Anda di halaman 1dari 15

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari teori-teori yang mendukung

kemudahan dalam sistem pendukung keputusan pemilihan supplier sparepart yang

diharapkan dapat membantu secara maksimal. Maka penulis menjelaskan

beberapa teori pendukung yang bertujuan untuk memudahkan dan membantu

penulis.

2.1.1. Pengertian Supplier

Menurut Fauzi (2011 : 123) “Pemasok atau yang biasa disebut sebagai

supplier merupakan suatu perusahaan atau individu yang menyediakan sumber

daya yang dibutuhkan oleh perusahaan dan para pesaing untuk memproduksi

barang dan jasa tertentu.” Supplier harus mampu mengantisipasi para pesaing

berusaha meniru, menduplikasi atau mengalahkan saingan di berbagai variabel

diferensiasi yang menghasilkan keuntungan yang kompetitif.

Supplier atau pemasok merupakan salah satu rantai yang paling kritis

atau penting bagi keuntungan dan kelangsungan hidup sebagian besar

perusahaan. Perusahaan kelas dunia tahu bahwa mutu produk dan layanan

mereka sangat berhubungan langsung dengan mutu supplier atau pemasok

dan produk serta layanan yang mereka berikan. Dalam konsep rantai

pemasok, supplier merupakan salah satu bagian supply chain yang sangat penting

dan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup suatu pabrik dimana supplier

6
7

menjadi pihak yang memasok bahan mentah (raw material) bagi pabrik. Apabila

supplier kurang bertanggung jawab dalam merespon terhadap pemenuhan

permintaan bahan mentah pabrik, maka akan menimbulkan masalahmasalah yang

cukup serius salah satunya stockout ataupun lead time yang tentunya akan

merugikan pabrik. Untuk itu perusahaan yang memiliki banyak pemasok harus

selektif dalam memilih supplier-nya.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa pemasok memang merupakan

elemen yang penting bagi perusahaan dan memiliki pengaruh yang sangat penting

bagi kelangsungan hidup perusahaan. Dalam memenuhi kebutuhan pabrik

terkadang perusahaan memiliki lebih dari satu pemasok dan hal tersebut akan

menimbulkan konflik sehingga perusahaan harus selektif dalam memilih pemasok

dan bisa menjalin kerjasama dengan para pemasok.

2.1.2. Kriteria Pemilihan Supplier

Sebuah perusahaan akan mencari pemasok yang mutu dan efisiensinya

dapat dipertahankan, karena perkembangan dalam pemasok dapat memberikan

pengarus yang sangan penting terhadap pelaksanaan pemasaran dalam sebuah

perusahaan. Salah satu aspek utama fungsi pembelian adalah pemilihan supplier,

pengadaan barang yang dibutuhkan,layanan dan peralatan untuk semua jenis

perusahaan bisnis. Pemilihan supplier yang kompeten adalah salah satu fungsi

paling penting yang harus dilakukan oleh departemen pembelian.

7
8

Menurut Pujawan & Mahendrawati (2017:187-188) dalam bukunya

menyatakan:

Memilih supplier merupakan kegiatan strategis, terutama apabila supplier


tersebut akan memasok item yang krisi atau akan digunakan dalam jangka
panjang sebagai supplier penting. Kriteria pemilihan adalah salah satu hal
penting dalam pemilihan supplier. Kriteria yang digunakan tentunya harus
mencerminkan strategi supply chain maupun karakteristik dari item yang akan
dipasok. Secara umum banyak perusahaan yang menggunakan kriteria – kriteria
dasar seperti kualitas barang yang ditawarkan, harga, dan ketepatan waktu
pengiriman. Namun sering kali pemilihan supplier membutuhkan berbagai
kriteria lain yang dianggap penting oleh perusahaan.

Menurut Dickson (1966) dalam Pujawan & Mahendrawati (2017:188-189)

dalam bukunya menyatakan terdapat 22 kriteria yang diidentifikasikan untuk

pemilihan supplier. Adapun kriteria-kriteria tersebut adalah

1. Kualitas

2. Delivery

3. Perfomance History

4. Warrantier and Claim Pilicies

5. Price

6. Technical Capability

7. Financial Position

8. Prosedural Compliance

9. Communication System

10. Reputation and Position In Industry

11. Desire For Business

12. Management and Organization

13. Operation Control

14. Repair Service

8
9

15. Attitudes

16. Impression

17. Packaging ability

18. Labor relations record

19. Geographical location

20. Amount of past business

21. Training aids

22. Reciprocal arrangements

Sedangkan menurut Fauzi (2011:123) menyatakan : “Suatu perusahaan

atau organisasi membutuhkan para pemasok yang memahami apa yang menjadi

tujuan dari perusahaan tersebut dan memberikan umpan balik terhadap

pemasok yang bekerja sama.”

Berikut ini beberapa kriteria dari yang menjadi pertimbangan dalam

menentukan pemasok antara lain:

1. Harga penawaran, yaitu harga yang ditawarkan oleh pemasok dalam

melakukan transaksi dengan perusahaan.

2. Mutu pemasok, yaitu kualitas kondisi perusahaan pemasok

3. Keandalan dalam ketepatan, yaitu keandalan sebuah pemasok dalam

ketepatan baik ketepatan barang yang diproduksi maupun keandalan

dalam servis yang diberikan oleh perusahaan yang menjadi

distributornya.

4. Kemampuan koordinasi informasi, yaitu kemampuan perusahaan

pemasok dalam menangani komunikasi dengan perusahaan yang bekerja

9
10

sama dalam pemberian informasi terkini sehingga baik pemasok atau

distributor tidak dirugikan.

5. Ketersediaan Produk, yaitu kondisi dimana fleksibilitas ketersediaan

tipe produk atau jumlah produk yang ada dalam antisipasi jika terjadi

perubahan dari permintaan pelanggannya.

2.1.3. Definisi Sistem Pengambilan Keputusan

Menurut Fahmi (2016:2) dalam bukunya menyatakan:

Keputusan adalah proses penelusuran masalah yang berawal dari latar belakang
masalah,identifikasi masalah hingga kepada terbentuknya kesimpulan atau
rekomendasi. rekomendasi itulah yang selanjutnya dipakai dan digunakan sebagai
pedoman basis dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, begitu besarnya
pengaruh yang akan terjadi jika seandainya rekomendasi yang dihasilkan tersebut
terdapat kekeliruan atau adanya kesalahan-kesalahan yang tersembunyi karena
faktor ketidakhati-hatian dalam melakukan pengkajian masalah.

Menurut Alter dalam Kusrini (2007: 15), sistem pendukung keputusan

(SPK) merupakan sistem informasi interaktif yang menyediakan informasi,

pemodelan, dan pemanipulasian data. Sistem itu digunakan untuk membantu

pengambilan keputusan dalam situasi yang semi terstruktur dan situasi yang

tidak terstruktur, dimana tak seorang pun tahu secara pasti bagaimana keputusan

seharusnya dibuat.

Tujuan SPK menurut Turban dalam Kusrini (2007: 16) adalah:

1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atas masalah semi

terstruktur.

2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukannya

dimaksudkan untuk menggantikan fungsi manajer.

10
11

3. Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil manajer lebih daripada

perbaikan efisiensinya.

4. Kecepatan komputasi.

5. Peningkatan produktivitas. Sistem bisa meningkatkan kualitas siswa yang

dipilih lebih unggul atau lebih baik dari siswa yang lainnya dalam

satu kelompok pemilihan.

6. Pendukung kualitas.

7. Berdaya saing.

8. Mengatasi keterbatasan kognitif dalam pemrosesan dan penyimpanan.

Guna memudahkan pengambilan keputusan maka perlu dibuat tahap-tahap

yang bisa mendorong kepada terciptanya keputusan yang diinginkan. Adapun

tahap- tahap tersebut adalah menurut Fahmi (2017:2):

1. Mendefinisikan masalah tersebut secara jelas dan gambling, atau mudah

untuk dimengerti.

2. Membuat daftar masalah yang akan dimunculkan, dan menyusunya secara

prioritas dengan maksud agar adanya sistematika yang lebih terarah dan

terkendali.

3. Melakukan identifikasi dari setiap masalah tersebut dengan tujuan untuk

lebih memberikan gambaran secara lebih tajam dan terarah secara lebih

spesifik.

4. Memetakan setiap masalah tersebut berdasarkan kelompoknya masing-

masing yang kemudian selanjutnya dibarengi dengan menggunakan model

atau alat uji yang akan dipakai.

11
12

5. Memastikan kembali bahwa alat uji yang dipergunakan tersebut telah sesuai

dengan prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah yang berlaku pada umumnya.

Sistem pengambilan keputusan adalah sistem berbasis model yang terdiri

dari prosedur dalam pemrosesan data dan pertimbangannya untuk membantu

manajer dalam mengambil keputusan. Berikut adalah ciri-ciri sistem pengambilan

keputusan:

1. SPK ditunjukan untuk membantu keputusan-keputusan yang kurang

terstuktur.

2. SPK merupakan gabungan antara kumpulan modal kualitatif dan

kumpulan data.

3. SPK bersifat luwes dan dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan

yang terjadi.

2.1.4. Pengertian Simple Additive Weighting (SAW)

Dalam Kusumadewi, dkk (2006; 74) Simple Additive Weighting (SAW)

dikenal dengan istilah metode penjumlahan berbobot.Konsep dasar metode SAW

adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja setiap alternative pada

semua atribut. Metode SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan

(X) ke suatu skala yang dapat diperbandingkan dengan semua rating.

Sumber : Kusumadewi,dkk (2006:74)

12
13

Keterangan :

rij :Rating kinerja ternomalisasi

Maxi : Nilai maksimum dari setiap baris dan kolom

Mini : Nilai minimum dari setiap baris dan kolom

Xij : Nilai Baris dan kolom dari matriks

rij adalah rating kinerja ternomalisasi dari alternative Ai pada atribut Cj;

i=1,2,….,m dan j = 1,2,…,n.

Nilai prefrensi untuk setiap alternative (Vi) diberikan sebagai:

Keterangan:

Vi : Nilai akhir dari alternatife

Wi : Bobot yang telah ditentukan

Rij : Normalisasi matriks

Nilai Vi yang lebih besar mengindikasikan bahwa alternatife Ai lebih

terpilih.

Metode Simple Additive Weighting (SAW) ini mempunyai kelebihan dan

kekurangan, diantaranya yaitu:

1. Kelebihan dari metode Simple Additive Weighting (SAW) adalah:

a. Menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan

dengan proses perangkingan yang akan menyeleksi alternatif terbaik

dari sejumlah alternatif.

13
14

b. Penilaian akan lebih tepat karena didasarkan pada nilai kriteria dan

bobot preferensi yang sudah ditentukan.

2. Kekurangan dari metode Simple Additive Weighting (SAW) adalah:

a. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan bilangan fuzzy.

b. Adanya perbedaan perhitungan normalisasi matriks sesuai dengan nilai

atribut (antara nilai benefit dan cost).

2.1.5. Tahapan Metode Simpple Additive Weghting

Tahapan dalam menggunakan metode SAW adalah (Kusumadewi, 2006).

1. Menentukan kriteria-kriteria yang akan dijadikan acuan dalam

pengambilan keputusan, yaitu Ci.

2. Menentukan rating kecocokan setiap alternatif pada setiap kriteria

3. Membuat matriks keputusan berdasarkan kriteria (Ci), kemudian

melakukan normalisasi matriks berdasarkan persamaan yang

disesuaikan dengan jenis atribut (atribut keuntungan maupun atribut

biaya) sehingga diperoleh matriks ternormalisasi R.

4. Hasil akhir diperoleh dari setiap proses perankingan yaitu penjumlahan

dari perkalian matriks ternormalisasi R dengan vector bobot sehingga

diperoleh nilai terbesar yang dipilih sebagai alternatif terbaik (A i)

sebagai solusi.

14
15

2.2. Penelitian Terkait

Literatur mengenai penggunaan metode simple additive weighting banyak

ditemukan dalam buku maupun jurnal-jurnal ilmiah, berikut ini beberapa topik

penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan dan terkait dengan penggunaan

metode simple additive weighting dan permasalahan yang sejenis dengan yang

penulis teliti:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Fatikhatus,dkk (2016 : 50) yang berjudul

Perancangan Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Pelanggan Terbaik

Menggunakan Metode Simpple Additive Weighting (SAW) Pada Bravo

Supermarket Jombang, menyimpulkan bahwa:

“ perancangan dalam sistem pemilihan pelanggan terbaik dengan menerapkan


metode perhitungan SAW (Simpple Additive Weighting) menghasilkan
rekomendasi – rekomendasi pelanggan terbaik Bravo berdasarkan kriteria –
kriteria yang telah ditentukan,sehingga rekomendasi tersebut akan
menjadikan bahan pertimbangan dan membantu pihak Bravo dalam
pemberian reward kepada para pelanggan terbaiknya.”

2. Penelitian yang dilakukan Nelfiyanti dan Nurvelly (2016 : 1) yang berjudul

Implementasi Simple Additive Weighting (SAW) Untuk Penentuan

Pengadaan Bahan Baku Pembuatan Tas Di CV. Banua, menyimpulkan bahwa

“penggunaan metode SAW dapat membantu menyelesaikan permasalahan


tersebut, yaitu pemesanan barang hanya sesuai dengan kebutuhan produksi
hal ini dapat dilihat dari nilai yang diberikan masing-masing order yang
diterima disesuaikan dengan kapasitas ruang penyimpanan bahan baku
produksi. Menggunakan metode SAW ini masih memberikan peluang untuk
bahan utama produksi sebagai prioritas penggunaan ruang karena penentuan
bobot ditentukan oleh peneliti.”

15
16

2.3. Tinjauan Organisasi

PT. Dwitama Prima Sakti yang didirikan berdasarkan Nomor Surat Izin

Usaha Perdagangan (SIUP) 00802-02/P/PM /1.824.271 berdiri sejak tahun 1996

dengan NPWP 01.673.600.1-045.000, sampai saat ini memiliki 3 kantor

perwakilan yaitu:

1. Jakarta sebagai kantor pusat, yang beralamat di Jln. Raya Cakung

Cilincing No. 169.

2. Surabaya, yang beralamat di Jln. Nangka Seruni Pergudangan Tanrise

Soutgate Blok C No.1 Gedangan Sidoarjo.

3. Medan, yang beralamat Jln. Medan Lb Pakam Km 21 Tanjung Morawa.

PT. Dwitama Prima Sakti adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang

penyedia alat-alat bantu kontruksi, seperti compressor, bar cutter & bar bender,

tower crane,molen beton, bucket, passanger hoist, dan scaffolding.

Selama berdirinya perusahaan, PT. Dwitama Prima Sakti telah banyak

bekerjasama baik dengan perusahaan BUMN maupun Swasta.

2.3.1. Visi dan Misi

Visi PT. Dwitama Prima Sakti adalah menjadi mitra terpecaya dalam

industri jasa alat bantu konstruksi.

Misi PT. Dwitama Prima Sakti antara lain:

1. Sebagai penyedia jasa yang fokus utama terhadap kualitas terbaik dari

beragam produk peralatan dan juga pelayanan yang memuaskan

pelanggan dengan harga yang bersaing.

16
17

2. Menjadi mitra yang handal dan terpecaya bagi pelanggan dengan

memberikan layanan yang unggul.

3. Memperluas peluang usaha melalui pengembangan jejaring profesi.

2.3.2. Struktur Organisasi PT. Dwitama Prima Sakti

Gambar II.1
Struktur Organisasi PT. Dwitama Prima Sakti

Berdasarkan ketetapan direksi PT. Dwitama Prima Sakti, susunan tugas

organisasinya terdiri dari :

1. Direktur Utama

Direktur Utama adalah jabatan tertinggi di PT. Dwitama Prima Sakti yang

diberikan tanggung jawab untuk memimpin perusahaan dengan

mengeluarkan kebijakan – kebijakan, menetapkan dan mengawasi tugas dari

karyawan dan manajer.

2. Manajer

17
18

Manager bertugas mengoordinasikan kegiatan-kegiatannya guna mencapai

sasaran suatu organisasi.

3. Bagian Marketing

Bagian Marketing bertugas melakukan transaksi terhadap calon costumer,

mempromosikan produk perusahaan kepada setiap proyek, serta melakukan

negoisasi.

4. Costumer Service

Costumer Service bertugas memberikan informasi,melayani serta

memberikan solusi terhadap costumer, serta mengawasi pekerjaan di

lapangan proyek dan melaporkannya kepada manajer.

5. Bagian Keuangan

Bagian keuangan bertugas mengatur pengeluaran serta mengontrol

pemasukan dan membuat anggaran per minggu dan perbulan yang akan

dilaporkan terhadap manajer.

6. Bagian Operasional

Bagian operasional bertugas untuk mengatur pengiriman barang ke

lapangan, berkordinasi dengan bagian gudang terkait stok barang,

mengontrol pengiriman ke lapangan serta memberikan laporan rutin

terhadap manajer.

7. Bagian Gudang

Bagian gudang bertugas untuk mengecek stok dan kondisi barang dalam

jangka panjang dan jangka pendek, menyiapkan barang yang akan

18
19

dikirimkan ke proyek, mengecek setiap pengembalian barang dari proyek,

serta melaporkannya kepada manajer.

8. Staff Piutang

Staff piutang bertugas untuk mengontrol dan mengecek piutang setiap

costumer dalam jangka pendek dan jangka panjang, membuatkan laporan

piutang yang akan dikirim kepada costumer dan bagian keuangan.

9. Staff Penagihan

Staff penagihan bertugas melakukan penagihan hutang terhadap costumer,

menyiapkan berkas atau lampiran yang mendukung kwintasi dari penagihan

tersebut.

10. Administrasi Operasional

Administrasi operasional bertugas mebuat surat jalan untuk setiap

pengiriman barang keproyek, membuat berita acara setiap ada pengembalian

barang dari proyek, serta merekap pengiriman dan pengembalian tersebut

melalui sistem dan secara manual.

11. Staff Pembelian

Staff pembelian bertugas melakukan pembelian terhadap supplier,

melakukan nego, membuat pengajuan, membuat PO dan mengecek jumlah

sparepart yang tersedia sebelum menunjukan stok minimum.

12. Bagian Bar Cutter & Bar Bending

Bagian ini bertugas untuk melakukan perawatan terhadap alat bantu

kontruksi berupa Bar Cutter & Bar Bending, serta menyiapkan barang

19
20

tersebut ketika ada pengiriman dan melakukan storing untuk menservice

apabila terjadi kerusakan di proyek terhadap alat tersebut.

13. Bagian Compressor

Bagian ini bertugas untuk melakukan perawatan terhadap alat bantu

kontruksi berupa Compressor, serta menyiapkan barang tersebut ketika ada

pengiriman dan melakukan storing untuk menservice apabila terjadi

kerusakan di proyek terhadap alat tersebut

14. Bagian Pasangger Hoist

Bagian ini bertugas untuk melakukan perawatan terhadap alat bantu

kontruksi berupa Passenger Hoist (PH), serta menyiapkan barang tersebut

ketika ada pengiriman dan melakukan storing untuk menservice apabila

terjadi kerusakan di proyek terhadap alat tersebut.

15. Bagian Scaffolding

Bagian ini bertugas untuk mengecek dan melakukan perawatan terhadap alat

bantu berupa Scaffolding, melakukan pengecatan serta menyiapkan barang

tersebut ketika ada pengiriman.

20

Anda mungkin juga menyukai