FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAMUDRA
2020
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan Mangrove adalah tipe hutan yang khas terdapat di sepanjang
pantai atau muara sungai yang di pengaruhi oleh pasang surut air laut.
Mangrove banyak dijumpai di wilayah pesisir yang terlindung dari gempuran
ombak dan daerah yang landai. Mangrove tumbuh optimal di wilayah pesisir
yang memiliki muara sungai besar dan delta yang aliran airnya banyak
mengandung lumpur. Sedangkan di wilayah pesisir yang tidak bermuara
sungai, pertumbuhan vegetasi mangrove tidak optimal. Mangrove sulit tumbuh
di wilayah pesisir yang terjal dan berombak besar dengan arus pasang surut
kuat, karena kondisi ini tidak memungkinkan terjadinya pengendapan lumpur
yang di perlukan sebagai substrat bagi pertumbuhannya (Dahuri, 2013, dalam
Andiny, 2019).
Wisata alam merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam
yang mengutamakan jasa alam untuk kepuasan manusia. Berbagai macam
kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas dan layanan yang
disediakan masyarakat, pengusaha, dan pemerintah adalah pariwisata.
Ekowisata secara langsung memberikan manfaat bagi lingkungan, budaya dan
ekonomi masyarakat lokal. Seorang wisatawan yang melakukan kegiatan
wisata berbasis alam hanya dapat pergi mengamati burung saja, namun seorang
ekoturis (orang yang melakukan ekowisata) pergi mengamati burung dengan
pemandu lokal, tinggal di penginapan yang dimiliki oleh masyarakat lokal dan
berkontribusi terhadap ekonomi masyarakat lokal.
Kota Langsa merupakan salah satu Kota di Aceh yang berhasil
mengembangkan sektor pariwisata yang juga memiliki ekosistem mangrove.
Desa Kuala Langsa yang terletak di pesisir Kecamatan Langsa Barat. Beberapa
pihak yang terlibat langsung dalam pemanfaatan ekosistem hutan mangrove
diantaranya adalah petambak, pencari ikan, pencari kepiting, pencari udang,
pencari kerang, pencari kayu bakar, penyedia kuliner hingga masyarakat secara
umum. Agar kegiatan pemanfaatan yang dilakukan di daerah ekosistem
mangrove di Desa Kuala Langsa berlangsung secara optimal dan berkelanjutan
maka diperlukan suatu perencanaan dan pengelolaan. Keberadaan hutan
mangrove di Pelabuhan Kuala Langsa, Kota Langsa, Aceh, telah memberikan
dampak yang signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan ekonomi
masyarakat Langsa.
Tujuan
Tujuan dari pemetaan situasi kawasan wisata mangrove ini adalah
untuk mengetahui dan memberikan informasi mengenai perkembangan dan
keadaan kawasan wisata mangrove yang berada di desa Kuala Langsa,
Kecamatan Langsa Baro, Kota Langsa.
METODE KERJA
Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Lokasi dilakukannya pemetaan ini berada di Desa Kuala Langsa,
Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa, Provinsi Aceh. Pada pemetaan ini,
tidak ada dilakukannya survey ke lokasi, hanya berdasarkan citra satelit dan
informasi dari beberapa pihak, sehingga dapat dilaksanakan dalam waktu satu
hari saja yaitu pada hari Minggu, 22 November 2020.
Analisis Data
Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan penggunaan
citra satelit penginderaan jauh sangat diperlukan dalam pemetaan kawasan
wisata mangrove. Hal ini bertujuan untuk mengetahui keadaan dan situasi serta
perkembangan kawasan wisata mangrove tersebut.
KESIMPULAN
Melalui hasil interpretasi visual citra satelit Google tahun 2019,
diketahui bahwa situasi Kawasan Wisata Mangrove Kota Langsa, memiliki 3
(tiga) kawasan wisata unggulan, yaitu Wisata Hutan Mangrove, Wisata Pantai
Buatan, dan yang sedang pada tahap penyelesaian yaitu Wisata Tower
Mangrove.
Peran Kawasan Wisata Mangrove juga sudah sangat dirasakan
masyarakat sekitar. Karena sudah banyak para wisatawan dari luar daerah yang
pernah mengunjungi objek wisata tersebut. Selain itu, dengan adanya Kawasan
Wisata Mangrove ini membuat masyarakat lebih berperan aktif dan ikut serta
dalam pengembangan pariwisata yang ada.
DAFTAR PUSTAKA