Anda di halaman 1dari 43

library.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Ekspor

Ekspor adalah mengeluarkan barang dari daerah pabean Indonesia

dikirimkan keluar negeri dengan ketentuan yang berlaku untuk

khususnya mengenai peraturan kepabeanan dan dilakukan oleh seorang

eskportir atau yang mendapat izin khusus dari Direktor Jenderal

Perdagangan Luar Negeri Departemen Perdagangan (Tanjung, Marolop

: 2011). Ekspor adalah upaya melakukan penjualan komoditi yang kita

miliki kepada bangsa lain atau negara asing, dengan ada pembayaran

dalam valuta asing, serta melakukan komunikasi dengan bahasa asing

(Barnes, 2001).

Ekspor adalah kegiatan usaha mengeluarkan barang dari dalam

keluar wilayah pabean suatu negara atau Export is to send goods to a

foreign country or overseas territory (Lasse, 2015). Ekspor adalah

kegitan mengeluarkan barang keluar daerah pabean sesuai dengan UU

Kepabeanan (Bea Cukai, 2013). Ekspor adalah bagian utama dari

semua bisnis internasional, baik untuk perusahaan besar maupun kecil,

ataupun merupakan pemasar global. Barang yang diproduksi disuatu

negara namun ditunjukan untuk negara lain harus dipindahkan melintasi

perbatasan untuk memasuki sistem distribusi pasar target. (Cateora dan

Graham, 2007).

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.1.1 Metode Pembayaran

Sistem pembayaran dalam ekspor terdapat beberapa macam

metode pembayaran, anatara lain :

1. Open Account (Pembayaran di Belakang)

Pembayaran dalam metode open account dilakukan setelah

barang diterima importir, antara eksportir dan importir telah

terjalin hubungan dagang sejak bertahun-tahun, bisa dikatakan

sudah saling percaya satu sama lain. Sebagai pihak importir,

bentuk pembayaran yang paling aman adalah open acount,

karena barang dikirimkan oleh eksportir dan diterima oleh

importir sebelum pembayaran. Eksportir kemudian memberi

tagihan ke importir, yang menetapkan jumlah, bentuk, dan

waktu pembayaran yang diharapkan oleh eksportir. Open

acount juga bisa dipakai sebagai pemasaran karena metode ini

menawarkan pembiayaan jangka pendek bagi importir

potensial. Penggunaan open acount memungkinkan importir

untuk menghindari fee yang dipungut oleh bank jika memakai

letter of credit atau documentary collection.

Open acount jarang disukai karena beberapa alasan,

pertama eksportir harus benar-benar mengandalkan reputasi

importir dalam melakukan pembayaran. Kedua, karena

transaksi tidak melibatkan perantara keuangan seperti bank,

2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

eksportir tidak bisa mengandalkan pada jasa perantara jika

terjadi perselisihan dengan importir. Ketiga, eksportir harus

membayar atas kemudahan yang diperoleh dengan

mengerjakan kertas kerja yang lebih sedikit: jika importir

menolak membayar, maka kurangnya dokumentasi akan

menghambat posisi eksportir dalam tuntutan hukum di negara

importir. Terakhir, eksportir harus mampu mencukupi modal

kerja untuk membiayai piutang luar negeri (Griffin dan Pustay,

2006).

2. Cosignment (Konsinyasi)

Eksportir/pemilik barang menyerahkan/ mengirimkan barang

kepada consigne untuk dipasarkan kepada importir, jadi dalam

hal ini consigne bukan pemilik barang karena hak kepemilikan

masih di pihak eksportir (consignor).

3. Time Draft (Wesel berjangka)

Wesel berjangka adalah surat tagihan yang diterbitkan

eksportir yang meminta importir melakukan pembayaran sesuai

jadwal waktu yang telah ditentukan, biasanya bagi importir

tersedia 30 sampai 180 hari atau sesuai syarat dalam tagihan

tersebut. Time draft memperpanjang kredit bagi importir dengan

menetapkan pembayaran pada waktu yang sudah ditentukan,

misalnya 30 atau 60 hari, setelah importir menerima barang.

3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

(Bentuk lain dari time draft adalah date draft, yang menetapkan

pembayaran pada tanggal tertentu) (Griffin dan Pustay, 2006).

4. Sight Draft (wesel atas unjuk)

Wesel tagihan atas unjuk adalah surat tagihan untuk

mendapatkan pembayaran segera ketika wesel tersebut

ditunjukkan eksportir kepada bank dimana dana dari importir

telah tersedia untuk dibayarkan ke eksportir. Sight draft

mensyaratkan pembayaran berdasarkan transfer kepemilikan

barang dari eksportir ke importir. Ketika bank di negara importir

menerima bill of lading dan sight draft dari bank eksportir, bank

ini akan menginformasikan importir, yang kemudian akan

membayar draft tersebut. Pada saat pembayaran, bank akan

memberikan bill of lading ke importir, yang kemudian dapat

mengambil kepemilikan atas barang tersebut (Griffin dan

Pustay, 2006).

5. Authority to Pusrchase (Otoritas Membeli)

Metode Authority to Pusrchase merupakan fasilitas

pembayaran transaksi internasional, tetapi terbatas di negara-

negara timur saja.

6. Letter of Credit (Surat Jaminan)

4
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Letter of Credit adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh

suatu bank atas permintaan importir langganan bank tersebut

yang ditunjukan kepada eksportir di luar negeri yang menjadi

relasi importir tersebut. Bank memberi hak kepada eksportir

untuk menarik wesel-wesel atas importir yang bersangkutan

untuk sejumlah uang yang disebutkan dalam surat tersebut

(Amir MS, 2005). Dikemukakannya beberapa jenis L/C sesuai

dengan besar kecilnya pertanggung jawaban importir (Opener

L/C) dan Opening Bank sebagai berikut :

a. Revocable L/C

Adalah suatu L/C yang sewaktu-waktu dapat ditarik

kembali atas dibatalkan oleh Opener atau oleh Opening bank

(issuing Bank), tanpa memerlukan persetujuan dari

beneficiary.

b. Irrevocable L/C

adalah suatu L/C yang tidak bisa dibatalkan selama

jangka waktu berlaku (validity) yang ditentukan dalam L/C

tersebut dan Opening Bank tetap menjamin untuk

mengakseptasi atau untuk menghonorir wesel-wesel yang

ditarik atas L/C tersebut.

Jangka waktu berlakunya L/C dalam bahasa asingnya

disebut Expiration Date atau Time of Validity. Lamanya

5
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

jangka waktu berlakunya L/C itu tergantung pada lamanya

waktu yang diperlukan eksportir menyiapkan pengiriman

barang dan menyelesaikan shipping document, serta waktu

yang diperlukan negosiasi (menguangkan) shipping document

dengan negotiation bank, ditambah dengan waktu yang

diperlukan negotiaton Bank dalam menyelesaikan

administrasi internnya.

c. Irrevocable & Confirmed L/C

adalah suatu L/C yang tidak dapat dibatalkan selama

jangka waktu berlakuknya dan pelunasan pembayaran

dijamin bersama-sama oleh Opening Bank dan Advising

Bank. Irrevocable L/C dianggap paling sempurna dan paling

“aman” dipandang dari sudut penerima L/C (Beneficiary)

sebab (Amir MS, 2005) :

(1) Pembayaran atau pelunasan wesel yang ditarik atas L/C

semacam ini dijamin sepenuhnya oleh Opening Bank

maupun Advising Bank. Bila segala syarat-syaratnya

dapat dipenuhi.

(2) Tidak mudah dibatalkan kerena sifatnya yang irrevocable.

6
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Metode pembayaran dengan menggunakan Letter of Credit

(L/C) yakni cara pembayaran yang dilakukan oleh bank penerbit

L/C (issuing bank) di negara si pembeli (importir).

L/C adalah dokumen yang diterbitkan bank, di mana bank

memberikan jaminan untuk pembayaran harga barang tertentu

yang dikirimkan eksportir dengan syarat dapat menunjukkan

dokumen pokok dan dokumen pendukung pengapalan sebagai

bukti bahwa eksportir telah memenuhi contract of sale. L/C

yang asli dikirimkan issuing bank kepada advising bank yang

memberitahukannya kepada eksportir untuk segera mengirimkan

barang yang diperjanjikan. Tipe L/C yang banyak dipraktikkan

dan aman bagi eksportir antara lain:

a. L/C bertipe tidak dapat dibatalkan (irrevocable L/C), yakni

L/C yang telah diterbitkan atau bahkan sudah diteruskan ke

advising bank, tidak dapat dibatalkan pihak importir secara

sepihak melainkan harus atas persetujuan dari eksportir dan

importir yang bersangkutan. L/C tipe ini untuk melindungi

kepentingan eksportir dari kemungkinan resiko pembatalan

sepihak oleh importir.

b. L/C yang dikonfirmasi, yakni L/C yang dikonfirmasikan

kepada pihak asing untuk memastikan pembayarannya.

7
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Proses konfirmasi dilakukan untuk mengamankan pihak

eksportir.

c. L/C yang bersih (clean L/C), yakni L/C yang pada saat

pembayaran tidak mensyaratkan eksportir melampirkan

dokumen-dokumen yang membuktikan bahwa eksportir telah

mengapalkan barang.

d. L/C yang mensyaratkan uang muka (red-clause L/C), yakni

L/C yang disertai dengan pembayaran sebagian dari nilai

kontrak. Uang muka dapat dimanfaatkan eksportir membiayai

aktivitasnya.

e. L/C berjangka waktu (usance L/C), yakni L/C dengan jangka

waktu pembayaran sehingga eksportir mempunyai cukup

waktu untuk memproduksi, mengemas, mengapalkan, dan

menyiapkan dokumen yang dibutuhkan dalam rangka ekspor

sebaik mungkin.

f. L/C yang mudah diperlukan (convertible L/C), yakni L/C

dengan mata uang (valuta) internasional, misalnya dalam

mata uang Dollar Amerika (US $). Dengan karakteristik

convertible tersebut, maka bagi eksportir selaku beneficiary

mempunyai kebebasan transfer jika dalam L/C dicantumkan

kata “Transferable”. (Lasse, 2015).

8
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

g. L/C atas unjuk (sight L/C), yakni L/C lengkap dengan

dokumen pokok dan dokumen pendukung yang ditunjukkan

eksportir ke bank, mendapat pembayaran dari bank pada saat

penunjukan itu (Lasse, 2015).

2.1.2 Dokumen Ekspor

Semua jenis dokumen yang terdapat dalam perdagangan

internasional, baik yang dikeluarkan pengusaha, perbankan,

pelayaran dan instansi lain mempunyai arti dan peranan yang

sama pentingnya (Amir MS, 2005). Dokumen pokok yang

menjadi dasar transaksi ekspor adalah kontrak jual beli (export

contract of sale) yakni kesepakatan pembeli (importir) dan

penjual (exporter) perihal ketentuan dan syarat-syarat spesifikasi

barang, harga dan cara pembayaran, kualitas dan kuantitas,

kemasan dan pengangkutan, jadwal dan tempat penyerahan,

asuransi dan ganti rugi, penyelesaian perbedaan pendapat, dan

biaya pengangkutan.

Dokumen-dokumen yang mendukung export contract of sale

meliputi: (1) dokumen barang ekspor, yakni: faktur perdagangan

atau commercial invoice, packinglist, surat keterangan asal

(certificate of origin), Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB),

sertifikat mutu (certificate of quality), dan serttifikat pemeriksaan

(certificate of inspection) ; (2) dokumen pembayaran, yakni Letter

9
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

of Credit (L/C), wesel (draft). Atau Bill of Exchange; (3)

dokumen pengangkutan, yakni Bill of Lading (B/L), atau Air Way

Bill (AWB); dan (4) dokumen asuransi yakni polis (policy).

1. Dokumen Barang Ekspor

a. Faktur Perdagangan (commercial Invoice)

Commercial Invoice yakni dokumen yang berisi data

spesifikasi barang yang terurai sesuai dengan L/C, harga

satuan dan total harga, tahapan dan mata uang dalam

pembayaran, kondisi penyerahan barang, freight, dan biaya

asuransi. Faktur perdagangan dikeluarkan oleh eksportir

sendiri.

Faktur perdagangan adalah suatu nota perhitungan yang

dibuat oleh eksportir untuk importir yang berisi jumlah

barang, harga satuan, harga total, dam perhitungan

pembayaran. Faktur merupakan alat bukti perhitungan atas

suatu transaksi yang dilakukan antara eksportir dengan

importir (Amir MS, 2005).

b. Daftar Barang dalam Kemasan (Packing List)

Daftar barang dalam kemasan adalah daftar rincian

barang yang ditempatkan dalam setiap kemasan,

pembungkus, peti, atau karung. Packing list selalu dikirim

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bersama-sama dengan commercial invoice, dan diperlukan

dalam menjalankan proses pemeriksaan oleh petugas

kepabeanan guna pembuatan certificate of inspection.

Packing list atau daftar pengepakan adalah daftar yang

berisi perincian lengkap mengenai jenis dan jumlah satuan

dari barang yang terdapat dalam setiap peti / kemasan atau

total keseluruhannya sama dengan jenis dan jumlah yang

tercantum dalam Faktur Perdagangan (Amir MS, 2005).

c. Surat Keterangan Asal (Certificate of Origin)

Surat Keterangan Asal (SKA) atau Certificate Of

Origin adalah surat yang diterbitkan Instansi Penerbit Surat

Keterangan Asal (IPSKA) yang ditunjuk Kementrian

Perdagangan untuk menyatakan bahwa barang kiriman

berasal atau diproduksi di Indonesia. SKA atau COO

diterbitkan berdasarkan atas permohonan eksportir.

d. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)

Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

kebapeanan, eksportir wajib melaporkan pelaksanaan

ekspor kepada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dengan

mengisi lembar isian yang telah distandarkan. Kantor

Pelayanan Bea Cukai (KPBC) telah dilengkapi dengan

sistem pemrosesan dokumen PEB yang dinamakan sistem

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pertukaran Data Elektronik (PDE) atau Electronic Data

Interchange (EDI). Pejabat Fungsional Pemeriksaan

Dokumen menerima PEB elektronik, divalidasi, dan

diberikan Persetujuan Ekspor (PE) atau export costums

clearance.

e. Surat Muatan (Bill of Lading)

Dokumen pokok yang melindungi muatan adalah Bill

of Lading (B/L) yang berfungsi sebagai tanda terima

barang (Receipt of Good), perjanjian pengangkutan

(Contract of Carriage), dan dokumen bukti kepemilikan

barang yang diangkut (Document of Title) (Lasse, 2015).

Bill of Lading dikeluarkan oleh perusahana pelayaran,

yang dimaksud B/L adalah suatu tanda terima penyerahan

barang yang dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran

sebagai tanda bukti kepemilikan, atas barang yang telah

dimuat di atas kapal laut oleh eksportir untuk diserahkan

kepada importir. Bill of Lading merupakan alat bukti

penerimaan dan sekaligus penyerahan hak milik atas

barang sebagai pelaksana suatu transaksi antara eksportir

dengan importir (Amir MS, 2005).

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2. Dokumen Pengapalan (Shipping Document)

a. Shipping Instruction

Dokumen yang dikeluarkan oleh shipper ditunjukan oleh

ke Freight Forwader dan atau carrier yang berisi permintaan

ruang kapal (booking space). Merupakan ikatan/komitmen

antara shipper dengan Freight Forwader dan atau carrier,

sebagai dasar pembuatan B/L (Sofjan, 2016).

b. Delivery Order

Dokumen yang dikeluarkan oleh Freight Forwading dan

atau Shipping line sebagai tanda bahwa shipper telah

mendapatkan ruangan di kapal (space) ditunjukkan dengan

pengambilan container.

c. Bill of Lading

Bill of Lading adalah tanda bukti penerimaan barang oleh

pengangkut untuk diangkut. Kontrak pengangkutan, antara

carrier dan shipper serta consignee, dikenal dengan

perjanjian unilateral. Bukti kepemilikan (document of title),

orang yang memegang B/L adalah pemilik barang yang

tercantum didalamnya.

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. Mate’s receipt

Suatu tanda terima (resi) dari barang-barang yang

dikapalkan yang ditanda tangani oleh Mualim I (bukan

nahkoda). Resi ini dibuat sesuai dengan jumlah muatan yang

dikapalkan. Apabila sampai ada yang meragukan mengenai

jumlahnya maka harus segera dilakukan pemeriksaan, dan

kalau memungkinkan maka dihitung kembali (Sofjan, 2016).

2.2 Pemasaran

Secara tradisional, pemasaran digambarkan sebagai kelompok

kegiatan diperlukan untuk memindahkan barang dan jasa dari produsen

kepada konsumen dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen dan

keinginannya (Weiss, 2007). Pemasaran adalah proses perencanaan dan

pelaksanaan dari konsep, penetapan harga promosi, dan distribusi atas

ide, barang, dan jasa untuk menciptakan transaksi yang memenuhi

tujuan individu atau organisasi (Griffin dan Pustay, 2006).

Pemasaran merupakan suatu proses untuk membuat,

mengkomunikasikan, menyalurkan, dan mempertukarkan sesuatu (baik

barang maupun jasa) untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, klien,

partner, maupun masyarakat secara keseluruhan. Tidak sekedar barang

atau jasa, tetapi produk dan jasa yang dipandang dan dirasakan

mempunyai nilai (value) layak untuk dipasarkan. Terdapat lima kunci

bagi keberhasilan aktivitas di bidang pemasaran yaitu, mengidentifikasi

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

kesempatan mengembangkan produk baru, menarik perhatian

pelanggan, mengembangkan loyalitas pelanggan, memenuhi pesanan

pelanggan (Suhartanto, 2014).

Pemasaran adalah proses di mana perusahaan menciptakan nilai

bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan

dengan tujuan untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai

imbalannya (Kotler dan Armstrong, 2008).

2.2.1 Prinsip-prinsip Pemasaran

Prinsip-Prinsip pemasaran pada intinya adalah

mengembangkan nilai pelanggan yang inovatif dan kerangka

kerja hubungan pelanggan yang mencakup esensi pemasaran saat

itu juga. Didalam mengembangkan nilai pemasaran ada 5 tema

nilai utama, diantaranya:

1. Menciptakan nilai bagi pelanggan untuk menangkap nilai dari

pelanggan sebagai imbalannya.

2. Membangun dan mengatur merek yang kuat dan menciptakan

nilai.

3. Mengatur pengembalian pemasaran untuk menangkap kembali

nilai pelanggan.

4. Menggunakan teknologi pemasaran baru.

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Pemasaran internasional adalah kinerja dari aktivitas-aktivitas bisnis

yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga,

mempromosikan, dam mengarahkan barang dan jasa perusahaan kepada

pelanggan atau pengguna di lebih dari satu negara untuk mendapatkan

keuntungan. Keunikan dari pemasaran asing datang dari cakupan

masalah yang tidak biasa, dan keragaman strategi yang dibutuhkan

untuk mengatasi tingkat ketidakpastian yang berbeda-beda yang

ditemui di pasar asing. Kompetisi, hambatan hukum, kontrol

pemerintah, cuaca, konsumen yang berubah-ubah, dan jumlah elemen

di luar kendali lainnya yang dapat, dan sering kali, memang,

mempengaruhi hasil keuntungan dari rencana-rencana pemasaran yang

baik dan matang (Tanjung, 2011).

Pemasaran internasional adalah proses melakukan aktivitas-aktivitas

tersebut di luar batas negara. Perusahaan melakukan ekspansi di pasar

luar dikenal, media iklan, dan jalur distribusi yang berbeda. Ketika

menghadapi perbedaan negara, manajer pemasaran internasional juga

menghadapi dua tugas yang tidak dihadapi oleh manajer lokal.

Menciptakan sinergi di antara berbagai pasar nasional dan

mengkoordinasikan aktivitas pemasaran di berbagai pasar sangat

penting karena sinergi memberikan kesempatan untuk memperoleh

pendapatan tambahan dan mendorong pertumbuhan perusahaan dan

setiap pasar bisa saling mendukung (cross-fertilization) (Grufuin dan

Pustay, 2006).

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.3 Jalur Pemasaran Internasional

Ekspor dapat bersifat langsung maupun tidak langsung, dengan

ekspor langsung (direct exporting) perusahaan dapat menjual kepada

konsumen di negara berbeda. Ekspor langsung merupakan pendekatan

paling umum yang digunakan perusahaan yang mengawali langkah

internasional mereka karena risiko kerugian finansial dapat

diminimalisasi (Cateora dan Graham, 2007). Ekspor tidak langsung

(indirect export) terjadi ketika perusahaan menjual produknya ke

pelanggan domestik yang kemudian mengekspor produk tersebut baik

dalam bentuk asli maupun dalam bentuk yang sudah mengalami

modifikasi, atau perusahaan menjual barangnya ke pedagang grosir

domestik yang kemudian menjualnya ke perusahaan asing.

Perusahaan juga melakukan penjualan ke anak perusahaan lokal

suatu perusahaan asing yang kemudian mengirim produk tersebut ke

luar negeri (Griffin dan Pustay, 2006). Ekspor langsung (direct

exporting) terjadi melalui penjualan ke pelanggan baik ke distributor

maupun pemakai akhir yang berada di luar negara asal perusahaan.

Melalui aktivitas ekspor langsung, perusahaan memperoleh keahlian

yang sangat bernilai tentang operasi internasional dan pengetahuan

khusus tentang setiap negara dimana perusahaan itu beroprasi.

Proses jalur pemasaran internasional dapat dibagi menjadi beberapa

bagian, sebagai berikut:

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.3.1 Agen perantara (agent middlemen)

Agen perantara (agent middlemen) mewakili produk dan

bukan diri mereka sendiri, sementara pedagang perantara

(merchant middlemen) mengambil produk tersebut kemudian

menjualnya atas nama mereka sendiri. Agen perantara bekerja

berdasarkan komisi dan mengatur penjualan di negara asing

namun tidak mengambil hak milik atas produk/barang. Dengan

menggunakan agen, produsen menerima resiko perdagangan

namun menjaga haknya untuk membuat petunjuk kebijakan dan

menentukan harga dan mengharuskan agennya untuk

menyediakan catatan penjualan dan informasi pelanggan. Agen

perantara dapat dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya

perantara dari negara tuan rumah dan perantara dari negara asing,

seperti sebagai berikut:

1. Perantara dari Negara Tuan Rumah

Perantara negara tuan rumah atau negara asal (home-country

middlemen), atau perantara domestik (domestic middlemen),

berlokasi di negara perusahaan produsen, menyediakan

layanan pemasaran dari basis domestik. Perantara dari tuan

rumah dikelompokkan menjadi dua yaitu agen ekspor

produsen dan brroker negara asal, seperti penjelasan dibawah

ini:

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

a. Agen Ekspor Produsen (manufacture’s export agent-MEA

(agen ekspor produsen) merupakan agen perantara

individual atau perusahaan agen perantara yang

menyediakan layanan penjualan bagi produsen.

b. Broker Negara Asal

Istilah broker meliputi seluruh perantara yang bertindak

sebagai agen layanan biaya rendah. Istilah ini umumnya

berlaku bagi broker ekspor-impor yang menyediakan jasa

perantara yang mempertemukan pembeli dan penjual

bersama-sama dan tidak memiliki hubungan

berkesinambungan dengan klien mereka. Banyak broker

memiliki spesialis salam satu komoditi atau lebih, dimana

mereka terus berhubungan dengan produsen dan pembeli

utama di seluruh dunia.

2. Perantara dari Negara Asing

Pemasar internasional mongotrol lebih besar dalam proses

distribusi yang dipilih untuk menangani perantara secara

langsung di pasar asing. Mereka memperoleh keuntungan dari

jalur yang pendek dan menangani perantara dalam hubungan

yang konstan dengan pasar. Menggunakan perantara dari

negara asing mendorong produsen lebih dekat dengan pasar

dan melibatkan perusahaan lebih dekat dengan permasalahan

1
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

bahasa, distribusi fisik, komunikasi, dan keuangan. Sejumlah

perantara dari negara asing yang lebih penting misalnya adalah

perwakilan produsen dan distributor asing.

a. Perwakilan produsen

Perwakilan produsen (manufacture representatives)

merupakan agen perantara yang bertanggunga jawab atas

produk produsen di kawasan pasar regional, seluruh negara,

atau sejumlah neagara tetangga. Ketika bertanggung jawab

untuk seluruh negara, perantara ini sering disebut sebagai

agen tunggal (sole agent).

b. Distributor

Distributor asing (foreign distributor) merupakan

perdagangan perantara. Perantara jenis ini cenderung

memiliki hak penjualan eksklusif di negara tertentu dan

bekerja sama penuh dengan produsen. Distributor memiliki

tingkat ketergantungan tinggi terhadap perusahaan

pemasok, dan kesepakatan yang dibuat umumnya untuk

jangka panjang, secara berkesinambungan. Jika sebuah

garis menguntungkan bagi distributor, maka mereka dapat

diandalkan untuk mengelola garis tersebut mendekati

keinginan produsen.

2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Broker Negara Asing

Broker negara asing (foreign-country brokers)

merupakan agen yang sebagian besar mengelola produk.

Broker asing umumnya merupakan bagian dari perusahaan

broker kecil yang beroprasi di sebuah negara atau di

sejumlah negara yang berdekatan. Kekuatan mereka adalah

memiliki hubungan baik dan berkesinambungan dengan

pelanggan dan menyediakan jangkauan pasar yang cepat

dengan harga terjangkau (Cateora dan Graham, 2007).

2.4 Incoterms

Incoterms atau International Commercial Term adalah istilah-istilah

yang dipergunakan dalam perdagangan internasional (Tanjung, 2011).

Incoterms merupakan seperangkat peraturan yang dibuat untuk

menyeragamkan penafsiran persyaratan perdagangan yang

menetapkan hak dan kewajiban pembeli dan penjual dalam

mekanisme penyerahan barang. Ada tiga hal mendasar yang diatur

dalam incoterms yang terdapat hak dan kewajiban antara penjual dan

pembeli dalam transaksi perdagangan. Klausul-klausul dalam

Incoterms mengatur :

a. Pembagian risiko antara penjual dan pembeli (risk).

b. Pembagian beban biaya pengantaran barang (cost).

2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

c. Pembagian tanggung jawab pengurusan selama pengantaran

(responsibilities).

Klausul-klausul penyerahan barang disajikan dalam bentuk yang

memungkinkan penjual dan pembeli mengikuti langkah demi langkah

dalam menentukan tanggung jawab mereka masing-masinng (Surono,

2010). International Commercial Terms (‘Incoterms’) diakui secara

internasional sebagai standar terminologi perdagangan yang

digunakan dalam kontrak dagang. Standar terminologi tersebut

digunakan untuk membuat yakin importir dan eksportir tahu:

a. Kepada siapa yang bertanggung jawab atas biaya transportasi

barang, termasuk asuransi, pajak-pajak dan kewajiban-kewajiban.

b. Tempat dimana barang seharusnya dijemput dan diangkut

c. Kepada siapa yang bertanggung jawab atas barang di setiap langkah

selama pengangkutan.

Incoterms adalah seperangkat peraturan perdagangan (trade term)

tentang pengertian syarat penyerahan barang (term of delivery) yang

mencerminkan praktik bisnis ke bisnis dalam kontrak penjualan

barang (sales contract) (disusun oleh ICC-Kadin Internasional).

Tujuan Incoterms untuk menciptakan seperangkat peraturan

internasional agar tidak terjadi kesalahan dalam mengartikan istilah-

istilah yang umum dipergunakan dalam perdagangan internasional,

supaya tidak terjadi kesalahan di negara-negara yang berbeda.

Incoterms 2010 dibagi menjadi 4 kelompok, seperti bagan dibawah ini

2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Tabel 2.1 Kelompok Term pada Incoterms

Kelompok Term

“E” Eksportir menyerahkan barang ditempatnya sendiri

“F” Eksportir menyerahkan barang di tempat yang ditunjuk Importir

“C” Eksportir menandatangani kontrak angkutan tanpa menanggung


resiko kehilangan atau kerusakan

“D” Eksportir menanggung biaya dan resiko yang diperlukan / akan


timbul dalam pengangkutan, kehilangan atau kerusakan

Sumber : Pelatihan Prosedur Impor Plus Simulasi Direktorat

Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, 2016.

Tabel 2.1 menggambarkan term pada incoterm secara garis besar yang

dibagi menjadi 4 kelompok, untuk lebih jelasnya seperti dibawah ini:

a. EXW (‘Ex Works’) eksportir membuat barang yang tersedia untuk

dikumpulkan sesuai permintaan dan importir bertanggungjawab

untuk semua risiko lainnya, biaya transportasi, pajak dan bea dari

titik itu dan seterusnya. Istilah ini umumnya digunakan ketika

mengutip harga (ICC), I. C. (2011). EXW-Exworks Penjual hanya

menyediakan barang ditempatnya (Pabrik/Gudang) – penjual

prangko gudang. Pembeli harus mengatur pengangkutannya berarti

menanggung biaya dan resiko, termasuk izin Ekspor. Tanggung

jawab penjual minim karena buyer membeli digudang eksportir

(cass&carry) (PPEI, 2016).

“Ex-works” berarti bahwa penjual melakukan penyerahan

barang, bila dia menempatkan barang-barang itu untuk pembeli di

tempat kediaman penjual atau tempat lain yang ditentukan (yakni

2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tempat kerja, pabrik, gudang dll), sebelum diurus formalitas

ekspornya dan juga tidak dimuat keatas kendaraan pengangkutan

manapun. Syarat ini merupakan kewajiban memikul semua biaya

dan resiko yang terkait dengan kewajiban untuk mengambil

barang-barang itu dari tempat penjual (Amir MS, 2005).

b. FCA ('Free Carrier) Eksportir memberikan barang, diselesaikan

dalam rangka ekspor, untuk operator angkutan importir di tempat

yang ditentukan. Importir kemudian bertanggung jawab untuk

mendapatkan transportasi ke tempat yang ditentukan dari

pengiriman akhir. Istilah ini umumnya digunakan untuk wadah

bepergian dengan lebih dari satu mode (ICC), I. C. (2011). Disini

eksportir menyerahkan barang ditempat yang ditunjuk importir

dalam keadaan “Clear for Export”. Disebut juga “Free Carriage

Name Point” ditempat (titik) tersebut tanggung jawab seller

berakhir. Eksportir tidak menanggung asuransi dalam proses

pengapalan (PPEI: 2016).

“Free Carrier” berarti bahwa penjual melakukan

penyerahan barang-barang, yang sudah mendapat izin ekspor,

kepada pengangkut yang ditunjuk pembeli di tempat yang disebut.

Harus dicatat bahwa pemilihan tempat penyerahan mempunyai

dampak pada kewajiban muat bongkar barang-barang di tempat itu,

jika penyerahan terjadi di tempat penjual, maka penjual

bertanggung jawab untuk memuat. Jika penyerahan terjadi di

2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tempat lain, penjual tidak bertanggung jawab membongkar. Syarat

ini dapat dipergunakan tanpa memandang jenis alat angkut,

termasuk alat angkut aneka wahana (Amir MS, 2005).

c. CPT (‘Carriage Paid To’) eksportir membayar biaya untuk

pengangkutan barang ke tujuan tertentu. Tanggung jawab untuk

tranfer barang ke importir ketika eksportir melewati angkutan

pertama importir (ICC), I. C. (2011). CPT-Carriage Paid To

Kewajiban Seller seperti CFR membayar freight hingga ketempat

tujuan. Tapi resiko kerusakan barang dipindah ke buyer. Seller

menyerahkan barangnya “Clear for Export”. Carrier maksudnya

dalam hal ini semua orang yang menandatangani kontrak angkutan

dan melaksanakannya dengan multi moda transport (PPEI, 2016).

“Carriage Paid To…” berarti bahwa eksportir menyerahkan

barang-barang kepada pengangkut yang ditunjuknya sendiri, tetapi

penjual wajib pula membayar ongkos angkut yang perlu untuk

mengangkut barang-barang itu sampai ke tempat tujuan yang

disebut. Hal ini bahwa berarti bahwa emportir memikul semua

resiko dan membayar setiap ongkos yang timbul setelah barang-

barang yang diserahkan secara demikian. Syarat CPT mewajibkan

penjual mengurus formalitas ekspor. Syarat ini boleh dipakai untuk

alat angkut apa saja, termasuk alat angkut aneka wahana,

(multimoda tramsport) (Amir MS, 2005).

2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

d. CIP (‘Carriage and Insurance Paid’) importir membayar asuransi

serta transportasi ke tujuan tertentu. Tanggung jawab untuk

transfer barang ke importir ketika eksportir melewati operator

pertama importir. CIP (‘Carriage and Insurance Paid’) umumnya

digunakan untuk barang yang diangkut dengan kontainer oleh lebih

dari satu transportasi. Jika mengangkut hanya dengan laut (ICC), I.

C. (2011).

CIP-Cerriage and Insuranc Paid To Kewajiban seller

menyiapkan barangnya “Clear for Export”. Membayar freight dan

asuransi (PPEI: 2016). “Carriage and Insurance Paid to…” berarti

bahwa penjual menyerahkan barang-barang kepada pengangkut

yang ditunjuknya sendiri, tetapi penjual wajib pula membayar

ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang-barang itu

sampai ke tempat tujuan yang disebut. Hal ini berarti bahwa

pembeli memikul semua resiko dan membayar setiap ongkos yang

muncul, setelah barang-barang yang diserahkan secara demikian.

Syarat CIP menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor.

Syarat ini boleh dipakai untuk alat angkut apa saja, termasuk alat

angkut aneka wahana (multimoda transport) (Amir MS, 2005).

e. DAT (‘Delivered at Terminal’) Eksportir membayar untuk

transportasi ke terminal tertentu pada tujuan yang telah disepakati.

Importir bertanggung jawab untuk biaya impor barang. Importir

bertanggung jawab setelah barang dibongkar di terminal. DAT-

2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Delivery at Terminal Kewajiban utama Eksportir mengangkut

barangnya dan menyerahkan barang tersebut kepada buyer di

dermaga pelabuhan tujuan (Unclear for Import). Eksportir

menanggung biaya angkutan dan resiko yang terjadi selama proses

pengapalan (PPEI, 2016).

f. DDP/DTP (‘Delivered Duty Paid’) importir bertanggung jawab

untuk pengiriman barang ke nama tujuan di negara importir,

termasuk semua biaya yang terlibat transportasi (ICC), I. C. (2011).

DDP-Delivery Duty Paid Kewajiban eksportir adalah maksimum,

eksportir menyerahkan barang di pelabuhan tujuan dengan

menanggung semua biaya import di negara importir. Importir

menerima barangnya di pelabuhan bongkar “Clear for Import”

(PPEI, 2016).

“Delivery Duty Paid” berarti bahwa penjual menyerahkan

barang-barang kepada pembeli sudah diurus formalitas impornya,

namun belum dibongkar dari atas alat angkut yang baru datang di

tempat tujuan yang disebut. Penjual wajib memikul semua biaya-

biaya dan resiko yang terkait dengan pengangkutan barang itu

sampai kesana, termasuk bea masuk apapun (istilah ini termasuk

tanggung jawab pengurus formalitas pabean, pembayaran biaya

resmi (formalitas), bea masuk, pajak-pajak dan biaya lainnya) yang

diperlukan di negara tujaun. Sementara syarat EXW

menggambarakan tanggung jawab minimal dari penjual, maka

2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

syarat DDP memberikan gambaran suatu tanggung jawab yang

maksimal kepada penjual.

g. FAS (‘Free Alongside Ship’) eksportir menempatkan barang di

samping kapal di pelabuhan yang ditentukan yang akan dikirim

dari gudang. Eksportir harus mendapatkan barang siap untuk

ekspor, tetapi importir bertanggung jawab untuk biaya dan risiko

yang terlibat dalam muatan mereka. Istilah ini umumnya

digunakan untuk angkat berat atau kargo curah (misgeneration,

kapal) tetapi tidak untuk barang yang diangkut dalam kontainer

oleh lebih dari saru mode transportasi (ICC), I. C. (2011).

FAS-Free Alongside Ship adalah Kewajiban eksportir untuk

menyerahkan barangnya “Cleared for Export” di sisi kapal,

dermaga, atau tongkang di pelabuhan muat. Importir menanggung

biaya dan resiko kehilangan atau kerusakan yang timbul saat

barang tiba di sisi kapal. Eksportir memberitahukan kedatangan

barang dan menyerahkan dokumen-dokumen penyerahan yang

diperlukan (PPEI, 2016).

”Free Alongside Ship” berarti bahwa penjual melakukan

penyerahan barang-barang, bila barang-barang itu ditempatkan

disamping kapal itu pelabuhan pengapalan yang disebut. Hal ini

bahwa importir wajib menanggung semua biaya dan resiko

kehilangan atau kerusakan atas barang-barang mulai saat itu.

Syarat FAS menuntut eksportir mengurus formalitas ekspor. Syarat

2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ini berlawanan dengan versi incoterms sebelumnya yang menuntut

pembeli untuk mengurus formalitas ekspor (Amir MS, 2005).

h. FOB (‘Free on Board’) eksportir harus mendapatkan barang siap

untuk ekspor dan beban mereka ke kapal yang ditentukan. Importir

dan eksportir bebagi biaya dan risiko saat barang berada di papan.

Istilah ini tidak digunakan untuk barang yang diangkut dalam

kontainer oleh lebih dari satu mode transportasi (ICC), I. C. (2011).

FOB-Free OnBoard Eksportir menyerahkan barangnya di atas

kapal “Clean on Board”. Buyer mengurus angkutan, membayar

freight, dan menanggung asuransi. Resiko pindah dari eksportir ke

importir setelah barang lewat pagar (PPEI, 2016). FOB-Free On

Board berarti bahwa penjual melakukan penyerahan barang-barang

bila barang-barang melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan

yang disebut.

Hal ini berarti bahwa pembeli wajib memikul semua biaya dan

resiko atas kehilangan atau kerusakan barang mulai dari titik itu.

Syarat FOB menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor.

Syarat ini hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai saja.

Jika pihak-pihak bersangkutan tidak bermaksud untuk

menyerahkan barang melewati pagar kapal, maka syarat FCA yang

harus dipakai (Amir MS, 2005).

i. CIF (‘Cost, Insurance and Freight’) eksportir harus membayar

biaya membawa barang ke port tertentu. Eksportir juga mambayar

2
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

asuransi. Importir bertanggung jawab untuk risiko pada saat barang

dimuat ke kapal (International Chamber of Commerce (ICC),

2011). CIF-Cost Insurance and Freight Sama dengan CFR hanya

ditambah eksportir menanggung biaya asuransi. eksportir

mengapalkan barang dalam keadaan “Clear For Export” (PPEI:

2016). “Cost Insurance and Freight” berarti bahwa penjual

melakukan penyerahan barang-barang bila barang-barang itu

melewati pagar kapal di pelabuhan pengapalan.

Penjual wajib membayar semua biaya dan ongkos angkut yang

perlu untuk mengangkut barang-barang itu sampai ke pelabuhan

tujuan yang disebut. Tetapi risiko hilang atau kerusakan atas

barang-barang, termasuka setiap biaya tambahan sehubungan

dengan peristiwa yang terjadi setelah waktu penyerahan itu

berpindah dari eksportir kepada pembeli. Syarat CIF menuntut

penjual untuk mengurus formalitas ekspor. Syarat ini hanya dapat

dipakai untuk angkutan laut dan sungai. Jika pihak-pihak

bersangkutan tidak bermaksud untuk menyerahkan barang

melewati pagar kapal, maka syarat CIP yang harus dipakai (Amir

MS, 2005).

j. CFR ('Cost and Freight') penjual harus membayar biaya membawa

barang ke port tertentu. Importir bertanggung jawab untuk risiko

pada saat barang dimuat ke kapal(ICC), I. C. (2011). CFR (Cost

and Freight) yaitu barang yang diterima dipelabuhan yang ditunjuk

3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

pembeli. Jadi, harga barang adalah harga FOB ditambah dengan

freight kapal dan ongkos dokumen pengapalan (shipping charge)

(Sasono, 2013).

CFR (Cost and Freight) bahwa eksportir melakukan

penyerahan barang-barang melewati pagar kapal di pelabuhan

pengapalan. Penjual wajib membayar biaya-biaya dan ongkos

angkut yang perlu untuk mengangkut barang-barang sampai ke

pelabuhan yang disebut. Akan tetapi, risiko hilang atau kerusakan

atas barang-barang, termasuk biaya tambahan sehubungan dengan

peristiwa yang terjadi setelah waktu penyerahan itu berpindah dari

eksportir kepada importir. Syarat CFR menuntut penjual untuk

menyelesaikan izin ekspor. Syarat ini hanya dapat dipakai untuk

angkutan laut dan sungai saja. Jika pihak-pihak terkait tidak

bermaksud melakukan penyerahan barang mlewari pagar kapal,

maka sebaiknya memakai syarat CPT. (Marolop, 2011)

CFR-Cost and Freight eksportir mananggung biaya freight

sampai temoat tujuan yang ditunjuk importir. Resiko

kerusakan/kehilangan dipindahkan ke importir mulai saat barang

melewati pagar kapal. Menguntungkan eksportir bila eksportir

besar dapat memilih term yang lebih baik dari carrier. Dapat

menguntungkan buyer karena eksportir dapat mengurusi

angkutannya dan menghindari fluktuasi rate (PPEI: 2016).

3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

“Cost and Freight” berarti bahwa eksportir melakukan

penyerahan barang-barang bila barang-barang melewati pagar

kapal di pelabuhan pengapalan. Eksportir wajib membayar biaya-

biaya ongkos angkut yang perlu untuk mengangkut barang-barang

itu sampai ke pelabuhan tujuan yang disebut. Tetapi risiko hilang

atau kerusakan atas barang-barang, termasuk setiap biaya tambahan

sehubungan dengan peristiwa yang terjadi setelah waktu

penyerahan itu berpindah dari penjual kepada pembeli. Syarat CFR

menuntut penjual untuk mengurus formalitas ekspor. Syarat ini

hanya dapat dipakai untuk angkutan laut dan sungai. Jika pihak-

pihak terjait tidak bermaksud melakukan penyerahan barang

melewati pagar kapal, maka sebaiknya memakai syarat CPT.

2.5 Biaya

Biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan

dalam rangka memperoleh penghasilan (revenues) dan dapat dipakai

sebagai pengurangan penghasilan (Supriyono, 2000). Menurut

Sprouse dan Moonitz dalam Carter dan Usry biaya dapat diartikan

sebagai alat tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh

manfaat (Carter dan Usry, 2006)

2.5.1 Penggolongan Biaya Produksi

Penggolongan biaya adalah proses pengelompokan secara

sistematis atas keseluruhan elemen yang ada kedalam golongan-

golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan

3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

informasi yang lebih penting. Penggolongan biaya yang sering

dilakukan adalah:

a. Biaya bahan baku

Menurut (Carter dan Usry, 2006) bahan baku adalah

semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari

bahan jadi dapat dimasukkan secara eksplisit dalam

perhitungan biaya produk (harga pokok produksi).

b. Biaya tenaga kerja langsung

Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang

melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk

jadi dan dapat dibebankan secara layak kedalam produk

tertentu (Carter and Usry, 2006). Biaya kerja langsung adalah

gaji dan upah yang diberikan kepada karyawan bagian

produksi yang dibebankan secara mestinya (Hangganan,

2006).

c. Biaya overhead pabrik

Yaitu unsur produksi selain biaya bahan baku dan biaya

tenaga kerja langsung yang dikeluarkan selama proses

produksi (Carter dan Usry, 2006). Biaya overhead pabrik

merupakan biaya yang komplek dan tidak dapat

diidentifikasikan pada produk jadi, maka pengumpulan biaya

3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

overhead pabrik baru dapat dilaksanakan pada akhir periode

(Hangganan, 2006).

d. Biaya tenaga kerja tidak langsung

Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya tenaga kerja

pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara

langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya ini

terdiri dari upah tunjangan dan biaya kesejahteraan

karyawan.

2.5.2 Biaya non produksi

Yaitu semua yang tidak berhubungan dengan fungsi produksi

atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Pada

umumnya biaya non produksi digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Biaya pemasaran atau penjualan

Meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan

pesanan pelanggan atau menyerahkan produk jadi ke tanggan

pelanggan.

2. Biaya umum dan administrasi

Yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi umum

dan administrasi. Biaya ini terjadi dalam rangka penentuan

kebijakan pengaruh, dan pengawasan kegiatan perusahaan

secara keseluruhan.

3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.6 Komponen Biaya Ekspor

Komponen biaya ekspor merupakan semua biaya yang dikeluarkan

oleh eksportir dalam rangka ekspor suatu barang (Shohibul & Agung,

2016). Komponen biaya ekspor adalah bagian-bagian dari biaya yang

kalau dijumlahkan merupakan total pengeluaran yang menjadi

landasan bagi perhitungan harga pokok (Amir MS, 2004). Komponen

biaya ekspor pada dasarnya dikelompokan sebagai berikut:

2.6.1 Biaya Pemasaran (marketing & admin cost)

Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan

aktifitas pemasaran bagian ekspor, dalam kurun waktu tertentu.

Ada bagian lain seperti keuangan dan administrasi yang

biayanya dimasukkan dalam bagian ini (Amir MS, 2004). Biaya

pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi dengan adanya

aktivitas ekspor, dalam kurun waktu tertentu (Shohibul &

Agung, 2016).

2.6.2 Procurement cost (biaya pengadaan)

Biaya pengadaan adalah bahan baku, bahan pembantu dan

upah. Biaya tak langsung karyawan dan pabrik yang selanjutnya

disebut sebagai FOH (Factory Overhead Cost), selama satu

periode dibagi dengan kapasitas produksi dalam masa yang

sama. Biaya barang yang direject akan diketahui melalui

pengalaman perusahaan masing-masing. Apabila biaya-biaya

3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

tersebut dijumlahkan, maka akan diketahui harga produksi

(HPP) atau biaya pengadaaan produk tersebut (Shohibul &

Agung, 2016). Dalam hal pengadaan barang-barang untuk

ekspor terdapat dua pola, yaitu dengan memproduksi sendiri dan

dengan membeli dari pihak lain yang akan diekspor sendiri.

Sebab itu, ada dua jenis biaya yang harus dipakai dalam

kalkulasi barang untuk ekspor, yaitu biaya produksi (production

cost) dan biaya perolehan (buying in cost) (Amir MS, 2004).

Biaya pengadaan ini adalah biaya bahan baku, bahan pembantu,

dan upah. Biaya tak langsung karyawan dan pabrik yang disebut

FOC (Factory Overhead Cost). Apabila biaya-biaya tersebut

dijumlahkan, maka akan diketahui Harga Pokok Produksi (HPP)

(Shohibul & Agung, 2016).

2.6.3 Handling Charges (Biaya Pengelolaan)

Biaya pengelolaan adalah seluruh biaya yang dibutuhkan

pada waktu proses pengiriman barang ekspor. Hal ini meliputi

biaya administrasi, biaya pembuatan dokumen, biaya

pengapalan, biaya sertifikasi, biaya bank, biaya trucking dari

pabrik ke port, dan lain-lain. Packing merupakan hal yang

sangat substansial dalam rangka ekspor.

Sebagaimana diketahui sebelum barang-barang ekspor

dikapalkan maka terlebih dahulu barang-barang tersebut harus

3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

dibenahi mulai dari packing hingga finishing agar layak laut (sea

worthy). Pembenahan ini dapat dilakukan sendiri oleh eksportir

maupun diserahkan kepada Ekspedisi Muat Kapal Laut (EMKL)

atau Freight Forwader. Dengan adanya pembenahan tersebut,

maka muncul biaya-biaya sebagai berikut:

a. Biaya pengepakan yang terdiri dari beberapa komponen biaya

yaitu bahan untuk pengepakan, upah pengepakan dan ongkos

untuk printing brand mark atau trademark.

b. Upah pemindahan dari dalam gudang ke pintu gudang.

c. Ongkos angkut barang dari gudang penyimpanan sampai ke

sisi kapal, penimbunan peti kemas atau dermaga peti kemas

(container freight station)

d. Ongkos muat barang dari dermaga ke atas kapal.

e. Sewa gudang, peti kemas, shipping charge, OPP (Ongkos

Pelabuhan Pemuatan)/OPT (Ongkos Pelabuhan Tujuan).

f. Ongkos bongkar dari alat angkut ke dermaga sisi kapal,

penimbunan peti kemas atau dermaga peti kemas (container

freight station)

g. Upah muat barang dari pintu gudang ke atas laut atau ke

dalam peti kemas (Shohibul & Agung, 2016).

3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

2.6.4 Export Taxes / Pungutan-pungutan negara

Export Taxes merupakan pungutan yang dilakukan oleh

pemerintah terhadap barang yang akan diekspor. Pajak ekspor

dikenakan oleh pemerintah dalam rangka eskpor barang-barang

tertentu, dan tiap komoditi besarnya pajak berbeda satu dengan

yang lain:

1) Pajak Ekspor dan Pajak Ekspor Tambahan (PE dan PET)

2) Bea statistik

3) Bea barang-barang dan lain-lain

2.6.5 Third Party Charges

Jasa pihak ketiga ini dibutuhkan antara lain adalah untuk

membantu dalam proses pemasaran atau distribusi. Cakupan

jasa yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

Oleh karena itu besar jasa/komisi yang harus dibayarkan adalah

berdasarkan kesepakatan (Shohibul & Agung, 2016). Yang

termasuk biaya-biaya yang ditimbulkan oleh jasa pihak ketiga

dalam rangka ekspor antaralain:

a. Biaya Pengapalan (freight cost)

Biaya yang dibutuhkan untuk mentransport/mengirim

barang yang akan diekspor dari pelabuhan muat ke pelabuhan

3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

negara tujuan. Besarnya biaya ini tergantung besarnya ukuran

container 20 feet atau 40 feet yang digunakan, dan jarak

pelabuhan tujuan dari pelabuhan muat. Informasi harga ini

bisa diperoleh dari perusahaan-perusahaan EMKL.

b. Biaya asuransi (insurance cost)

Beberapa perusahaan pembeli diluar negeri lebih suka

mengasuransikan barangnya untuk mengurangi resiko

kehilangan atau kerusakan selama proses pengapalan.

Besarnya harga asuransi tergantung jenis pertanggungan yang

di inginkan komoditi yang dipertanggungkan (Amir MS,

2004). Beberapa perusahaan luar negeri lebih suka

mengasuransikan barangnya untuk mengurangi resiko

kehilangan atau kerusakan selama proses pengapalan.

Besarnya asuransi tergantung jenis pertanggungjawabkan

(Shohibul & Agung, 2016).

c. Biaya Bank (bank charges)

Biaya bank timbul berhubungan dengan pebayaran dengan

valuta asing dari luar negeri pada account perusahaan di

dalam negeri. Hal ini terutama terjadi pada waktu perusahaan

mau menarik uangnya dari bank dalam bentuk valuta asing

maupun rupiah. Biaya bank yang dikenakan ini tidak sama

satu sama lain, seperti oleh bank pemerintah, swasta maupun

3
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

asing. Biaya ini berubah-berubah setiap saat dan perubahan

ini biasanya sangat dipengaruhi oleh tingkat fluktuasi mata

uang tersebut di pasar (Amir MS, 2004).

d. Biaya Bunga (interest)

Jangka waktu pembebanannya dihitung sejak mulai

dilakukannya pembelian bahan baku sampai dengan

penerimaan pembayaran dari pelanggan. Besarnya Bunga

berdasarkan bunga pijaman yang berlaku waktu itu (Amir

MS, 2004).

e. Biaya Surveyor dalam pemerikasaan barang ekspor.

f. Biaya Sertifikat mutu produk makanan.

g. Biaya Sertifikasi Kesehatan.

h. Biaya Sertifikasi Timbangan dalam rangka ekspor

i. Biaya Surat keterangan asal/SKA (certificate of origin).

j. Biaya Sertifikasi Lainnya.

10. Harga Jual ekspor

Menurut beberapa teori harga jual ekspor dikategorikan menjadi

beberapa bagian, antaralain:

4
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10.1 Cost Plus Mark-Up (Seller’s Price)

Adalah bila penetapan harga jual ekspor atau harga penawaran

ekspor didasarkan atas perhitungan total biaya (penjumlahan

dari total biaya pengadaaan, pengelolaan, pungutan-pungutan

negara dan jasa-jasa pihak ketiga) ditambahkan dengan

presentase laba (profit) yang diharapkan. Penentuan harga jual

ekspor semacam ini didasarkan pada asumsi bahwa eksportir

atau komoditi yang ditawarkan mendapat posisi yang kuat di

pasar internasional. Lebih jelasnya berapapun harga jual yang

ditentukan eksportir, akan tetap diterima oleh importir (seller’s

market) (Amir MS, 2004).

Harga jual ekspor dengan metode ini adalah jika penetapan

harga jual untuk ekspor didasarkan atas perhitungan biaya total

(penjumlahan semua biaya yang dikeluarkan mulai dari

pengadaan bahan, tenaga kerja, freight, dan lain-lain dalam

rangka ekspor) ditambahkan dengan presntase laba yang di

harapkan (Shohibul & Agung, 2016).

10.2 Current Market Price (Buyer’s Price)

Adalah bila penetapan harga jual ekspor atau harga penawaran

ekspor disesuaikan dengan harga yang berlaku di pasar

internasional pada saat itu, atau pada harga yang disanggupi

oleh importir. Besarnya laba tergantung pada selisih antara

4
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

harga pasar yang berlaku dikurangi total biaya. Total harga

semacam ini didasarkan pada asumsi bahwa importir berada

pada posisi yang kuat, sehingga eksportir yang menyesuaikan

diri dengan penetapan harga yang ditentukan importir atau

penetapan harga yang terjadi pada bursa komoditi bersangkutan

di pasar internasional. Jelasnya, eksportir yang harus tunduk

pada ketentuan harga yang ditetapkan importir (buyer’s market)

(Amir MS, 2004).

Metode perhitungan ini merupakan kebalikan dari cost plus

mark yaitu bila penetapan harga jual ekspor diterapkan sesuai

dengan harga jual di pasar internasional pada saat itu atau harga

yang ditentukan oleh importir. Asumsi dari metode ini bahwa

importir mempunyai posisi kuat, sedangkan eksportir

mempunyai posisi yang berkebalikan. Sehingga eksportir harus

menyesuaikan /tunduk pada harga yang ditentukan oleh

imporit/pasar internasional (Shohibul & Agung, 2016).

10.3 Subsidize Price

Adalah harga jual ekspor yang ditentukan atas perhitungan total

biaya sebagaimana dimaksud dengan cost plus mark-up,

dikurangi dengan komponen biaya tertentu, misalnya

sebagaimana dari biaya overhead, atau dibebaskan dari bea

masuk impor di negara importir seperti dalam sistem generalize

4
library.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

system of preference (GSP). Subsidi ini dapat dikatakan sebagai

subsidi tidak langsung (Amir MS, 2004). Tujuan dari adanya

subsidi price adalah menekan harga pokok produksi sehingga

memperkuat daya saing di pasar internasional (Shohibul &

Agung, 2016).

10.4 Dumping (Mark Penetration Price)

Adalah harga jual ekspor ditetapkan lebih rendah dari harga jual

barang yang sama di dalam negeri. Dalam prakteknya, harga

dumping ini dimungkinkan bila produsen barang tersebut

memegang monopoli, sehingga produsen tersebut dapat

menjualnya di dalam negeri dengan harga yang mahal sehingga

dapat memberi laba yang besar. Dengan laba yang besar ini,

produsen tersebut dapat menjual yang sama sebagian di luar

negeri dengan harga yang relatif rendah dibandingkan dengan

harga jual di dalam negeri (Amir MS, 2004). Cara ini biasanya

dipakai untuk penjualan jangka pendek (Shohibul & Agung,

2016).

Anda mungkin juga menyukai