Pertemuan Kelima
Pertemuan Kelima
BAB III
PERKEMBANGAN PERATURAN KAYU
3.1. Pendahuluan
Dalam bab ini dibahas beberapa peraturan kayu yang pada saat ini digunakan diberbagai negara, khususnya Amerika Serikat,
Australia, Indonesia dan beberapa negara di Eropa. Dalam kurun waktu 50 tahun terakhir, perkembangan peraturan kayu di
mancanegara berkembang sangat pesat seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan juga perkembangan Teknik pengujian
eksperimental di laboratorium.
Namun demikian, perkembangan peraturan kayu di Indonesia berjalan cukup lambat, yaitu setelah terbit peraturan kayu pertama
PKKI NI5 tahun 1961, baru tahun 2013 terbit peraturan kayu SNI 7973:2013. Pada 2000 pernah diterbitkan draft peraturan kayu
Indonesia SNI 03-xxxx-2000, tetapi secara resmi dirilis oleh pihak terkait, dalam hal ini Badan Standarisasi Nasional (BSN). Untuk
Peraturan tahun 2013 (SNI 7973:2013) telah resmi dirilis oleh BSN.
Secara umum, daftar berikut menggambarkan peraturan – peraturan kayu yang ada di dunia :
1. Peraturan Kayu Eropa (International) yaitu prEN 1995-Design of Timber Structures dirilis terakhir adalah pada tahun 1993
(National Standard Institutes bekerja sama dengan National Application Documents, Issuing Agency:CEN).
2. Peraturan Kayu Prancis: NF P21- Structures en Bois dirilis oleh Association Francaise de Normalization.
3. Peraturan Kayu Germany : DIN 1052-Entwurf, Berechnung und Bemessung von Holzbauwerken-Allgemeine Bemessungsregeln und
Bemessungsregeln fur den Hochbau dirilis pada tahun 2004 oleh Deutsches Institut fur Normung (DIN), Normenausschuss Bau
(NABau)
4. Peraturan Kayu UK : BS 5268-Structural Use of Timber dirilis pada tahun 2001 oleh British Standards International (BSI).
5. Peraturan Kayu Canada: CSA 086-Emgineering Design in Wood (Limit States Design), Structures (Design) dirilis tahun 2001 oleh
Canadian Standards Association (CSA)
6. Peraturan Kayu USA : NDS-National Design Specification for Wood Construction, rilis terbaru yaitu pada tahun 2015 (now
contains ASD and LRFD specifications) oleh American Wood Council (AWC). Secara khusus peraturan mengenai WFCM – Wood
Frame Construction Manual for One – and Two-Family Dwellings dirilis pada tahun 2001, juga oleh American Wood Council
(AWC)
Kode/No :
Tanggal : 22 FEBRUARI 2021
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER Revisi : 1
PRODI ARSITEKTUR Halaman : 36 dari 100
7. Peraturan Kayu Japan : Standard for Stuctural Design of Timber Structures dirilis pada tahun 2002 oleh Architectural Institute of
Japan.
8. Peraturan Kayu Australia : AS 1684.1 to .4-Residential Timber-Framed Contruction dirilis tahun 1999 oleh Standards Australia.
Selain itu ada juga AS 1720.1 to.4- Timber Structures dirilis pada tahun 1997 oleh Standards Australia.
9. Peraturan Kayu New Zealand :NZS 3603-Timber Structures dirilis pada tahun 1993 oleh Standards New Zealand, serta peraturan
NZS 3604 – Timber Framed Buildings dirilis pada tahun 1999 oleh Standards New Zealand pula
10. Peraturan Kayu Afrika Selatan : SANS 10163 /SABS 0163 – The Structural Use of Timber dirilis pada tahun 2003 oleh Standards
South Africa.
Salah satu perubahan dan tambahan yang siginifikan dalam peraturan NDS terbaru ini adalah adanya bab desain komponen struktur dengan
menggunakan kayu rekayasa Cross-Laminated Timber (CLT). Dalam peraturan kayu NDS ini, metode desain komponen struktur kayu yang
digunakan ada 2 ( dua metode ) yaitu metode ASD dan metode LRFD. Metode ASD maupun metode LRFD terdapat parameter-parameter factor
koreksi serta dalam metode LRFD terdapat pula factor konversi format.
Gaya dalam dan tegangan pada komponen struktur dalam hal ini diperhitungkan dengan analisis elastis orde pertama pada kondisi beban
kerja. Efek orde kedua dan inelastisitas ditinjau secara tidak langsung, Faktor keamanan diterapkan hanya pada sisi ketahanan (didalam
tegangan terkoreksi) dan keamanan dihitung pada kondisi beban kerja (tak terfaktor). Jadi pada metode ASD reliabilitas (keandalan) yang
seragam tidak mungkin dicapai.
Perencanaan struktur kayu dengan metode LRFD memperhitungkan keamanan pada kedua sisi (efek beban dan ketahanan) dengan
menggunakan factor beban dan factor ketahanan. Setiap kondisi beban memiliki factor beban yang berbeda yang memperhitungkan derajat
uncertainty sehingga apabila dilakukan perencanaan struktur kayu dengan metode ini, hasil yang diperoleh akan memungkinkan untuk
mendapatkan reliabilitas konsisten.
Kode/No :
Tanggal : 22 FEBRUARI 2021
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER Revisi : 1
PRODI ARSITEKTUR Halaman : 38 dari 100
Peraturan kayu Australia mencakup perencanaan komponen struktur dengan menggunakan bahan kayu laminasi (glulam) dan kayu
laminated Veneer Lumber(LVL).
Perencanaan yang dicakup dalam peraturan ini yaitu untuk material kayu solid,sawn,glulam maupun kayu rekayasa lainnya seperti
LVL atau panel berbasis kayu, baik yang dilaminasi secara kimiawi dengan lem maupun alat sambung mekanis. Great Britain semula
menggunakan peraturan yang berbeda, yaitu British Standard BS 5268-6.2:2002 Structural use of timber – Code of Practice for timber
frame walls buildings other than dwellings not exceeding four storeys (BS,2002). Namun dalam perkembangannya digantikan oleh BS
EN 1995 atau Eurocode 5.
Peraturan kayu Indonesia SNI 7973:2013 mengadopsi peraturan kayu Amerika Serikat NDS 2012 (AWC,2011). Dalam peraturan
kayu yang baru ini diperkenalkan 2 (dua) metode perencanaan. Pertama adalah Metode Desain Tegangan Izin (DTI) atau
Allowable Stress Design (ASD) dan Kedua adalah Metode Desain Faktor Beban Ketahanan (DFBK) atau Load and Resistance
Factor Design (LRFD).
Dalam kuliah ini, prosedur perencanan yang dibahas adalah hanya untuk metode kedua yaitu Metode Desain Faktor Beban Ketahanan
(DFBK) atau Load and Resistance Factor Design (LRFD) saja. Asumsi pembebanan yang digunakan dalam perencanaan adalah
bangunan Gedung kayu atau struktur kayu lainnya, serta komponen-komponen strukturnya, yang didesain dan dilaksanakan agar
dengan aman dapat memikul semua beban yang direncanakan atau diantisipasi.
3.5. Faktor Koreksi Desain Pada Metode LRFD pada SNI 7973:2013
Selanjutnya,di dalam sub bab ini secara khusus membahas factor-faktor koreksi yang digunakan dalam desain komponen struktur
berdasarkan metode LRFD (atau di peraturan Indonesia SNI 7973:2013 selanjutnya disebut metode DFBK). Untuk perencanaan
komponen struktur berdasarkan metode DFBK sesuai SNI 7973:2013, Faktor layan basah (CM) diambil dari Tabel 4.2.2 SNI
7973:2013 yaitu selengkapnya ditampilkan pada Tabel 3.1. sebagai berikut :
Untuk faktotr tusuk untuk kayu dimensi (Ci) diambil dari table 4.3.8 SNI 7973:2013 seperti ditampilkan pada table 3.2 sebagai
berikut :
Tabel 3.2. Faktor Tusukan (Ci)
Nilai Desain Ci
E, Emin 0,95
Fb , Ft , Fc , Fv 0,80
Fc 1,00
Sumber : BSN : 2013
Kode/No :
Tanggal : 22 FEBRUARI 2021
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
RENCANA PERKULIAHAN SEMESTER Revisi : 1
PRODI ARSITEKTUR Halaman : 42 dari 100
Untuk factor temperature (Ct) diambil dari table 2.3.3 SNI 7973 :2013 seperti ditampilkan pada table 3.3 sebagai berikut :
Dalam desain komponen struktur tekan terdapat pengaruh dari kelangsingan kolom atau factor stabilitas kolom (Cp). Hal ini berdasarkan
pertimbangan bahwa komponen struktur tekan juga berpotensi mengalami kegagalan akibat tekuk. Faktor stabilitas kolom akan dibahas
pada Bab 5. Dalam desain komponen struktur lentur atau balok terdapat pengaruh dari stabilitas balok atau (CL). Faktor stabilitas balok
secara khusus dibahas pada Bab 6.
Untuk factor konversi format (KF) dapat dihitung sesuai table 2.3.5 SNI 7973:2013 seperti ditampilkan pada table 3.4. sebagai berikut :
Tabel 3.4. Faktor Konversi Format (KF)
Aplikasi Properti KF
Komponen Struktur Fb 2,54
Ft 2,70
Fv , Frt , Fs 2,88
Fc 2,40
Fc 1,67
Emin 1,76
Semua sambungan ( Semua nilai Desain ) 3,32
Sumber : BSN : 2013