Anda di halaman 1dari 23

BIOFARMASETIKA

apt. Aurelia Da Silva S.


Fraga, S.Farm.,
M.Farm
RPS

Mampu menjelaskan
prinsip yg terkait dgn
Sistem penghantaran
obat (Distribusi)
OUTLINE
Lanjutan…
Biofarmasetika juga mencakup faktor-faktor yg mempengaruhi:
1) Stabititas obat dlm produk obat
2) Pelepasan obat dari produk obat
3) Laju disolusi/pelepasan obat pd site absorpsi
4) Absorpsi sistemik obat.
PENDAHULUAN
FARMAKOKINETIKA
FARMAKODINAMIKA
Farmakodinamika merujuk pd
Farmakokinetik atau kinetika hub antara konsentrasi obat pd
obat adalah nasib obat dlm site aksi (reseptor) & respons
tubuh/efek tubuh terhadap farmakologis yg mempengaruhi
obat. IO dgn reseptor. Interaksi suatu
obat dgn suatu reseptor
menyebabkan inisiasi suatu
Farmakokinetik mencakup 4 proses,
yaitu:
urutan kejadian molekuler yg
menghasilkan suatu respons
1. Proses absorpsi (A)
farmakologis atau toksik (Aslam
2. Distribusi (D) et al., 2003)
3. Metabolisme (M)
Ek sk r e si ( E )
4. M o d e l f a r makokinetik-farmakodinamik disusun utk mengaitkan
kadar
obat dlm plasma dgn konsentrasi obat pada site aksi dan perjalanan
obat (Aslam et al., 2003)
DISTRIBUSI
1. Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik
ke jaringan & cairan tubuh atau obat didistribusikan ke sel tubuh
melalui aliran darah.
2. Distribusi obat adlh proses suatu obat yg secara reversibel meninggalkan
aliran darah dan masuk ke intestitium (cairan ekstrasel) dan atau ke sel
jaringan
Distribusi obat yg telah diabsorpsi tergantung beberapa faktor
yaitu:
1. Aliran darah
2. Permeabilitas kapiler
3. Ikatan protein
4. Kelarutan dlm lemak
(Noviani & Vitri, 2017)
Lanjutan…
1. Aliran darah
Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke
organ berdasarkan jumlah aliran darahnya. Organ dgn aliran
darah terbesar adlh:
 Jantung
 Hepar
 Ginjal
Distribusi ke organ lain spt kulit, lemak & otot lebih lambat
2.Permeabilitas Kapiler  Struktur Obat
Permeabilitas kapiler
tergantung pada:
 Struktur kapiler (sawar
darah otak, sawar uri)
Distribusi obat ke SSP & janin hrs
menembus sawar khusus yaitu sawar
darah otak & sawar uri (plasenta).
Obat yg mudah larut dlm lemak pd
umumnya lebih mudah menembus
sawar (Nila & Marta, 2013)
Lanjutan…
3. Ikatan dgn protein
Obat beredar di seluruh tubuh & kontak dgn protein plasma serta
dpt terikat/bebas. Obat yang terikat dgn protein tdk aktif & tidak
dpt bekerja. Hanya obat bebas yg dpt memberikan efek (Aslam et
al., 2003)
Obat dikatakan berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat
protein

4. Kelarutan dlm lemak


Membran sel terdiri dari suatu lapisan lipoprotein. Membran ini dpt
dilewati dgn mudah oleh zat-zat tertentu (lipofil), tetapi ada juga zat yg
sukar melewati membran sel (hidrofil), shg disbt semi permiabel
PEMBAGIAN DISTRIBUSI

Distribusi

Berdasarkan
fase penyebaran Berdasarkan
dlm tubuh ruang dist
yg dpt
dicapai

Dlm ruang
Dlm plasma &
Fase I Fase 2 Dlm plasma ekstra dan intra
ruang ekstrasel
sel
Lanjutan…
Setelah pemberian, obat bergerak dari tempat
pemberian dan diserap ke dlm sirkulasi
sistemik dan kemudian akan didistribusikan ke
seluruh tubuh. Proses distribusi mengacu pada
pergerakan obat antara kompartemen
intravaskular (darah/plasma) &
ekstravaskular (intraseluler & ekstraseluler)
tubuh.
Dlm setiap kompartemen tubuh, obat berada dlm
keseimbangan antara bentuk terikat protein/bentuk bebas.
Seiringwaktu,obatdlmsirkulasikemudianakan dimetabolisme & di
Distribusi Berdasarkan fase
penyebaran dlm tubuh
1. Distribusi fase pertama
Terjadi segera setelah penyerapan, yaitu dist obat ke
organ yg perfusinya sangat baik/tinggi misalnya jantung,
hati, ginjal & otak.
2. Distribusi fase kedua
Jauh lebih luas yaitu mencakup jaringan yg perfusinya
tdk sebaik organ di atas misalnya otot, kulit dan jaringan
lemak

Obat yg tdk larut lemak dgn jaringan maka tdk mengalami


distribusi.
Berdasarkan ruang dist yg dpt
dicapai
1. Dalam plasma
Dari plasma, obat harus melintasi membran kapiler ke ruang intestinal lalu menyebrangi memb

bebasberedar(tdkterikat)dapatmenembusmembransel.Bagianobat yg
mengalami pengikatan protein darah akan hilang aktivitas farmakologinya dan menj

2. Dalam plasma & ruang ekstrasel


Pengikatan protein menurunkan transfer bersih obat melintasi membran sel.
Pengikatan obat ke protein plasma umumnya lemah, cepat dan reversibel, shg
obat yg terikat protein dpt berada dalam penyimpanan sementara kompartemen.
Pengikatan protein dpt dianggap cara utk menyimpan obat, krn bagian yg terikat
tdk diekskresi. Pada umumnya, ketika konsentrasi obat bebas menurun,
ikatan obat-protein akan pecah dan obat terlepas kembali, hingga kadar
obat bebas hampir tidak berubah
Lanjutan…

3. Dlm ruang ekstra dan intra sel


Konsentrasi protein pada cairan ekstravaskular (CSF, getah
bening, cairan sinovial) sangat rendah. Jadi pada
kesetimbangan, konsentrasi total obat dalam plasma biasanya
>> di cairan ekstravaskular.
Cth: jika suatu obat terikat lebih luas di intrasel daripada di
ekstrasel, maka konsentrasi obat bebas intrasel dan ekstrasel
mungkin sama/hampir sama, tetapi konsentrasi total obat
intrasel mungkin jauh lbh besar dr total konsentrasi
ekstraseluler
SISTEM DISTRIBUSI
OBAT
Darah terdiri dari sejumlah elemen, termasuk plasma,
sel darah merah dan putih & protein plasma.
Kebanyakan obat mengikat protein plasma secara
reversibel. Pengikatan pada protein plasma
mempengaruhi DO ke dlm jaringan, krn hanya obat
yg tdk terikat yg tersedia utk menembus
jaringan, berikatan dengan reseptor, dan
mengerahkan aktivitas.
Saat obat bebas meninggalkan aliran darah, obat yg lebih
terikat dilepaskan dari tempat pengikatan. Dgn cara ini,
obat menjaga keseimbangan antara obat bebas & terikat,
berdasarkan afinitasnya terhadap protein plasma. Albumin,
kemudian, bertindak sbg reservoir obat yang diberikan.
Lanjutan…
Beberapa obat memiliki afinitas tinggi utk mengikat
protein serum (95% - 98% terikat protein).

Jika pasien menggunakan 2 obat yg sangat terikat protein


bersamaan, akan ada persaingan utk tempat pengikatan
pada albumin. Obat dgn afinitas terbesar utk albumin akan
mengikat dan dianggap mengganggu rasio normal obat
bebas terhadap obat yg terikat utk obat kedua. Akibatnya,
obat kedua akan lebih tersedia utk didistribusikan ke
tempat kerja dan berpotensi menimbulkan efek samping

Ketika suatu obat sangat terikat protein plasma,


biasanya memiliki Vd yg lebih rendah
VOLUME DISTRIBUSI (Vd)
Vd adalah parameter farmakokinetik yg mewakili
kecenderungan obat individu utk tetap berada dlm
plasma atau mendistribusikan kembali ke kompartemen
jaringan lain. Vd menghubungkan jumlah obat dalam
tubuh dgn konsentrasi obat dalam darah/plasma

Vd dinyatakan dlm satuan ml atau L dan % BB


Lanjutan…
Contoh:
Diasumsikan bahwa dosis 1 gram obat X diberikan secara injeksi
IV kepada pasien. 30 menit kemudian konsentrasi serum (Cp)
adalah 25mcg/ml. Jika obat didistribusikan secara merata
melalui tubuh, Vd adalah 40 liter (L) untuk memperhitungkan
seluruh dosis obat.

Jika diminta dlm % BB maka:


Vd = L/kg x 100%
Jika BB pasien 50 kg maka,
Vd = 20 L/50kg x 100% = 40% BB
Lanjutan…
Obat dgn BM tinggi/obat yg sangat hidrofilik
cenderung tetap berada dlm sistem peredaran darah
& organ dgn suplai darah yg kaya shg memiliki Vd
<< dibandingkan obat yg sangat lipofilik (Vd >>)

• Obat dgn Vd tinggi memiliki kecenderungan utk meninggalkan


plasma dan memasuki kompartemen ekstravaskular tubuh, yg
berarti bahwa dosis obat yg lebih tinggi diperlukan utk
mencapai konsentrasi plasma tertentu (Vd Tinggi -> Lbh bx
distribusi ke jaringan lain)
• Obat dgn Vd rendah memiliki kecenderungan utk tetap berada
dlm plasma yg berarti dosis obat yg lebih rendah diperlukan
utk mencapai konsentrasi plasma tertentu (Vd Rendah ->
Distribusi lebih sedikit ke jaringan lain)
Lanjutan…
Biot ra nsfor masi
Ikat an
Resorp s i
Ikatan e kst ra set
I em ak
M u kosa
d istribus i
Su blinjgu a
I ( rektal)

Lim Ie Air ku I a
si d a ra h

Inj eksi i.v.


R ed BSDF@ SI
La rnbung
kerja
bolit

5 ikl us
ent erohepat ik
AI R S EN I
Eksk re si TINJA

Fa makoMInet*ka ¿'ang J*slamizt ¿•n


DAFTRA PUSTAKA
1. Shargel, Leon., Wu-pong, Susanna., Andrew B.C. Yu .
2012. Biofarnasetile Daa Farmakokinetika Terapan Ed V.
Surabaya: Pusat Penerbitan Dan Percetakan Universiras
Airlangga
2. Nila, Aster dan Marta Halim. 2013. Dasar-dasar Farmakologi
2. A Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
3. Noviani, Nita Dan Vitri Nurilawati. 2017. Farmakologi.
Kemenkes RI
4. Aslam, Mohamed., Chik Kaw Tan., Adji Prayitno .2003.
Farmasi Klinis. Surabaya: Penerbit Pt. Alex Media
Komputindo
5. Currie, Geoffrey M. 2018. Pharmacology Part 2:
Introduction To Pharmacokinetics. J Of Nuclear Medicine
Technology

Anda mungkin juga menyukai