Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN

4.1. KRITERIA PERENCANAAN PERKERASAN JALAN

4.1.1 Acuan
Perencanaan mengacu pada AASHTO (American Association of State
Highway and Transportation Officials) guide for design of pavement structures
1993 (selanjutnya disebut AASHTO 1993).

4.1.2 Nama Proyek


”PERENCANAAN JALAN MRANGGEN - SEMARANG”

4.1.3 Umur Rencana


Dalam perencanaan jalan umur rencana divariabelkan sebagai hal yang
mempengaruhi kegunaan jalan sampai waktu tertentu. Perkiraan jumlah kendaraan
yang akan melalui jalan tersebut memberikan gambaran mengenai kesesuaian
antara permintaan dari lalu lintas yang akan melewati jalan tersebut dengan
prasarana yang disediakan. Untuk perencanaan ini digunakan umur rencana 20
tahun.

4.1.4 Jenis Perkerasan


Dalam perencanaan pembangunan Jalan Arteri Primer, kami menggunakan
jenis perkerasan kaku atau rigid pavement. Hal ini berdasarkan beberapa
pertimbangan dalam menentukan jenis perkerasan kaku untuk jalan arteri
diantaranya :
 Umur rencana dapat mencapai 15 – 40 tahun. Jika terjadi kerusakan maka
kerusakan tersebut cepat dan dalam waktu singkat.
 Tingkat kekakuan cukup tinggi dibandingkan denagn perkerasan aspal, yaitu
10 kali lipat (Ebeton = 40.000 Mpa, Easpal = 4.000 Mpa).
 Pelat beton dengan flexural strength 45 kg/cm2 setebal 25 cm dapat
menampung sekitar 8 juta ESAL.

PROJECT WORK 1 – Perencanaan Jalan Arteri Mranggen-Semarang | 116


 Tebal keseluruhan perkerasan jauh lebih tipis dari tebal keseluruhan
perkerasan flexible / aspal (>50%).
 Sudah dipergunakan di Indonesia sejak tahun 1985, khususnya jenis tanpa
tulangan dengan sambungan (jointed unreinforced concrete pavement).
 Biaya pada saat pemeliharaan relatif lebih murah diandingan dengan
perkerasan fleksibel.

4.2. TAHAPAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN

 Parameter Reliability
Tabel 4.1. Nilai Reliability yang mewakili

Berdasarkan Tabel 4.1 untuk nilai reliability (R) digunakan nilai yang
mewakili yaitu sebesar 90%.
 Parameter Standard Normal Deviation
Berdasarkan Tabel 26 Nilai Standard Normal Deviation (ZR), dengan nilai R =
90%, maka didapatkan nilai Standart Normal Deviation (ZR) sebesar -1.282.
 Parameter Standard Deviation
Standard deviation untuk perkerasan kaku : So = 0,30 – 0,40. Maka digunakan
nilai tengah So = 0,35.
 Parameter Serviceability
1. Initial serviceability : po = 4,5
2. Terminal serviceability index Jalur utama (major highways) : pt = 2,5
3. Total loss of serviceability : ∆ PSI = Po
– Pt = 2
 Parameter CBR dan Modulus Reaksi Tanah

PROJECT WORK 1 – Perencanaan Jalan Arteri Mranggen-Semarang | 117


 CBR Awal
Pada perencanaan jalan ini diambil 10 titik pengujian CBR dengan jarak
masing-masing adalah 250 meter, dengan hasil sebesar :
TITIK C B R (%)
1 6
2 5,6
3 5,9
4 5,2
5 6,3
6 5,6
7 5
8 6
9 5,5
10 5
RATA-RATA 5,61

Menurut Sulistiono, Djoko; Sulchan Arifin & Chomaedi; 2006 mengungkapkan


bahwa nilai CBR > 6% dan nilai PI <10% memenuhi persyaratan untuk tanah
dasar jalan. Dalam pencapaian nilai tersebut maka tanah harus dipadatkan dengan
kadar air optimum. Semakin rendah nilai CBR tanah, maka perecanaan tebal
perkerasan akan semakin besar. Dan sebaliknya, semakin tinggi nilai CBR, maka
perencanaan tebal perkerasan akan semakin kecil. Metode untuk meningkatkan
nilai CBR tanah, yaitu :
- Stabilisasi oleh bahan pengikat, atau
- Memberikan energi pada tanah yang akan dipadatkan dengan cara menekan,
menumbuk dan menggetar
Pada Perencanaan Jalan Mranggen - Semarang, kami menggunakan metode
dengan cara memberikan energi pada tanah yang akan dipadatkan melalui gaya
tekan menggunakan alat / mesin mekanik. Hal ini karena adanya pertimbangan
nilai keekonomisan. Perencanaan jalan Mranggen - Semarang sepanjang 2,5 km
kurang ekonomis apabila menggunakan stabilisasi oleh bahan pengikat seperti
semen, maka kami memutuskan untuk menggunakan alat berat bernama ”Heavy

PROJECT WORK 1 – Perencanaan Jalan Arteri Mranggen-Semarang | 118


Tandem Vibratory” untuk memadatkan tanah hingga mendapatkan nilai CBR >
6%. Tanah digilas sebanyak 3x setiap segmen .

Kemudian, diuji kembali besarnya nilai CBR tanah. Diambil 10 titik pengujian
CBR dengan jarak masing-masing adalah 250 meter sama seperti pengujian awal,
dengan hasil sebesar :
TITIK C B R (%)
1 7
2 6,5
3 6,5
4 5,5
5 7
6 6
7 5,6
8 7
9 6
10 5,5
RATA-RATA 6,25
Sehingga didapatlah nilai CBR rata-rata sebesar 6,25%.

 Nilai modulus reaksi tanah (k)


MR = 1500 x CBR
M R 1500 x CBR 1500 x 6,25
k= = = =483,25 pci
19,4 19,4 19,4

PROJECT WORK 1 – Perencanaan Jalan Arteri Mranggen-Semarang | 119


 Flexural strength
Flexural strength (Sc’) = 45 kg/cm2 / 0,07031= 640,023 pci

 Modulus elastisitas beton


Kuat tekan beton (f’c) = 350 kg/cm2 = 4977,950 pci
Modulus elastisitas beton = 57000 √ f ' c = 4021613,489 pci

 Parameter Drainage Coeficient (Cd)


Tabel 4.2. Nilai C yang mewakili
Koefisien pengaliran C 0.7 0.75 0.8 0.85 0.9 0.95

Binkot Jalan Beton dan Aspal 0.7 - 0.95


Jalan aspal 0.7-0.95
Imam Subarkah
Jalan beton 0.8-0.95
Interval C terpilih 0.8-0.95
C yang mewakili 0.875 0.875

Berdasarkan Tabel 4.2. digunakan nilai C yang mewakili yaitu sebesar 0,875.

Tabel 4.3. Nilai Cd yang mewakili


Drainage Coefficient Cd 1.1 1.15 1.2

Good 1.15 - 1.2


Fair 1.10-1.15
Interval Cd terpilih 1.15
1.15
Cd yang mewakili 1.15

Berdasarkan Tabel 4.3. digunakan nilai tengah Cd yaitu sebesar 1,15.

 Parameter Load transfer


Joint dengan dowel (J) = 2,5-3,1 (diambil dari AASHTO 1993 halaman II-
26), maka diambil nilai J = 2,5

 Faktor distribusi
Faktor distribusi arah (DD) = 0,5
Faktor distribusi lajur (DL) = 0,9

 Parameter ESAL

PROJECT WORK 1 – Perencanaan Jalan Arteri Mranggen-Semarang | 120


Tabel 4.4. LHR tahun 2015 (tahun pertama jalan dibuka)

Dengan angka pertumbuhan lalu lintas rencana (i%) sebesar 3%, berikut
ditampilkan hasil perhitungan ESAL dari tahun 2015 sampai tahun 2035 pada
tabel 4.5.
Tabel 4.5. Perhitungan ESAL Kendaraan

Perhitungan Tebal Perkerasan (D) Jalan Baru

Tabel 4.6. Parameter Perencanaan Tebal Pelat Beton

PROJECT WORK 1 – Perencanaan Jalan Arteri Mranggen-Semarang | 121


Untuk mendapatkan tebal perkerasan digunakan persamaan penentuan tebal
perkerasan kaku, yaitu :

log10 W 18 =Z R S o+7 ,35 log10 ( D+1 )−0 , 06+


log 10
[ Δ PSI
4,5−1,5 ](
+ 4 ,22−0 , 32 p t ) × log 10
S 'c C d ×[ D 0 ,75 −1, 132 ]

1+
1 , 624×107
( D+1 )8,46 [
215 , 63×J × D0 , 75−
18, 42
( Ec : k )
0 ,25
]
dengan memasukan parameter perencanaan yang telah ditentukan pada tabel 4.6.
Kemudian, untuk mencari tebal perkerasan digunakan bantuan solver pada
software Microsoft Excel, hasil perhitungan diperlihatkan pada tabel 4.7.

Tabel 4.7. Perhitungan Tebal Perkerasan Dengan Solver

Persamaan penentuan tebal pelat (D)


 PSI 
log10 W18  ZR So  7,35log10 (D  1)  0,06 
log10  
 4,5 1,5   4,22 0,32p  log
t 10
S'c Cd  D0,75 1,132  
1,624107 
0,75 18,42 
1 215,63 J   D  
(D  1) 8,46  Ec : k0,25 
Dilakukan perhitungan dengan menggunakan program software Microsoft Excel.
Nilai D ditentukan dengan cara trial and error, hingga hasil hitungan saling
mendekati. Maka didapatkan tebal beton sebesar 22,720 cm atau 8,945 inc. Untuk
kemudahan pekerjaan saat dilapangan nanti, tebal pelat yang dipakai sebesar 25
cm.

PROJECT WORK 1 – Perencanaan Jalan Arteri Mranggen-Semarang | 122


4.3. PENULANGAN PERKERASAN KAKU

Gambar 4.1. Tampak atas potongan rencana jalan

Digunakan Penulangan = Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan


Tebal pelat (h) = 25 cm
Koefisien gesekan antara pelat dengan lapisan pondasi dibawahnya (F) = 0,9
Fy (tegangan leleh) = 240 N/mm²
Dalam menentukan penulangan diambil salah satu bagian jalur yaitu jalur satu.

4.3.1 Tulangan Memanjang

Gambar 4.2. Panjang antar sambungan memanjang jalur 1

11,76 . F . L . h 11,76 .0,9 . 15 . 250 2


As= = =165,375 mm /m
fs 240
Asmin =0,14 % x h x b=0,0014 x 250 x 1000=350 mm 2 /m

PROJECT WORK 1 – Perencanaan Jalan Arteri Mranggen-Semarang | 123


Direncanakan menggunakantulangan dengan ∅ 12 jarak 350mm , maka
1000 3,14 x 12 x 12 2 2
As= x =565,2 mm /m>350 mm /m(OKE)
200 4
Digunakan tulangan ∅ 12−350

4.3.2. Tulangan Melintang

Gambar 4.3. Panjang antar sambungan melintang jalur 1

11,76 . F . L . h 11,76 . 0,9 . 3,6 .250 2


As1= = =39,69 mm /m
fs 240
11,76 . F . L . h 11,76 .0,9 . 3,6 . 250 2
As2= = =39,69 mm /m
fs 240
11,76 . F . L . h 11,76 .0,9 . 2,5 .250 2
As3= = =27,56 mm /m
fs 240
2
Asmin =0,14 % x h x b=0,0014 x 250 x 1000=350 mm /m
Direncanakan menggunakan tulangan dengan ∅ 12 jarak 500 mm , maka
1000 3,14 x 16 x 16
As= x =401,92mm 2 /m>350 mm2 /m(OKE)
500 4
Digunakan tulangan ∅ 16−500

PROJECT WORK 1 – Perencanaan Jalan Arteri Mranggen-Semarang | 124


Gambar 4.4. Tampak atas penempatan tulangan Jalur 1

Gambar 4.5. Potongan A-A

Gambar 4.6. Detail A

Gambar 4.7. Detail tulangan

PROJECT WORK 1 – Perencanaan Jalan Arteri Mranggen-Semarang | 125


4.4. SAMBUNGAN

Gambar 4.8. Pengaruh sambungan pada perkerasan akibat beban

Dalam menentukan penulangan diambil salah satu bagian jalur yaitu jalur satu.

4.4.1. Dowel

Tabel 4.8. Ukuran dan jarak batang dowel (ruji) yang diperlukan

Sumber : AASHTO1993

Dari hasil perhitungan tebal perkerasan didapat tebal pelat yaitu 25 cm atau
10 inci sehingga dari tabel di atas di dapat diameter dowel yaitu 1 3/4 inci atau 32

PROJECT WORK 1 – Perencanaan Jalan Arteri Mranggen-Semarang | 126


mm dengan panjang dowel 18 inci atau 450 mm dan jarak antar dowel yaitu 12
inci atau 300 cm.

Gambar 4.9. Sambungan muai dengan dowel

Gambar 4.10. Sambungan susut melintang dengan dowel

PROJECT WORK 1 – Perencanaan Jalan Arteri Mranggen-Semarang | 127


4.4.2. Tiebars

Gambar 4.11. Grafik jarak maksimum tie bar

Gambar 4.12. Penentuan jarak dari tepi terdekat


Dari gambar diatas, maka diambil jarak sambungan dari tepi terdekat.
Sehingga dapat ditentukan jarak maksimum tiebars dengan melihat gambar 4.9
(tebal pelat 25 cm atau 250 mm).

PROJECT WORK 1 – Perencanaan Jalan Arteri Mranggen-Semarang | 128


Tabel 4.9. Diameter dan jarak maksimum tie bar
Nomor Jarak Maksimum Tie Bar (cm)
Jarak (m)
Sambungan ∅ 12mm ∅ 16 mm
1 3,6 84 120
2 2,5 120 120

Digunakan tulangan dengan diameter 16 mm, maka di dapatkan jarak


maksimum tie bar 120 cm dan panjang tie bar yaitu 765 mm.

Gambar 4.13. Detail tie bar

Gambar 4.14. Detail tie bar di dalam perkerasan jalan

PROJECT WORK 1 – Perencanaan Jalan Arteri Mranggen-Semarang | 129


4.4.3. Jumlah dowel dan tie bar

Panjang jalan = 2,545 km = 2545 m


Panjang 1 segmen = 15 m

Jumlah tie bar 1 segmen = Lajur 1 – 2 = 12 buah


Lajur 2 – bahu luar = 12 buah +
Total tie bar 1 segmen = 24 buah

Jumlah dowel 1 segmen = Lajur 1 = 12 buah


Lajur 2 = 12 buah
Bahu Luar = 8 buah +
Total dowel 1 segmen = 32 buah

¯ = panjang total jalan x total tie 1̄ segmen


Jumlahtie total
panjang 1 segmen
2545 meter
¿ x 24 buah=4072buah
15 meter

Jumlah dowel total= ( panjang total jalan


panjang 1 segmen
x total dowel 1 segmen) +dowel 1 segmen

¿( x 32 buah) +32 buah=5461buah


2545 meter
15 meter

PROJECT WORK 1 – Perencanaan Jalan Arteri Mranggen-Semarang | 130

Anda mungkin juga menyukai