Anda di halaman 1dari 23

RANCANGAN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN PENCETAK PELET

KAYU

Tugas Metode Perancangan

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Perancangan

Dosen Pengampu : Dian Prabowo S.T.,M.T

Disusun Oleh :

Bayu Sentosa (220303052)

Teknik Mesin 2C

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK MESIN

JURUSAN REKAYASA MESIN DAN INDUSTRI PERTANIAN

POLITEKNIK NEGERI CILACAP

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI

2023

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, karunia
serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas metode perancangan
dengan judul “RANCANGAN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN PENCETAK
PELET KAYU”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas metode perancangan.
Selain itu, tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi penulis dan
pembaca.

Pada kesempatan ini, Penulis ingin menyampaikan terimakasih dan


penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang telah banyak memberi petunjuk,
bimbingan, dorongan dan bantuan dalam penulisan laporan ini, baik secara langsung
maupun tidak langsung, terutama kepada Bapak Dian Prabowo, S.T., M.T selaku
dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
membimbing dan memberikan petunjuk yang sangat berharga bagi Penulis dalam
penulisan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak kekurangan


baik dalam segi Bahasa maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu sangat
diharapkan segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar dapat
menunjang pengembangan dan perbaikan penulisan di kemudian hari. Semoga
laporan ini dapat berguna untuk menambah wawasan bagi rekan-rekan mahasiswa.
Atas perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih.

Cilacap, 24 Desember 2023

Bayu Sentosa

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iii
BAB 1 ........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Batasan Masalah ................................................................................................. 2
1.4 Tujuan Proyek Akhir ........................................................................................... 2
BAB 2 ........................................................................................................................... 3
DASAR TEORI ............................................................................................................ 3
2.1 Perancangan ........................................................................................................ 3
2.2 Biomassa............................................................................................................. 3
2.3 Pelet Kayu (Wood Pellet) ................................................................................... 4
2.4 Metode Verein Deutsche Inginieuer (VDI) 2222................................................ 5
2.5 Komponen Utama Yang Digunakan ................................................................... 7
2.6 Perencanaan Pemesinan .................................................................................... 14
2.6 Pembuatan OP .................................................................................................. 14
2.7 Perawatan.......................................................................................................... 15
BAB 3 ......................................................................................................................... 17
METODE PELAKSANAAN ..................................................................................... 17
3.1 Tahap Pelaksanaan ............................................................................................ 17
3.2 Rincian Pelaksanaan ......................................................................................... 18

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Pelet Kayu ................................................................................................ 5


Gambar 2. 2 Tahapan Perancangan Metode Verein Deutsche Ingineuer (VDI) 2222
(Sumber : Media dkk, 2019) ......................................................................................... 6
Gambar 2. 3 Motor Listrik ............................................................................................ 7
Gambar 2. 4 Poros ........................................................................................................ 8
Gambar 2. 5 Bantalan (Bearing) ................................................................................. 10
Gambar 2. 6 Roda Gigi Cacing ...................................................................................11
Gambar 2. 7 Macam-Macam Baut dan Mur ............................................................... 13
Gambar 3. 1 Diagram Alir Metode Pelaksanaan ........................................................ 17

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelet kayu merupakan bahan bakar nabati yang terbuat dari bahan organik
atau biomassa yang terkompresi. Pelet kayu terbuat dari hasil pengolahan limbah
kayu menjadi serbuk yang dipadatkan sehingga menjadi serbuk yang dipadatkan
sehingga membentuk silindris dengan diameter kurang lebih 6mm-10mm dan
panjang kurang lebih 1cm-3cm.

Selama ini penanganan limbah industri kayu dilakukan dengan cara ditumpuk,
dibuang serta dibakar. Tentu saja hal ini mempunyai dampak negative berupa
pencemaran lingkungan. Untuk itu diperlukan adanya suatu pengolahan lanjut dengan
teknologi sehingga menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah yaitu dengan
memanfaatkan limbah kayu menjadi pelet kayu.

Pelet kayu cocok digunakan untuk bahan bakar kebutuhan rumah tangga,
pertanian, dan industri besar, bahkan untuk industri pembangkit tenaga listrik.
Dengan kandungan panasnya mampu mencapai 4.880 kilo kalori produk ini mampu
mengganti batu bara, pelet kayu akan dapat diterima dipasar karena saat ini dunia
sedang menuju mekanisme pembangunan bersih untuk membantu mengurangi efek
gas rumah kaca. (Arifuddin, 2010).

Proses pembuatan pelet kayu melibatkan penggilingan bahan baku kayu


menjadi serbuk, campuran dengan bahan perekat jika diperlukan, dan kemudian
pemadatan melalui die (cetakan) dengan menggunakan tekanan dan panas. Pelet kayu
biasanya digunakan sebagai bahan bakar dalam industry penghasil energi thermal,
seperti pemanas ruangan dan pabrik-pabrik yang membutuhkan energi panas.

Penggunaan pelet kayu umumnya dianggap lebih ramah lingkungan daripada


bahan bakar fosil karena pelet kayu diproduksi dari sumber kayu yang dapat

1
diperbaharui, dan pembakarannya menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah
daripada bahan bakar fosil konvensional.

Di Indonesia, potensi biomassa yang dapat digunakan untuk subtitusi energi


mencapai 49,81 GW, namun yang dapat dihasilkan baru sekitar 0,3 GW. Hal ini
menandakan bahwa potensi biomassa di Indonesia cukup tinggi (DJLPE, 2010).
Setiap tahun diperkirakan terdapat limbah kayu sebanyak 25 juta ton yang terbuang
dan belum termanfaatkan. Oleh karena itu limbah kayu perlu dimanfaatkan lebih
lanjut.

Berdasarkan kebutuhan mesin pencetak pelet kayu ini maka kami berencana
membuat rancangan simulasi mesin pencetak pelet kayu ini dengan metode
perancangan VDI 2222.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan pada latar belakang, maka perumusan masalah


pada proyek akhir ini adalah “Bagaimana Merancang Mesin Pelet Kayu dengan
Metode VDI 2222”.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam Tugas Akhir ini adalah hanya membahas sistem
transmisi yang digunakan pada mesin pencetak pelet kayu.

1.4 Tujuan Proyek Akhir

Tujuan proyek akhir ini berdasarkan perumusan masalah adalah terciptanya


desain mesin pelet kayu dengan metode VDI 2222.

2
BAB 2

DASAR TEORI

2.1 Perancangan

Definisi perancangan (design) merupakan suatu kegiatan atau rekayasa


rancang bangun yang dimulai dari ide-ide inovasi desain, atau kemampuan untuk
menghasilkan karya dan cipta yang benar-benar dapat menjabarkan permintaan pasar
karena adanya penelitian dan pengembangan teknologi (Prasetyowibowo, 2000 dalam
Wiraghani, 2017).

Definisi Design menurut kamus umumnya adalah membuat suatu rencana (to
fashion after plan). Selanjutnya adalah kombinasi definisi baik untuk proses maupun
praktisnya yang diambil dari institusi Inggris Institution of Engineering Designers
dan organisasi dosen desain Teknik, SEED Ltd. Desain Teknik adalah seluruh
aktivitas untuk membangun dan mendefinisikan tidak dapat dipecahkan sebelumnya
atau Solusi baru bagi berbagai masalah yang sebelumnya telah dipecahkan tetapi
dengan cara berbeda. Aktivitas desain belum bisa dikatakan selesai sebelum hasil
akhir produk dapat dipergunakan dengan tingkat performa yang dapat diterima dan
dengan metode kerja yang terdefinisi dengan jelas (Prasetyowibowo, 2000 dalam
Wiraghani, 2017).

2.2 Biomassa

Biomassa didefinisikan sebagai bahan organik, tersedia secara terbarukan


yang diproduksi langsung atau tidak langsung dari organisme hidup tanpa
kontaminasi dari zat lain atau limbah. Biomassa termasuk residu hutan dan pabrik,
tanaman pertanian dan limbah, kayu dan kayu limbah, kotoran hewan, residu operasi
ternak, tanaman air, sampah kota dan industri (Diji, 2013)

Biomassa merupakan bahan-bahan organik berumur relatif muda dan berasal


dari tumbuhan, hewan, produk dan limbah industri budidaya (pertanian, perkebunan,

3
kehutanan, kehutanan, peternakan, perikanan). Unsur utama dari biomassa adalah
bermacam-macam zat kimia (molekul) yang sebagian besar mengandung atom
karbon (C). Biomassa secara garis besar tersusun dari selulosa dan lignin (sering
disebut lignin selulosa). Komposisi elementer biomassa bebas abu dan bebas air kira-
kira 53% massa karbon, 6% hidrogen dan 42% oksigen, serta sedikit nitrogen, fosfor
dan belerang (biasanya masing-masing kurang dari 1%). Kadar abu kayu biasanya
kurangdari 1% (Supriyatno dan Crishna, 2010).

Keunggulan lain dari biomassa adalah harganya yang lebih murah


dibandingkan dengan sumber energi lainnya. Kondisi ini dapat terjadi karena
jumlahnya yang sangat melimpah dan umumnya merupakan limbah dari suatu
aktivitas Masyarakat. Namun demikian, dengam range nilai kalor 3.000-4.500 cal/gr,
energi yang dikandungnya masih sangat potensial untuk dimanfaatkan terutama
dalam rangka membangkitkan energi panas. Biomassa juga dikategorikan sebagai
bahan bakar karbon netral (Supriyatno dan Crishna, 2010).

Salah satu teknologi yang memungkinkan dapat merubah biomassa menjadi


lebih praktis dan ekonomis yaitu pelet kayu. Teknologi ini memungkinkan untuk
meningkatkan karakteristik bahan bakar biomassa. Daya Tarik pada pelet kayu adalah
kualitas pelet kayu sebagai bahan bakar yang meliputi sifat fisik dan kimia termasuk
nilai kalor yang dihasilkan dapat diatur melalui karakteristik pelet kayu meliputi
kepadatan, ukuran pelet kayu, dan kandungan air. Sehingga pelet kayu adalah bahan
bakar padat yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif yang mempunyai
bentuk tertentu.

2.3 Pelet Kayu (Wood Pellet)

Pelet kayu adalah salah satu jenis sumber energi dari biomassa. Pelet terutama
diproduksi dari limbah kayu, termasuk serbuk gergaji, serutan serpihan kayu, yang
merupakan produk sampingan pembuatan kayu, furnitur, dan hasil hutan lainnya.
Selain itu pelet kayu dapat ditambahkan sanpah dari jerami padi, sekam, sampah

4
daun, ranting atau bagian tanaman yang dianggap sampah (Jurnal Ilmu Kehutanan,
2018).

Pelet kayu memiliki sifat seperti kayu bakar yang ketika digunakan dapat
dipadamkan terlebih dahulu dan digunakan lagi kemudian. Meski begitu, kandungan
kalori pada pelet kayu mendekati kalori pada batu bara. Pada batu bara terdapat
5.000-6.000 kKal dan pada pelet kayu sekitar 3.000-4.500 kKal dengan kadar abu
sekitar 0.5-3%. Hal ini karena dalam proses pembuatannya pelet kayu telah melewati
fase pengeringan sehingga kadar air pada kayunya sudah hilang.

Gambar 2. 1 Pelet Kayu

2.4 Metode Verein Deutsche Inginieuer (VDI) 2222

Metode Verein Deutsche Inginieuer (VDI) 2222 menghasilkan luaran berupa


detail gambar kerja yang merupakan hasil akhir dari pennyelesaian masalah. Dengan
menggunakan metode perancangan diharapakan dapat melakukan analisis yang
rasional dan penentuan syarat yang lebih realistis. Ada 4 tahapan yang dilakukan pada
metode VDI 2222 yaitu (Media dkk, 2018) :

1. Analisis yang digunakan untuk mengetahui permasalahan serta


mengumpulkan data.

5
2. Pembuatan konsep untuk memperjelas pekerjaan yang dilakukan, membuat
daftar tuntutan, pengajuan alternatif fungsi dan pengajuan konsep.
3. Tahap proses perancangan yang menghasilkan draft rancangan dari penilaian
variasi konsep dan membuat optimasi sesuai dengan proses pembuatan,
perakitan serta perawatan produk.
4. Tahap akhir merupakan tahap penyelesaian yang meliputi gambar kerja detail
komponen maupun susunan produk secara keseluruhan.

Gambar 2. 2 Tahapan Perancangan Metode Verein Deutsche Ingineuer (VDI) 2222


(Sumber : Media dkk, 2019)

6
2.5 Komponen Utama Yang Digunakan

Komponen utama yang digunakan dalam konstruksi mesin antara lain :

2.5.1 Motor Listrik AC

Motor Listrik AC adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai tenaga


penggerak. Penggunaan motor Listrik dengan kebutuhan daya mesin. Motor
Listrik pada umumnya berbentuk silinder dan dibagian bawah terdapat dudukan
yang berfungsi sebagai lubang baut supaya motor Listrik dapat dirangkai dengan
rangka mesin atau konstruksi mesin yang lain. Poros penggerak terdapat disalah
satu ujung motor Listrik dan tepat ditengah-tengahnya.

Gambar 2. 3 Motor Listrik

Jika N (rpm) adalah putaran dari poros motor listrik dan T (kg.mm) adalah
torsi pada poros motor listrik, maka besarnya daya P (kw) yang diperlukan untuk
menggerakan sistem adalah:(Sularso,2004).

𝑇
( )(2𝜋𝑛1 /60)
P= 1000
102

𝑇
P = 9.74×103 𝑛1

7
Keterangan :

P = Daya motor listrik (kw)

T = Torsi (kg.mm)

N = Rpm

2.5.2 Poros

Poros adalah suatu bagian stationer yang berputar, biasanya berpenampang


bulat Dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi, pulley, Sprocket, dan
elemen pemindah lainnya. Poros bisa menerima beban lenturan, beban tarikan,
beban tekan, atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa
gabungan satu dengan yang lainnya.(Shigley, 1983)

Poros yang beroperasi akan mengalami beberapa pembebanan seperti tarikan,


tekan, bengkokan, geser, dan puntiran akibat gaya-gaya yang bekerja.

Gambar 2. 4 Poros

Perencanaan poros harus menggunakan perhitungan sesuai yang telah


ditetapkan. Perhitungan tersebut mengenai, daya rencana, tegangan geser dan

8
tegangan geser maksimum. Berikut adalah perhitungan dalam perencanaan poros.
(Sularso, 2004)

a. Daya Rencana

Pd = fc.P

Pd = Daya rencana

fc = Faktor koreksi

2.5.3 Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga


putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman, dan
Panjang umur. Bearing harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta
elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. (Sularso, 2004)

2.5.3.1 Klasifikasi Bantalan

Bantalan dapat diklasifiksi sebagai berikut :

1. Atas Dasar Gerakan Bantalan Terhadap Poros

a) Bantalan luncur. Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros
dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan
bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas
b) Bantalan gelinding. Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara
bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding
seperti bola (peluru), rol atau rol jarum, dan rol bulat. (Sularso,2004)

9
Jenis bantalan yang paling umum digunakan untuk menumpu sebuah poros
yang berputar, menahan beban radial murni atau gabungan radial dan aksial.
a. Bantalan radial
Beban yang bekerja mengarah ke pusat bantalan sepanjang jari-jari. Beban-
beban ini lazimnya ditimbulkan oleh elemen-elemen transmisi daya pada poros, seperti
roda gigi lurus, transmisi sabuk-V, dan transmisi rantai.
b. Beban aksial
Beban-beban yang bekerja sejajar dengan sumbu poros. Komponen-komponen
aksial gaya-gaya pada roda gigi miring dan roda gigi cacing adalah beban aksial
pada poros. Bantalan-bantalan yang menumpu poros-poros dengan sumbu vertikal
juga menerima beban aksial akibat beban poros, elemen-elemen pada poros serta
gaya-gaya yang bekerja secara aksial.

Gambar 2. 5 Bantalan (Bearing)

2.5.4 Roda Gigi

Roda gigi adalah roda yang berguna untuk mentransmisikan daya besar atau
putaran yang cepat. Rodanya dibuat bergigi dan berbentuk silinder atau kerucut

10
yang saling bersinggungan pada kelilingnya agar jika salah satu diputar maka
yang lain ikut berputar (Foley, 1982)

Roda gigi cacing ialah suatu elemen transmisi yang dapat meneruskan daya
dan putaran pada poros yang bersilang. Roda gigi cacing mempunyai gigi yang
dipotong menyudut seperti pada roda gigi heliks dan dipasangkan dengan ulir
yang dinamakan ulir cacing. Penggunaan roda gigi ini biasannya untuk mereduksi
kecepatan, roda gigi ini dalam operasionalnya akan “mengunci sendiri” sehingga
tidak dapat diputar pada arah berlawanan. Keuntungan dari roda gigi ini adalah
dengan memberikan input minimal dapat dihasilkan output dengan kekuatan
maksimal. Roda gigi ini biasanya digunakan untuk kecepatan-kecepatan tinggi
dengan kemampuan mereduksi kecepatan yang maksimal.

Gambar 2. 6 Roda Gigi Cacing

11
2.5.5 Elemen Pengikat
2.5.5.1 Baut dan Mur

Baut dan mur merupakan komponen pengikat yang mempunyai peranan yang
sangat penting dalam suatu konstruksi mesin. Baut dan mur termasuk sambungan
yang dapat dibuka tanpa merusak bagian yang disambung. Baut dan mur terdiri
dari beraneka ragam bentuk, sehingga penggunaannya disesuaikan dengan
kebutuhan. Pemilihan baut dan mur sebagai pengikat harus dilakukan dengan
teliti untuk mendapatkan ukuran yang sesuai dengan beban yang diterimanya
sebagai usaha untuk menjaga kerusakan pada mesin maupun kecelakaan kerja.
Beberapa faktor harus diperhatikan untuk menentukan ukuran baut dan mur,
seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan bahan dan kelas
ketelitian. (Sularso, 2004)

12
Gambar 2. 7 Macam-Macam Baut dan Mur

Berikut ini beberapa keuntungan penggunaan baut dan mur sebagai elemen
pengikat :

• Mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menerima beban.


• Kemudahan dalam pemasangan
• Mudah dibongkar pasanag tanpa perlu dirusak
• Dapat digunakan untuk berbagai kondisi operasi
• Mudah didapat karena komponen standar

Sedangkan beberapa kerugian menggunakan baut dan mur sebagai elemen


pengikat adalah sebagai berikut :

• Konsentrasi tegangan yang tinggi di daerah ulir.


• Sambungan baut dan mur lambat laun akan longgar sehingga perlu dicek
secara berkala
• Mempengaruhi berat konstruksi karena menambah beban

13
2.6 Perencanaan Pemesinan

Dalam suatu perencanaan, salah satu langkah yang dibutuhkan adalah proses
manufaktur yaitu proses pemesinan, yang meliputi :

1. Pengeboran
Mesin bor termasuk mesin perkakas dengan gerak utama berputar.
Fungsi pokok mesin ini adalah untuk membuat lubang yang silindris pada
benda kerja dengan menggunakan mata bor sebagai alatnya. (Syamsir, 1986)
2. Pembubutan

Pembubutan dilakukan dengan mesin bubut. Cara kerja mesin bubut


adalah dengan mencekam benda kerja yang kemudian digerakan dan disayat
dengan alat potong yang diam. Mesin ini umumnya digunakan untuk
pengerjaan benda-benda yang berbentuk silinder. Sistem pengerjaannya
terbagi atas dua langkah yaitu roughing (pengerjaan kasar) dan pengerjaan
finishing.

3. Pengfraisan/Milling
Proses milling adalah suatu proses pemesinan yang pada umumnya
menghasilkan bentukan bidang datar (bidang datar ini terbentuk karena
pergerakan dari meja mesin) Dimana proses pengurangan material benda kerja
terjadi karena adanya kontak antara alat potong yang berputar pada spindle
dengan benda kerja yang tercekam pada meja mesin. (Eliasebastian, 2014)

2.6 Pembuatan OP

Proses pembuatan komponen mengikuti Operational Plan (OP) dengan


metode penomoran. Keterangan dalam pembuatan OP penomoran adalah sebagai
berikut :

14
…0.1 Periksa benda kerja
...0.2 Setting mesin
...0.3 Markingout
...0.4 Cekam benda kerja
...0.5 Proses benda kerja

2.7 Perawatan

Perawatan adalah suatu kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas dan
peralatan pabrik serta mengadakan perbaikan atau penggantian yang diperlukan agar
terdapat suatu keadaan operasi produksi yang sesuai denga napa yang telah
direncanakan. Perawatan merupakan kegiatan yang berkaitan dengan tindakan-
tindakan sebagai berikut (Effendi, 2008)

a. Pemeriksaan (Inspection), yaitu tindakan pemeriksaan terhadap mesin atau


sistem untuk mengetahui kondisi apakah mesin atau sistem tersebut dalam
kondisi yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan atau tidak.
b. Perawatan (Service), yaitu tindakan untuk menjaga kondisi suatu sistem agar
tetap baik. Biasanya telah terdapat diatur pada Manual Book sistem tersebut.
c. Penggantian komponen (Replacement), yaitu melakukan penggantian
komponen yang rusak dan tidak dapat dipergunakan lagi. Penggantian ini
dilakukan secara mendadak atau dengan perencanaan terlebih dahulu.
d. Repair dan Overhaul, yaitu kegiatan melakukan perbaikan secara cermat serta
melakukan suatu set up sistem. Tindakan repair merupakan kegiatan
perbaikan yang telah dilakukan setelah sistem mencapai kondisi gagal
beroperasi (Failed Stated) sedangkan Overhaul dilakukan sebelum Failed
Stated terjadi.

Menurut Effendi (2008), secara umum kegiatan perawatan dapat dibedakan


menjadi 2 macam, yaitu perawatan pencegahan (preventive maintenance) dan
perawatan perbaikan (corrective maintenance).

15
1. Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance)

Perawatan pencegahan (preventive maintenance) merupakan pencegahan


sistematis, penjadwalan berkala dengan interval tetap dan melaksanakan
pembersihan, pelumasan serta perbaikan mesin atau sistem dengan baik dan tepat
waktu. Kegiatan ini dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan dan
menemukan kondisi yang dapat menyebabkan sistemm mengalami kerusakan
pada saat digunakan dalam proses produksi. Dalam pelaksanaannya, kegiatan
perawatan pencegahan dapat dibedakan atas 2 macam yaitu:

a. Perawatan Rutin (Routine Maintenance), yaitu kegiatan perawatan


yang dilakukan secara rutin/setiap hari.
b. Perawatan Berkala (Periodic Maintenance), yaitu kegiatan perawatan
yang dilakukan secara berkala dan dalam jangka waktu tertentu,
misalnya setiap satu minggu sekali hingga satu tahun sekali.
Perawatan ini dapat dilakukan berdasarkan lamanya jam kerja mesin.

2. Perawatan Perbaikan (Corrective Maintenance)


Perawatan pebaikan (Corrective Maintenance) merupakan kegiatan
yang dilakukan setelah komponen benar-benar telah mengalami kerusakan
sehingga tidak dapat beroperasi dan berproduksi. Kerusakan komponen ini
biasanya akan ditandai dengan ditemukannya produk yang dihasilkan tidak
sedikit mengalami kecacatan.
Tujuan dari perawatan adalah untuk menjaga serta mempertahankan
keberlangsungan operasional dan kinerja sistem agar produksi dapat berjalan
tanpa hambatan (Mardiananto, 2010). Jika suatu sistem mengalami kerusakan
maka akan memerlukan perawatan perbaikan.

16
BAB 3

METODE PELAKSANAAN

3.1 Tahap Pelaksanaan

Dalam bab ini diuraikan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam


menyelesaikan rancang bangun sistem transmisi pada mesin pencetak pelet kayu
dengan tujuan agar tindakan yang dilakukan lebih terarah dan terkontrol serta sebagai
pedoman pelaksanaan proyek akhir agar target yang diharapkan dapat tercapai.
Adapun langkah-langkah yang akan mengacu pada metode perancangan VDI (Verein
Deutche Ingenieur) 2222 dan selanjutnya dijelaskan melalu diagram alir dibawah ini.

Mulai A

Studi Literatur
Perhitungan

Mengkonsep

Membuat Simulasi
Tidak? Pergerakan
Sesuai Daftar
Tuntutan?

Ya Penyusunan Laporan,
Gambar Kerja
Membuat Detail
Rancangan

Selesai
A

Gambar 3. 1 Diagram Alir Metode Pelaksanaan

17
3.2 Rincian Pelaksanaan

Rincian pelaksanaan proyek akhir ini sebagai berikut:

1. Studi Literatur

Studi literatur adalah mengumpulkan data dari berbagai sumber yang terkait
dengan masalah-masalah yang akan dibahas. Sumber tersebut berasal dari buku-buku
referensi, laporan proyek akhir sebelumnya dan internet. Data-data yang berhasil
dikumpulkan, diolah serta dianalisa untuk menentukan dan menyesuaikan dengan
kebutuhan.

2. Mengkonsep

Sebagai sketsa atau kerangka spesifik yang dilakukan oleh peneliti yang
menggambarkan suatu rencana proses dari penelitian secara keseluruhan. Adapun
proses-proses yang dilakukan adalah:

a. Membuat Daftar Tuntutan


Pada tahap ini akan diuraikan beberapa hal yang menjadi tuntutan dari
rancangan sistem transmisi pada mesin pencetak pelet kayu dengan metode
VDI 2222. Daftar tuntutan yang meliputi, fungsi atau kegunaan mesin,
tuntutan yang berkaitan dengan non teknis.
b. Membuat Konsep
Pembuatan konsep yang dilakukan dengan menganalisis rancangan
mesin yang akan dibuat, sehingga dapat diperoleh alternatif-alternatif yang
akan dipilih berdasarkan target yang ingin dicapai sesuai dengan data-data
yang diperoleh.
c. Membuat Alternatif Bagian
Tahap ini bertujuan memunculkan beberapa alternatif-alternatif yang
telah dipilih, untuk mempermudah dalam memilih alternatif yang akan

18
dilakukan penilaian dengan mendapatkan alternatif yang lebih optimal perlu
dibuat skema penilaian.
d. Melakukan Penilaian
Pada tahap ini dilakukan penilaian terhadap pembuatan konsep dan
alternatif yang sudah dibuat. Dari proses penilaian yang telah dilakukan,
konsep yang akan di pilih yaitu penilaiannya mendekati 100% untuk
dioptimalkan sebagai rancangan mesin

3. Membuat Detail Rancangan

Pada tahap ini merupakan penyempurnaan rancangan mesin yang telah dipilih
dari tahapan sebelumnya. Komponen yang dioptimalkan diantaranya, poros, roda
gigi cacing, dan bantalan yang terkait dengan tuntutan yang akan dicapai oleh
mesin.

4. Perhitungan

Perhitungan dilakukan untuk menyempurnakan desain yang telah dilakukan


agar fungsi mesin dapat optimal.

5. Membuat Simulasi Pergerakan

Simulasi pergerakan dilakukan untuk memastikan semua komponen yang


telah dibuat dengan software CAD dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Simulasi yang dilakukan pada pergerakan sistem transmisi pencetak pelet kayu.

6. Penyusunan Laporan dan Membuat Gambar Kerja

Tahap penyelesaian ini dilakukan dengan pembuatan gambar kerja yang detail
lengkap dengan ukuran sesuai standar gambar teknik mesin dan melengkapi hasil
pengujian dalam bentuk laporan proyek akhir.

19

Anda mungkin juga menyukai