Anda di halaman 1dari 11

Teknik SWISH PATTERN dalam NLP

SWISH PATTERN

Teknik ini berguna untuk menghilangkan pola perilaku lama dan menggantinya dengan pola
perilaku baru yang diinginkan, manfaatnya akan memunculkan rasa penuh optimis untuk
meraih suatu kondisi baru yang ideal tersebut.

Metode ini dapat anda gunakan untuk :

 Menghilangkan kebiasaan atau perilaku buruk yang selama ini sulit dirubah
 Menghilangkan kondisi yang kurang memberdayakan yang selama ini anda sulit
keluar darinya
 Menghilangkah perasaan-perasaan negatif yang selama ini menghantui anda

Semua kondisi tersebut bisa anda netralisir dan anda gantikan dengan pola baru yang anda
inginkan.

CARA Kerja dari metode ini mirip saat anda mereplace file di komputer dengan file baru.

sehingga file lama otomatis hilang tergantikan file baru tersbut

Caranya sebagai berikut :

1. Masuk ke dalam pengalaman yang ingin diubah (nasib, perilaku, kondisi, situasi, dll).
Buat pengalaman tersebut menjadi lebih jelas dari sebelumnya (cue imaje). Lakukan
re-map submodalities untuk meningkatkan intensitasnya (bayangkan dan rasakan anda
mengalami peristiwa tersebut, kemudian buat pengalaman tersebut menjadi lebih
besar, cahayanya lebih terang, warnanya lebih cerah, suaranya lebih terdengar jelas.
Hingga anda merasakan itu kembali begitu jelas) – associate.
2. Ciptakan suatu gambaran baru dari sebuah pengalaman yang anda inginkan (desired
imaje) – dissociate. Bila anda kesulitan di bagian ini maka anda bisa merancangnya
dulu sebelum terapi ini dilakukan. Anggap diri anda seorang sutradara bagi diri anda
sendiri. Jadi anda bebas mau kondisi ideal seperti apa. Kemudia tentukan bagaimana
kondisi ideal yang anda inginkan tersebut. pada bagian ini cukup anda bayangkan saja
suatu kondisi baru yg anda inginkan itu
3. Kemudian buatlah imajinasi di depan anda ada sebuah bingkai kosong dan isi bingkai
tersebut dengan cue imaje (keadaan yang mau diubah) secara penuh.
4. Letakkan gambaran kecil dari disired imaje (keadaan yang baru tadi) di salah satu
sudut bingkai tersebut
5. Setelah kedua gambar tersebut terletak pada satu bingkai, lakukan pergeseran secara
cepat dimana cue imaje menjadi mengecil dan desired state menjadi lebih besar
hingga memenuhi seluruh bingkai tersebut
6. Bila perlu tambahkan ucapan : “wuuuzzzzzzz…….”
7. Nikmati sejenak desired imaje, -Assosiate- Bayangkan dan rasakan gambaranya
semakin jelas, warnanya semakin jelas, semakin bercahanya.
8. Setelah itu kosongkan bingkai
9. Ulangi proses swish dan lakukan break state (istirahat) di antara pengulangannya
10. Lakukan test terhadap perilaku lama
11. Jika masih muncul ulangi proses swish.

KETERANGAN :

Sebelum anda melakukan metode ini, anda harus sudah berkomitmen untuk benar-benar
berubah untuk meniadakan kondisi lama dan mengalami kondisi baru yang diharapkan. Jadi,
tidak asal melakukan saja, melainkan ada komitmen untuk berubah. Kemuadian, fungsi dari
metode ini adalah untuk mempermudah prosesnya. Bila hal ini tidak anda lakukan maka
metode ini tidak ada gunanya.

Tugas :

Cari suatu kondisi yang ingin sekali diubah dengan suatu kondisi baru yang anda inginkan.
Gunakan teknik ini !

Dalam waktu 1 minggu ini harus ada laporan bagaimana hasil dari latihan anda.

Bila ada kendala segera konsultasikan disini, supya teman2 yg lain bisa belajar jg dg baik

Maaf sedikit tanya Mas, kalau melihat dari uraian tadi :

Bukankah itu berarti sama saja dengan menghilangkan mental blok ? sedangkan diatas
sempat saya baca, mas bilang bahwa mental Block tidak bisa dihapus, hanya bisa
diperbaharui ? (di edit)

di gambar screen shot dikatakan “ibarat me replace file”, (replace = mengganti dengan file
baru), berarti mental block bisa dihapus kan ?, saya menanyakan hal ini karena saya ingin
benar2 membahas mental block yang ada pada diri saya ingin menghapusnya Mas.

Jawab : Oke… klo di komputer sebuah file memang benar2 terhapus. tetapi bila memori di
otak manusia, hal itu tidak akan bisa terhapus melainkan terkondisikan dg yang baru saja.
Nah, memang bila diibartkan file komputer seakan itu tereplace. Sedangkan bila memori
pikiran manusia justru terbentuk pola2 baru sesuai yg diinginkan. Itu artinya memori lama
mengalami modifiikasi dg memori baru

Terimakasih Mas berarti “keadaan baru” itu harus selalu dipertahankan atau
keadaan lama (mental block) itu bisa muncu kembali ?

Tepat sekali. Keadaan baru itu memang harus dipertahankan dg metode swish pattern ini.
Secara prinsip metode ini adalah mengubah STATE anda dari kondisi lama ke kondisi baru.
kmd STATEnya sering2 dialami kembali sehingga benar2 terbentuk kondisi baru. Dan
kondisi lama sdh (seakan) lenyap. Di sini sy menggunakan kata “seakan” sudah lenyap. ini
artinya kondisi lama masih ada di bawah sadar kita, tetapi sdh tidak penting lagi, jadi secara
alami kita menyimpanya di sampah di sampah pikiran.

Selama ini rasanya sulit sekali melepaskan metal block, ternyata caranya me replace dengan
metoda yang baru saja mas sampaikan,

oke terimakasih

Teman2 yg lain ada perlu disampaikan?

Yup… ibarat setetes tinta yang sudah tidak mampu lagi mengotori se ember air putih

betul sekali mas

Di dalam NLP prinsipnya adalah memprogram pikiran kita. Namun, setiap saat kita juga
harus memeriksa kembali hasil programan ini.. apakah cenderung semakin kuat atau
melemah. JIka programnya tadi melemah maka harus dilakukan upaya penguatan lagi dg
metode2 NLP yg ada

Melakukan SWISH PATTERN apakah harus bermeditasi / ada cara lainya?

mas swiss patern ini….optimal penggunannya….sedangkan mental blok kita ada


beberapa…apakah harus total pembersihan mental block ?

penggunaanya beberapa saja dulu

tidak bisa langsung menghilangkan semua mental penghambat

meditasi jg bisa digabung dg metode ini

klo sy biasanya pake rileksasi sj

yg penting pikiran harus hening dan tenang. Sy kadang2 melakukanya habis tidur hehe

Master… Satu-satu dulu atau boleh di gabung dari beberapa yg ingin di ubah?

satu2 dlu aja


pindah setelah udah berhasil

satu2 dlu, utamakan yg paling penting

master…apa keunggulan utama dari tehnik ini…dibanding lainnya.teknij nlp lainnya.?


menurut master..

semua teknik ada keunggulanya sendiri.

teknik ini keunggulanya sama sj dg teknik NLP lainya

hanya saja bila sudah memahami seluruh tekniknya maka bisa cari2 sendiri mana teknik yg
lebih pas gtu.. hehe

Semakin paham…

Jangan lupa, ada prakteknya ya… hehe. Terus hasilnya bisa dishare di sini.

dalam 1 minggu ini silahkan praktek masing2… hasilnya share di sini. biar kita saling
termotivasi n semakin paham.

===

Saya ingatkan kembali bila ada istilah yg belum paham harap kembali cek materi minggu2
kemarin

akan ada istilah STATE, maksudnya adalah emosi, perasaan, mood, situasi hati.

Current state yaitu : keadaan yang mau dirubah

Desired state : keadaan yg di inginkan


Sakitnya tuh disini : kalimat yang NLP banget.

Akhir tahun 2014 ini orang-orang suka


mengucapkan kalimat “Sakitnya tuh disini….” Udah pada ngeh belum, kalimat yang NLP
banget ini?

Lho kok bisa?

Hehehe, itu adalah suatu frasa lagu dangdut yang benar-benar sedang populer. Entah
dinyanyikan siapa, namun puluhan artis yang lain, termasuk para presenter, amat suka
menyitir frasa itu untuk becanda. Hasilnya frasa ini jadi populer di berbagai media sosial
juga.

Baiklah,

Saat mempraktekkan NLP pada orang lain atau diri sendiri, salah satu tools yang paling
menarik adalah yang disebut submodality. Apakah submodality itu? Kita bisa mulai dari
memahami bahwa setiap pengalaman yang dialami manusia disimpan dalam memory, dan itu
menjadi realitas internal di dalam pikiran kita. Artinya, realitas yang tadinya dialami oleh ke
5 indra kita, sudah berubah menjadi memory dalam pikiran, yang diperlakukan sebagai
realitas internal. Manusia meyakini realitas internalnya sebagai “kebenaran” baginya, dan
dipergunakan sebagai acuan atas bagaimana dia akan bereaksi pada dunia luar.

Misal, jika ia menyimpan suatu masalah dalam realitas internalnya dengan cara besaaaar,
maka ia akan memperlakukannya sebagai masalah besaaar.

Submodality adalah cara kita menyimpan pengalaman secara detail, atau sebutlah semacam
aspek sinematografi dari pengalaman yang kita simpan dalam pikiran kita.

Misal begini: andaikan ada sebuah pengalaman buruk masih sering terlintas di pikiran Anda.
Nah kalau diperhatikan, maka lintasan pengalaman itu akan memiliki kualitas sinematografi
tertentu, misalkan: kualitas gambar (ukuran, kecerahan, fokus, warna, lokasi, dll), kualitas
suara (mono/stereo, keras/lemah, dari kiri/kanan, lokasi suara, dll), dan efek rasa yang
dihasilkan (di dalam kepala, di dada, di kulit, dst).

Di artikel yang berjudul Mengedit Pengalaman Buruk Dengan Submodality ini, kita menjadi
tahu bahwa pengalaman apapun, termasuk pengalaman buruk, bisa diubah dalam pikiran kita
dengan mengubah submodality-nya. Ibarat komputer, suatu file di memori bisa diedit alias
diubah-ubah kualitas sinematografi-nya. Jadi misalkan, suatu pengalaman buruk jika teringat
adalah membuat kita membayangkan lagi peristiwa itu dengan gambaran mental yang
ukurannya amat besar, maka jika kita ubah ukuran gambaran mental di pikiran kita itu,
kemungkinan besar pengalaman yang tadinya terasa buruk, bisa berubah menjadi netral.

Dengan demikian, maka mengenali submodality dari suatu pengalaman sangatlah penting
dilakukan. Karena beberapa orang suka bingung jika ditanya?

 – Apakah pengalaman yang kamu alami itu ada gambarannya?


 – Apakah ada suara?
 – Apakah ada rasa tertentu?

Setelah kita mengenali kualitas sinematografis dari submodality itu, maka akan menjadi
sangat mudah untuk mengubah-ubahnya.

MENGUBAH KUALITAS SINEMATOGRAFIS DARI SUBMODALITY

Saat Anda mulai belajar mengubah kualitas sinematografis dari submodality, maka Anda
akan menemukan bahwa sebagian dari submodality jika diubah kualitas sinematografisnya,
maka akan menimbulkan perubahan persepsi/respon kita terhadap pengalaman.
Namun, sebagian lagi jika diubah-ubah, ternyata tidak menimbulkan perubahan apapun
terhadap pengalaman.

Misal, ada seseorang yang sangat suka coklat, bahkan ketagihan. Artinya, jika ia melihat atau
membayangkan, atau mendengar kata coklat saja, sudah langsung blingsatan ingin segera
mendapatkan dan memakannya. Nah, jika dia diminta sedikit rileks dan menjelaskan
bagaimana pikirannya merepresentasikan coklat itu secara visual, auditoris dan rasa, maka ia
akan menjelaskannya.

Tugas Anda adalah membantu Klien bisa menyatakan pengalaman internalnya itu dalam
bahasa yang sensori spesifik. Pertanyaan yang Anda ajukan ini akan membantunya
mengungapkan ketagihannya dalam kalimat yang mencerminkan kulitas sinematografis :

1. Apa yang Anda lihat mengenai coklat itu?


2. Bagaimana ukuran coklat itu?
3. Dimana bayangan gambar coklat itu berada?
4. Apakah warna-warni atau hitam putih?
5. dst…. (masih banyak lagi)

Pada saat subjek sudah bisa menjelaskan dengan baik representasi submodality ini kepada
Anda, maka sangat mudah bagi Anda unuk membimbingnya untuk mengubah-ubah kualitas
sinematografisnya. Misal, minta gambarnya diubah menjadi lebih kecil, jaraknya dijauhakan
dari dirinya, diubah warnanya jadi hitam putih dan seterusnya.

Perubahan submodality ini, akan mengubah realitas internalnya, sehingga mempengaruhi


responnya kepada pengalaman aslinya. Singkat kata, tiba-tiba si Klien akan merasa coklat
tidak lagi semenarik dulunya dia melihat, tidak lagi membuatnya ketagihan, dst.

Seru banget kan?


SUBMODALITY SUARA

Nah, dari pemaparan di atas, kiranya Anda dengan mudah menyimpulkan bahwa kemampuan
si Klien untuk menjelaskan realitas internal dari suatu pengalaman, akan sangat menentukan
keberhasilan teknik ini. Jika klien mampu mengenali dengan baik kualitas sinematografis dari
suatu pengalaman, maka perubahan kualitas akan mudah dilakukan.

Beberapa dari Anda mungkin bertanya, apakah hanya kualitas sinematografis gambar saja
yang perlu diketahui untuk suatu perubahan? Jawabannya adalah: ‘tidak!’.

Kita perlu membantu Klein untuk menemukan kualitas sinematografis dari suara juga. Jadi
kita bisa menanyakan juga mengenai, misalkan:

1. Apa ada sesuatu yang Anda dengar saat memikirkan mengenai coklat itu?
2. Jika ada suaranya, bagaimana volume suara yang ada saat memikirkan coklat itu?
3. Dimana suara itu berasal?
4. dst…. (masih banyak lagi)

Kualitas sinematografis dari suara ini, juga kemudian bisa Anda ubah-ubah. Dan seperti yang
‘visual’, maka perubahan yang dilakukan pada beberapa jenis submodality suara akan
mengakibatkan perubahan respon Klien pada realitas internalnya. Akibatnya respon para
realitas eksternalnya juga berubah.

SUMODALITY KINESTETIK

Khusus untuk submodality kinestetik ini paling unik dan lucu.

Misalkan ada seorang Klien sakit hati, dan kita ingin membantunya dengan melakukan
perubahan submodality.

Jika kita bertanya pada Klien “Apa yang kamu rasakan saat sakit hati ini?”

Lucunya, biasanya responnya adalah menggunakan bahasa yang merefeksikan emosi: “Ya
hati saya sakit, pedih, saya kesal. ” dll.

Perhatikan, bahwa respon dia itu masih berupa kata-kata yang BUKAN merupakan
submodality alias tidak menjelaskan aspek indrawi dari perasaan itu, namun hanya emosi
saja.

Maka tugas Anda, menanyakan kembali:

1. Apa yang Anda rasakan di tubuh Anda, saat mengalami sakit hati itu?
2. Apakah ada sensasi tertentu di tubuh, kulit atau bagian tubuh lain tertentu saat Anda
merasakan sakit hati itu?
3. Apakah ada rasa tekanan tertentu saat merasakan sakit hati itu?
4. Seberapa luas rasa tertekan itu di tubuh Anda, saat merasakan sakit hati itu?
5. Bagaimana intensitasnya rasa tekanan itu, saat merasakan sakit hati itu?
6. Dimanakah letak rasa sakit yang Anda maksudkan itu?
7. dll

Nah, jika ia bisa menjawab dengan baik, maka Anda dengan mudah membantunya mengubah
submodalitynya. Dan Anda akan menemukan bahwa beberapa submodality kinestetik, saat
diubah akan menghasilkan perubahan nyata pada responnya terhadap rasa sakit hatinya itu.
Tiba-tiba saja, si Klien menyatakan: “Kok sudah tidak terasa ya sakit hati saya tadi?”

Nah, kemampuan itu semua berawal dari kerja Anda membantu si Klien untuk mampu
menyatakan Gambar Suara dan Rasa dari representasi internal itu secara sensorik.

Perhatikan pertanyaan ke 6 dari list pertanyaan kinestetik diatas: “Dimanakah letak rasa
sakit yang Anda maksudkan itu?”

Maka si Klien itu sambil menunjuk dada bagian kiri atas, ia mungkin akan menjawab:
“Sakitnya tuh disini….“

Mengedit Pengalaman Buruk dengan Submodality

Pernahkah Anda duduk melamunkan peristiwa masa lalu, dan kemudian menyelami bahwa
lamunan tersebut ternyata ada yang memiliki warna, ada yang hitam putih, ada yang
bergerak, ada yang diam seperti foto.
Kadangkala kita tiba-tiba teringat suatu peristiwa karena adanya suara seseorang yang
mengiang di telinga kita “Hei kamu pasti yang suka nyontekkk!” Pernahkah anda telaah,
bagaimana detail suara itu? Apakah berasal dari sebelah kanan, atau kiri kepala Anda, atau
ditengah kepala? Apakah seperti suara Anda sendiri atau suara orang lain? Bagaimana
nadanya, mencemooh, memotivasi?

Apa yang kita bicarakan diatas adalah yang disebut


sebagai submodality. Yakni aspek dari internal
representational system yang mendukung proses
pikiran. Internal representational system adalah suatu
cara bagi pikiran kita untuk membuat representasi dunia
luar dalam kepala kita. Sering disebut sebagai mental
map atau internal reality.

Dalam artikel lain di blog ini sudah dijelaskan akan


adanya 3 representational system utama: Visual, Auditory dan Kinestetik (VAK). Ternyata
masing-masing VAK ini memiliki kualitas yang lebih mendetail lagi yang disebut sebagai
submodality.

Jadi submodality adalah aspek kualitas dari representational system. Ini yang menyebabkan
para pembelajar Neuro Semantic (NS-NLP) lebih senang menyebut submodality sebagai
meta-modality. Karena kata ‘sub’ membuat asumsi letaknya ada di bawah atau merupakan
bagian dari hal lain. Sementara apa yang disebut submodality bukanlah sesuatu yang berada
di bawah, namun justru di atas (kualitas), maka disebut sebagai meta.

Contoh Submodality

Jika Anda pernah bermain game balapan mobil dengan playstation atau sejenisnya, Anda
akan mengenal 2 macam mode bermain. Mode pertama adalah Anda dapat melihat mobil
Anda sendiri (Disassociated), dan mode kedua adalah Anda seolah berada dalam ruang
kemudi dan melihat‚ layar TV sebagai kaca mobil (depan) Anda (Asossiated).

Bagi Anda, mana yang lebih seru memainkannya, dalam mode disassociated atau asossiated?
Mayoritas orang akan merasa lebih seru menggunakan mode associated, mereka akan merasa
lebih menjiwai game itu, lebih terasa sensasinya. Apalagi jika betul-betul menggunakan stik
berbentuk stir mobil, stiknya bisa bergetar dan layar televisinya sekitar 40 inchi.

Nah, seperti itulah salah satu submodality dalam pikiran kita. Dalam menyimpan
(merepresentasi) suatu memori, ada kalanya berbentuk asossiated dan mungkinÂ
disassociated. Misalkan, pengalaman yang mengesankan cenderung bersifat asossiated,
sementara pengalaman yang sudah terasa tumpul, terasa tidak penting biasanya berbentuk
disassosiated.

Contoh submodality visual yang lain adalah sebagai berikut. Jika semisal anda diminta untuk
membayangkan suatu peristiwa secara visual : Apakah gambarnya berwarna atau hitam putih
? Apakah bergerak (film) atau diam (potret)? Apakah ukurannya besar atau kecil ? Berapa
jauh jaraknya dari Anda? Apakah 2 dimensi atau 3 dimensi? Dan masih banyak lagi jika
harus disebut secara lengkap.

Selanjutnya anda dapat juga menelaah submodality auditorialnya. Apakah saat anda
mengingat memori itu ada kenangan suara yang muncul juga? Apakah suara itu dari dalam
diri anda (self talk) atau ada orang lain yang berbicara pada anda? Apakah keras atau lemah?
Apakah dari kiri atau kanan? Apakah nadanya tertentu? Dan masih banyak lagi jika harus
disebut secara lengkap.

Kemudian anda juga dapat melihat submodality terakhir yaitu kinestetik. Apakah pengalaman
yang anda panggil itu menimbulkan sensasi perasaan tertentu bagi Anda? Apakah ada
semangat tertentu di dalam dada? Atau ada rasa kosong? Rasa mendesir? Terasa keras atau
lembut? Kemana arah rasa itu? Rasanya di sebelah tubuh yang mana ? Panas atau dingin, dll.

Perbedaan-perbedaan kualitas dari VAK itulah yang dikenal sebagai submodality di NLP. Ini
adalah cara otak kita menyimpan (merepresentasi) sinyal listrik yang diberikan oleh panca
indra kita. Umumnya, setiap pengalaman memiliki semua unsur VAK-nya, sekalipun lemah
kuatnya submodality akan berbeda-beda.

Sekalipun ada VAK secara lengkap, tidak semua pengalaman itu ada submodality yang
menyertai secara lengkap. Bisa jadi hanya ada beberapa submodality V, satu submodality A
dan dua submodality K. Ataupun kombinasi yang lainnya. Ramuan submodality inilah yang
akan mempengaruhi state kita, mempengaruhi emosi kita. Submodality-lah yang
mempengaruhi reaksi kita, bukan lingkungan secara langsung. Inilah yang disebut dengan
istilah paling polpuler di NLP : “The map is not the territory, and we are responding to our
map, not to our territory”
Sifat Submodality

Beberapa submodality bersifat biner (2 pilihan) seperti saklar on – off sehingga submodality
ini disebut sebagai digital. Semisal dissasociated – associated, berwarna atau hitam putih,
bergerak atau diam, dan seterusnya.

Sedangkan beberapa submodality yang lain bersifat analog yang memiliki range atau nuansa.
Semisal kecerahan warna : bisa cerah sekali atau redup atau redup sekali. Sepertinya kita
memilki tombol pemutar kecerahan pada televisi (brightness).

Mengubah Sub Modality

Jika kita meninjau pengalaman kita yang sudah mengalami perubahan makna, nyatalah
bahwa terjadi juga perubahan submodality. Misalkan jika kita mengingat wajah pacar yang
kita sayangi, maka memiliki submodality tertentu yag umumnya cerah, bergerak, warna-
warni, bersuara, rasa menyenangkan, dst.

Pada saat kemudian terjadi perubahan makna atas memori itu, misal pacar tadi meninggalkan
kita dengan cara yang tidak menyenangkan. Maka jika kita lantas mengingat lagi gambaran
memorinya ternyata sudah berubah. Gambarnya mungkin menjadi pindah ke kiri, warnanya
cenderung norak, suara berubah jadi melengking dan perasaan menyakitkan.

Lebih jauh lagi pada saat kita sudah bisa melupakan sang pacar itu, sudah menganggapnya
tidak ada, tidak eksis di muka bumi ini. Maka terjadi lagi perubahan submodalitynya secara
signifikan. Gambarannya menjadi hitam putih, jauuuh, kabur, tanpa suara, tidak bergerak,
terasa dingin. Betul demikian?

Para penggagas NLP menemukan hal itu dan mempelajarinya secara sungguh-sungguh dan
akhrinya menyimpulkan bahwa hal iniberlaku pula sebaliknya. Jika kita dengan sengaja
mengubah struktur submodality dari suatu pengalaman maka kita ternyata‚ juga akan
mengubah makna pengalaman itu sendiri. Artinya peta di kepala kita akan berubah juga,
akibatnya emosi dan perasaan kita juga akan mengikutinya.

Inilah salah satu tonggak ‘temuan’ pada penggagas NLP yang sangat terkenal (dimodel dari
Virginia Satir). Dan menjadi dasar dari banyak NLP pattern, khususnya yang berurusan
dengan mengubah struktur memori. Misal untuk terapi fobia, terapi trauma, membuang
kebiasaan buruk, mengubah belief system, dll.

Lakukan Eksperimen

Lakukan eksperimen dengan submodality anda sendiri. Mulailah dengan pengalaman yang
sederhana, dan jangan terburu nafsu secara sembrono. Yang penting menguasai metodenya
dulu, baru lakukan eksperimen yang lebih penting. Pilihlah suatu pengalaman yang Anda
agak kesal, misal dipaksa menunggu terlalu lama, diejek orang dll. Lalu ubahlah
submodalitynya mulai dari Visual, Auditorial, dan Kinestetik.

Anda akan menemui ada satu atau beberapa submodality yang jika anda ubah, maka perasaan
anda akan berubah secara total. Ini yang di NLP disebut sebagai submodality kritikal. Catat
dan simpan pengalaman anda ini, kelak akan berguna sebagai cetak biru anda. Setiap orang
memiliki perbedaan dalam hal submodality kritikal ini. Bahkan orang yang sama bisa
memiliki submodality yang kritikal untuk jenis pengalaman yang berbeda.

Beberapa submodality jika diubah ternyata tidak menimbulkan perubahan perasaan apa-apa.
Artinya submodality itu tidak terlalu berperan dalam proses internalisasi saat pengalaman itu
terjadi.

Mengubah dan mengontrol submodality menjadikan anda mirip seorang sutradara bagi anda
sendiri. Anda seperti memiliki tombol Control Panel dalam komputer di otak anda atau
laiknya memiliki remote control untuk TV Anda. Saat Anda sedang menonton acara TV,
sering kali tontonan yang muncul tidak berguna, merugikan, berefek buruk dan seterusnya.
Pindahkan channel, kecilkan suara, atau matikan.

Demikianlah otak manusia, tanpa diminta seringkali otak memutar pikiran yang negatif,
melemahkan dan tidak bermanfaat. Ambil remote kontrol submodality Anda, sekarang Anda
sudah tahu caranya.

Anda mungkin juga menyukai