar Briket Batubara Terhadap
Temperatur Pembakaran. Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2018.
BPKIMI (Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri) – Kementrian Perindustrian.
(www.bkimi.kemenperin.go.id).
ClimateTechWiki, 2012. http://climatetechwiki.org/technology/energy-savingcement.
Duan, Yuanqiang, et al. "Observation of simultaneously low CO, NOx and SO2 emission
during oxy-coal combustion in a pressurized fluidized bed." Fuel 242 (2019): 374-381.
Enggal, Nurisman. 2007. Studi Pengaruh Variabel, Temperatur, Rasio Pelarut dan Batubara
serta Kuat Medan Proses Pencairan Batubara Lignite Tanjung Enim dengan Menggunakan
Electromagnetic Coal Liquefied Reactor. Tesis. Palembang : Universitas Sriwijaya.
Erlangga,Abdul Wahid. 2015. Kajian Liquifaksi Batubara Lignit Menggunakan Teknologi
Sistem Induksi. Palembang : Politeknik Negeri Sriwijaya.TA Gandhi, Shamim Ahmed.
2013. Coal Liquefaction Using Zinc Chloride Catalyst In An Extracting Solvent Medium.
California : University of California.
M. Kundak, L. LasiJ, J. RNKO (2008.) “C02 Emission in the Steel Industry”.
Masduki, Busron, R. Sukarsono R. dan Didiek Herhady.2001.Liquifaksi Batubara Sebagai
Substitusi Minyak Bumi. Yogyakarta.Puslitbang Teknologi Maju Batan.ISSN 0216-3128.
Metalurgi 48 (2009) 3: 193-197. Martawardaya, Berly & Maria Agriva, (2012), “Tax
Holiday: Konsep, Success Story & Penarapan di Indonesia. Unpublished study for
Indonesian Ministry of Industry. Modjo, ikhsan & Berly Martawardaya (2011),
“Economic Instruments for the Indonesian Industry to Reduce Emissions of Greenhouse
Gasses.” Report for PAKLIM GIZ.
Plaza, Marta G., and Covadonga Pevida. "Current status of CO2 capture from coal
facilities." New trends in coal conversion. Woodhead Publishing, 2019. 31-58.
Wibawa, B. S. S., A. P. Iswara, and R. Boedisantoso. "Impact Assessment of Coal Power
Plant Using Life Cycle Assessment (LCA)." IOP Conference Series: Earth and
Environmental Science. Vol. 506. No. 1. IOP Publishing, 2020.