Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI

ACARA VII

PENGUKURAN PARALAKS DAN BEDA TINGGI DENGAN


MENGGUNAKAN MISTAR DAN PARALAKS BAR

Disusun Oleh :
Tri Ristiani
19331119

Dosen Pengampu:
Vinia Anasfisia, S.Si., M.Sc

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
ACARA VII
PENGUKURAN PARALAKS DAN BEDA TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN
MISTAR DAN PARALAKS BAR

I. TUJUAN
Adapun tujuan praktikum acara VII adalah sebagai berikut.
a. Melatih mahasiswa dalam pengukuran beda paralaks dengan menggunakan mistar
b. Melatih mahasiswa untuk dapat menghitung beda tinggi melalui foto udara
dengan menggunakan mistar
c. Mahasiswa mampu mengetahui fungsi dari paralaks bar
d. Mahasiswa mampu mengetahui komponen-komponen yang terdapat pada
paralaks bar
e. Mahasiswa mampu mengetahui cara kerja paralaks bar

II. ALAT DAN BAHAN


1. Penggaris
2. Kalkulator
3. Alat tulis
4. Transparasi
5. OHP
6. Foto Udara daerah Yogyakarta skala 1: 5.500
7. Paralaks bar

III. DASAR TEORI


Paralaks, atau lebih tepatnya paralaks gerak (bahasa Yunani: παραλλαγή(parallagé))
adalah perubahan kedudukan sudut dari dua titik diam, relatif satu sama lain, sebagaimana
yang diamati oleh seorang pengamat yang bergerak.Secara sederhana, paralaks merupakan
pergeseran yang tampak dari suatu obyek(titik 1) terhadap latar belakang (titik 2) yang
disebabkan oleh perubahan posisi pengamat.Paralaks merupakan perubahan kedudukan
gambaran titik pada foto udara yang bertampalan yang disebabkan oleh perubahan kedudukan
kamera.
Paralaks adalah kenampakan perubahan (displacement) posisi suatu obyek terhadap
suatu kerangka rujukan,yang disebabkan oleh perpindahan posisi pengamat.perbedaan
paralaks antara satu obyek dengan obyek lainnya terjadi karena perbedaan ketinggian obyek
antara kedua titik tersebut dan perbedaan posisi terhadap sensor.

Paralaks bar (paralaks meter) berfungsi untuk mengukur beda paralaks pada suatu
obyek di foto udara. Pengukuran beda paralaks tersebut kemudian bisa menentukan ukuran-
ukuran dari obyek itu sendiri, meliputi panjang, lebar, luas, dan ketinggian. Paralaks bar ini
mempunyai ketelitian yang lebih teliti daripada menggunakan mistar atau penggaris
biasa.Paralaks bar sendiri terdiri dari dari sebuah batang yang pada kedua ujungnya terpasang
masing-masing lensa, di kedua lensa tersebut terdapat tanda berupa titik, silang atau lingkaran
kecil yang disebut tanda apung (Floting mark) tanda di lensa sebelah kiri disebut fixed mark,
karena pada batang terdapat titik merah atau hita, dimana jingga yang akan menggunakanya
harus menentukan konstanta batang paralaks dengan memilih salah satu titik tersebut. Bila
telah ditetapkan titik merah, maka selanjutnya lensa kiri ini tidak diubah-ubah lagi (fixed).
Lensa sebelah kanan memiliki tanda juga yang disebut half mark. Titik ini dapat digerakkan
sesuai dengan posisinya pada obyek yang dikehendaki dengan cara memutar-mutar skip
micrometer.

Pembacaan dan pengukuran paralaks secara stereoskopik, dilakukan dengan


menggunakan batang paralaks atau meter paralaks (parallax bar) terdiri dari dua keping
kacayang diberi tanda padanya. Tanda ini disebut tanda apung (floating mark). Masing-masing
keping kaca dipasang pada batang yang dapat diatur panjangnya yang diatur dengan memutar
sekrup mikrometer. Pengukuran dilakukan setelah foto disetel di bawah pengamatan
stereoskopik. Tanda apung kiri diletakkan pada titik yang akan diukur paralaksnya di foto kiri,
dan tanda apung kanan diletakkan pada titik yang akan diukur paralaksnya pada foto kanan,
dimana peletakan dilakukan dengan melihat dari stereoskop. Kemudian dilakukan pembacaan
pada sekrup mikrometer yang dibaca dalam milimeter (mm).

Penghitungan selisih paralaks dilakukan dengan menggunakan mistar paralaks


(parallax bar). Mistar paralaks (Paralaks Bar) memiliki prinsip kerja titik apung, bila
mata difokuskan ke titik A maka dua tanda atau obyek yang berada dalam pandangan
mata akan terlihat sebagai satu tanda di titik A dan bila satu tanda digeser ke dalam mata maka
gabungan baru dan tanda tadi akan terlihat dalam ruang di atas A.
Gambar 1. Prinsip Kerja Titik Apung pada Paralaks Bar (Sumber: Purwanto, 2002)

Prinsip titik apung dipakai untuk mengukur ketinggian pada foto, apabila dua

tanda berada pada titik yang berpasangan dari pasangan foto stereo maka tanda itu

terlihat sebagai satu tanda “di lapangan” dan apabila satu digeser ke dalam atau ke luar tanda

itu kelihatan terapung di atas atau di bawah permukaan tanah. Mata sangat sensitif dalam

memperkirakan apakah tanda itu terletak di tanah atau tidak, oleh karena itu setiap orang

dengan pandangan stereoskopik yang normal dapat mengukur dengan lebih teliti secara

stereoskopis daripada secara monokuler.


IV. LANGKAH KERJA
1. Menyiapkan 2 lembar foto udara dengan nomor lembar foto berurutan dan pisahkan
kedua foto udara tersebut dengan jarak 3 cm
2. Potong transparansi dan letakkan tranparansi tersebut di atas kedua lembar fu
tersebut. (tranparansi tidak di pisah)
3. Membuat garis pinggir pada masing-masing foto udara lalu menyatukan titik
fidusialnya
4. Menentukan basis fotonya terlebih dahulu yaitu dengan cara memilih obyek yang
berada pada garis fidusial (obyek yang dipilih harus sama di kedua foto udara
tersebut)
5. Menghitung jarak antara obyek A1 ke titik principal dan menghitung jarak A1’ ke
tiitik principal

3cm

A1 A1’
6. Menghitung basis foto dengan menggunakan rumus
B = b1 + b2 / 2
Ket:

b1 = jarak obyek A ke Prinsipal

b2 = jarak dari obyek A’ ke principal


Satuan akhir mm
7. Memilih 20 obyek yang ada di foto udara tersebut di luar dari garis fidunsial

A1 3cm A1’
8. Mengukur paralaks dengan menggunakan mistar
9. Menghitung beda paralaks dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
ɅP = A1-(-A1’)
10. Mengisi tabel perhitungan paralaks dengan menggunakan mistar (Tulis Tangan)
No Obyek A (cm) A’ (cm) ɅP (cm) ɅP’
(cm)
1 Sawah 3 5 … ….
2
.
20

11. Menghitung beda tinggi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

h= x ɅP
Keterangan:
h = Beda tinggi
H = Tinggi terbang pesawat 500 m
b = Basis Foto
ɅP = Beda paralaks
12. Mengisi tabel perbandingan beda tinggi dan perhtungan beda tinggi

No Obyek H (mm) b (mm) ɅP (mm) h (mm)

1 Sawah 3 5 … ….
2
.
20
13. Menggambar secara manual paralaks bar
14. Membuat petunjuk-petunjuk komponen pada gambar paralaks bar
15. Menjelaskan secara detail fungsi komponen-komponen dari paralaks bar
(Tulis
Tangan)
16. Menghitung beda paralaks dengan menggunakan rumus:

ɅP = Skala Utama + (Skala Nonius /


10)
17. Mengisi tabel perhitungan paralaks dengan menggunakan paralaks bar
(Tulis Tangan)
No Obyek Skala Skala Bed
a
Utama Nonius
Paralak
(mm) (mm)
s (ɅP)
1 Sawah 3 5 … ….
(mm)
2
.
20

18. Menghitung beda tinggi dengan menggunakan rumus:

h = (F x S) x
Keterangan:
h = Beda tinggi
F = Panjang fokus kamera

b = Basis Foto
ɅP = Beda paralaks
19. Mengisi tabel perbandingan beda tinggi dan perhtungan beda tinggi
No Obyek F S b ɅP (mm) h

1 Sawah 3 5 …
2
.
20
20. Mengisi tabel 10 kelebihan dan kekurangan dari paralaks bar (Tulis Tangan)
No Kelebihan Kekurangan

10
21. Mengisi tabel 10 kelebihan dan kekurangan dari metode tangga paralaks
No Kelebihan Kekurangan

10

22. Mengisi tabel 10 kelebihan dan kekurangan dari metode perhitungan paralaks
secara monoskopik (Tulis Tangan)
No Kelebihan Kekurangan

10

23. Mengisi tabel 10 perbedaan perhitungan menggunakan tangga


paralaks,monoskopik dan stereokopik, dan paralaks bar (Tulis Tangan)
N Tangga paralaks Monoskopik/Stereoko Paralaks Bar
o pik
1

10

24. Menjelaskan secara detail menurut pendapat anda, dari hasil kegiatan yang
sudah anda lakukan manakah metode perhitungan paralaks yang paling
mudah dilakukan dan lebih akurat! paparkan alasan dan
penjelasannya!(DibuatpadaPembahasan).
VI. DAFTAR PUSTAKA
Anasfisia,Vinia. 2011. Laporan Praktikum Fotogrametri. Program Studi Penginderaan
Jauh dan Sistem Informasi Geografi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Paine, David P. 1993. Fotografi Udara dan Penafsiran Citra Untuk Pengelolaan
Sumberdaya Edisi ke-2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Purwanto, Taufik Hery. 2002. Pedoman Praktikum Fotogrametri Dasar. Program Studi
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Wolf, P.R. 1993. Elemen Fotogrametri dengan Interpretasi Foto Udara dan
Penginderaan Jauh. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pres.
Budi,Eko wahyono dan Suyudi,Bambang.2017.Fotogrametri Terapan..Sekolah Tinggi
Pertanahan Nasional.
Ipung.2017.Ektraksi Informasi Metrik dari Foto Udara.Penginderaan Jauh Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada.
https://www.slideshare.net/diyantioktivani/pj-vani
https://dokumen.tips/documents/laporan;praktikum-iv-566096aa8acc.html
ACARA VII
PENGUKURAN PARALAKS DAN BEDA TINGGI DENGAN MENGGUNAKAN
MISTAR DAN PARALAKS BAR

I. TUJUAN
Adapun tujuan praktikum acara VII adalah sebagai berikut.
a. Melatih mahasiswa dalam pengukuran beda paralaks dengan menggunakan mistar
b. Melatih mahasiswa untuk dapat menghitung beda tinggi melalui foto udara
dengan menggunakan mistar
c. Mahasiswa mampu mengetahui fungsi dari paralaks bar
d. Mahasiswa mampu mengetahui komponen-komponen yang terdapat pada
paralaks bar
e. Mahasiswa mampu mengetahui cara kerja paralaks bar

II. ALAT DAN BAHAN


1. Penggaris
2. Kalkulator
3. Alat tulis
4. Transparasi
5. OHP
6. Foto Udara daerah Yogyakarta skala 1: 5.500
7. Paralaks bar

III. DASAR TEORI


Persepsi kedalaman stereoskopik penting sekali dalam fotogrametri, karena
dimungkinkan pembentukan suatu model stereo tiga dimensional dengan jalan memasang
sepasang foto yang bertampalan. Penentuan tinggi obyek dan ketinggian medan dapat
dengan pengukuran paralaks foto udara tegak. Paralaks merupakan kenampakan
perubahan (displacement) posisi suatu obyek terhadap suatu kerangka rujukan yang
disebabkan oleh perpindahan posisi pengamat. Paralaks terjadi bagi semua gambar yang
tampak berurutan.
Sumbu fotografik untuk pengukuran paralaks harus sejajar terhadap jalur terbang
bagi masing-masing foto suatu pasangan stereo. Jalur terbang merupakan garis yang
menghubungkan titik utama dan titik utama berikutnya. Jalur terbang pada pasangan
stereo menentukan sumbu koordinat foto. Garis yang ditarik tegak lurus jalur terbang dan
melalui titik utama pada setiap foto merupakan sumbu foto y untuk pengukuran paralaks.
Paralaks terjadi pada semua gambar yang tampak pada tampalan foto di
stereoskop. Dasar dari paaralaks yaitu sebagai berikut.
1. Paralaks pada titik yang tinggi lebih besar daripada titik yang lebih rendah
2. Paralaks sembarang tidak berbanding lurus terhadap ketinggian titik tersebut.
Paralaks terdiri atas beberapa komponen yaitu sebagai berikut:
a. Paralaks pada sumbu X disebut px
b. Paralaks pada sumby Y disebut py yaitu skala yang hanya dapat dilihat jika skala
kedua foto udara tidak sama dan satu foto udaranya miring.
c. Paralaks pada sumbu Z disebut pz adalah paralaks yang bernilai 0 karena semua
titik di foto memiliki nilai koordinat Z yang sama (sama dengan panjang fokus
kamera)
Pengukuran beda paralaks dapat dilakukan dengan menggunakan 3 cara yaitu
sebagai berikut.
1. Pengukuran dengan tangga paralaks
Pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan selembar film
tembus pandang dan didalamnya tergambar dua garis konvergen, garis kiri
sebagai rujukan dan kanan sebagai skala.
Pembacaan tangga paralaks ini dilakukan dengan menghimpit garis
kiri pada obyek garis kiri pada obyek di foto kiri dan garis kanan pada
obyek foto kanan. Beda paralaks dapat diketahui dari pembacaan paralaks
titik yang berbeda. Tangga paralaks biasanya digunakan untuk stereokop
saku karena jarak garis nya hanya 6.35 cm pada bagian dsar dan 4.45 pada
bagian puncak.
2. Pengukuran monoskopik
Syarat dari pengukuran paralaks dengan menggunakan metode
monoskopik yaitu harus dari penentuan sumbu jalur terbang dan titik utama
foto. Cara yang dilakukan dalam pengukuran monoskopik adalah sebagai
berikut.
a. Pengukuran koordinat foto kiri dan kanan. Keterbatasan dari cara
ini yaitu diperlukan dua pengukuran untuk setiap titiknya.
b. Pengukuran jarak anatara gambar foto kiri dan kaanan.
Kelebihan cara ini yaitu untuk setiap tambahan titik hanya
diperlukan satu pengukuran saja.
4. Beda pembacaan paralaks bar
Cara ini dilakukan dengan menggunakan paralaks bar. Keuntungan
dari cara ini yaitu pengukuran lebih cepat dan tingkat ketelitiannya lebih
bagus mencapai 0.01 mm.
Penghitungan selisih paralaks dilakukan dengan menggunakan mistar paralaks
(parallax bar). Mistar paralaks (Paralaks Bar) memiliki prinsip kerja titik apung, bila
mata difokuskan ke titik A maka dua tanda atau obyek yang berada dalam pandangan
mata akan terlihat sebagai satu tanda di titik A dan bila satu tanda digeser ke dalam mata
maka gabungan baru dan tanda tadi akan terlihat dalam ruang di atas A

Gambar 1. Prinsip Kerja Titik Apung pada Paralaks Bar (Sumber: Purwanto, 2002)

Prinsip titik apung dipakai untuk mengukur ketinggian pada foto, apabila dua
tanda berada pada titik yang berpasangan dari pasangan foto stereo maka tanda itu
terlihat sebagai satu tanda “di lapangan” dan apabila satu digeser ke dalam atau ke luar
tanda itu kelihatan terapung di atas atau di bawah permukaan tanah. Mata sangat sensitif
dalam memperkirakan apakah tanda itu terletak di tanah atau tidak, oleh karena itu setiap
orang dengan pandangan stereoskopik yang normal dapat mengukur dengan lebih teliti
secara stereoskopis daripada secara monokuler.

Paralaks bar terdiri dari dua lempeng kaca yang digoresi tanda-tanda pengukur
(floating point). Lempeng kaca ini dihubungkan dengan sebuah tongkat yang panjangnya
dapat dirubah dengan sebuah sekrup mikrometer. Skala mikrometer umumnya dinomori
membesar bila jarak antara kedua titik atau tanda yang bersangkutan berkurang. Itu
berarti bahwa suatu titik yang bacaan skalanya lebih besar mempunyai ketinggian yang
lebih tinggi pula.

IV. LANGKAH KERJA


1. Menyiapkan 2 lembar foto udara dengan nomor lembar foto berurutan dan pisahkan
kedua foto udara tersebut dengan jarak 3 cm
2. Potong transparansi dan letakkan tranparansi tersebut di atas kedua lembar fu
tersebut. (tranparansi tidak di pisah)
3. Membuat garis pinggir pada masing-masing foto udara lalu menyatukan titik
fidusialnya
4. Menentukan basis fotonya terlebih dahulu yaitu dengan cara memilih obyek yang
berada pada garis fidusial (obyek yang dipilih harus sama di kedua foto udara
tersebut)
5. Menghitung jarak antara obyek A1 ke titik principal dan menghitung jarak A1’ ke
tiitik principal

3cm

A1 A1’
6. Menghitung basis foto dengan menggunakan rumus
B = b1 + b2 / 2
Ket:
b1 = jarak obyek A ke Prinsipal
b2 = jarak dari obyek A’ ke principal
Satuan akhir mm

7. Memilih 20 obyek yang ada di foto udara tersebut di luar dari garis fidunsial

3cm
A1 A1’

8. Mengukur paralaks dengan menggunakan mistar


9. Menghitung beda paralaks dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
ɅP = A1-(-A1’)
10. Mengisi tabel perhitungan paralaks dengan menggunakan mistar (Tulis Tangan)
No Obyek A (cm) A’ (cm) ɅP (cm) ɅP’ (cm)

1 Sawah 3 5 … ….
2
.
20

11. Menghitung beda tinggi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

h= x ɅP

Keterangan:
h = Beda tinggi
H = Tinggi terbang pesawat 500 m
b = Basis Foto
ɅP = Beda paralaks
12. Mengisi tabel perbandingan beda tinggi dan perhtungan beda tinggi
No Obyek H (mm) b (mm) ɅP (mm) h (mm)

1 Sawah 3 5 … ….
2
.
20
13. Menggambar secara manual paralaks bar
14. Membuat petunjuk-petunjuk komponen pada gambar paralaks bar
15. Menjelaskan secara detail fungsi komponen-komponen dari paralaks bar (Tulis
Tangan)
16. Menghitung beda paralaks dengan menggunakan rumus:

ɅP = Skala Utama + (Skala Nonius / 10)


17. Mengisi tabel perhitungan paralaks dengan menggunakan paralaks bar
(Tulis Tangan)
No Obyek Skala Skala Beda
Utama Nonius Paralaks
(mm) (mm) (ɅP)
(mm)
1 Sawah 3 5 … ….
2
.
20

18. Menghitung beda tinggi dengan menggunakan rumus:

h = (F x S) x

Keterangan:
h = Beda tinggi
F = Panjang fokus kamera
b = Basis Foto
ɅP = Beda paralaks
19. Mengisi tabel perbandingan beda tinggi dan perhtungan beda tinggi
No Obyek F S b ɅP (mm) h

1 Sawah 3 5 …
2
.
20
20. Mengisi tabel 10 kelebihan dan kekurangan dari paralaks bar (Tulis Tangan)
No Kelebihan Kekurangan

10

21. Mengisi tabel 10 kelebihan dan kekurangan dari metode tangga paralaks
No Kelebihan Kekurangan

10

22. Mengisi tabel 10 kelebihan dan kekurangan dari metode perhitungan paralaks
secara monoskopik (Tulis Tangan)
No Kelebihan Kekurangan

10
23. Mengisi tabel 10 perbedaan perhitungan menggunakan tangga paralaks,
monoskopik dan stereokopik, dan paralaks bar (Tulis Tangan)
No Tangga paralaks Monoskopik/Stereokopik Paralaks Bar

10

24. Menjelaskan secara detail menurut pendapat anda, dari hasil kegiatan yang sudah
anda lakukan manakah metode perhitungan paralaks yang paling mudah dilakukan
dan lebih akurat! paparkan alasan dan penjelasannya! (Dibuat pada Pembahasan)

V. HASIL PRAKTIKUM
1. 1 Peta Sebaran titik obyek pada transparansi
2. 1 Peta Sebaran titik obyek pada HVS
3. Tabel perhitungan paralaks dengan menggunakan mistar
4. Perhitungan beda paralaks (dilampirkan keseluruhannya)
5. Tabel perhitungan beda tinggi pada foto udara dengan menggunakan mistar
6. Gambar manual paralaks bar (Boleh diwarnai jika ingin menarik)
7. Penjelasan secara detail fungsi masing-masing komponen paralaks bar
8. Perhitungan beda tinggi paralaks bar (dilampirkan keseluruhannya)
9. Tabel perhitungan paralaks dengan menggunakan paralaks bar
10. Tabel perhitungan beda tinggi pada foto udara dengan menggunakan paralaks bar
11. 1 Tabel kekurangan dan kelebihan paralaks bar
12. 1 Tabel perbandingan antara tangga paralaks, monoskopik/stereokopik, dan paralaks
bar
13. 1 Tabel kekurangan dan kelebihan metode erhitungan paralaks dengan tangga
paralaks
14. 1 Tabel kekurangan dan kelebihan metode perhitungan paralaks secra
monoskopik/stereokopik
15. 1 Tabel perbandingan perhitungan paralaks dengan metode tangga paralaks,
monoskopik/stereoskopik, dan paralaks bar
16. Pendapat anda mengenai tingkat akurat 2 metode beda paralaks dan beda tinggi

VI. DAFTAR PUSTAKA


Anasfisia,Vinia. 2011. Laporan Praktikum Fotogrametri. Program Studi Penginderaan
Jauh dan Sistem Informasi Geografi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Paine, David P. 1993. Fotografi Udara dan Penafsiran Citra Untuk Pengelolaan
Sumberdaya Edisi ke-2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Purwanto, Taufik Hery. 2002. Pedoman Praktikum Fotogrametri Dasar. Program Studi
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta
Wolf, P.R. 1993. Elemen Fotogrametri dengan Interpretasi Foto Udara dan
Penginderaan Jauh. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai