Anda di halaman 1dari 3

5.

PENDANAAN JANGKA PENDEK

5.1. Beberapa Jenis Pendanaan

Dari segi eksportir, teknik pendanaan berikut ini bisa dipakai, diurutkan dari risiko yang paling
kecil: (1) Kas di muka, (2) L/C, (3) Draft, (4) Konsinyasi, dan (5) Piutang dagang. Tentunya dari segi
importir, urutan tersebut harus dibalik jika importir menginginkan urutan dari cara pembayaran
dengan risiko yang paling kecil.

Dengan kas di muka, importir diminta mengirimkan pembayaran di muka. Setelah pembayaran
diterima, eksportir baru mengirimkan barang ke importir. Cara semacam ini merupakan cara paling
kecil risikonya.

Kedua, misal eksportir dengan importir sudah saling mengenal sehingga kemungkinan menyalahi
perjanjian sangat kecil. Situasi tertentu yang berada di luar kendali eksportir bisa mengakibatkan
terlam- batnya pembayaran, misal, karena suatu hal terjadi pembatasan aliran modal oleh
pemerintah lokal.

Dalam perjanjian konsinyasi, eksportir (consignor) mengirim barang ke pembeli/importir


(consignee), tetapi hak atas barang tersebut masih berada di tangan eksportir. Jika barang terjual,
baru importir menyerahkan pembayaran ke eksportir. Cara semacam itu dalam perdagangan
internasional relatif tinggi risikonya karena tidak ada bukti yang cukup kuat untuk memaksa eksportir
membayar ke importir, jika barang terjual dan eksportir ingin bertindak curang. Karena risiko yang
tinggi tersebut, konsinyasi biasanya hanya dilakukan untuk partner yang sudah dikenal atau
antarbagian perusahaan yang terkait.

5.2. Letter of Credit (LIC)

5.2.1. Manfaat L/C

LC merupakan contoh instrumen keuangan yang menggunakan jasa bank untuk menjembatani
dua pihak yang terlibat dalam transaksi inter- nasional. L/C pada dasarnya merupakan surat yang
dikeluarkan oleh bankatas permintaan importir, yang menjanjikan pembayaran jika dokumen
tertentu (draft) ditunjukkan. L/C merupakan transaksi terpisah dari transaksi komersial tersebut.
Bank menerima fee atau pembayaran untuk jasa menge luarkan L/C tersebut. L/C harus menyatakan
tanggal jatuh tempo atau jangka waktu LC tersebut efektif, jumlah maksimum pembayaran yang bisa
diberikan oleh bank, bank harus membayar draft yang ditunjukkan dan pembayaran tersebut tidak
bisa dibatalkan karena perselisihan yang mungkin timbul kemudian.

Secara umum L/C bermanfaat bagi eksportir karena bisa menghilangkan risiko dari pihak lawan
(importir). Dengan L/C, eksportir akan berurusan dengan bank yang membuka L/C. L/C dijamin oleh
bank yang membuka L/C tersebut. Analisis risiko perbankan lebih mudah dilakukan karena secara
umum perbankan lebih dikenal dibandingkan perusahaan biasa. Bagi importir, L/C bermanfaat
karena importir bisa terlindungi melalui kepastian mengenai kapan barang dikirim dan jenis barang
yang dikirim. Jika belum memadai, importir bisa meminta sertifikat inspeksi, untuk memastikan
barang yang dikirim sesuai dengan perjanjian.

5.2.2. Cara/Prosedur Mengeluarkan LC

Prosedur pengeluaran L/C bisa dijelaskan melalui contoh berikut ini. Misalkan perusahaan
Indonesia mengekspor barang ke Amerika Serikat. Bagan berikut ini menjelaskan langkah yang
diperlukan dalam pembuatan L/C.
Ada tiga atau empat pihak yang terlibat dalam transaksi L/C:

1. Importir
2. Bank importir
3. Eksportir
4. Bank eksportir.

Secara spesifik, langkah dalam pembuatan LC adalah sebagai berikut ini (sesuai dengan urutan
pada bagan I dimuka).

(1) Importir Amerika Serikat mengirimkan order pembelian ke eksportir Indonesia,


meminta informasi harga, persyaratan, dan apakah setuju dibayar dengan L/C atau
tidak.
(2) Jika importir Indonesia setuju dibayar dengan menggunakan L/C, im- portir AS akan
mengontak banknya di AS untuk mengeluarkan L/C. Misalkan lamanya periode kredit
ditetapkan enam bulan.

(3) L/C tersebut kemudian dikirimkan oleh banknya importir ke banknya Eksportir.

(4) Bank eksportir kemudian memberitahu eksportir bahwa L/C sudah di- terima.

(5) Eksportir Indonesia kemudian mengirimkan barang ke importir AS.

(6) Sesudah barang dikirim, eksportir Indonesia kemudian menyerahkan dokumen pengiriman dan
draft waktu (time draft) ke banknya. Draft waktu merupakan perintah tertulis agar importir atau
agennya (pihak yang ditunjuk) atau bank importir untuk membayar sejumlah uang tertentu yang
tertera dalam draft, pada tanggal tertentu.

(7) Bank eksportir kemudian mengirimkan L/C, draft waktu, dan dokumen pengiriman ke bank
importir. Bank importir kemudian mengaksep draft waktu dan menjadi akseptansi bank. Bank
importir kemudian mem- peroleh hak atas barang yang dikirimkan melalui Bill of Lading yang
dikirimkan bersama L/C.

8) Bank importir membayar sejumlah uang melalui diskonto akseptansi ( bank ke bank eksportir.
Akseptansi bisa dikirim balik ke bank eksportir. Eksportir menerima akseptansi bank (jika dikirim),
yang merupakan instrumen keuangan.

9) Selanjutnya eksportir mempunyai beberapa hal dalam kaitannya dengan akseptansi bank. Jika ia
membutuhkan uang, ia bisa meminta bank eksportir untuk membayar atau melunasi akseptansi
tersebut dengan cara diskonto. Alternatif lain adalah menunggu sampai 60 hari dan memperoleh
bunga dari akseptansi tersebut (karena tidak dipotong melalui diskonto), atau langsung menjual
akseptansi di pasar keuangan. Karena risikonya sama dengan sertifikat deposito bank, tingkat bunga
(dipakai untuk diskonto), dan dengan demikian harga akseptansi sama dengan sertifikat deposito.

(10) Importir kemudian menandatangani utang wesel yang menyatakan bahwa ia bersedia
membayar sejumlah uang seperti yang tertera dalam akseptansi bank, pada tanggal yang telah
ditentukan (60 hari kemudian dalam hal ini).

(11) Bank importir kemudian menyerahkan dokumen pengiriman ke importir yang diperlukan untuk
memperoleh hak atas barang tersebut.
(12) Jika akseptansi tidak dikirim ke bank importir, bank importir kemudian bisa menjual akseptansi
tersebut ke pasar keuangan melalui diskonto.

(13) Bank tersebut menerima uang hasil penjualan akseptansi bank.

(14) Pada saat jatuh tempo, importir membayar sejumlah uang yang di- janjikan ke bank importir.

(15) Pada saat jatuh tempo, akseptansi bank kemudian diserahkan kembali oleh investor (yang
membeli akseptansi bank) di pasar keuangan ke bank importir.

(16) Bank importir kemudian membayar kas sejumlah nilai yang tertera pada akseptansi bank (face
value), yang berarti bunga diskonto plus harga pembelian akseptansi bank, ke pihak investor.

Anda mungkin juga menyukai