Anda di halaman 1dari 9

PRAMUKANTO

PUNGSU: GEOMANSI LANSKAP KOREA


Pungsu: Geomancy of Korean ABSTRACT
Landscape Geomancy is form-recognized art of earth’s ki energy interaction with community
culture. Ki and its existence in a place can be identified because its linked to geograph-
ical features of landscape. In Korea, this spatial perception and thought about geo-
graphical environment is the pungsu. Pungsu is geomancy that examines and deter-
mines the sites that favorable for town, village, house or tomb. There are two ap-
proaches are applied in pungsu, i.e. compass school and form school. The compass
school is developed from the basic idea/theory, while form school developed from sys-
Qodarian Pramukanto tematic structure theory. This paper explain and discuss both approaches.
Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas
Pertanian, IPB
e-mail: qpramukanto@gmail.com
Keywords: Geomancy, pungsu, ki energy, compass school, form school, Korea

PENDAHULUAN melainkan lebih bersifat spiritual dan Korea. Perbedaan teori dalam
hidup. geomansi Cina dapat dilihat pada
Geomansi Pungsu dasar penekanan terhadap unsur air
Demikian juga bumi dianggap
Bagi masyarakat Korea hidup sebagai unsur yang lebih penting
mempunyai energi misterius dimana
harmonis dengan alam merupakan dari pada gunung, kebalikannya
manusia besar lahir dengan memba-
filosofi naturalistik yang secara teori pungsu Korea penekanan pada
wa energi misterius atau spirit dari
tradisional dianut masyarakat negeri gunung lebih penting dari pada air.
lahan/gunung. Sehingga Freedman
semenanjung ini. Salah satu filosofi (1979) menyebutkan bahwa
yang dipengaruhi oleh ajaran I Analisis Pungsu
geomansi merupakan bentuk ecologi
Ching, Zen Budishme, Taoisme dan mistis (mystical ecology). Oleh Dalam menentukan lokasi tapak
Confusianisme adalah geomansi masyarakat Korea, bumi dan langit yang sesuai untuk suatu peruntukan
pungsu. Pungsu yang di negara barat dianggap sebagai penyedia pangan berdasarkan geomansi pungsu ter-
dikenal sebagai fengshui, merupakan dan membawa kemakmuran dapat dua pendekatan yaitu form
seni untuk menentukan lokasi kelahiran, mature human being, school dan compass school (Lung,
tempat yang “menguntungkan” karena lahan secara simbolis 1980). Aliran form school merupakan
untuk suatu peruntukan, seperti dianggap sebagai ibu dan langit pendekatan yang secara ilmiah dapat
kota, desa, rumah atau makam. sebagai bapak (Chung, 1998). Sikap dijelaskan (scientifically explainable)
Teori dasar dari pungsu berkenaan dalam memandang lahan sebagai berdasarkan bentuk analisis landform
dengan upaya membangun harmoni “mother god land” menjadi dasar ide dan melalui proses yang logis. Se-
hubungan manusia dengan alam munculnya pungsu, yang sangat dangkan aliran compass school meru-
(energi ki) dalam menentukan lokasi mempengaruhi tatanan lanskap tra- pakan pendekatan mysterious yang
tempat/lahan (land position), jenis disional Korea. lebih menekankan pada perhi-
penutup lahan dan pendukungnya tungan-perhitungan astronomis
yang menggambarkan hubungan Posisi geografis Korea di batas Timur
yang dilakukan dengan kompas
antara langit (heaven) dan bumi benua Asia dan berbatasan dengan
(Gambar 1). Menurut Kim (2010),
(earth). Cina mempunyai pengaruh yang
walaupun aliran form school dapat
besar dalam tatanan budaya, terma-
dipelajari dan dipraktekan secara
Dalam filosofi naturalistik terdapat suk dalam konsep geomansi. Wa-
logis, namun aliran compass school
prinsi “samjaeilche“, yaitu unity of laupun demikian, Choi (1986, dalam
lebih popular dan banyak diprak-
heaven, earth and man. Ketiga unsur Chung, 1998), menyebutkan antara
tekan. Namun demikian bahasan
ini bukan merupakan entitas yang geomansi Cina dan pungsu Korea
tulisan ini akan difokuskan pada
terpisah, melainkan mempunyai terdapat perbedaan. Perbedaan mun-
pendekatan bentuk lanskap.
hubungan inseparable dan organik cul setelah melalui periode yang
(Chung, 1998). Sikap masyarakat cukup lama. Terjadinya perubahan Salah satu praktek pungsu dengan
tradisional terhadap lahan (bumi) dalam teori geomansi Cina di Korea pendekatan bentuk lanskap (form of
adalah memandang lahan dengan dipengaruhi oleh konsep geografi landscape) adalah dalam penyusunan
arti khusus, tidak secara materialistik asli, kepercayaan (taoism, buddhism, rencana lanskap atau tapak (site
atau struktur yang tidak hidup, Korean shamanism, confucianism), planning). Dalam pendekatan ini
tradisi lokal dan lingkungan fisik pungsu sebagai ilmu dan seni tradi-

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 2 2012 9


PRAMUKANTO

Gambar 1. Pendekatan form school dan compass school dalam analsis pungsu

sional diterapkan dalam proses ana- filosofi yang menghasilkan suatu dasar (yin-yang, lima elemen dasar
lisis dan perencanaan tapak. pendekatan. Teori/pemikiran dan hubungan antar lima elemen)
Menurut Lee (1989), pungsu berke- tersabut dapat dipilah menjadi dua yang dikendalikan dalam kompas
naan dengan identifikasi formasi (Freedman, 1979 dan Choi, 1986,), geomansi.
lanskap, evaluasi lahan dan seleksi yaitu teori/pemikiran dasar (basic
Berbeda dengan compass school, pen-
tapak untuk menentukan lokasi idea) dan rangkaian teori yang dekatan kedua merupakan praktek
permukiman dan tempat tinggal disusun dalam struktur yang pungsu yang dikembangkan ber-
sistematis (systematic structure). dasarkan serangkaian teori dengan
baik bagi manusia yang hidup mau-
pun mati. struktur yang lebih sistematis dan
Teori/pemikiran dasar (basic idea) merupakan pendekatan yang dapat
Praktek-praktek pemahaman atas merupakan pendekatan yang dil- dijelaskan secara ilmiah (scientifically
filosofi ini diterapkan mulai dari akukan melalui serangkaian konste- explainable). Pendekatan yang
proses seleksi tapak sampai penataan lasi pemikiran dasar yang di- dikenal dengan form of the landscape
tuangkan dalam instrumen berupa school ini dikembangkan berdasar-
ruang dan massa, baik pada skala
kompas geomansi (Gambar 1) dan kan serangkaian teori yang meliputi:
regional, kota, desa, kawasan, istana, Teori Jangpung Deuksu(장풍득수론),
dikenal sebagai compass school. Pen-
rumah maupun permakaman. Ber- Metode Kanryong Beob (갇룡법),
dekatan compass school ini, menurut
dasarkan energi ki dapat ditentukan Teori Bentuk Terrain (형극론), Teori
Choi (1986) dan Kim (2005) secara
lokasi dan organisasi ruang yang Piboyeomseung (비보염승) dan
makro mengacu pada tiga teori
tepat untuk suatu peruntukan lahan. Metoda Penentuan Hyeol.
dasar, yaitu: Teori Yin-Yang
Sebab nilai (“keberuntungan”, “ke- (음양론), Teori Lima Elemen Dasar
baikan” dan “kemakmuran”) suatu (오행롣), dan Teori hubungan antar Pendekatan Compass School
tempat bersifat site specific yang ber- Lima Elemen (상생상극론). Menurut
beda satu tempat dengan tempat Choi (1998) pendekatan ini merupa- Pendekatan yang dibangun di atas
lain. Rencana tata letak ruang dan kan praktek yang didasarkan cara teori/pemikiran ini sebenarnya
massa dilakukan untuk meningkat- yang dogmatis dan tidak dikem- hampir tidak mungkin untuk diter-
kan nilai ki dari suatu tapak. bangkan melalui pengujian yang angkan secara tepat, karena kom-
bersifat eksperimental. Dalam ana-
pleksitas dan indistinctness (Choi,
lisis untuk menentukan tempat yang
PEMBAHASAN 1986). Namun demikian menurut
membawa “keberuntungan” pen-
Choi (1986) dan Kim (2005) dari
dekatan ini menggunakan teknik
Praktek pungsu dilandasi pada “ramalan” yang rumit dan perhi- sudut pandang makro tiga teori
pemahaman atas teori, pemikiran, tungan atas komponen dari teori dasar (yin-yang, lima elemen dasar

10 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 2 2012


PRAMUKANTO

dan hubungan antar lima elemen) energi ini. Asumsi dasar dari teori hingga membentuk rangkaian lima
tersebut merupakan pemikiran yin-yang ini adalah segala hal dan elemen yang menempati posisi yang
penting dalam pendekatan ini. peristiwa di alam semesta adalah tepat dan menetap. Kelima elemen
hasil dari dua kekuatan kosmik ini ini dipercaya sebagai dasar dari se-
Mengacu pada tiga teori dasar terse-
(Chung, 1998). Keberhasilan dan luruh energi dan elemen yang mem-
but, analisis pungsu dilakukan me- kegagalan dalam setiap peristiwa bentuk jagad raya ini.
lalui perhitungan terhadap kombina- ditentukan oleh keseimbangan da-
lam kekuatan yin-yang. Gerak 3. Teori Hubungan Antar Lima Ele-
si elemen-elemen yang terdapat da-
kontinyu dari Yin ke Yang, Yang ke men
lam diagram kompas geomansi. Yin, dan seterusnya menyebabkan Teori hubungan antar lima elemen
Kombinasi lima elemen (bumi, kayu, terjadinya segala sesuatu di semesta atau Sangsaeng Sangguek Ron
logam, api, air) dengan “ten heaven- alam ini. (상생상극론) merepresentasikan ben-
ly stems” dan dua belas elemen as- tuk hubungan antar setiap elemen
2. Teori Lima Elemen terangkai akan menentukan proses
trologi (Choi, 1998), delapan trigram
Teori lima elemen (kekuatan) dasar perubahan dan keluaran yang
(sebagai simbol langit, air, gunung, atau Ohaeng-Ron (오행론) merepre- dihasilkan. Secara filosofis adanya
guntur, angin, api, bumi dan danau) sentasikan lima elemen atau agent, harmonisasi yin-yang pada setiap
yaitu (Kim, 2005): bumi (to), kayu elemen terangkai dalam urutan
yang merupakan sistem binari yang
(mok), logam (gum), api (hwa) dan air kekuatan hubungan antar elemen
diturunkan dari basis satuan yin atau (su). Menurut (Choi, 1998), filosofi akan menghasilkan bentuk keluaran
yang (Xu, 1997 dan Xu, 2001). pembentukan kelima elemen ini tertentu.

Penggunaan diagram delapan tri- bermula dari proses terjadinya pem-


Oleh karena itu perlu dicarikan ben-
isahan antara bumi dan langit yang
gram dalam kompas geomansi dil- tuk korelasi atas tempat yang tepat
mengalami revolusi dan transmutasi
dan terkonfirmasi. Setiap elemen ini
akukan untuk merangkai energy ki
dengan perhitungan yang kompleks
untuk menilai dan meramal kualitas
kehidupan yang dihasilkan (Xu,
1997). Pemahaman atas unsur yang
direpresentasikan sebagai langit,
bumi, manusia, ruang dan waktu
dalam diagram tersebut dipercaya
sebagai model ideal yang mengindi-
kasikan bentuk hubungan harmoni
(Xu, 1998).

1. Teori Yin-Yang
Gambar 2. Yin-Yang simbol interaksi harmoni yang menghasilkan segala
Teori Yin-Yang atau Eum-Yang Ron
sesuatu di semesta alam
(음양론) menjelaskan bahwa
berbagai fenomena di alam semesta
ini dihasilkan (generated) melalui
adanya interaksi harmoni antar un-
sur yin dan yang (Gambar 2). Filosofi
ini merepresentasikan bahwa segala
sesuatu berada dalam dinamika dan
segala sesuatu dalam keseimbangan.
“Um” atau “Yin” merepresentasikan
energi feminin dari gelap, malam,
biru dan pasif. Sedangkan “Yang”
menggambarkan energi maskulin
dari terang, siang, merah dan aktif.
Bentuk “yin-yang” berupa taeguk Gambar 3. Pola Urutan Lima Elemen yang menghasilkan hubungan sa-
(Gambar 2) menggambarkan simbol ling menguntungkan (baik) atau merugikan (buruk)
dinamika kontinyu dari dua sumber

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 2 2012 11


PRAMUKANTO

berkoordinasi dengan komponen gendalian unsur angin (pung) dan gunung Naksan, di sebelah timur,
lain, seperti: warna, makhluk hidup, unsur air (su) yang ada dalam forma- sebagai simbol Naga Biru.
hal berkaitan dengan geografis dan si lanskap. Inwangsan (simbol harimau putih)
titik cardinal. Bentuk hubungan me- menempati formasi jajaran gunung
lalui proses perubahan dan perkem- Menurut Kuo (dalam Kim, 1988) dan di bagian barat. Sedangkan formasi
bangan yang terjadi atas tiap elemen Choi (1998), ada dua prinsip pen- Namsan-Kwanaksan (simbol Burung
akan menghasilkan dua hal, yang gendalian kedua unsur tersebut, per- Phoenix Merah) yang berada di sela-
tama adalah “menenangkan” angin
disebut sangsaeng dan sangguek. tan kota merupakan table mountain
dan yang kedua adalah memanen
dan gunung “pelayan” (Gambar 4)).
Sangsaeng berkenaan dengan peru- air. Energi ki dipencarkan oleh angin
bahan dan perkembangan dalam dan ditahan oleh aliran air. Sehingga Terdapat formasi gunung utara se-
hubungan antar elemen atau kondisi lokasi tempat yang sesuai untuk sua- bagai gunung utama (chusan atau
lingkungan yang akan menghasilkan tu peruntukan akan ditentunkan chisan), di timur formasi gunung
hal kebaikan, “keberuntungan” oleh formasi lanskap (gunung) chongnyong, di barat formasi gunung
(good). Sedangkan Sangguek berke- disekitarnya yang mempengaruhi paekho dan di selatan formasi gunung
pola paparan angin dan orientasi
naan dengan perubahan dan selatan (ansan). Cekungan myongdang
aliran air (Kim, 1988). Dalam pen-
perkembangan dalam hubungan merupakan wilayah dengan
erapan prinsip ini terdapat dua kai-
antar elemen atau kondisi ling- akumulasi energi yang tinggi,
dah dasar, yaitu meletakan alam se-
kungan yang akan menghasilkan hal bagai faktor yang menentukan dan sehingga merupakan lanskap yang
keburukan, “kerugian” (bad). mengikat struktur/objek di atasnya, paling ideal untuk berbagai
dimana relief muka bumi tidak boleh peruntukan, seperti perkotaan,
Pola urutan (sekuensis) dalam siklus
diubah agar energi alam (ki) tidak perdesaan, permukiman, istana,
lingkaran lima elemen sangat pen-
berkurang. rumah maupun makam.
ting karena akan menentukan hasil
dari proses perubahan dan perkem- Walaupun berdasarkan arti kata
1. Teori Peran Unsur Pung dan Su
bangan yang terjadi apakah kondisi, pungsu berarti “angin dan air”, na-
seluruh keadaan dan situasi berjalan Teori ini menjelaskan peran dua mun mengandung makna yang san-
baik atau buruk (Gambar 3). komponen yang menghasilkan teori gat dalam. Sebagaimana yang
pungsu, yaitu angin (pung) dan air dikonsepkan oleh Raja Sejong, bah-
Sangsaeng, merupakan kondisi di- (su) atau disebut sebagai Jangpung wa kota Seoul harus berada dibawah
mana seluruh lingkungan dan situasi Deuksu-Ron (장풍득수론). Dalam pengendalian gunung utama
berjalan baik. Secara filosofis urutan
teori ini dijelaskan konsep pengen- Pugaksan yang berada dibelakang
atas kekuatan kelima elemen ini ber-
dalian energi, yaitu perlindungan dan formasi aliran air (Cheong-
jalan melalui proses dimana: kayu
terhadap angin dan pemanfaatan air gyecheon) dibagian depan harus
menghasilkan api, api menghasilkan
dalam berbagai kehidupan manusia. dilindungi (Kim, 1996). Namun da-
abu (ashes) bumi, bumi menghasilkan
Jangpung menjelaskan teori pengen- lam perkembangannya aliran kali
logam, logam menghasilkan air dan
dalian energi angin dengan cara Cheonggye ini mengalami subordi-
air menumbuhkan pohon.
melindungi dan menempatkan ener- nasi, sehingga pemerintah Seoul
Sangguek, menggambarkan kondisi gi secara seksama sehingga menjadi berupaya mengembalikan tatanan
dimana seluruh lingkungan dan sumber energi utama yang muncul geomansi Seoul dengan merestorasi
situasi berjalan pada urutan yang dari bumi. Untuk menghasilkan kali tersebut.
menciptakan/membuat kerusakan, energi ini diperlukan setting lanskap
Kali Cheonggyecheon yang berhulu
yaitu: air memadamkan api, api dimana jajaran pegunungan dari
di empat gunung (Pugaksan, Nak-
melumatkan logam, logam (metal) utara sebagai simbolisme naga yang
san, Iwansan dan Namsan) dan
memotong kayu dan kayu mengalirkan energi dari dalam bumi
melintas di muka istana Gyeong-
menghujam bumi (melalui akar, dengan membentuk formasi
bokung (Gambar 5) menempati
bajak, menyedot air/transpirasi). topografis tertutup berupa cekungan
posisi ”keberuntungan” dalam tata
disebut myongdang.
letak fengshui kota (Pramukanto,
Pendekatan Form of the Landscape Dalam konteks regional (Yang et.al, 2009). Restorasi dilakukan pada
School 1997), tatanan lanskap kota Hanyang segmen sepanjang 6 km dengan
(cikal bakal kota Seoul), secara membongkar konstruksi jalan dan
Pendekatan ini dibangun untuk
simbolis diikat oleh formasi jalan layang (dibangun pada tahun
menentukan lokasi yang sesuai un-
fisiografis pegunungan di keempat 60-an) yang menutup permukaan
tuk suatu peruntukan berdasarkan
penjuru angin. Pugaksan di utara, kali dan melintas di atasnya serta
teori-teori yang berhubungan
merupakan simbol Kura-kura Hitam mengembalikan kali tersebut menja-
dengan bentuk lanskap dan aliran
energi ki yang bergerak dalam for- dengan formasi sebagai gunung di alami (Gambar 6).
masi lanskap. Dalam pendekatan utama yang mengendalikan tiga
ini, pungsu berkaitan dengan pen- jajaran pegunungan lainnya. Formasi

12 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 2 2012


PRAMUKANTO

Upaya mengembalikan tatanan


geomansif juga dilakukan di kom-
pleks istana Kyongbokung. Kebera-
daan gedung pemerintahan kolonial
yang dibangun masa kolonisasi
Jepang dan menyalahi tata letak
fengshui perlu diluruskan kembali.
Letak bangunan tersebut berada
pada posisi merusak dan memutus
aliran energi ki yang berasal dari
gunung utama (Pugaksan). Sehingga
dalam program restorasi istana
tahun 1996, bangunan tersebut
dihancurkan (Gambar 7 dan Gambar
8).

Gambar 4. Cekungan myongdang Kota Hanyang yang dibentuk oleh for-


masi gunung pada empat penjuru (Yang et. al, 1997)

Gambar 5. Aliran Cheonggyecheon dalam Formasi Pegunungan Kota Tua


Seoul (Seoul Metropolitan Government, 2003)

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 2 2012 13


PRAMUKANTO

2. Metoda Observasi Bentuk dan Po-


la Naga
Metoda observasi bentuk dan pola
naga atau kanryong beob (갇룡법)
berkaitan dengan simbolisme jajaran
pegunungan dengan pola lekukan,
bentuk puncak, bentuk lembah me-
nyerupai bentuk tubuh naga yang
bergelombang (undulating dragon).
Metode ini menggambarkan pola
aliran energi ki yang mengalir di da-
lam tanah melintasi jajaran
pegunungan (veins and arteries of the
earth). Energi angin yang bertiup
dengan kekuatan meningkat dan
menurun di pegunungan dapat dit-
amsilkan sebagai bentangan tubuh
Gambar 6. Simulasi Restorasi aliran Cheonggyecheon Sebelum dan
naga, ada puncak ada lembah (Gam- Sesudah Restorasi (Seoul Metropolitan Government, 2003)
bar 9).

Dalam tatanan geomansi pusat


kekaisaran Cina dipercaya yang
menjadi pusat dari jagad dengan
sumber energi yang mengalir pada
jajaran pegunungan Kunlunshan.
Dari sumber energi (kekuatan) vital
ini mengalir energi melalui empat
gunung menuju ke empat penjuru
bumi.

Ke arah Timur aliran energi menuju (Sumber Chung, 1998)


ke Paktusan (Ever White Mountain),
yaitu gunung yang dalam mitologi Gambar 7. Layout (kiri, diarsir) dan Perspektif (kanan) Gedung Pusat
Korea dianggap sebagai holy moun- Pemerintahan Kolonial Jepang di Kompleks Istana Kyeongbokung yang
tain. Gunung ini berada pada batas memutus aliran ki dari Pugaksan
Utara antara Korea dengan Cina.
Dari gunung ini menyebar aliran
energi ki menuju jajaran pegunungan
yang mejadi tulang punggung negeri
semenanjung Korea. Sehingga jajaran
pegunungan yang membentang dari
Cina ke semenanjung Korea tersebut
dianggap sebagai naga dalam teori
pungsu.

Energi vital yang bersumber dan Gambar 8. Demolisasi Gedung Pusat Pemerintahan Kolonial Jepang di
Kompleks Istana Kyeongbokung. Latar belakang Gunung Pugaksan
mengalir dalam pola fisiografi
“punggung” naga ini telah mengakar
dalam pada konsep spasial di Korea.
Dalam peta kuno diperlihatkan Ko-
rea sebagai negara dengan sistem
pegunungan yang undulating
bagaikan bentangan punggung naga
(Gambar 10). Bentuk energi ki positif
berperan dalam membentuk ragam
biodiversitas, seperti melalui proses
pemencaran (dispers) benih tum-
buhan. Sedangkan energi negatif,
seperti beru-

14 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 2 2012


PRAMUKANTO

Gambar 9. Pola aliran energi ki yang mengalir di dalam tanah melintasi jajaran pegunungan (Yi, Yu, and
Hong, 1996.)

Gambar 10. Sistem pegunungan Semenanjung Korea yang undulating seperti bentangan punggung naga (Rob-
inson and McCue, 1956)

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 2 2012 15


PRAMUKANTO

pa aliran massa udara kering (lee-


ward) pada daerah bayangan hujan
di balik gunung.

3. Teori bentuk terrain


Teori bentuk terrain atau hyongguk-
ron(형극론) dari pegunungan merep-
resentasikan lima elemen dasar pada
bentukan puncak pegunungan. Li-
ma bentuk elemen simbolis dari ter-
rain pegunungan tersebut, yaitu air,
api, tanah, logam dan kayu (Gambar
11).

Seoul dengan formasi pegunungan


yang mengelilinginya membentuk
horizon (skyline) kota. Bentuk puncak
dan punggung pegunungan yang
membentuk garis cakrawala kota
tersebut merupakan aspek visual
kota yang dilindungi. Lebih jauh, Gambar 11. Bentuk Lima Elemen Simbolis pada Puncak Gunung (Nemeth,
1993)
nilai simbolis bentuk terrain tersebut
merepresentasikan the five elements of
the universe dalam geomansi harus
dilindungi dari penghalang dalam
suatu wilayah pandang (viewshed)
kota (Gambar 12).

Salah satu bentuk perlindungan nilai


simbolism ini adalah upaya
spektakuler dalam demolisasi dua
gedung apartemen yang berdiri
menghalangi puncak gunung selatan
(Namsan) di tahun 1994 (Pramukan-
to, 2009). Eksekusi oleh pemerintah
kota Seoul yang menelan biaya tidak
sedikit tersebut merupakan pelajaran
mahal dan menjadi shocktherapy bagi
masyarakat untuk tetap konsisten
dalam menegakan nilai lokal yang
terkandung tata ruang yang telah
ditetapkan (Gambar 12).

4. Teori Piboyeomseung (비보염승)


Teori yang menyatakan hal-hal yang
berkaitan dengan adanya salah,
kekuatan buruk pada lahan dan juga
benar, kekuatan baik pada lahan. Sa-
lah/benar kekuatan lahan merupa-
kan bentuk keberuntungan, kenya-
manan dan sebagainya, sedangkan
true/good site power menggambarkan
keadaan yang merugi atau ketid-
aknyamanan.

5. Metoda Penentuan Hyeol

Gambar 12. Eksekusi dalam Rangka Penataan Penghalang Pandang Visual


Puncak Gunung Namsan (Yang et. al, 1997)
16 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 2 2012
PRAMUKANTO

Metoda ini diterapkan untuk menen-


tukan lokasi hyeol (Chonghyeol-bob). Freedman, M. 1979. Geomancy. In: G.W. Pramukanto, Q. 2009. The geomancy
Skinner (Ed.), The Study of Chi- order of Seoul city. Korean Study
Hyeol merupakan tempat berupa nese of Universe Society. Stanford Ind. J., 1(1): 1-7.
lubang dimana energi vital ki mun- University Press, Polo Alto, pp:
cul dan tersedia bagi manusia (Choi, 313-333. Robinson, A.H., and S. McCune. 1941.
1986). Dalam konsep geomansi, Notes on Physiographic Diagram
Kim, K.G. 1996. Urban Ecology Applied of Tyosen (Korea). Geographical
hyeol merupakan titik dimana energi
to the City of Seoul, Implement- Rev., 31(4): 653-658.
ki dari bumi berinteraksi dengan en- ing Local Agenda 21. MAB,
ergi ki dari langit dan energi ki dari UNESCO. Seoul Development Institute. 2000.
manusia. Untuk menentukan posisi Thematic Map of Seoul. Seoul
hyeol diperlukan perhitungan yang ________. 1999. Sutainable cities and Development Institute.
Korean ecological tradition.
tepat. Hyeol harus benar-benar
Korea J.,39(3): 143-178. Seoul Metropolitan Government. 2003.
diketahui. Jika perhitungan posisi
Cheonggyecheon Restoration.
tidak tepat, walaupun persyaratan Kim, S.K. 1988. Winding River Village, Seoul Metropolitan Government.
lainnya sudah sesuai maka hasil Poetics of Korean Landscape.
yang diperoleh akan berubah men- PhD Dissertation, Univerisity of Xu, J. 2001. Managing computer-based
Pennsylvania. environmental information. Pa-
jadi hal yang tidak diharapkan. Da-
per Presented at The ARCC
lam formasi lengkap, kehadiran hyeol ________. 2005. Pungsu. Lecture Note, Spring Research Conference at
pada cekungan (myongdang) yang Department of Landscape Archi- Virginia Tech, April 2001, p: 29-35
dikelilingi oleh jajaran pegunungan tecture, Seoul National Universi-
(dengan konfigurasi di empat pen- ty. Xu, P. 1997. Feng-shui as clue: identify-
ing prehistoriclandscape patterns
juru angin) sebagai pelindungi ener-
________. 2010. Komunikasi Pribadi. in the American Southwest.
gi ki dari sapuan angin, disertai sys- LandscapeJ., 16(2):174-190.
tem drainase dan kualitas tanah Lee, S.H. 1989. Sitting and General Or-
yang baik merupakan model lanskap ganization of Traditional Korean ____. 1998. Feng-shui models struc-
yang ideal (Choi, 1986). Settlements. In: J.P Bourdier and
tured traditional Beijing
N. Asayyad, Dwellings, Settle-
ment and Tradition, Cross-
courtyard houses. J. Archit.
Cultural Perspective. Univ. Pres Plann. Res., 15(4): 272-282.
DAFTAR PUSTAKA
Amer., London.
Yang, B.E., S.K. Kim, S. Kim, M.S. Yu, and
Choi, C.J. 1986. P’ungsu, the Korean Lung, D. 1980. Fung Shui, an intrinsic Y.H. Choi. 1997. The Landscape
traditional geographic thoughts. way to environmental design of Seoul. Seoul Metropolitan
Korea J., 26(5): 35-45. with illustration of Kat Hing Wai Government.
in the new territories of Hong
Chung, S.J. 1998. Architectural Conser- Kong. J. Hong Kong Branch Roy- Yi, D., L. Yu, and Y. Hong. 1996. Geo-
vation in the East Asian Cultural al Asiatic Soc., 20: 81-92. mancy and the Selection of Archi-
Context with Special Reference to tecture Placement in Ancient
Korea. PhD Dissertation, School Nemeth, D.J. 1993. A cross-cultural cos- China. Zhuang: Hebci Science
of Architecture, Faculty of Built mographic interpretation of some and Technology Press.
Environment, The University of Korean geomancy maps. Carto-
New South Wales. graphica, 30(1): 85-97

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 4 NO 2 2012 17

Anda mungkin juga menyukai