Anda di halaman 1dari 69

PENGARUH PEMBERIAN TES PADA SETIAP POKOK BAHASAN

TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN


SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM KELAS III
DI MI ISLAHUL MUTA’ALLIM KARANG GENTENG MATARAM
TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011

SKRIPSI

Oleh:

JAUHAN
NIM. 2317 0901 0039

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM


FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2011
ii

PENGARUH PEMBERIAN TES PADA SETIAP POKOK BAHASAN


TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS III
MATA PELAJARAN SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM
DI MI ISLAHUL MUTA’ALLIM KARANG GENTENG MATARAM
TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011

SKRIPSI

Diajukan Kepada IAIN Mataram untuk memenuhi


Sebagai syarat-syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

JAUHAN
NIM. 2317 0901 0039

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MATARAM


FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2011
x

ABSTRAK

evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan nilai sesuatu yang

berupa tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, dan lainnya berdasarkan

pertimbangan dan kriteria tertentu melalui penilaian. Untuk mengetahui

peningkatan mutu dari pelaksanaan pendidikan di sekolah, maka sekolah harus

selalu mengadakan penilaian terhadap proses pelaksanaan pendidikan di sekolah

Secara garis besar, ragam alat evaluasi terdiri atas dua macam bentuk yaitu: 1)

bentuk objektif; dan 2) bentuk subjektif. Bentuk objektif biasanya diwujudkan

dalam bentuk-bentuk alternatif jawaban titik-titik, dan percocokan suatu

pernyataan dengan pernyataan lainnya. Pengaruh evaluasi formatif terhadap

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) kelas

III menunjukkan pengaruh yang positif,


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang dirumuskan dapat

tercapai, apakah aktivitas yang dilakukan telah berhasil mencapai sasaran,

apakah prosedur kerja yang dilakukan sudah tepat, apakah sumber daya yang

dimiliki sudah dapat dimobilisasi secara optimal untuk mencapai tujuan,

apakah elemen-elemen pendukung kegiatan sudah berfungsi dengan baik,

kesemuanya itu membutuhkan proses evaluasi untuk dapat menjawab secara

tepat.

Berdasarkan keterangan di atas, perlu diketahui pengertian evaluasi,

evalusi adalah seperangkat tindakan atau proses untuk menentukan nilai

sesuatu yang berkaitan dengan dunia pendidikan.1 Pada hakikatnya evalusi

adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan

kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu berdasarkan pertimbangan dan kriteria

tertentu dalam rangka pembuatan keputusan.2

Jadi, dapat dipahami dari pengertian evaluasi di atas bahwa evaluasi

adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan nilai sesuatu yang

berupa tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, dan lainnya berdasarkan

pertimbangan dan kriteria tertentu melalui penilaian.

1
Ramayulis, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran
para Tokohnya (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h. 234.
2
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 5.
2

Setelah dipaparkan tentang beberapa pentingnya evaluasi dan definisi

evaluasi, peneliti ingin menguraikan tentang prestasi belajar. Sebab prestasi

belajar sangat erat kaitannya dengan evaluasi. Prestasi belajar muncul setelah

diadakannya evaluasi pembelajaran. Secara umum prestasi adalah hasil yang

telah diperoleh dari yang telah dilakukan atau lainnya.3 Namun jika kata

prestasi dihubungkan dengan dunia pendidikan, muncullah istilah prestasi

belajar, maka makna prestasi itu secara khusus dikaitkan dengan hasil belajar

siswa. Jadi prestasi belajar ialah hasil atau kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siwa setelah menerima pengalaman belajarnya.4 Prestasi yang

diperoleh siswa sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern dan

ekstern serta prestasi belajar itu akan berpengaruh positif bagi siswa ketika

mengalami belajar pada masa berikutnya.

Terkait dengan evaluasi dan prestasi belajar di MI Islahul Muta’allim

dengan mengacu pada informasi dari guru SKI (Sejarah Kebudayaan Islam)

kelas III yang mengadakan evaluasi formatif setelah proses belajar mengajar

berakhir, yaitu setelah menyelesaikan pokok bahasan, yang berfungsi untuk

mengetahui seberapa jauh penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan.

Ternyata masih ada sebagian dari para siswa dan siswi tersebut memperoleh

nilai di bawah standar. Oleh sebab itu, pemberian evaluasi formatif pada setiap

pokok bahasan terus dilaksanakan untuk mengetahui hasil proses belajar

siswa, supaya kita dapat mengetahui kelemahan-kelemahan yang terdapat

3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
2001), hal. 895.
4
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001), h. 22.
3

pada proses pembelajaran dan juga sebagai alat untuk mendapatkan informasi

mengenai hasil belajar siswa pada Mata Pelajaran SKI (Sejarah Kebudayan

Islam), sehingga pada masa-masa berikutnya, guru yang bersangkutan,

khususnya guru bidang studi SKI (Sejarah Kebudayan Islam) dapat

memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada, dan pada akhirnya para siswa

dan siswi dapat meningkatkan nilai/ prestasinya.5

Guru kelas III MI Islahul Muta’allim selalu melaksanakan evaluasi

formatif setelah menyelesaikan setiap pokok bahasan dan hasil atau nilai yang

diperoleh para siswa dan siswi di dokumentasikan dalam daftar nilai. 6 Selain

itu, guru tersebut juga selalu mengacu kepada standar isi terbaru yang disusun

dan dikeluarkan oleh Dikjen Pendidikan Islam, Departemen Agama Republik

Indonesia Tahun 2008, serta mengikuti sistem pembelajaran KTSP

(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang memiliki ciri khas yang sangat

signifikan yaitu memberikan/ menyampaikan materi pelajaran yang

disesuaikan dengan tingkat kemampuan para siswa dan siswi di sekolah

masing-masing, sehingga memudahkan siswa untuk memahami dan

menguasai materi pelajaran dan memperoleh nilai yang lebih baik.7

Berdasarkan kenyataan tersebut di ataslah peneliti memilih judul

skripsi “Pengaruh Pemberian Tes pada setiap Pokok Bahasan terhadap

Prestasi Belajar Siswa Kelas III MI Islahul Muta’allim”. Adapun tentang

lokasi yang diteliti adalah MI Islahul Muta’allim Karang Genteng Pagutan

Mataram, karena menurut peneliti, lokasi ini dekat dengan tempat tinggal,
5
Khairul Waqiah, Wawancara, Pagutan Karang Genteng, 9 Juni 2011.
6
Observasi, 9 Juni 2011.
7
Ibid.
4

sehingga mudah dijangkau, tidak banyak mengeluarkan tenaga dan biaya,

tempatnya juga menarik dan strategis yaitu berada di Jalan Lingkar Selatan

Kota Mataram dan di tengah-tengah masyarakat. Selain itu juga, peneliti

sudah lama bergaul di lokasi tersebut sehingga memudahkan untuk

berinteraksi dengan lingkungan setempat, guna memperlancar penelitian.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah

“Apakah pengaruh pemberian tes pada setiap pokok bahasan terhadap prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran SKI kelas III di MI Islahul Muta’allim

Karang Genteng Pagutan Mataram Tahun Pelajaran 2010/ 2011?”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian tes pada

setiap pokok bahasan terhadap prestasi belajar siswa pada pelajaran SKI

(Sejarah Kebudayaan Islam) kelas III di MI Islahul Muta’allim Karang

Genteng Pagutan Mataram Tahun Pelajaran 2010/ 2011.

D. Kegunaan Penelitian

Setiap peneliti mengharapkan agar penelitiannya dapat memberikan

manfaat dan berguna baik kepada peneliti sendiri ataupun kepada orang lain

dan pihak tertentu yang akan meneliti judul yang sama. Ini sebagai pijakan
5

bagi mereka yang meneliti masalah ini lebih lanjut. Adapun kegunaan yang

dimaksdukan adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis

1. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah ilmu

pengetahuan tentang pemberian tes dalam meningkatkan prestasi

belajar siswa pada setiap pokok bahasan.

2. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi bagi

pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan pada umumnya.

b. Secara praktis

1. Bagi MI yang bersangkutan, diharapkan sebagai masukan dan dapat

dijadikan sebagai landasan dalam mengevaluasi untuk mengadakan

perbaikan proses belajar mengajar.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti

khususnya pendidik, serta para siswa supaya mengetahui pemberian tes

formatif sebagai alat evaluasi khususnya pada mata pelajaran SKI.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari interpretasi yang salah atau keliru, maka penulis

akan menjelaskan pengertian atau istilah-istilah yang masih belum jelas dalam

judul ini, penulis memandang perlu untuk menjelaskan beberapa istilah yaitu:

1. Pengaruh

Pengaruh ialah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,

benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan


6

seseorang.8 Sedangkan yang dimaksud dengan pengaruh pada penelitian

ini adalah perubahan yang ditimbulkan dari pemberian tes pada setiap

pokok bahasan pada mata pelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan Islam).

2. Tes

Tes ialah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.9 Dari

batasan tersebut, bahwa tes adalah alat penilaian hasil belajar

(kemampuan) siswa. Adapun pemberian tes pada setiap pokok bahasan

yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah tes formatif.

Dari paparan di atas, maka yang dimaksud dengan pemberian tes

pada setiap pokok bahasan dalam penelitian ini adalah tes formatif yang

dilakukan untuk memberikan penilaian kepada siswa yang berfungsi untuk

mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai bahan pelajaran yang telah

disampaikan.

3. Prestasi belajar siswa

Pengertian prestasi belajar adalah hasil dari berbagai upaya dan

daya yang tercermin dari prestasi belajar yang dilakukan siswa dalam

mempelajari materi pelajaran yang diajarkan oleh guru.10 Adapun yang

dimaksud prestasi belajar dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai

8
Pusat Bahasa Departemen PendidikanNasional, KamusBesar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2001), h. 849.
9
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006),
h.150.
10
Abdorrahman Gintings, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran,(Bandung: Humaniora, 2008),
h. 87.
7

siswa setelah melaksanakan proses belajar dan prestasi tersebut akan

diperoleh dari penilaian yang dilaksankan setelah berakhirnya program

pengajaran dalam satu semester pada mata pelajaran SKI (Sejarah

Kebudayaan Islam).

Dari penegasan tiga istilah di atas dapat ditarik suatu kesimpulan

bahwa antara pengaruh dan pemberian tes serta prestasi belajar tidak dapat

dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Karena setiap pemberian tes,

baik tes itu berbentuk lisan, tulisan ataupun perbuatan/ praktik pasti akan

memunculkan prestasi belajar siswa, dengan prestasi belajar siswa tersebut

diharapkan untuk memberikan pengaruh yang positif kepada para siswa

untuk meningkatkan minat belajarnya di masa-masa yang akan datang.


8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Evaluasi Formatif

1. Pengertian Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilaksanakan setiap kali

selesai dipelajari suatu unit pelajaran tertentu.11 Pendapat lain mengatakan

evaluasi formatif ialah penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang

dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan program dalam satuan

bahan pelajaran pada suatu mata pelajaran tertentu.12

Dari pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan evaluasi

formatif adalah evaluasi yang diadakan untuk mengetahui sejauh mana

siswa dan siswa telah menguasai materi pelajaran yang telah disampaikan

oleh guru dan dilakukan pada setiap pokok bahasan.

2. Teknik Penilaian dalam Evaluasi

Untuk mengetahui peningkatan mutu dari pelaksanaan pendidikan

di sekolah, maka sekolah harus selalu mengadakan penilaian terhadap

proses pelaksanaan pendidikan di sekolah. Ada dua macam teknik yang

dapat digunakan dalam melaksanakan evaluasi, yaitu:

11
H. Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru ALGESINDO,
2007), h. 113.
12
Ramayulis, Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Telaah Pendidikan dan Pemikiran Para
Tokohnya (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h. 241.
9

a. Teknik test

Tes yang dapat digunakan dalam evaluasi dapat dibedakan ke

dalam tiga macam, yaitu:

1) Tes lisan

Tes lisan adalah tes yang dilaksanakan secara lisan. Hal ini

berguna untuk:

1. Menilai kemampuan dalam memecahkan masalah.

2. Menilai proses berpikir, terutama kemampuan melihat

hubungan sebab akibat.

3. Menilai kemampuan menggunakan bahasa lisan.

4. Menilai kemampuan mempertanggungjawabkan suatu

pendapat atau konsep yang dikemukakan.

2) Tes perbuatan

Tes perbuatan adalah test yang dilaksanakan dengan

jawaban menggunakan perbuatan atau tindakan, manfaatnya:

1. Dapat mengetes kemampuan yang bersifat manifulatif

(menggunakan alat-alat tertentu).

2. Dapat mengetes kemampuan melakukan suatu perbuatan

bedasarkan petunjuk atau teori tertentu, seperti dalam

“praktikum”.

3. Dapat mengetes kemampuan yang susah dilakukan dengan

verbalisasi (kata-kata).
1

4. Siswa yang mampu akan menyadari kemampuannya, sehingga

menimbulkan motivasi.

b. Tes tertulis

Dalam melaksanakan tes tertuis, guru menyiapkan butir-

butir tes secara tertulis dan para siswa pun memberikan jawaban

secara tertulis pula.

1) Teknik bukan test

Teknik test evaluasi bukan test pada umumnya menggunakan

bentuk pelaksanaan sebagai berikut:

a. Wawancara, yaitu tanya jawab tentang suatu topik/ materi tertentu,

secara lisan.

b. Angket, yaitu wawancara tertulis baik pertanyaan maupun

jawabannya.

c. Pengamatan (observasi), yaitu pengamatan suatu kegiatan.

d. Skala penilaian, biasanya dilakukan untuk melakukan penilaian

terhadap sikap atau penilaian kualitatif dengan menggunakan

bentuk skala (kuantitatif).

e. Daftar cek (cheecklist) yaitu suatu penilaian dengan menggunakan

daftar cek. Biasanya dilakukan dalam kegiatan pengamatan atau

observasi13

Sedangkan di dalam buku lain ada teknis lain dalam evaluasi,

yaitu dalam bentuk riwayat hidup, yaitu penjabaran tentang keadaan

13
H. Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2007), h. 216-217.
1

seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dalam mempelajari

riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu

kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan dan sikap dari objek yang

dimulai.14

3. Ragam Alat Evaluasi

Secara garis besar, ragam alat evaluasi terdiri atas dua macam

bentuk yaitu: 1) bentuk objektif; dan 2) bentuk subjektif. Bentuk objektif

biasanya diwujudkan dalam bentuk-bentuk alternatif jawaban titik-titik,

dan percocokan suatu pernyataan dengan pernyataan lainnya.15

a. Bentuk objektif

Bentuk ini lazim disebut tes objektif, yakni tes yang

jawabannya dapat diberi skor nilai secara lugas menurut pedoman yang

ditentukan sebelumnya. Ada empat macam tes yang temasuk dalam

evaluasi ragam objektif ini.16

1. Tes benar salah

Tes ini merupakan alat evaluasi yang paling bersahaja baik

dalam hal susunan item-itemnya maupum dalam hal cara

menjawabnya. Soal-soal dalam tes ini berbentuk pernyataan yang

pilihan jawabannya hanya dua macam, yakni “B” jika pernyataan

tersebut benar dan “S” jika salah. Apabila soal-soalnya disusun

14
H. Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta: PT. Rhineka Cipta, 2005), h. 34.
15
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grapindo Persada, 2010), h. 203.
16
Ibid.
1

dalam bentuk pertanyaan, biasa alternatif jawaban yang harus

dipilih ialah “ya” atau “tidak”.17

2. Bentuk pilihan jamak (multiple choice). Bentuk ini menyediakan

sejumlah kemungkinan jawaban. Satu di antaranya adalah jawaban

yang benar. Tugas siswa adalah memilih jawaban yang benar itu

dari sejumlah kemungkinan (option) yang tersedia.18

Menurut Muhibbin Syah, bentuk tes pilihan ganda pada

zaman modern, dunia pendidikan khususnya di Barat sudah mulai

meninggalkan tes pilihan berganda kecuali untuk keperluan-

keperluan di luar pengukuran prestasi belajar. Alasan-alasan

ditinggalkan jenis tes ini ialah:

a) Kurang mendorong kreatifitas ranah cipta dan karsa siswa,

karena ia hanya merasa disuruh berspekulasi, yakni menebak

dan menyilang secara untung-untungan;

b) Sering mendapat dua jawaban (di antara empat atau lima

alternatif) yang identik atau sangat mirip, sehingga terkesan

kurang diskriminatif;

c) Sering terdapat satu jawaban yang sangat mencolok

kebenarannya, sehingga jawaban-jawaban lainnya terlalu

gampang untuk ditinggalkan.

Namun demikian, sampai batas waktu tertentu, tes pilihan

berganda masih dapat dipakai untuk mengevaluasi prestasi belajar


17
Ibid., h. 204.
18
H. Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo,
2007), h. 119.
1

siswa dengan catatan, penyusunannya dilakukan secara

ekstracermat. Dalam hal ini, guru seyogianya berusaha sebaik-

baiknya untuk menghindari kelemahan-kelemahan di atas.

3. Bentuk isian atau melengkapi. Diberikan serangkaian pernyataan

atau paragraf yang dihilangkan sebagian unsur, sehingga tidak

lengkap. Siswa dituntut untuk melengkapi kalimat atau paragraf

tersebut.19

4. Bentuk pencocokan (menjodohkan)

Tes pencocokan (matcing test) disusun dalam dua daftar

yang masing-masing memuat kata, istilah atau kalimat yang

diletakkan bersebelahan. Tugas siswa dalam menjawab item-item

soal ialah mencari pasangan yang selaras antara kalimat atau

istilah yang ada pada daftar A (berisi item-item yang ditandai

dengan nomor urut 1 sampai 10 dan seterusnya menurut

kebutuhan) dengan daftar B terdiri atas item-item yang ditandai

hurup a, b, c, dan seterusnya.20

Untuk menjaga mutu reliabilitas dan validitasnya, salah

satu daftar instrumen evaluasi di atas sebaiknya ditambah sekitar

10% sampai 20%. Dengan demikian, kemungkinan siswa

menebak sebenarnya pada saat mengerjakan satu atau dua soal

yang terakhir dapat dihindari.21

19
Ibid.
20
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h. 205.
21
Ibid., h. 205-206.
1

a. kelebihan-kelebihan tes objektif

(1) Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, misalnya

lebih refresentatip mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif,

dapat dihindari campur tangan unsur-unsur subjektif baik dari

segi siswa maupun dari segi guru yang memeriksa.

(2) Lebih mudah dan cepat memeriksanya

(3) Pemeriksaan dapat diserahkan orang lain.

(4) Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang

mempengaruhinya.

b. Kelemahan-Kelemahan tes objektif

(1) Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esai

karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari

kelemahan-kelemahan yang lain.

(2) Soal-soalnya cukup cendrung untuk mengungkapkan ingatan

dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur

proses mental yang tinggi.

(3) Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.

(4) “Kerja sama” antarsiswa pada waktu mengerjakan soal lebih

terbuka.

c. Cara mengatasi kelemahan tes objektif

(1) Kesulitan menyusun tes objektif dapat diatasi dengan jalan

banyak berlatih terus-menerus hingga betul-betul mahir.


1

(2) Menggunakan tabel spesifikasi untuk mengatasi kelemahan

nomor satu dan dua.

(3) Menggunakan norma (standar) penilaian yang

memperhitungkan faktor tebakan (guesing) yang bersifat

spekulatif itu.

b. Bentuk subjektif

Alat evaluasi yang berbentuk test subjektif adalah alat

pengukur prestasi belajar yang jawabannya tidak dinilai dengan skor

atau angka pasti, seperti yang digunakan untuk evaluasi objektif. Hal

ini disebabkan banyaknya ragam gaya jawaban yang diberikan oleh

para siswa. Instrumen evaluasi mengambil bentuk essay examination,

yakni soal ujian mengharuskan siswa menjawab setiap pertanyaan

dengan cara menguraikan atau dalam bentuk karangan bebas.22

a. Kelebihan-kelebihan tes subjektif/ uraian antara lain:

(1) Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif

tingkat tinggi;

(2) Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, baik lisan

maupun tulisan, dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah-

kaidah bahasa;

(3) Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran

yakni berpikir logis, analitis, dan sistematis;

22
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h. 208.
1

(4) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem

solving);

(5) Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya

sehingga tanpa memakan waktu yang lama, guru dapat secara

langsung melihat proses berpikir siswa.23

b. Kelemahan-kelemahan test subjektif atau tes uraian, antara lain:

(1) Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin

dapat menguji semua bahan yang telah diberikan, tidak seperti

pada tes objektif yang dapat menanyakan banyak hal melalui

sejumlah pertanyaan;

(2) Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan dalam

membuat pertanyaan maupun dalam cara memeriksanya. Guru

bisa saja bertanya tentang hal-hal yang menarik baginya, dan

jawabannya juga berdasarkan apa yang dikehendakinya;

(3) Tes ini biasanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang

terbatas, pemeriksaannya memerlukan waktu lama sehingga

tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relatif besar.24

c. Kaidah-kaidah penulisan soal bentuk uraian

Secara rinci, beberapa kaidah yang perlu diperhatikan

dalam penulisan soal bentuk uraian adalah sebagai berikut:

23
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2001), h. 209.
24
Ibid., h. 36-37.
1

Materi

1. Soal harus sesuai dengan indikator;

2. Batasan pertanyaan dan jawaban yang diharapkan harus jelas;

3. Isi materi sesuai dengan petunjuk pengukuran;

4. Isi materi yang ditanyakan sudah sesuai dengan jenjang, jenis

sekolah, atau tingkat kelas.

Konstruksi

1. Rumusan kalimat soal harus menggunakan kata tanya atau

perintah yang menuntut jawaban terurai, seperti mengapa,

uraikan, dan lain-lain;

2. Buatlah petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal;

3. Buatlah pedoman penyekoran;

4. Hal-hal lain yang menyertai soal seperti tabel, gambar, dan

lain-lain harus disajikan dengan jelas dan terbaca sehingga

tidak menimbulkan keliru.

Bahasa

1. Menggunakan bahasa yang sederhana dan menggunakan kata-

kata yang sudah dikenal siswa;

2. Butir soal menggunakan bahasa yang benar;

3. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata/ kalimat yang

dapat menimbulkan penafsiran ganda;

4. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal

akan digunakan untuk daerah lain atau nasional;


1

5. Rumusan soal tidak mengandung kata-kata yang

menyinggung perasaan.

d. Penyusunan Pedoman Penyekoran

Pedoman penyekoran merupakan panduan atau petunjuk

yang menjelaskan tentang:

1. Batasan atau kata-kata kunci untuk melakukan penyekoran

tehadap soal-soal bentuk uraian objektif.

2. Kriteria-kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan

penyekoran terhadap soal-soal uraian nonobjektif.

Pedoman pemberian skor untuk butir soal uraian harus

disusun dengan segera setelah perumusan kalimat-kalimat

butir soal tersebut. Banyak penulis soal yang memiliki

kebiasaan kurang baik seperti menuliskan pedoman

pemberian skor soal untuk uraian ketika akan memeriksa

jawaban siswa. Cara ini tidak baik dan kurang dapat

dipertanggungjawabkan karena dapat mempengaruhi

objektifitas penyekoran dan penilaian. Bila cara ini digunakan

guru, maka objektifitas yang diinginkan dalam tes bentuk

uraian tidak akan dapat tercapai.25

Burhanudin Tola, Fahmi, Standar Penilaian Kelas (Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat
25

Jenderal Kelembagaan Agama Islam Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama


Islam pada Sekolah Umum, 2005), h. 20-23.
1

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata

yaitu prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti

yang berbeda. Oleh karena itu, sebelum pengertian prestasi belajar, ada

baiknya pembahasan ini diarahkan pada masing-masing permasalahan

terlebih dahulu untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai

makna kata prestasi dan belajar. Hal ini juga untuk memudahkan dalam

memahami lebih mendalam tentang pengertian prestasi belajar itu sendiri.

Di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian prestasi dan belajar

menurut para ahli.

Prestasi ialah hasil yang telah dicapai yang telah dilakukan atau

dikerjakan atau lainnya.26 Belajar menurut Gagne adalah perubahan

disposisi atau kamampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas-

perubah. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari

proses pertumbuhan seseorang secara ilmiah. Prestasi belajar adalah hasil

dari berbagai upaya dan daya yang tercermin dari partisipasi belajar yang

diajarkan oleh guru.27 Menurut Trafer, belajar adalah proses menghasilkan

penyesuaian tingkah laku. Sedangkan Cronbach mengemukakan “learning

is shown by a change behavior as a result of experience” (belajar adalah

26
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
2001), h. 895.
27
Abdurrahman Ginting, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Humaniora, 2008),
h. 87.
2

perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. 28 Menurut Abdillah,

belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam

perubahan tingkah laku, baik melalui latihan dan pengalaman yang

menyangkut aspek-aspek kognitif, apektif, dan psikomotorik untuk

memperoleh tujuan tertentu.29

Jika kita simpulkan dari sejumlah pandangan dari definisi tentang

belajar, Wragg mengemukakan beberapa ciri umum kegiatan belajar

sebagai berikut. Pertama, belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri

seorang yang disadari atau disengaja. Kedua, belajar merupakan interaksi

individu dengan lingkungannya. Ketiga, hasil belajar ditandai dengan

perubahan tingkah laku, walaupun tidak semua perubahan tingkah laku

merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai

perubahan tingkah laku.30 Menurut Djamarah, belajar pada hakikatnya

adalah “perubah” yang terjadi di dalam seseorang setelah berakhirnya

melakukan aktivitas belajar.31

Setelah menelusuri uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa

prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai

siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik

berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan

28
Agus Suprijono, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2010), h. 2.
29
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: ALFABETA, 2010), h. 35.
30
Ibid., h. 35-37.
31
Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zaini, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya,
2006), h. 38.
2

kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam

angka atau pertanyaan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Noehi Nasution dan kawan-kawan memandang, belajar itu

bukanlah suatu aktivitas yang berdiri sendiri. Mereka mereka

berkesimpulan ada unsur-unsur lain yang ikut terlibat langsung di

dalamnya, yaitu raw input, learning teaching, proses, output,

environmental input, dan instrumental input.32 Sedangkan prestasi yang

dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang

mempengaruhinya baik dalam diri (faktor internal) maupun dari luar

(faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka

membantu murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya.33

Faktor-faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

(1) Faktor fisiologi (jasmaniah) baik yang bersifat bawaan maupun yang

diperoleh. Yang temasuk faktor ini misalnya pengelihatan,

pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.34

(2) Faktor psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat

mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa.

32
Syaiful Bahri Djamrah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rhineka Cipta, 2008), h. 175.
33
Abu Ahmad, Widodo Supriono, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 138.
34
Ibid.
2

Namun, di antara faktor-faktor rohaniyah siswa yang pada umumnya

dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:

1. Tingkat kecerdasan/ intelegensi siswa

Reber berpendapat bahwa intelegensi pada umunya dapat

diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi

rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara

yang tepat.35 Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas

atas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.

Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam

hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada

peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara

pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.

2. Sikap siswa

Sikap ialah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecendrungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang

relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik

secara positif ataupun negatif.

3. Bakat siswa

Chaplin dan Reber mengemukakan bahwa bakat ialah

kemampuan potensial yang dimiliki seorang untuk mencapai

keberhasilan pada masa yang akan datang. Jadi, setiap orang pasti

memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi

35
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2010), h. 148.
2

samapai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.

Secara global, bakat itu mirip dengan intelegensi.36

4. Minat siswa

Minat, menurut Slameto adalah suatu rasa lebih suka dan

rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang

menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu

hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin

kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.

Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain

karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau

memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan

bahagia. Minat belajar yang besar cendrung menghasilkan prestasi

yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan

prestasi yang rendah, demikian menurut Dalyono.37

5. Motivasi siswa.

Menurut Noehi Nasution (1993: 8) motivasi adalah kondisi

psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.

Jadi, motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang

mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan

penelitian menunjukkann bahwa hasil belajar pada umumnya

meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah. Hal ini

dipandang masuk akal, karena seperti dikemukakan oleh Ngalim

36
Ibid., h. 148-151.
37
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 191.
2

Purwanto bahwa banyak bakat anak tidak berkembang karena tidak

diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seorang mendapat motivasi

yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai

hasil-hasil yang bermula tidak terduga.38

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, yang juga ikut berpengaruh

pada aspek psikologis/ rohaniyah untuk meningkatkan kualitas prestasi

belajar adalah “kemampuan kognitif”.39

Jibna Ten Sudirya mengungkapkan bahwa seorang pelajar

hanya bisa menguasai banyak ilmu pengetahuan apabila kondisi

jiwanya mendukung. Dengan kondisi jiwa yang baik, ia akan bisa

melakukan perbuatan-perbuatan motivatif, menjadikan hari-harinya

menjadi penuh makna, dan senantiasa belajar terhadap apapun dan

siapapun.40 Dalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan yang

sangat dikenal dan diakui oleh para ahli pendidikan, yaitu ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor. Ranah kognitif merupakan

kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk dikuasai.

Karena penguasaan kemampuan pada tingkatan ini menjadi dasar bagi

penguasaan ilmu pengetahuan.

Menurut Slameto, ada tiga kemampuan yang harus dikuasai

sebagai jembatan untuk sampai pada penguasaan kemampuan

kognitif, yaitu:

38
Ibid., h. 200.
39
Ibid., h. 202.
40
Muchlis Amrin, Cara Belajar Cerdas dan Efektif bukan Keras dan Melelahkan (Jogjakarta:
2009), h. 91.
2

1. Persepsi adalah proses yang menyangkut masukan pesan atau

informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia terus

menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.

Hubungan ini dilakukan lewat inderanya. Dalam pengajaran, guru

harus menanamkan pengertian dengan cara menjelaskan materi

pelajaran dengan sejelas-jelasnya, bukan bertele-tele kepada anak

didik.

2. Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, di mana orang

menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau

berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh di masa yang lampau.

3. Berpikir menurut ahli Ilmu Jiwa Asosiasi bernama Abror

menganggap bahwa berpikir adalah kelangsungan tanggapan-

tanggapan yang disertai dengan sikap pasif dari subjek berpikir.

Tetapi menurut Garrett,berpikir adalah tingkah laku yang sering

implisit dan tersembunyi dan biasanya dengan menggunakan

simbol-simbol (gambaran-gambaran, gagasan-gagasan, dan

konsep-konsep). Tingkah laku serupa itu tidak terbatas pada

“jiwa”, tetapi bisa melibatkan seluruh tubuh. Di sini ternyata harus

diakui bahwa berpikir merupakan kegiatan mental yang bersifat

pribadi. Dan berpikir itu sendiri mempunyai tingkatan. Forhn

berpendapat ada tiga tingkat berpikir manusia, yaitu berpikir

kognitif, berpikir skematis, dan berpikir abstrak.41

41
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 202.
2

Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:

1. Faktor guru

Dalam proses pembelajaran, kehadiran guru masih menempati

posisi tinggi, meskipun di tengah pesatnya kemajuan teknologi yang

telah merambah ke dunia pendidikan. Parkey mengemukakan bahwa

guru tidak hanya sekedar sebagai guru di depan kelas. Akan tetapi,

juga sebagai bagian dari organisasi yang turut serta menentukan

kemajuan sekolah bahkan di masyarakat.42

Dalam ruang lingkup tugasnya, guru dituntut untuk memiliki

sejumlah keterampilan terkait dengan tugas-tugas yang dilaksanakan.

Bila disimpulkan dari pendapat di atas, maka kita dapat menemukan

beberapa faktor yang menyebabkan semakin tingginya tuntutan

terhadap keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai dan dimiliki

oleh guru yaitu:

a. Karena cepatnya perkembangan dan perubahan yang terjadi saat ini

terutama perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi.

b. Terjadinya perubahan pandangan di dalam masyarakat yang

memiliki implikasi pada upaya-upaya pengembangan pendekatan

terhadap siswa.

c. Perkembangan teknologi baru yang mampu menyajikan berbagai

informasi yang lebih cepat dan menarik.

42
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: ALFABETA, 2009), h. 187-193.
2

Dalam peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ditetapkan

empat kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu kompetensi

pedagogis, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan

kompetensi kepribadian.

2. Lingkungan sosial di sekolah

Lingkungan sosial dapat memberikan pengaruh positif dan

dapat pula memberikan pengaruh negatif terhadap siswa. Tiap siswa

berada dalam lingkungan sosial siswa di sekolah. Ia memiliki

kedudukan dalam peranan yang diakui oleh sesama. Jika seorang siswa

terterima, maka ia dengan mudah menyesuaikan diri dan segera dapat

belajar. Sebaliknya, jika ia tertolak, maka ia akan merasa tertekan.

Pengaruh lingkungan sosial tersebut berupa hal-hal berikut:

a. Pengaruh kejiwaan yang bersifat menerima atau menolak siswa,

yang akan berakibat memperkuat dan memperlemah konsentrasi

belajar.

b. Lingkungan sosial mewujud dalam suasana akrab, gembira, rukun,

dan damai, sebaliknya mewujud dalam suasana perselisihan,

bersaing, salah menyalahkan dan cerai-berai. Suasana kejiwaan

dalam lingkungan sosial siswa dapat menghambat proses belajar.

c. Lingkungan sosial di sekolah atau di kelas dapat berpengaruh pada

semangat belajar kelas. Dan setiap guru akan disikapi secara

tertentu oleh lingkungan sosial siswa. Sikap positif atau negatif

terhadap guru akan berpengaruh pada kewibawaan guru.


2

Akibatnya, bila guru menegakkan kewibawaan maka ia akan dapat

mengelola proses belajar dengan baik. Sebaliknya bila guru tidak

berwibawa, maka ia akan mengalami kesulita dalam mengelola

proses belajar.43

3. Kurikulum sekolah

Dalam rangkaian proses pembelajaran di sekolah, kurikulum

merupakan panduan yang disajikan guru sebagai kerangka acuan untuk

mengembangkan proses pembelajaran. Seluruh aktivitas pembelajaran

mulai dari penyusunan rencana pembelajaran, penilaian, pemilihan

materi, menentukan teknik evaluasi, kesemuanya harus berpaduan

pada kurikulum.

Karena kurikulum disusun berdasarkan tuntutan perubahan dan

kemajuan masyarakat, sementara perubahan-perubahan dan kemajuan

adalah sesuatu yang harus terjadi, maka kurikulum juga harus

mengalami perubahan. Oleh sebab itu, sesungguhnya perubahan

kurikulum adalah suatu keniscayaan. Sebab, bilamana kurikulum tidak

mengalami penyesuaian dan perubahan sementara kehidupan sosial,

teknologi dan dimensi-dimensi kehidupan lainnya terus mengalami

perubahan, maka dipastikan kurikulum tidak akan mampu memenuhi

tuntutan perubahan. Hal ini juga berarti bahwa segala sesuatu yang

diajarkan di sekolah akan tertinggal dengan tuntutan perubahan yang

terjadi.

43
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 252-253.
2

Perubahan kurikulum pada sisi lain juga menimbulkan

masalah. Terlebih lagi bilamana dalam kurun waktu yang belum terlalu

lama terjadi beberapa kali perubahan masalah-masalah itu adalah:

a. Tujuan yang akan dicapai mungkin berubah. Bilamana tujuan

berubah, pokok bahasan, kegiatan belajar mengajar, evaluasi juga

juga akan berubah.

b. Isi pendidikan harus berubah, akibatnya buku pelajaran, buku-buku

bacaan dan sumber-sumber lainnya akan berubah. Hal ini tentunya

akan berakibat perubahan anggaran pada setiap jenjang dan satuan

pendidikan, demikian pula beban orang tua siswa.

c. Kegiatan belajar mengajar berubah, akibatnya guru harus

mempelajari strategi, metode, teknik, dan pendekatan mengajar

yang baru. Bilamana pendekatan belajar berubah, maka kebiasaan

belajar siswa juga perlu dilakukan perubahan atau sekurangnya

penyesuaian yang mungkin memerlukan waktu proses

penyesuaian.

d. Evluasi berubah, akibatnya guru harus mempelajari metode dan

teknik evaluasi belajar yang baru. Bilamana teknik dan metode

evaluasi guru mengalami perubahan, maka siswa harus

mempelajari cara-cara belajar yang sesuai dengan tuntutan

tersebut, demikiann menurut Dimyati dan Mudjiono. Hal ini


3

semua berdampak terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar

siswa.44

4. Sarana dan prasarana

Prasarana dan sarana pembelajaran merupakan faktor yang

turut memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Keadaan

gedung sekolah dan ruang kelas yang tertata dengan rapi, ruang

perpustakaan sekolah yang teratur, tersedianya fasilitas kelas dan

laboratorium, tersedianya buku-buku pelajaran, media/ alat bantu

pelajaran merupakan komponen-komponen penting yang dapat

mendukung terwujudnya kegiatan-kegiatan belajar siswa.45

Dari dimensi guru kesediaan prasarana dan sarana

pembelajaran akan memberikan kemudahan dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran. Di samping itu juga, akan mendorong

terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, karena guru dapat

menggunakan alat-alat bantu pembelajaran, dalam memperjelas materi

pelajaran serta kelancaran kegiatan belajar lainnya. Sedangkan dari

dimensi siswa, ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran

berdampak terhadap terciptanya iklim pembelajaran yang lebih

kondusif, terjadinya kemudahan-kemudahan bagi siswa untuk

mendapatkan informasi dan sumber belajar yang pada gilirannya dapat

mendorong berkembangnya motivasi untuk mencapai hasil belajar

yang lebih baik. Bandingkan dengan keadaan gedung sekolah dan

44
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran (Bandung: ALFABETA, 2009), h. 194-195.
45
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 251-252.
3

ruang kelas yang tidak tertata dengan baik, sumber-sumber belajar

terbatas, perpustakaan sekolah tidak dilengkapi dengan referensi,

buku-buku bacaan tidak lengkap, media pembelajaran tidak tersedia,

kesemuanya akan berdampak terhadap motivasi belajar siswa.46

5. Kebijakan penilaian

Hasil belajar dinilai dengan ukuran-ukuran guru, tingkat

sekolah dan tingkat nasional. Dengan ukuran-ukurang tersebut,

seorang siswa yang keluar dapat digolongkan lulus atau tidak lulus.

Kelulusannya dengan memperoleh nilai rendah, sedang, atau tinggi,

yang tidak lulus berarti mengulang atau tinggal kelas, bahkan mungkin

dicabut hak belajarnya. Dari segi belajar, keputusan tentang hasil

belajar berpengaruh pada tindak siswa dan tindak guru. Jika

digolongkan lulus, maka dapat dikatakan proses belajar siswa dan

tindak mengajar guru “berhenti”. Sementara jika digolongkan tidak

lulus, terjadilah proses belajar ulang bagi siswa, dan mengajar ulang

bagi guru. Keputusan tentang hasil belajar merupakan umpan balik

bagi siswa dan bagi guru. Keputusan hasil belajar merupakan puncak

harapan siswa secara kejiwaan, siswa terpengaruh atau tercekam

tenang hasil belajarnya. Oleh karena itu, sekolah dan guru diminta

berlaku arif dan bijak dalam menyampaikan keputusan hasil belajar

siswa.47

46
Ibid., h. 195-196.
47
Ibid., h. 251-252.
3

3. Pengaruh Evaluasi Formatif terhadap Prestasi Belajar

Evaluasi formatif salah satu kegiatan yang menjadi kewajiban bagi

setiap guru. Evaluasi diharapkan memberikan informasi tentang kemajuan

yang telah dicapai oleh siswa, bagaimana dan sampai di mana penguasaan

dan kemampuan yang siswa dapatkan setelah mempelajari satu mata

pelajaran. Ini berarti prestasi belajar siswa tidak akan bisa diketahui tanpa

dilakukan penilaian atau hasil aktivitas belajar siswa. Fungsi prestasi

belajar bukan saja untuk mengetahui sejauh mana kemajuan siswa setelah

menyelesaikan suatu aktivitas, tetapi yang lebih penting adalah sebagai

alat untuk memotivasi setiap siswa agar lebih giat belajar, baik secara

individu maupun kelompok.

Berikut ini dipaparkan tentang pengaruh atau manfaat dari hasil

evaluasi formatif ataupun sumatif secara komprehensif ditinjau dari

berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu:

1. Bagi peserta didik, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:

a. Membangkitkan minat dan motivasi belajar.

b. Membentuk sikap yang positif terhadap belajar dan pembelajaran.

c. Membantu pemhaman peserta didik menjadi lebih baik.

d. Membantu siswa dalam memilih metode belajar yang baik.

e. Mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelas.


3

2. Bagi guru, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:

a. Promosi peserta didik, seperti kenaikan kelas atau kelulusan.

b. Mendiagnosis peserta didik yang memiliki kelemahan atau

kekurangan.

c. Menentukan kelompok dan penempatan peserta didik berdasarkan

prestasi masing-masing.

d. Fedback dalam melakukan perbaikan terhadap sistem

pembelajaran.

e. Menyusun laporan kepada orang tua.

f. Sebagai dasar pertimbangan dalam membuat RPP.

g. Menentukan perlu tidaknya pembelajaran remedial.

3. Bagi orang tua, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:

a. Mengetahui kemajuan belajar peserta didik.

b. Membimbing kegiatan belajar peserta didik di rumah.

c. Menentukan tindak lanjut pendidikan yang sesuai dengan

kemampuan anaknya.

d. Memperkirakan kemungkinan berhasil tidaknya anak tersebut

dalam bidang pekerjaan.

4. Bagi Administrasi sekolah, hasil evaluasi dapat dimanfaatkan untuk:

a. Menentukan penempatan peserta didik.

b. Menentukan kenaikan kelas.


3

c. Pengelompokan peserta didik di sekolah mengingat terbatasnya

fasilitas pendidikan yang tersedia serta indikasi kemajuan peserta

didik pada waktu mendatang.48

C. Hipotesis

Hipotesis berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang artinya “di bawah”

dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Jadi, hipotesis yang kemudian cara

menulisnya disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia menjadi hipotesa dan

berkembang menjadi hipotesis. Hipotesis ialah sebagai suatu jawaban yang

bersifat sementera terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui

data yang terkumpul.49Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

hipotesis Ha (Hipotesis Sementara) yang diajukan adalah sebagai berikut “Ada

pengaruh pemberian tes pada setiap pokok bahasan terhadap prestasi belajar

siswa pada mata pelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) kelas III di MI

Islahul Muta’allim Karang Genteng Pagutan Mataram Tahun Pelajaran 2010/

2011.

48
Zenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009), h. 288-289.
49
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Bineka Cipta, 2006), h. 71.
3

BAB III

DESAIN PENELITIAN

A. Pengertian

Desain penelitian adalah rencana dan struktur penelitian yang disusun

sedemikian rupa sehingga kita dapat memperoleh jawaban atas permasalahan-

permasalahan penelitian. Dalam praktik kehidupan sehari-hari, kita bekerja

berdasarkan rencana yang telah kita buat sebelumnya, sebab pekerjaan yang

tanpa kita rencanakan terlebih dahulu membuat kita susah menentukan sampai

di mana keberhasilan pekerjaan tersebut. Itulah perlunya kita menyusun suatu

rencana pekerjaan yang akan kita lakukan. Apalagi kita akan bekerja dalam

aktivitas ilmiah, yaitu kegiatan penelitian yang menuntut pekerjaan kita harus

teliti dan cermat, sistematis, dan ebjektif. Kegiatan ilmiah ini menuntut sebuah

rancangan dan struktur yang mapan.50 Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui pengaruh pemberian

tes sebagai variabel terhadap prestasi belajar sebagai variabel terikat.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/ subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi

bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain.

Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/ subjek yang

50
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan (Jakarta: Kencana Prenada
Group, 2010), h. 148.
3

dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subjek

atau objek itu.51

Penelitian populasi dikenakan apabila subjek yang akan diteliti

jumlahnya terbatas/ sedikit. Tidak ada batasan yang pasti berapa jumlah

sample apakah sedikit atau banyak. Dalam batas-batas kemungkinan

kemampuan peneliti melakukan analisis, sayogianya peneliti itu dilakukan

dengan sebanyak mungkin melibatkan subjek mengingat pada akhirnya

penelitian itu berurusan dengan kesimpulan atau generalisasi.52 Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III semester II MI Islahul

Muta’allim Karang Genteng Pagutan Mataram Tahun Pelajaran 2010/ 2011

yang berjumlah 35 orang siswa.

Mengingat jumlah populasi yang sedikit, hanya berjumlah 35 orang

siswa, maka peneliti menggunakan teknik purposive sampling.

C. Instumen Peneltian

Ada dua hal yang utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian,

yaitu, kualitas instrumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. Dalam

penelitian kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berkenan dengan validitas

dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan

cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu,

instrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya belum tentu dapat

51
Sugiono, Metode Penenlitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 80
52
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan (Jakarta: Kencana Prenada
Group, 2010), h. 168.
3

menghasilkan data yang valid dan reliabel apabila instrumen tersebut tidak

digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Instrumen dalam

penelitian kuantitatif dapat berupa tes, pedoman wawancara, pedoman

observasi, dan pedoman kuesioner.53

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.54 Pada prinsipnya

meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik.

Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian.

Sebagaimana terungkap dalam definisi instrumen penelitian di atas. Untuk

mempermudah dan memperlancar peneliti dalam melakasanakan penelitian,

peneliti menggunakan beberapa instrumen penelitian sebagai berikut:

1. Instrumen Angket

Angket atau kuesioner merupakan suatu teknik atau cara

pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya-

jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga

disebut angket berisi jumlah pertanyaan atau pernyataan yang harus

dijawab atau direspon oleh responden. Bentuk pertanyaannya bermacam-

macam, yaitu pertanyaan terbuka, pertanyaan berstruktur dan pertanyaan

tertutup. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penguasaan angket antara

lain:

a. Sebelum butir-butir pertanyaan atau pernyataan, terdapat pengantar

atau petunjuk pengisian. Dalam pengantar dijelaskan maksud

53
Ibid., h. 222.
54
Ibid., h. 102.
3

pengedaran angket dan jaminan keberhasilan jawa ban serta ucapan

terima kasih kepada respon den. Petunjuk pengisian menjelaskan

bagaimana cara menjawab pertanyaan atau merespon pernyataan yang

tersedia.

b. Butir-butir pertanyaan harus dirumuskan dengan jelas menggunakan

kata-kata yang lazim digunakan (populer), kalimat tidak terlalu

panjang dan tidak berbelit-belit.

c. Untuk setiap pertanyaan terbuka dan berstruktur disediakan kolom

untuk menulis jawaban dari responden.55

d. Instrumen Dokumentasi

Dalam instrumen dokumentasi digunakan pedoman dikumentasi

untuk memperoleh data mengenai prestasi belajar siswa. Selain itu juga

untuk mendapatkan data tentang keadaan lokasi penelitian seperti jumlah

guru, siswa, sarana dan prasarana di MI Islahul Muta’allim Karang

Genteng Pagutan Mataram. Format dokumentasi yang peneliti gunakan

disusun sederhana mungkin, pengisiannya gampang dan tersedia ruang

yang cukup untuk memasukkan data yang diperlukan berbentuk kolom

atau baris. Adapun bentuk pedoman dokumentasi dapat dilihat pada

lampiran.

Teknik dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku

tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang

55
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosyda Karya,
2010), h. 219-220.
3

berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian kuantitatif,

teknik ini berfungsi untuk menghimpun secara selektif bahan-bahan yang

dipergunakan di dalam kerangka atau landasan teori dan penyusunan

hipotesis secara tajam.56

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Angket atau Kuesioner

Angket atau kuesioner adalah suatu alat pengumpulan informasi

dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab

secara tertulis pula oleh responden. Kuesioner dilaksanakan untuk

memperoleh informasi tentang diri responden atau informasi tentang

orang lain.57

2. Teknik Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data melalui

peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk buku-buku tentang

pendapat, teori, dalil-dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang

berhubungan dengan penelitian.58 Pendapat lain mengatakan bahwa

metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen

56
Ibid., h. 181.
57
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 167.
58
Ibid., 118.
4

tertulis, gambar, maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dipilih

harus sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.59

Untuk itu, peneliti mengambil data melalui metode dokumentasi

dengan data skunder, di mana data tersebut sudah ada kebenarannya.

Adapun data-data yang ingin dikumpulkan dengan metode ini adalah:

a. Nilai tes formatif siswa dan prestasi siswa mata pelajaran SKI.

b. Data keadaan guru dan sataf MI Islahul Muta’allim.

c. Data keadaan siswa MI Islahul Muta’allim.

d. Sarana dan prasarana yang dimiliki MI Islahul Muta’allim.

E. Teknik Analisis Data

Dari data yang sudah dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data,

maka dilakukan analisis data. Analisis data yaitu mengolah data yang

diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus statistik atau aturan-aturan yang

sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain penelitian, untuk

menganalisis data statistik dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus

Korelasi Product Moment sebagai berikut:

rxy  N  xy  ( x) ( y)
{N  x 2  ( x) 2 } {N  y 2  ( y) 2 }

Keterangan:

r = koefisien korelasi

x = Deviasi skor X (prestasi belajar)

59
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosyda Karya,
2010), h. 221.
4

y = Deviasi skor Y (raport)

∑ x2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebara x

∑ y2 = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebara y

N = Jumlah sampel (Suharsimi Arikunto, 1998: 256)

Pengujian hipotesis menggunakan taraf signifikasi 199% tabel nilai-

nilai product moment dengan kriteria sebagai berikut:

Bila r harus > tabel, maka ho diterima

Bila r harus < tabel, maka ho ditolak60

60
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,
2006), h. 276
4

BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab ini dibahas penyajian dan analisis data hasil penelitian yangt

diperoleh dengan metode observasi, dokumentasi, angket atau kuesioner sebagai

berikut:

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Profil Madrasah

Madrasah Ibtidaiyah Islahul Muta’allim adalah Madrasah yang

terletak di Lingkungan Karang Genteng Pagutan Kecamatan Mataram yang

memiliki fasilitas-fasilitas penunjang sebagaimana layaknya sehingga siswa-

siswi bisa belajar dengan tenang seperti ruang kelas, bangku, meja belajar,

papan tulis, almari kelas, dan perpustakaan yang memadai. Kemudian

dilengkapi dengan media atau alat bantu pelajaran seperti globe, peta

wilayah provinsi NTB, peta Indonesia, peta Dunia, dan KIT IPA serta

tersedianya buku-buku pelajaran.

Madrasah Ibtidaiyah Islahul Muta’allim didirikan pada tahun 1963

yang terletak di Kecamatan Mataram. Keberadaan Madrasah ini terletak

dilokasi yang cukup strategis karena berada di tengah-tengah pusaran

masyarakat Karang Genteng Pagutan khususnya yang beradius ± 150 meter

ke semua arah perbatasan lingkungan masyarakat tersebut, dan juga mudah


4

dijangkau oleh masyarakat sekitar karena terletak di pinggir jalan raya

Lingkar Selatan Pagutan Mataram.

Pada tahun 1996 dikeluarkan SK tanggal 26 Juni 1996 dengan

Nomor SK.520.1/88/3/20/WKF/62/1996 dari Departemen Agama dengan

Nomor Statistik Madrasah (NSM : 112236002002) sebagai bukti formal

keberadaan Yayasan Perguruan Islhahul Muta’allim yang terletak di

Lingkungan Karang Genteng Mataram.

Secara geografis Madrasah Ibtidaiyah Islahul Muta’allim berada di

Kota Mataram tepatnya di Jl. Lingkar Selatan, Karang Genteng, Kelurahan

Pagutan, Kecamatan Mataram. Lokasinya berada dipinggir jalan raya,

bagian utara dibatasi oleh jalan raya, bagian selatan dibatasi oleh rumah

warga, bagian barat dibatasi oleh rumah warga, dan bagian timur dibatasi

oleh jalan raya yang bersebelahan dengan lapangan umum Pagutan.

Selain itu MI Islahul Muta’allim sejak dari tahun 1963 sampai


sekarang ini telah dipimpin oleh enam orang kepala madrasah dengan
rincian periode sebagai berikut :

a. TGH. Zohdi periode Tahun 1963 - 1974.

b. TGH Hasan Adnan periode Tahun 1974 – 1980.

c. TGH. Mahfuz periode Tahun 1980 – 1988

d. Subaihul Fajri periode Tahun 1988 – 1990.

e. Mustahab periode Tahun 1990 – 2000.

f. H. Sanhad, BA. periode Tahun 2000 – Sekarang.


4

2. Keadaan Guru

Guru merupakan salah satu pihak yang bertanggung jawab dalam

pelaksanaan proses belajar mengajar. Guru berkewajiban menyajikan dan

menjelaskan materi pelajaran, membimbing dan mengarahkan siswa ke arah

pencapaian yang telah dicanangkan.Dalam kaitannya dengan tugas dan

tanggung jawab sebagai pengajar, maka dibutuhkan kemampuan dan

profesionalisme dalam melaksanakan tugasnya.

Mengenai keadaan guru di MI Islahul Muta’allim Pagutan, Kota

Mataram menggambarkan bahwa guru-guru disana sebagian besar guru

dengan status tidak tetap (GTT) berjumlah 15 orang dan memiliki guru

dengan status PNS 2 orang. Mengenai kelengkapan administrasi yang

dimiliki guru cukup lengkap, kemudian masalah pembagian tugas masing-

masing guru dibagi menjadi dua bagian yaitu guru kelas I sampai dengan

kelas III masing-masing sebagai guru kelas dan dari kelas IV sampai dengan

kelas VI sebagai bidang study.

Untuk lebih jelasnya, keadaan guru-guru atau tenaga pengajar MI

Islahul Muta’allim Tahun Pelajaran 2010/2011 dapat dilihat pada tabel

berikut:
4

Tabel 01: Data Guru MI Islahul Muta’allim Karang Genteng Pagutan


Mataram

Tempat
L/ Pendidikan
No Nama Guru Tanggal Jabatan
P Terakhir
Lahir

Loteng,
1 H. Sanhad, BA L D3 Kep. Mad
31/12/1951

2 Darsono, S.Pd L Klaten, 1966 S1 Guru PNS

Taman,
3 Hj. Zaitun, A.Ma P D2 Guru PNS
31/12/1953

Pagutan,
4 Wahidin, S.Pd L S1 GTT
31/12/1969

H. Mujtahidin, Pagutan,
5 L D2 GTT
A.Ma 31/12/1966

Pagutan,
6 Jauhan, A.Ma L D2 GTT
31/12/1967

Drs. H. Pagutan,
7 L S1 GTT
Muslihuddin 31/12/1967

Khairul Wakiah, Pagutan,


8 P D2 GTT
A.Ma 31/12/1980

Pagutan,
9 Sulis Hidayati P MA GTT
31/12/1982

Pagutan,
10 Khatib Sarbini L MA GTT
04/08/1986

Muchlisin Azhar, Pagutan,


12 L D2 GTT
A.Ma 31/12/1982

Helmi Rosyida, Pagutan,


13 P S1 GTT
S.Pd 31/12/1984

14 Ahmad Fadli, SE L Pagutan, 1983 S1 GTT


4

Sri Padmawati,
15 P Pagutan, 1976 S1 GTT
S.Hi

Pagutan,
16 Herman Hadi, S.Pd L S1 GTT
27/07/1987

Ahmad Baehaqi, Pagutan,


17 L S1 GTT
S.Pd 31/12/1984

Ummul Karyati,
18 P Pagutan, 1984 S1 GTT
S.Pd

19 Saefudin Zohri L Pagutan, 1985 SD Penjaga

Sumber data : Dokumentasi MI ISlahul Muta’allim Tahun Pelajaran


2010/2011

3. Keadaan Siswa

Dari hasil dokumentasi yang kami peroleh bahwa jumlah siswa MI

Islahul Muta’allim Pagutan Kota Mataram tahun pelajaran 2010/2011

secara keseluruhan berjumlah 245 siswa. Terdiri atas 37 siswa kelas I, 41

siswa kelas II, 36 siswa kelas III, 33 siswa kelas IV, 39 siswa kelas V, dan

59 siswa kelas VI. Siswa yang dijadikan sebagai subjek penelitian adalah

siswa kelas VI A yang berjumlah 33 siswa. Karena jumlahnya kurang dari

100 maka yang dijadikan sebagai sample penelitian adalah semua siswa

kelas VI A. Data tentang jumlah siswa MI Islahul Muta’allim Pagutan Kota

Mataram secara keseluruhan akan diperjelas dalam tabel berikut ini:


4

Tabel 02 : Jumlah Siswa MI Islahul Muta’allim Tahun 2010/2011

NO KELAS JUMLAH
1 I 37
2 II 41
3 III 35
4 IV 33
5 V 39
6 VI A 33
7 VI B 26
Ʃ 245
Sumber data : Laporan Bulanan : Dokumentasi MI Islahul Muta’allim
Tahun Pelajaran 2010/2011
4. Sarana dan Prasarana yang dimiliki madrasah

Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh madrasah cukup

menunjang proses pembelajaran seperti : ruang perpustakaan, kelengkapan

buku-buku penunjang untuk guru dan siswa.

Tabel 03 : Sarana Dan Prasarana MI Islahul Muta’allim Pagutan

No Ruang Jumlah Keterangan

1 Ruang Kelas 6 Baik

2 Ruang Perpustakaan 1 Baik

3 Ruang Guru 1 Baik

4 Ruang Kepala Madrasah 1 Baik

5 Ruang UKS 1 Baik

6 Toilet/WC 3 Baik

Jumlah 13
4

Selain itu sarana yang cukup menunjang juga adalah administrasi

pembelajaran yang dimiliki oleh guru seperti: silabus, RPP, daftar nilai, dan

sebagainya. Data tentang administrasi guru dapat dijabarkan dalam tabel

berikut ini

Tabel 04 : Data Administrasi Guru

No. Aministrasi Guru Ada Tidak Ada

1 Silabus √ -
2 Program Tahunan √ -
3 Program semester √ -
4 RPP √ -
5 Penganalisisan ulangan harian √ -
6 Daftar nilai √ -

B. Penyajian dan Analisis Data

1. Penyajian Data

Pada bagian ini, peneliti menyajikan data dari variabel-variabel

penelitian, yakni data tentang hasil pelaksanaan evaluasi formatif dan data

prestasi belajar siswa yang telah dikumpulkan oleh guru bidang studi SKI

(Sejarah Kebudayaan Islam) kelas III MI Islahul Muta’allim. Dokumentasi

tersebut berupa daftar nilai hasil belajar siswa dan leger serta raport kelas

III MI Islahul Muta’allim Karang Genteng. Dalam daftar nilai dan leger

siswa kelas III peneliti dapatkan ada tiga nilai formatif, ini berarti bahwa

guru yang bersangkutan telah mengadakan tiga kali tes formatif terhadap

siswa dan siswinya.


4

Setelah peneliti mengetahui nilai-nilai siswa yang telah

didokumentasikan oleh guru SKI (sejarah Kebudayaan Islam) kelas III MI

Islahul Muta’allim Karang Genteng kemudian barulah melaksanakan

analisis terhadap hasil evaluasi formatif. Hasil evaluasi formatif ini

dibandingkan dengan prestasi belajar atau nilai semester siswa sehingga

dapat diketahui seberapa jauh pengaruh dari evaluasi formatif terhadap

prestasi belajar siswa.

Untuk lebih jelasnya, berikut ini disajikan daftar nilai yang

diperoleh siswa setelah tiga kali melaksanakan evaluasi formatif pada

mata pelajaran SKI (Sejarajah Kebudayaan Islam) kelas III MI Islahul

Muta’alim pada Semester II Tahun Pelajaran 2010/2011.

Tabel 05 : Nilai Evaluasi formatif dalam 3 kali dilakukan pada Mata


Pelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) Kelas III MI Islahul
Muta’allim Karang Genteng Pagutan Mataram Tahun Pelajaran
2010/2011.

Nilai Evaluasi Formatif Nilai Rata-rata


No Nama Siswa
Tes 1 Tes 2 Tes 3 Evaluasi Formatif

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1 Ahmad Irwan Syah 6 8 7 7
2 Ahmad Maulana 6 6 6 6
3 Ahmad Ramdani 6 6 6 6
4 Ahmad Wahyudi 8 8 8 8
5 Ahmad Zainul 6 6 6 6
5

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


6 Alfi Maulida 7 6 6 6
7 Bintan Humairo 6 6 6 6
8 Davina Utari 6 6 6 6

9 Esti Yuliani 6 7 7 7
10 Hesti 8 6 7 7
11 Husen 8 6 7 7
12 Imam suryadi 8 6 7 7
13 Ismail Fahmi 6 6 6 6
14 Ismi 8 6 7 7
15 Johan 8 6 7 7
16 Haikal 7 6 8 7

17 Khairul Imam 8 7 6 7
18 Khairul Waqi’ah 6 6 6 6
19 Khalisa 7 5 6 6
20 Mubarrak 8 6 7 7
21 Muhammad 8 8 8 8
22 M. Iqbal 9 8 9 9
23 Mustika 8 6 7 7
24 Nida’ul 8 8 8 8
25 Riana 6 6 6 6

26 Kusuma 8 6 8 7
27 Saeful Abhar 7 6 7 7
28 Sahrul 7 6 7 7
29 Saskia 8 8 8 8
30 Sitta Yulia 8 8 8 8
5

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


31 Sri Nuraini 7 7 7 7
32 Suci Ramdani 7 7 7 7
33 Sulis 7 7 7 7

34 Wulan 6 6 6 6
35 Zulfia 8 9 9 9
Nilai Rata-rata 7,14 6,63 7,00 6,94

Tabel 06 : hasil prestasi belajar siswa Kelas III MI Islahul Mut’allim


bidang studi SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) Tahun Pelajaran 2010/2011.

No Nama Siwa Nilai Prestasi Belajar Keterangan

(1) (2) (3) (4)

1 Ahmad Irwan Syah 8


2 Ahmad Maulana 7
3 Ahmad Ramdani 7
4 Ahmad Wahyudi 8
5 Ahmad zainul 7
6 Alfi Maulida 7
7 Bintan Humairo 7
8 Davina Utari 7

9 Esti Yuliani 7
10 Hesti 8
11 Husen 7
12 Imam suryadi 6
13 Ismail Fahmi 7
5

(1) (2) (3) (4)


14 Ismi 9
15 Johan 7
16 Haikal 7

17 Khairul Imam 8
18 Khairul Waqi’ah 6
19 Khalisa 7
20 Mubarrak 8
21 Muhammad 7
22 M. Iqbal 8
23 Mustika 7
24 Nida’ul 7

25 Riana 7
26 Kusuma 7
27 Saeful Abhar 8
28 Sahrul 7
29 Saskia 8
30 Sitta Yulia 8
31 Sri Nuraini 7
32 Suci Ramdani 7
33 Sulis 7

34 Wulan 6
35 Zulfia 9
Nilai Rata-rata 7,3
Sumber : Buku leger siswa kelas III MI Islahul Muta’allim Tahun
Pelajaran 2010/2011.
5

Adapun nilai rata-rata kelas dari prestasi belajar siswa pada bidang

studi SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) kelas III MI Islahul Muta’allim

Karang Genteng Pagutan Mataram adalah rata-rata 7,3.

2. Analisis Data

Setelah data tersebut diatas diuraikan berdasarkan hasil pencatatan

dokumentasi, maka selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan

menggunakan rumus korelasi product moment.

Berdasarkan hasil pencatatan dokumentasi tersebut diatas perlu

dianalisis dalam rangka pengujian hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini. Adapun prosedur yang ditempug dalam analisis data antara

lain :

3. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis yang telah diajukan dalam Bab I adalah merupakan

hipotesis alternatif yang berbunyi “Ada pengaruh pemberian tes pada

setiap pokok bahasan terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran

SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) kelas III MI Islahul Muta’allim yarang

Genteng Pagutan Mataram.

a. Menentukan Variabel x dan Variabel y

Dalam menentukan variabel ini, peneliti menetapkan nilai evaluasi

formatif sebagai variabel x dan nilai prestasi belajar siswa sebagai

variabel y, untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 07 berikut ini :
5

No Nama Siwa Nilai Evaluasi Nilai Prestasi


Formatif Belajar

(1) (2) (3) (4)


1 Ahmad Irwan Syah 7 8
2 Ahmad Maulana 6 7
3 Ahmad Ramdani 6 7

4 Ahmad Wahyudi 8 8
5 Ahmad zainul 6 7
6 Alfi Maulida 6 7
7 Bintan Humairo 6 7
8 Davina Utari 6 7
9 Esti Yuliani 7 7
10 Hesti 7 8
11 Husen 7 7

12 Imam suryadi 7 6
13 Ismail Fahmi 5 7
14 Ismi 7 9
15 Johan 7 7
16 Haikal 7 7
17 Khairul Imam 7 8
18 Khairul Waqi’ah 6 6
19 Khalisa 6 7
20 Mubarrak 7 8

21 Muhammad 8 7
22 M. Iqbal 9 8
23 Mustika 7 7
5

(1) (2) (3) (4)


24 Nida’ul 8 7
25 Riana 6 7
26 Kusuma 7 7

27 Saeful Abhar 7 8
28 Sahrul 7 7
29 Saskia 8 8
30 Sitta Yulia 8 8
31 Sri Nuraini 7 7
32 Suci Ramdani 7 7
33 Sulis 7 7
34 Wulan 6 6

35 Zulfia 9 9
Rata - rata 6,94 7,3

b. Menyususn Tebel Kerja

Untuk mengetahui tentang ada tidaknya pengaruh antara evaluasi

formatif terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI

(Sejarah Kebudayaan Islam) kelas III MI Islahul Muta’allim Karang

Genteng Pagutan Mataram. Maka langkah selanjutnya adalah

memasukkan harga-harga dari variabel x dan variabel y ke dalam tabel

kerja korelasi product moment, sebagai berikut :


5

Tabel 08 : Tabel Kerja Korelasi Product Moment

Tabel kerja tentang pengaruh antara variabel x (nilai evaluasi formatif)


dan variabel y (nilai prestasi belajar siswa) pada mata pelajaran SKI
(Sejarah Kebudayaan Islam) kelas III MI Islahul Muta’alim Karang
Genteng Pagutan Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011.

No x y x2 y2 xy

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


1 7 8 49 64 56

2 6 7 36 49 42
3 6 7 36 49 42
4 8 8 64 64 64
5 6 7 36 49 42
6 6 7 36 49 42
7 6 7 36 49 42
8 6 7 36 49 42
9 7 7 49 49 49

10 7 8 49 64 56
11 7 7 49 49 49
12 7 6 49 36 42
13 5 7 25 49 35
14 7 9 49 81 63
15 7 7 49 49 49
16 7 7 49 49 49
17 7 8 49 64 56

18 6 6 36 36 36
19 6 7 36 49 42
5

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


20 7 8 49 64 56
21 8 7 64 49 56
22 9 8 81 64 82

23 7 7 49 49 49
24 8 7 64 49 56
25 6 7 36 49 42
26 7 7 49 49 49
27 7 8 49 64 56
28 7 7 49 49 49
29 8 8 64 64 64
30 8 8 64 64 49

31 7 7 49 49 49
32 7 7 49 49 49
33 7 7 49 49 49
34 6 6 36 36 42
35 9 9 81 81 82
∑ 242 252 1.770 1.875 1.775

Setelah membuat tabel kerja korelasi product moment, langkah


selanjutnya adalah menganalisis data yang bermaksud untuk mencari
atau menemukan pengaruh evaluasi formatif terhadap prestasi belajar
siswa dengan menggunakan rumus korelasi product moment, sebagai
berikut :

N  xy  ( x) ( y)
rxy 
{N  x 2  ( x) 2 } {N  y2  ( y) 2 }
5

(35 x1,775)  (242 x 252)



{35 x 1,770  (242) 2 } {35 x 1,875  (252) 2 }

62,125  60,984

{59,500  58,564} {65,625  63,504}

1,141
 {0,936} {2,121}

1,141
 1.985, 256

1,141
 1,40899

= 0, 809

Dari hasil perhitungan koefisien korelasi product moment,

diperoleh harga koefisien korelasi rhitung adalah 0,809. Sedangkan harga

dari rtabel yang diuji pada taraf signifikasi 5% atau taraf kepercayaan 95%

dengan jumlah sampel 35 orang siswa adalah 0,334 sedangkan harga dari

rtabel yang diuji pada taraf signifikasi 1% atau taraf kepercayaan 99%

dengan jumlah sampel 35 orang siswa adalah 0,430.

c. Interpretasi

Dari hasil perhitungan koefisien korelasi product moment

diperoleh harga koefisien korelasi thitung adalah 0,809. Sedangkan harga

dari rtabel yang diuji pada taraf siginifikansi 5% atau taraf kepercayaan 95%

dengan jumlah sampel (N) 35 orang adalah 0,334 sedangkan harga dari
5

rtabel yang diuji pada taraf signifikasi 1% atau taraf kepercayaan 99%

dengan jumlah sampel 35 orang siswa adalah 0,430.

Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa pemberian tes

terhadap setiap pokok bahasan mempunyai pengaruh yang positif terhadap

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI (Sejarah kebudayan Islam)

kelas III. Sehingga hipotesis alternatif (Ha) yang mengatakan “Ada

pengaruh pemberian tes pada setiap pokok bahasan terhadap prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) kelas

III di MI Islahul Muta’allim Karang Genteng Pagutan Mataram “dapat

diterima”.

C. Pembahasan

1. Hasil evaluasi formatif pada mata pelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan

Islam) di MI Islahul Muta’allim Karang Genteng

Berdasarkan penyajian dan analisis data di atas menunjukkan

bahwa kegiatan evaluasi formatif khususnya pada bidang studi SKI

(Sejarah Kebudayaan Islam) dapat dikategorikan berhasil. Hal ini

menunjukkan bahwa pemberian tes formatif ini sudah terencana dengan

baik, karena memperhatikan prosedur-prosedur yang pada umumnya telah

diterapkan dalam suatu kegiatan evaluasi.

Keberhasilan evaluasi formatif khususnya pada mata pelajaran SKI

(Sejarah Kebudayaan Islam) tentunya guru yang bersangkutan berpegang

pada fungsi evaluasi itu sendiri yakni untuk memberikan umpan balik
6

kepada guru sebagai dasar untuk menilai program satuan pelajaran atau

proses belajar mengajar, untuk menentukan hasil belajar siswa, sebagai

laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tua, penentuan kenaikan

kelas, penentuan lulus tidaknya seorang siswa, untuk menentukan keadaan

siswa dalam proses belajar mengajar dan untuk mengetahui sampai

dimana pencapaian hasil belajar siswa dalam pembahasan materi pelajaran

sesuai dengan tujuan/indikator yang telah dirumuskan dalam rencana

pembelajaran, serta dapat mengenal latar belakang psikologis, fisik dan

lingkungan siswa yang mengalami kesulitan belajar, yang nantinya dapat

dipergunakan sebagai dasar dalam pemecahan kesulitan-kesulitan belajar

yang timbul. Selain itu juga guru berpegang atau mengacu kepada tujuan

evaluasi yakni untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh

siswa, untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompok kelas, untuk

mengetahui tingkat usaha yang dilakukan oleh siswa dalam belajar, dan

untuk mengetahui sejauh mana siswa telah mendayagunakan kapasitas

kognitifnya (kecerdasannya) untuk belajar, serta untuk mengetahui daya

guna metode yang telah digunakan guru dalam proses belajar mengajar.

2. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan

Islam) di MI Islahul Muta’allim kelas III Tahun Pelajaran 2010/2011

Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI (Sejarah

Kebudayaan Islam) kelas III MI Islahul Muta’allim dapat diperoleh nilai

tertinggi yakni 9 dan nilai terendah 7. Dari skor nilai mata pelajaran SKI

(Sejarah Kebudayaan Islam) kelas III dapat dikategorikan menjadi :


6

a. Nilai 7 termasuk kategori Cukup

b. Nilai 8 termasuk kategori Baik

c. Nilai 9 termasuk kategori Sangat Baik

Dengan demikian, para siswa telah berhasil dalam usahanya untuk

mendapatkan ilmu pengetahuan agar dapat tumbuh dan berkembang dalam

tingkah laku berkat pengalaman yang dimiliki setelah melewati proses

belajar mengajar pada mata pelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) di

MI Islahul Muta’allim dapat dikategorikan cukup. Hal ini dapat dilihat

dari nilai raport siswa yang dikumpulkan berkisar pada angka 7, 8, dan 9.

3. Pengaruh evaluasi formatif terhadap prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) kelas III MI Islahul Muta’allim

Karang Genteng Pagutan Mataram.

Dari analisis data di atas menunjukkan bahwa ada hubungan atau

korelasi positif yang signifikan yaitu evaluasi formatif mempunyai

pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa SKI (Sejarah Kebudayaan

Siswa) kelas III di MI Islahul Muta’allim Karang Genteng Pagutan

Mataram Tahun Pelajaran 2010/2011, karena ulangan formatif yang

dilakukan oleh guru tidak hanya sekali namun berulang kali sampai tiga

kali, bahkan jika guru semakin sering atau lebih dari tiga kali mengadakan

evaluasi formatif maka semakin mudah seorang guru untuk menemukan

segala kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran,

baik yang berkaitan dengan kelemahan yang dimiliki guru sebagai tugas

profesionalisme seorang pendidik seperti kesiapan perangkat


6

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang berkaitan dengan strategi

pembelajaran, pemilihan metode, teknik dan ABP (Alat Bantu Pelajaran),

atau yang berkaitan dengan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh

siswa seperti prestasi rendah, lambat dalam mengerjakan tugas, dan

kurang perhatian terhadap pelajaran serta IQ tinggi namun prestasi rendah.

Kemudian guru tersebut dapat dengan mudah mendiagnosa kelemahan-

kelemahan tersebut sehingga prestasi siswa dapat ditingkatkan.

Berdasarkan dengan uraian di atas peneliti dalam penelitian ini

telah menemukan bahwa hasil ulangan harian atau formatif berpengaruh

positif terhadap prestasi belajar siswa, hal ini sejalan dengan teori yang

ditulis oleh Zainal arifin yang mengatakan : “Dengan ulangan formatif

dapat bermanfaat untuk membangkitkan minat, membentuk sikap yang

positif, dan membantu pemahaman siswa dalam belajar menjadi lebih baik

serta membantu siswa dalam memilih metode belajar yang lebih baik dan

benar 61.

61
Ibid,. h.288.
6

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka dapat

ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan

Islam) kelas III MI Islahul Muta’allim Karang Genteng Pagutan Mataram

dapat dikategorikan cukup baik, hal ini dapat dilihat pada nilai raport

siswa yang berkisar pada angka 7, 8, 9, atau hasil yang dicapai siswa pada

rata-rata 7,3.

2. Pengaruh evaluasi formatif terhadap prestasi belajar siswa pada mata

pelajaran SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) kelas III menunjukkan

pengaruh yang positif, oleh sebab itu khususnya guru bidang studi SKI

kelas III MI Islahul Muta’allim hendaknya memperhatahankan dan

meningkatkan hasil yang diperolehnya setelah proses pembelajaran.

B. Saran – saran

1. Kepada para siswa, agar mempertahankan prestasi belajar yang telah

dicapai dan bila perlu ditingkatkan lagi.

2. Kepada guru SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) kelas III MI Islahul

Muta’alilim hendaknya selalu melaksanakan evaluasi formatif, karena


6

evaluasi formatif mempunyai hubungan yang sangat erat dalam

menentukan prestasi belajar siswa.

3. Kepada kepala MI Islahul Muta’allim, agar kebijakan, dukungan, dan

partisipasi yang sudah terlaksana kiranya dapat di tingkatkan sehingga

proses pembelajaran yang berjalan bisa mencapai tujuan pengajaran yang

diinginkan.

4. Bagi pengawas hendaknya selalu memberikan sumbang saran kepada

kepala MI Islahul Muta’allim khususnya agar mengontrol guru-guru di

lingkungan MI yang dipimpinnya agar mereka selalu mengadakan evaluasi

formatif/ulangan harian sehingga siswa bisa memperoleh prestasi yang

lebih baik.

5. Kepada para peneliti lain agar hasil penelitian ini dapat dijadikan

pertimbangan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.


6

DAFTAR PUSTAKA

Abdorrahman Gintings. Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran. Bandung:


Humaniora, 2008.

Abu Ahmad dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta,
2008.

Agus Suprijono. Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM. Jogyakarta:


Pustaka Belajar, 2010.

Aunurrahman. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2009.

Burhanudin Tola dan Fahmi. Standar Penilaian Kelas. Jakarta: Departemen


Agama RI Direktorat Jendral Kelembagaan Islam Direktorat Madrasah dan
Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Umum, 2005.

Dimyati Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

Daryanto, Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005.

Muhammad Ali. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Sinar Baru
Algesindo, 2007.

Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Muchlis Amrin. Cara Belajar Cerdas dan Efektif bukan Keras dan Melelahkan.
Jogjakarta: Pustaka Belajar, 2009.

Muhibbin Syah. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010.

Nana Sudjana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2001.

Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja


Rosyda Karya, 2010.

Punaji Setyosari. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta:


Kencana Prenada Group, 2010.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka, 2001.

Ramayulis. Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran


para Tokohnya. Jakarta: kalam Mulia, 2010.
6

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


ALFABETA, 2008.

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Bineka Cipta, 2006).

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zaini. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Asdi Mahasatya, 2006.

Zainal Arifin. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009

Anda mungkin juga menyukai