Anda di halaman 1dari 118

0

TUGAS AKHIR KARYA ILMIAH

CITRA DIRI SELEB TIKTOK WAFA SOEDJONO DALAM AKUN


@WAFASOEDJONO

TUGAS AKHIR KARYA ILMIAH


Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya

Oleh :
RAHMA TRI ASTUTI
NIM. 1408519046

PROGRAM STUDI DIII HUBUNGAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
JANUARI
2022
ABSTRAK

TikTok merupakan aplikasi asal negara China yang di gemari


masyarakat pada era pandemi covid-19. Salah satu ciri khas aplikasi
TikTok yaitu terdapat algoritma FYP ‘For Your Page’ di halaman awal
aplikasi tersebut. Content yang biasa bermunculan pada FYP, memiliki
keunikan seperti para seleb TikTok misalnya.
Penenlitian ini menggunakan teori Personal Branding milik Peter
Montoya, dalam buku Personal Branding karya Farco Siswiyanto Raharjo.
Dalam teori tersebut terdapat 8 kategori untuk dapat membuktikan
persoalan, diantaranya ; Spesialisasi, Kepemimpinan, Kepribadian,
Perbedaan, Visibilitas, Kesatuan, Keteguhan dan Nama baik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan Teknik
pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi dan
dokumentasi. Adapun yang menjadi key informan penelitian ini adalah
Wafa Soedjono dan terdapat 3 informan pendukung yaitu kakak Wafa dan
followers aktif Wafa Soedjono.
Wafa Soedjono selaku seleb TikTok dengan ciri khas content
edukasi, drama keluarga dan komedi Jawa. Menerapkan 8 bukti personal
branding dalam membangun citra diri. Wafa Soedjono memiliki
spesialisasi dalam membentuk kemampuan, tampilan dalam content yang
Wafa Soedjono sajikan, Kepemimpinan berarti cara berfikir leadership
kedepannya untuk akun dan para followers nya, Kepribadian yang selalu
Wafa pertahankan sebagai keunikan pada setiap content nya, Visibilitas
Wafa Soedjono untuk konsisten dalam content yang di tampilkan,
Kesatuan reputasi dan cara Wafa bersikap pada netizen TikTok,
Keteguhan cara Wafa mengikuti alur yang ada pada platform TikTok, dan
Nama Baik tentang bagaimana cara Wafa mempertahankan nilai dan
persepsi positif dari para followers nya.
Penulis menyimpulkan bahwa Wafa Soedjono berhasil membangun
citra diri melalui 8 personal branding yang ia gunakan pada akun media
sosial TikTok nya. Hal ini dapat terlihat dari tampilan dan isi pada setiap
content Wafa Soedjono pada aplikasi TikTok.

Kata Kunci : Citra Diri, TikTok, Seleb TikTok


ABSTRACT

TikTok is an application from China that was loved by the public


during the Covid-19 pandemic era. One of the characteristics of the TikTok
application is that there is a 'For Your Page' FYP algorithm on the
application's start page. Content that usually appears on FYP is unique,
like TikTok celebrities, for example.
This research uses Peter Montoya's Personal Branding theory, in
the book Personal Branding by Farco Siswiyanto Raharjo. In this theory
there are 8 categories to prove the problem, including; Specialization,
Leadership, Personality, Distinction, Visibility, Unity, Persistence and
Reputation.
This study uses an approach with data collection techniques by
deepening, observation and documentation. The key informant for this
research is Wafa Soedjono and there are 3 supporting informants, namely
Wafa's brother and active followers of Wafa Soedjono.
Wafa Soedjono as a TikTok celebrity with the characteristics of
educational content, family drama, and Javanese comedy. 8 proofs of
personal branding in building self-image. Wafa Soedjono specializes in
forming abilities, displaying the content that Wafa Soedjono presents,
Leadership means future leadership for the account and its followers,
Personality that Wafa always maintains as unique in each of its content,
Visibility of Wafa Soedjono to be consistent in the content displayed, Unity
of reputation and Wafa's way on TikTok netizens, how Wafa follows the
flow on the TikTok platform, and Good Name on how Wafa maintains
positive values and perceptions from his followers.
The author concludes that Wafa Soedjono has succeeded in
building a self-image through 8 personal branding used on his TikTok
social media account. This can be seen from the appearance and content
of every Wafa Soedjono content on the TikTok application.

Keywords: Self Image, TikTok, TikTok Celebs


LEMBAR ORISINALITAS
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena

berkat segala nikmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan

Tugas Akhir Karya Ilmiah dengan judul “Citra Diri Seleb TikTok Wafa

Soedjono dalam Akun @Wafasoedjono” dengan baik dan sesuai pada

waktu yang telah ditentukan. Tidak lupa peneliti ucapkan terima kasih

kepada keluarga dan kedua orang tua yang tidak hentinya memberikan

doa, dukungan, motivasi, serta dorongan baik moril maupun materil dalam

menyusun laporan penelitian.

Tugas Akhir Karya Ilmiah ini merupakan salah satu syarat yang

ditujukan untuk meraih gelar Ahli Madya di Universitas Negeri Jakarta,

Fakultas Ilmu Sosial, Program Studi D-III Hubungan Masyarakat. Dalam

menyelesaikan laporan ini, peneliti menyadari bahwa ini tidak akan

terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan

ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Komarudin, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Jakarta.

2. Prof. Dr. Sarkadi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Jakarta.

3. Asep Soegiarto, M.Si, selaku Koordinator Program Studi D-III

Hubungan Masyarakat Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Jakarta.
4. Seluruh dosen Program Studi D-III Hubungan Masyarakat, Fakultas

Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta.

5. Asep Soegiarto, M.Si, selaku dosen pembimbing Tugas Akhir Karya

Ilmiah yang selalu mendukung segala kegiatan peneliti dan

mebimbing peneliti dengan baik.

6. Muhammad Wafa Wakhid Soedjono ,Hafieluddin Wakhid Soedjono,

Farin Indriani, Muhammad Husein yang telah bersedia menjadi

narasumber dengan memberikan informasi terkait penelitian ini.

7. Ibu Sumarni dan Syannia Pratiwi selaku keluarga yang selalu

memberikan dukungan dan motivasi.

8. Sahabat yang setia memberikan semangat, dan mendengarkan

segala keluh kesah peneliti selama membuat penelitian ini yaitu Mita

Azzahra Putri, Tana, Anak buah Bang Papel, Vina Mafazah,

Zahrahana Afifah, Chaira Armenita, Alifia Nuzul dan Dimas Alvian

Reza.

9. Teman satu bimbingan, yaitu Kamilatun Aini, Zahra Auliya, Vonny

Ardianti, Bunga Rahmadita, Adyna Della, Adinda Bestari, Resty aulia,

Tiara Budi, Bayu Wicaksana, Haykal Kadafi

10. Seluruh teman-teman Humas angkatan 2019.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir Karya

Ilmiah ini masih terdapat berbagai kekurangan dan jauh dari kalimat

kesempurnaan dikarenakan keterbatasan ilmu yang yang dimiliki oleh

peneliti dalam penelitian ini. Oleh karena itu dengan segala rasa hormat
dan kerendahan hati, peneliti sangat mengharapkan saran maupun

kritikan yang bersifat membangun, dan bermanfaat guna

menyempurnakan penelitian ini. Akhir kata semoga dari adanya laporan

peneltian ini, peneliti berharap agar dapat bermanfaat bagi berbagai pihak

khususnya praktisi kehumasan untuk menambah pengetahuan dan

mengembangkannya sebagai perbaikan dimasa yang akan datang.

Terima kasih.

Jakarta, 25 April 2022

Peneliti

Rahma Tri Astuti


NIM. 1408519046
DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................ i
ABSTRACT............................................................................................. ii
LEMBAR ORISINALITAS....................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... iv
KATA PENGANTAR............................................................................... v
DAFTAR ISI............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL..................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xiii

BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 6
1.3 Tujuan........................................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................... 7
1.4.1 Manfaat Akademis .......................................................... 7
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................... 7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA................................................................................. 8
2.1 Kajian Penelitian Sebelumnya.................................................. 8
2.1.1 Citra Diri dan Popularitas Artis........................................ 8
2.1.2 Citra Diri Seorang Da’I di Media Sosial........................... 9
2.2 Kajian Teori .............................................................................. 12
2.2.1 Public Relations............................................................... 12
2.2.2 Citra.................................................................................. 15
2.2.3 Citra Diri........................................................................... 17
2.2.4 TikTok.............................................................................. 21
BAB III
METODE PENELITIAN........................................................................... 23
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ......................................... 23
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian................................................... 25
3.3 Subjek Penelitian....................................................................... 25
3.3.1 Key Infrorman.................................................................. 26
3.3.2 Informan Tambahan........................................................ 27
3.4 Teknik Kalibrasi Keabsahan Data............................................ 27
3.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................ 30
3.6 Teknik Analisis Data.................................................................. 32
3.7 Keterbatasan Penelitian............................................................ 33

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN............................................ 34
4.1 Subjek Penelitian....................................................................... 34
4.2 Hasil Penelitian.......................................................................... 38
4.2.1 Spesialisasi..................................................................... 40
4.2.2 Kepemimpinan................................................................. 45
4.2.3 Kepribadian...................................................................... 46
4.2.4 Perbedaan....................................................................... 48
4.2.5 Visibilitas.......................................................................... 49
4.2.6 Kesatuan.......................................................................... 50
4.2.7 Keteguhan........................................................................ 51
4.2.8 Nama Baik....................................................................... 53
4.3 Pembahasan............................................................................. 54
A. Spesialisasi........................................................................... 54
B. Kepemimpinan...................................................................... 57
C. Kepribadian.......................................................................... 57
D. Perbedaan............................................................................ 58
E. Visibilitas............................................................................... 58
F. Kesatuan............................................................................... 59
G. Keteguhan............................................................................ 59
H. Nama Baik............................................................................ 59
4.4 Trianggulasi............................................................................... 60

BAB V
PENUTUP ............................................................................................... 66
5.1 Kesimpulan............................................................................... 66
5.2 Saran......................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 68
LAMPIRAN.............................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu............................ 10


Tabel 2 : Key Informan............................................................................. 38
Tabel 3 : Informan Tambahan................................................................. 39
Tabel 4 : Tabulasi Perbandingan Hasil Wawancara Citra Diri
Seleb TikTok Wafa Soedjono Pada Akun................................ 60
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Video pada akun media sosial TikTok Wafa Soedjono....... 4


Gambar 2 : Profil Media Sosial TikTok Wafa Soedjono.......................... 5
Gambar 3 : Profil TikTok Wafa Soedjono................................................ 36
Gambar 4 : Informasi Wafa Soedjono di salah satu media..................... 37
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Transkip Wawancara Dengan Key Informan................ xiv


Lampiran 2 : Transkip Wawancara Dengan Informan Tambahan...... xxii
Lampiran 3 : Transkip Wawancara Dengan Informan Tambahan...... xxvi
Lampiran 4 : Transkip Wawancara Dengan Informan Tambahan...... xxxi
Lampiran 5 : Bukti Wawancara............................................................ xxxvi
Lampiran 6 : Content video TikTok @Wafasoedjono....................... xxxviii
Lampiran 7 : Interaksi netizen TikTok pada kolom Komentar
TikTok @Wafasoedjono................................................. xlii
Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian ……………………………xliii
Lampiran 9 : Form Bimbingan ……………………………. xliv
Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup ………………… xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Citra diri merupakan aktualisasi dalam diri seorang manusia yang

dapat menentukan kesan atau cara orang lain menilai diri kita. Terkadang

citra diri yang ada pada seseorang timbul tanpa pernah kita sadari dan

dapat di pahami oleh orang lain melalui timbal balik yang mereka berikan.

Citra diri dapat terbentuk dari suatu persepsi seseorang, kemudian akan

ditunjukkan kepada semua orang (Murshalin, 2012: 130). Citra diri pada

seseorang dapat terbentuk dari suatu komunitas atau kelompok, dimana

seseorang itu melakukan hubungan sosial. Menurut Brooker (dalam Nafli,

2019: 6) menyebutkan bahwa, citra diri dibentuk berdasarkan sosialisasi

dengan orang lain di mana akan berpengaruh kepada harga diri yang

dimiliki orang tersebut. Ketika citra diri dilihat secara positif, maka akan

menimbulkan keberhasilan dalam melakukan intepretasi dirinya. (Wiyono,

2020)

Citra diri merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang

khusunya remaja. Remaja merupakan suatu masa dimana tahap individu

masih mengalami tumbuh kembang dan dalam masa pencarian jati diri.

Citra diri yang positif seperti individu yang pandai, cerdas, dan rajin, bagi

seorang remaja dibutuhkan untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri,

menumbuhkan semangat dan gairah, menumbuhkan keberanian, dan


menemukan potensi yang ada dalam dirinya sendiri. Citra diri juga akan

membantu remaja dalam menumbuhkan konsep diri yang optimal karena

melalui konsep diri optimal maka remaja akan lebih mengenali siapa

dirinya, potensi apa yang ada dalam dirinya, dan akan mampu

mengarahkan tindakan apa yang harus remaja lakukan nantinya.

(Haryanto, 2014: 7)

Selain itu pergaulan sosial yang terjadi pada saat ini mempengaruhi

seorang remaja untuk berkembang. Salah satunya adalah meningkatkan

interaksi dengan teman sebayanya agar mendapat pengakuan dan

diterima di masyarakat. Fenomena ini terjadi karena para remaja ingin

mendapatkan banyak teman dan dipandang positif bagi orang lain. Hal ini

tidak lepas dari peranan citra diri yang ada pada remaja tersebut. Banyak

cara yang dilakukan oleh seseorang salah satunya yaitu ketika bermain

media sosial.

Sebagai salah satu media baru, media sosial menurut Regina

Luttrell adalah tempat orang-orang berkumpul secara online untuk

melakukan aktivitas, kebiasaan, dan perilaku saling membutuhkan seperti

berbagi informasi, pengetahuan dan pendapat masing-masing dalam

media terbuka untuk percakapan dari berbagai arah. Contoh media sosial

adalah Facebook, Twitter, Instagram, dan sebagainya (Luttrell, 2015: 22).

Salah satu media sosial yaitu, TikTok dirilis pertama kali di Cina dengan

nama Douyin oleh Zhang Yi Ming pada September 2016. Pada tahun

2020, bersamaan dengan penerapan social distancing akibat pandemi


Covid-19 di seluruh dunia, aplikasi TikTok mengalami peningkatan

popularitas (Tinuiti, 2020). Per September 2020, TikTok tersedia di 154

negara dan memiliki 850 juta pengguna aktif per bulan yang

menghabiskan waktu setidaknya 52 menit setiap harinya untuk

mengakses aplikasi TikTok. Bahkan pengguna dengan usia di bawah 15

tahun dapat menghabiskan 80 menit per hari untuk mengakses aplikasi

TikTok (Wallaroo, 2020).

TikTok memiliki ciri khas tersendiri. Video yang diunggah oleh

TikTok memiliki “watermark” berupa username yang membedakannya

dengan aplikasi lainnya (Adawiyah, 2020). Selain itu, ciri khas TikTok

menurut Gabriel Weimann dan Natalie Masri adalah algoritma dalam

halaman utamanya yang bernama “For You” atau disingkat FYP (For You

Page). Dalam halaman ini setiap video unggahan pengguna lain baik yang

diikuti maupun tidak, dapat ditayangkan sesuai video yang paling disukai

dan ditonton oleh pengguna aplikasi tersebut (Weimann dan Masri, 2020:

10). Menurut Susilowati, pengguna yang videonya sering ditayangkan

dalam FYP dapat menjadi populer di TikTok dan memiliki banyak pengikut

atau followers. Layaknya selebgram, akun TikTok yang memiliki banyak

followers atau dikenal banyak pengguna, sehingga disebut sebagai seleb

TikTok (Susilowati, 2018: 177).

Saat ini, seleb TikTok semakin banyak bermunculan dengan ciri

khas nya masing-masing. Khas yaitu brand yang mewakili sesuatu

memiliki sudut pandang tertentu. Relevan yaitu apa yang diwakili brand
tersebut terkait dengan apa yang di anggap penting bagi orang lain.

Konsisten, yaitu ketika orang menjadi yakin di dalam sebuah hubungan

berdasarkan pada konsistensi perilaku yang mereka rasakan atau amati.

(Mega, 2019)

Menjadi seleb TikTok, selain perlu memiliki ciri khas juga perlu

membuat konten yang relavan sesuai dengan yang sedang trend misalnya

seperti menggunakan sound, effect, dan juga hastag. untuk menambah

eksistensinya. Tidak lupa juga untuk selalu konsisten dalam pembuatan

konten dan konsisten terhadap ciri khas yang mereka miliki.

Wafa Soedjono adalah salah satu seleb TikTok asal daerah Kudus

Yogyakarta, yang berhasil membuat para penikmat aplikasi TikTok tertarik

pada setiap konten yang disajikan.

Gambar 1 : Video pada akun media sosial TikTok @Wafasoedjono

(Sumber : )
September tahun 2020, Wafa menggunggah konten video pertama

nya di media sosial TikTok. Lalu Wafa mulai memperkenalkan budaya

Jawa dengan videonya yang mengenakan pakaian batik dan blangkon.

Dari video tersebut menjelaskan etika orang Jawa yang tidak baik atau

tidak sopan. Wafa berhasil membuat penonton TikTok tertarik dengan

viewers kurang lebih lima ratus ribu orang dan mendapat likes 97 ribu.

Konten tersebut merupakan awal mula yang menjadikan dirinya terkenal

dan memiliki citra sebagai remaja Jawa khususnya Yogyakarta.

Gambar 2 : Profil media sosial TikTok @Wafasoedjono

(Sumber : https://www.tiktok.com/@wafasoedjono?lang=en)

Saat ini Wafa memiliki pengikut pada akun TikTok nya kurang lebih

sebanyak 795 ribu dengan total likes 27 milyar kurang lebih. Wafa

memiliki citra sebagai pria Jawa khususnya Yogyakarta dengan ciri khas

logat Bahasa Jawa yang selalu menghiasi video yang diunggahnya.

blangkon, pakaian batik dan baju lurik biasa Wafa gunakan dalam

membuat konten video. Selain itu konten Wafa pun berisikan informasi
mengenai daerah asalnya, yaitu Kudus, Yogyakarta. Mulai dari Wafa yang

mem-branding netizen TikTok dengan logat Jawa yang khas di setiap

konten videonya. Tak hanya itu Wafa jjuga memberikan informasi berupa

sejarah Jawa khususnya Jogja. Dan lagu khas daerah nya tersebut. Tidak

lupa wafa juga selalu menggunakan dan mengkombinasikan hal baru

seperti sound yang sedang viral dan hastag untuk menambah jumlah

penonton.

Citra diri seorang Wafa Soedjono, membuat dirinya dikenal para

penikmat aplikasi TikTok. Ciri khasnya yang unik serta konten video yang

disajikan nya selalu memiliki keunikan yang konsisten di mata netizen

TikTok. Hal ini menjadi menarik untuk diteliti pada akun media sosial

TikTok. Setiap manusia khususnya praktisi public relations juga dituntut

untuk memiliki citra diri yang baik, serta positif. Karena seorang praktisi

public relations merupakan ujung tombak sebuah perusahaan dan ikon

bagi perusahaan maupun organisasi. Oleh karena itu peneliti memutuskan

untuk melakukan penelitian dengan judul “CITRA DIRI SELEB TIKTOK

WAFA SOEDJONO PADA AKUN @WAFASOEDJONO”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti

merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

“Bagaimana citra diri seleb TikTok Wafa Soedjono dalam akun

@Wafasoedjono ?”.
1.3 Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dari diadakannya penelitian, yaitu untuk

mengetahui citra diri seleb TikTok Wafa Soedjono dalam akun

@Wafasoedjono.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memebrikan kontribusi dan

masukan bagi pengembangan studi Ilmu Komunikasi khususnya

mengenai Public Relations. Selain itu, dengan adanya penelitian ini

diharapkan dapat menambah kajian baru dalam ilmu personal branding

dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya memahami konteks

dari citra diri dalam diri manusia.

1.4.2 Manfaat Praktis

Adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan dan

masukan bagi Wafa Soedjono dalam melakukan evaluasi untuk terus

meningkatkan konten mempertahankan citra diri dalam media sosial

TikTok pada akun @Wafasoejono.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Penelitian Sebelumnya

Adanya penelitian sebelumnya dapat mempermudah peneliti dalam

memperbanyak teori yang digunakan karena peneliti menjadikannya

sebagai acuan dan landasan dalam melakukan penelitian ini. Berikut

adalah penelitian terdahulu yang peneliti gunakan :

2.1.1 Citra Diri dan Popularitas Artis

Penelitian yang berjudul “CITRA DIRI DAN POPULARITAS ARTIS”

disusun oleh Meilanny Pattipeilohy asal Fakultas Ilmu Komunikasi,

Universitas Padjadjaran, di publikasikan pada jurnal Garuda. Adanya

penelitian ini di latarbelakangi oleh Media massa sebagai media informasi

publik menjadi media promosi bagi artis untuk mendapatkan popularitas

dan keuntungan secara finansial.

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan paradigma

teori dengan merujuk pada teori fenomenologis, maka penelitian dengan

mengungkapkan pengelolaan kesan artis dalam media massa

menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan teori dramaturgi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang paling mempengaruhi

citra diri artis adalah orang-orang sekitar yang berinteraksi dengan dirinya,

karena interaksi tersebutlah yang akan menjadi realita. Realita tersebut


harus mampu dibingkai artis menjadi bagian dari citra dirinya. Sebelum

berhadapan dengan wartawan untuk diwawancara, artis melakukan

beberapa persiapan untuk menampilkan citra diri yang positif di hadapan

wartawan. Artis memahami sepenuhnya makna popularitas bagi dirinya.

Citra diri yang ditampilkan oleh artis, jika dibingkai secara positif oleh

wartawan dalam berita di media massa, maka akan memberi kesan positif

juga oleh publik. (Pattipeilohy, 2015)

2.1.2 Citra Diri Seorang Da’I di Media Sosial

Penelitian yang berjudul ”Citra Diri Seorang Da’I di Media Sosial”

disusun oleh Selly Oktaviani, berasal dari Pascasarjana Program Studi

Komunikasi Penyiaran Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, di publikasikan

pada jurnal Garuda. Media sosial sebagai media informasi dan komunikasi

publik saat ini, menjadi media dakwah bagi da’i untuk menyampaikan

dakwahnya secara meluas. Seorang da’i membutuhkan citra diri yang baik

agar bisa dipercaya orang dan dakwahnya bisa diterima dengan mudah

oleh masyarakat (mad’u).

Untuk mengungkapkan citra diri seorang da’i dalam media sosial,

penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan teori

dramaturgi. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa citra diri seorang da’i dibentuk

sesuai dengan alasan atau tujuan beliau berdakwah. Seorang da’i


menggunakan beragam cara agar tujuan dakwahnya berhasil. Citra diri

digunakan untuk menarik perhatian sasaran dakwah (mad’u) nya.

Sebelum berhadapan dengan mad’u untuk bertausiyah, seorang da’i

melakukan beberapa persiapan untuk menampilkan citra diri yang

meyakinkan dihadapan mad’u. Da’i memahami sepenuhnya makna

kepercayaan bagi dirinya. Citra diri yang meyakinkan yang ditampilkan

oleh da’i, maka akan memberi kesan positif juga oleh mad’u. Meyakinkan

disini, dapat dilihat dari sikap, pakaian, dan perkataan da’i tersebut.

Dengan begitu, dakwah bisa diterima oleh banyak orang. (Oktaviani,

2019)

Tabel 1 : Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu

No.
Nama,Judul Persamaan
Penelitian, Metode Teori Hasil dan
Lembaga dan Penelitian Penelitian Penelitian Perbedaan
Tahun Penelitian
1. Esther Meilany paradigma Teori Hasil Persamaan
Pattipeilohy, teori Dramaturgi penelitian nya adalah
“CITRA DIRI dengan menunjukkan tema
DAN merujuk bahwa yang penelitian
POPULARITA pada teori paling dan metode
S ARTIS”, fenomenol mempengaruhi penelitian
Fakultas Ilmu ogis, maka citra diri artis yang
Komunikasi, penelitian adalah orang- digunakan.
Universitas dengan orang sekitar Sedangkan
Padjadjaran, mengguna yang perbedaann
2015. kan berinteraksi ya adalah
metode dengan teori dan
kualitatif dirinya, karena objek yang
interaksi diteliti.
tersebutlah
yang akan
menjadi
realita. Realita
tersebut harus
mampu
dibingkai artis
menjadi
bagian dari
citra dirinya.
Sebelum
berhadapan
dengan
wartawan
untuk
diwawancara,
artis
melakukan
beberapa
persiapan
untuk
menampilkan
citra diri yang
positif di
hadapan
wartawan.
Artis
memahami
sepenuhnya
makna
popularitas
bagi dirinya.
2. Selly metode Pendekatan Hasil Persamaan
Oktaviani, kualitatif teori penelitian nya adalah
”Citra Diri dramaturgi menunjukkan tema
Seorang Da’I bahwa citra diri penelitian
di Media seorang da’i dan metode
Sosial”, dibentuk penelitian
Pascasarjana sesuai dengan yang
Program Studi alasan atau digunakan.
Komunikasi tujuan beliau Sedangkan
Penyiaran berdakwah. perbedaann
Islam,UIN Seorang da’i ya adalah
Sunan Ampel menggunakan teori dan
Surabaya, beragam cara objek yang
2019. agar tujuan diteliti.
dakwahnya
berhasil. Citra
diri digunakan
untuk menarik
perhatian
sasaran
dakwah
(mad’u) nya.
seorang da’i
melakukan
beberapa
persiapan
untuk
menampilkan
citra diri yang
meyakinkan
dihadapan
mad’u.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Public Relations

Public Relations atau dalam Bahasa Indonesia adalah Hubungan

Masyarakat (HUMAS) adalah seni menciptakan pengertian publik yang

lebih baik sehingga dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap

suatu individu/organisasi. (Datuela, 2013)

Adapun humas itu sendiri berfungsi untuk memberikan suatu

pengertian, masukan, informasi baik kepercayaan, pelayanan diri dan

untuk publik. Semua itu bertujuan untuk terjalinnya suatu hubungan yang

harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan masyarakat. Bukan

hanya untuk kepentingan perusahaan, namun humas juga melakukan

komunikasi timbal balik dari publik kepada perusahaan. Publik

memerlukan perhatian dan pengertian perusahaan untuk pembuktian


terhadap keberhasilan sebuah perusahaan. (Sari & Soegiarto, Fungsi dan

Peran Humas di Lembaga Pendidikan, 2019)

Dalam praktik PR, strategi biasanya ditentukan pada konsep,

pendekatan atau rencana umum untuk program yang didesain untuk

mencapai tujuan. Menurut Jim Lukaszweski, strategi adalah kekuatan

penggerak dalam setiap bisnis atau organisasi. Strategi adalah kekuatan

intelektual yang membantu mengorganisir, memprioritaskan dan

memberikan energi. Tanpa energi, tidak akan ada arah, dan tanpa strategi

tak akan ada momentum. Tanpa strategi tak akan ada pengaruh apa-apa.

(Datuela, 2013)

Menurut Cutlip, Center dan Broom (Morrisan,2006:89) pelaksanaan

strategi PR dalam berkomunikasi dikenal dengan istilah „7-Cs PR

Communications‟ yakni sebagai berikut:

1) Credibility (Kredibilitas) Komunikasi dimulai dari suasana saling percaya

yang diciptakan oleh pihak komunikator dengan cara sungguh-sungguh

untuk melayani publiknya yang memiliki keyakinan dan respect.

2) Context (Konteks) Berkaitan dengan sesuatu yang berhubungan

melalui lingkungan kehidupan sosial, pesan harus disampaikan dengan

jelas serta sikap partisipatif. Komunikasi efektif sangat diperlukan untuk

mendukung lingkungan sosial melalui pemberitaan diberbagai media

massa.
3) Content (Isi) Isi pesan dalam strategi ini haruslah menyangkut

kepentingan orang banyak sehingga informasi dapat diterima sebagai

sesuatu yang bermanfaat secara umum untuk masyarakat.

4) Clarity (Kejelasan) Pesan disusun dengan kata-kata yang jelas, mudah

dimengerti serta memiliki pemahaman yang sama (maksud, tema dan

tujuan) antara komunikator dan komunikan.

5) Continuity and Consistency (Kontinuitas dan Konsistensi) Komunikasi

merupakan proses yang tidak pernah berakhir, oleh karena itu dilakukan

secara berulang-ulang dengan berbagai variasi pesan serta pesan-pesan

tersebut harus sesuai. Dengan cara demikian, akan mudah melakukan

proses komunikasi untuk membujuk publiknya.

6) Channels (Saluran) Menggunakan saluran media yang tepat dan

terpercaya serta dipilih oleh khalayak sebagai target sasaran. Pemakaian

saluran media yang berbeda, akan berbeda pula efek yang ditimbulkan.

Dalam hal ini seorang PR harus memahami perbedaan dan proses

penyebaran informasi secara efektif.

7) Capability of The Audience (Kapabilitas Khalayak) Memperhitungkan

kemampuan yang dimiliki oleh khalayak. Komunikasi akan efektif bila

berkaitan dengan faktor-faktor seperti kebiasaan dan peningkatan

kemampuan membaca dan pengembangan pengetahuan khalayak.

(Datuela, 2013)
2.2.2 Citra

Citra merupakan kesan yang dirasakan oleh perorangan atau

secara kelompok ataupun melalui organisasi kepada suatu objek atas

dasar pengetahuan dan pengalaman seseorang yang sudah terjadi baik

itu pendapat yang baik atau buruk sehingga nantinya dapat berpengaruh

terhadap objek tersebut. (Sari & Nursyamsiah, 2013)

Citra dapat berupa tanggapan positif berbentuk dukungan, ikut

serta, peran aktif sampai tindakan positif lainnya dan tanggapan negatif

yang berbentuk penolakan, permusuhan, kebencian atau bentuk negatif

lainnya. Citra akan melekat pada setiap diri individu maupun instansi,

tanggapan positif maupun negatif tergantung pada proses bagaimana

pembentukannnya dan pemaknaan dari objek sasaran pembentukan citra.

(Wiranata, 2017)

Jenis-Jenis Citra Menurut Frank Jefkins dalam bukunya Hubungan

Masyarakat menyebutkan adanya beberapa citra yaitu:

1. Mirror Image (Citra Bayangan). Sebuah penggambaran citra yang

diyakini dan dianggap benar oleh perusahaan atau pimpinan dalam

suatu perusahaan memiliki anggapan 9 pihak luar dari perusahaan

sudah memandang bahwa perusahaannya memiliki tanggapan baik,

padahal tidak selamamnya pandangan dari luar perusahaan selalu

baik. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan keinginan yang berbeda
dengan realita yang terjadi pada publik luas mengenai instansinya

tersebut.

2. Current Image (Citra Kini). Citra yang erat kaitannya dengan word of

mouth atau informasi yang di peroleh dari orang lain. Citra kini

berkaitan dengan pengalaman seseorang mengenai suatu

organisasi/instansi/perusahaan yang kemudian pengalaman yang dia

dapatkan diceritakan kepada orang lain. Hal tersebut tidak akan

menjadi sebuah permasalahan ketika diceritakan adalah hal yang

positif mengenai instansi, tapi akan menjadi suatu permasalahan yang

serius ketika pengalaman yang di ceritakan adalah sesuatu yang

negatif mengenai instansi, yang sifatnya permusuhan, kecurigaan,

prasangka buruk (prejudice) sehingga mengakibatkan munculnya

kesalahapahaman (misunderstanding) yang mengakibatkan ketidak

percayaan terhadap suatu instansi.

3. Wish Image (Citra Keinginan). Citra yang harapan nya dari instansi

dan di terima dan dimaknai dengan baik oleh publiknya. Citra

keinginan merupakan citra yang berbanding lurus antara harapan dan

hasil, intansi memiliki harapan yang positif dan publiknya memerima

kesan tersebut secara positif.

4. Corporate Image (Citra Perusahaan) Sebuah upaya perusahaan

mengenai tujuan kedepan perusahaan di mata publiknya, tentang

bagaimana citra perusahaan mendapatkan citra positif, lebih di kenal


dan di terima dengan baik oleh publiknya. Humas berperan untuk

mengupayakan dan bertanggung jawab untuk bagaimana memajukan

citra perusahaan yang menjadi salah satu tujuan utama perusahaan.

5. Multiple Image (Citra Serbaneka). Merupakan citra pelengkap dari

citra perusahaan. Hal ini bisa meliputi logo, atribut identitas, brand

name, uniform, para pekerja profesionalnya yang diidentifikasikan

kedalam citra serbaneka yang diintegarasikan dengan citra

perusahaan.

6. Performance Image (Citra Penampilan). Citra ini lebih ditujukan

kepada subyek dari perusahaan yang berkaitan dengan kinerja atau

penampilan diri dari setiap anggota organisasi sehingga dapat

membawa citra organisasi. Hal ini juga bisa diartikan dengan etika

perusahaan mulai dari menyapa, bersikap, serta berinteraksi dengan

pelanngannya. (Yadin, 2003)

2.2.3 Citra Diri

Citra diri (self image) adalah persepsi tentang diri sendiri, dan

seringkali tidak disadari, karena memiliki bentuk yang sangat halus atau

abstrak. Citra diri memiliki beragam definisi, menurut (Zakirah, 2017) citra

diri merupakan sebuah gambaran atau prespektif sekilas mengenai diri

sedniri yang dibuat oleh diri kita sendiri, namun tidak semua tergambar

sesuai kenyataan.
Dalam proses membentuk citra diri, personal branding menjadi

salah satu cara dengan tujuan membentuk presepsi positif pada setiap

orang. (Gustafian, 2014) Delapan hal berikut merupakan konsep utama

yang menjadi acuan dalam membangun suatu personal branding

seseorang (Peter Montoya, 2002) :

1. Spesialisasi (The Law of Specialization)

Ciri khas dari sebuah personal brand yang hebat adalah ketepatan

pada sebuah spesialisasi, terkonsentrasi pada sebuah kekuatan, keahlian.

atau pencapaian tertentu. Spesialisasi dapat dilakukan pada satu atau

beberapa cara, yakni :

a. Ability – misalnya sebuah visi yang strategis dan prinsip-prinsip awal

yang baik.

b. Behavior – misalnya keterampilan dalam memimpin, kedermawanan,

atau kemampuan untuk mendengarkan.

c. Lifestyle – misalnya hidup dalam kapal (tidak di rumah seperti

kebanyakan orang), melakukan perjalanan jauh dengan sepedah

dan lain-lain.

d. Mission – misalnya dengan melihat orang lain melebihi presepsi

mereka sendiri.

e. Product – misalnya futuris yang menciptakan suatu tempat kerja

yang menakjubkan.

f. Profession-niche within niche – misalnya pelatih kepemimpinan yang

juga seorang psikoteriapis.


g. service – misalnya konsultan yang bekerja sebagai seorang non-

executive director.

2. Kepemimpinan (The Law of Leadership)

Masyarakat membutuhkan sosok pemimpin yang dapat

memutuskan sesuatu di suasana penuh ketidakpastian dan memberikan

suatu arahan yang jelas untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sebuah

personal brand yang dilengkapi dengan kekuasaan dan kredibilitas

mampu memosisikan seseorang sebagai pemimpin yang terbentuk dari

kesempurnaan seseorang.

3. Kepribadian (The Law of Personality)

Sebuah personal brand yang hebat harus didasarkan pada sosok

kepribadian yang apa adanya, dan hadir dengan segala

ketidaksempurnaannya. Konsep ini menghapuskan beberapa tekanan

yang ada pada konsep kepemimpinan (the law of leadership), seseorang

harus memiliki kepribadian yang baik, namun tidak harus menjadi

sempurna.

4. Perbedaan (The Law of Distrinctiveness)

Sebuah personal brand yang efektif perlu ditampilkan berbeda

dengan yang lainnya. Banyak ahli pemasaran membangun suatu merek

dengan konsep yang sama seperi kebanyakan merek yang ada di pasar,

dengan tujuan untuk menghindari konflik. Namun, hal ini justru merupakan

suatu kesalahan, sebab merek-merek mereka akan tetap tidak dikenal di

antara sekian banyak merek yang ada di pasar.


5. Visibilitas (The Law of Visibility)

Untuk menjadi sukses, personal brand harus dapat dilihat secara

konsisten terus-menerus, sampai personal brand seseorang dikenal.

Maka, visibility lebih penting dari kemampuan (ability) nya. Untuk menjadi

visible (bervisi), seseorang perlu mempromosikan dirinya, memasarkan

dirinya, menggunakam setiap kesempatan yang ditemui, dan memiliki

beberapa keberuntungan.

6. Kesatuan (The Law of Unity)

Kehidupan pribadi seseorang di balik personal brand harus sejalan

dengan etika moral dan sikap yang telah ditentukan dari merek tersebut.

Kehidupan pribadi selayaknya menjadi cermin dari sebuah reputasi yang

ingin ditanamkan dalam personal brand.

7. Keteguhan (The Law of Persistence)

Setiap personal brand membutuhkan waktu untuk tumbuh. Dan,

selam proses tersebut berjalan, penting untuk selalu memerhatikan setiap

tahapan dan tren. Dapat pula dimodifikasikan dengan iklan atau public

relation. Seseorang harus tetap tegus pada personal brand awal yang

telah dibentuk, tanpa pernah ragu-ragu dan berniat mengubahnya.

8. Nama Baik (The Law of Goodwill)

Sebuah personal bran akan memberikan hasil yang lebih baik dan

bertahan lebih lama, jika seseorang di belakangnya dipersepsikan dengan

cara yang positif. Seseorang tersebut harus diasosiasikan dengan sebuah

nilai atau ide yang diakui secara umum positif dan bermanfaat. (Raharjo,
2019). Untuk membangun sebuah personal branding diperlukan media

sebagai perantara, seperti seleb TikTok Wafa Soedjono.

2.2.4 TikTok

Pada tahun 2016, aplikasi TikTok diciptakan pertama kali di negara

China oleh ByteDance. Kemudian, tahun 2018 aplikasi TikTok mulai

memasuki Indonesia, dan kembali diblokir oleh Kementrian Komunikasi

dan Informatika pada tahun 2018 karena banyak masyarakat yang

menolak kehadirannya yang di anggap kurang pantas untuk digunakan

anak di bawah umur, terdapat banyak video joget yang tidak senonoh

menurut banyak orang.

Saat awal tahun 2020, aplikasi TikTok yang pernah di tolak banyak

pihak kembali digunakan masyarakat Indonesia khususnya saat awal

pandemi covid-19. Banyak orang menjadi bosan karena harus beraktivitas

di rumah saja. Media sosial TikTok meskipun bukan aplikasi yang wajib

digunakan sebagai trobosan kesulitan saat pandemi, namun aplikasi ini

mampu mengalahkan aplikasi lain seperti meet, zoom dan aplikasi lain

penunjang work from home. TikTok bahkan mengalahkan aplikasi video

conference yang marak digunakan saat pandemi covid-19.

Selama pandemi covid-19 aplikasi TikTok telah menjadi budaya

popular di Indonesia (Hasiholan, 2020). Menurut pendapat Sorrels (2015)

Budaya popular adalah budaya yang kehadiran nya disukai banyak orang

dan tidak diikat oleh kelas sosial tertentu, semakin kesini budaya popular
semakin besar damoaknya di era digital, melihat betapa mudahnya cara

kita mengakses informasi memiliki dampak yang besar pada budaya

popular yang ada di suatu negara. (Satriyati, 2021)

Aplikasi TikTok di Indonesia tidak dapat dipungkiri kini telah

menyebar luas. Banyak dampak yang diberikan oleh budaya popular

TikTok, salah satunya adalah dampak yang diberikan kepada anak muda

Indonesia untuk lebih kreativ. Kreativ dalam hal pembuatan konten video

pada aplikasi TikTok. (Satriyati, 2021)

TikTok memiliki ciri khas tersendiri. Video yang diunggah oleh

TikTok memiliki “watermark” berupa username yang membedakannya

dengan aplikasi lainnya (D. Putri and Adawiyah 2020 ). Selain itu, ciri khas

TikTok menurut Gabriel Weimann dan Natalie Masri adalah algoritma

dalam halaman utamanya yang bernama “For You” atau disingkat FYP

(For You Page). Dalam halaman ini setiap video unggahan pengguna lain

baik yang diikuti maupun tidak, dapat ditayangkan sesuai video yang

paling disukai dan ditonton oleh pengguna aplikasi tersebut (Weimann dan

Masri, 2020: 10).

Menurut Susilowati, pengguna yang videonya sering ditayangkan

dalam FYP dapat menjadi populer di TikTok dan memiliki banyak pengikut

atau followers. Layaknya selebgram, akun TikTok yang memiliki banyak

followers atau dikenal banyak pengguna, sehingga disebut sebagai seleb

TikTok (Susilowati, 2018: 177).


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan penelitian adalah keseluruhan cara atau kegiatan

dalam sebuah penelitian yang dimulai dari perumusan masalah sampai

membuat suatu kesimpulan. (Fauziana, 2017). Pada penelitian kali ini,

peneliti menggunakan metode kualitatif. Sekaran dan Bougie (2010:422)

menuliskan penelitian kualitatif sebagai “research involving analysis of

data/information that are descriptive in nature and not readily quantifiable”

yang bisa diartikan secara bebas bahwa penelitian kualitatif adalah

penelitian yang melibatkan analisis data atau informasi yang aslinya

bersifat deskriptif dan tidak secara langsung dapat dikuantifikasikan.

Penelitian kualitatif sebagai penelitian yang melibatkan analisis

data berupa deskripsi dan data tersebut tidak dapat secara langsung

dikuantifikasi. Pengkuantifikasian data kualitatif dilakukan dengan

pemberian kode atau kategori. Jenis penelitian ini berupaya untuk

mentransformasi objek penelitian ke dalam bentuk yang dapat

dipresentasikan, seperti catatan lapangan (field note), hasil wawancara,

percakapan, foto-foto, rekaman, dan memo. Metode kualitatif ini

digunakan pada penelitian dengan kondisi objek yang alamiah bukan

eksperimental. (Indrawati, 2018)


Sementara itu metode penelitian ialah cara atau teknik ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu. Dengan

menggunakan metode penelitian maka tentunya suatu penelitian lebih

terarah secara sistematis dengan didasari oleh asumsi dasar. (Nurjana,

2019)

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian

deskriptif. Metode penelitian deskriptif menurut Sugiyono (2018, hlm. 86)

adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel

mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat

perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. Artinya

penelitian ini hanya ingin mengetahui bagaimana keadaan variabel itu

sendiri tanpa ada pengaruh atau hubungan terhadap variabel lain seperti

penelitian eksperimen atau korelasi

Peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dikarenakan

dalam penelitian yang berjudul “Citra Diri Seleb TikTok Wafa Soedjono

Dalam Akun @Wafasoedjono”, peneliti ingin menjaskan citra diri seorang

seleb TikTok Wafa Soedjono pada akun @Wafasoedjono dengan

menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi yang

hasilnya berupa deskripsi dari setiap tahapan yang diamati berdasarkan

teori yang digunakan dalam penelitian ini.


3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Pada Penelitian ini, peneliti melakukan wawancara untuk

mendapatkan informasi dan gambaran yang jelas dan lengkap. Oleh

karena itu, peneliti menetapkan tempat untuk melakukan wawancara pada

aplikasi video berbasis zoom meeting. Untuk waktu penelitian, penelitian

ini akan dilakukan dari bulan Februari hingga Maret 2022 secara virtual.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek Penelitian Dalam penelitian kualitatif dikenal dengan istilah

subjek penelitian. Menurut Suliyanto (2018:19) penelitian kualitatif adalah

penelitian yang didasarkan pada data kualitatif, dimana data kualitatif

adalah data yang tidak berbentuk angka atau bilangan sehingga hanya

berbentuk pernyataan-pernyataan atau kalimat. Subjek penelitian dalam

penelitian kualitatif disebut dengan istilah informan, yaitu orang yang

memberikan informasi mengenai data yang diinginkan peneliti berkaitan

dengan penelitian yang sedang dilaksanakan. Informasi ini dapat berupa

situasi dan kondisi latar belakang penelitian. (Fairus, 2020)

Pemanfaatan informan dalam penelitian kualitatif adalah untuk

menjaring banyak informasi yang dibutuhkan secara mendalam dengan

waktu yang singkat. Dengan memanfaatkan informan, peneliti juga dapat

melakukan tukar pikiran atau membandingkan kejadian yang ditemukan

dari subjek lainnya. (Winata, 2020)


Pada penelitian ini, peneliti menggunakan informan penelitian yang

terdiri dari informan penelitian utama (Key Informan) dan Informan yang

berasal dari bagian internal maupun eksternal objek penelitian. Untuk

subjek penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini terdapat

empat orang, yaitu 1 orang informan penelitian utama (Key Informan) dan

tiga orang informan yang berasal dari bagian internal dan eksternal objek

penelitian. Oleh karena itu, pengambilan informasi ini peneliti lakukan

menggunakan wawancara kepada masing-masing informan.

3.3.1 Key Informan

Menurut Hendarsono dalam Suyanto (2005) informan kunci (key

informan) yaitu mereka yang memiliki dan mengetahui berbagai informasi

pokok yang diperlukan dalam penelitian. (Sondak, 2019)

Dalam hal ini key informan yang ditetapkan oleh peneliti yaitu, Wafa

Soedjono selaku pemilik akun media sosial TikTok @Wafasoedjono.

Peneliti menetapkan Wafa Soedjono sebagai key informan karena dalam

penelitian ini Wafa menjadi pusat pada pokok penelitian serta mempunyai

informasi lengkap mengenai citra diri pada akun media sosial TikTok

miliknya.
3.3.2 Informan Tambahan

Menurut Hedarsono dalam Suyanto (2005) Informan tambahan

yaitu orang yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung

terlibat dalam interaksi sosial yang ditelitit. (Sondak, 2019)

Informan tambahan pada penelitian ini adalah Hafieluddin Wakhid

Soedjono Sebagai kakak kandung dari Wafa Soedjono yang menjadi saksi

seorang Wafa terjun dalam dunia TikTok., informan tambahan selanjutnya

yaitu Farin dan Husein selaku followers aktif akun TikTok

@Wafasoedjono.

Berikut kriteria followers aktif akun TikTok @Wafasoedjono yang menjadi

informan tambahan dalam penelitian ini :

1. Mem-follow akun TikTok @Wafasoedjono

2. Followers aktif dalam like maupun coment pada setiap video TikTok

@Wafasoedjono

3.4 Teknik Kalibrasi Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif, Lincoln dan Guba dalam trochim

mengusulkan empat kriteria untuk menilai kualitas penelitian kualitatif

salah satunya yaitu dengan menggunakan uji kredibilitas. (Emzir, 2014)

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kriteria kredibilitas

sebagai pengukur kalibrasi keabsahan data. Dalam penelitian kualitatif,

penetapan hasil penelitian dapat dikatakan kredibel atau terpercaya jika


dilihat dari perspektif partisipan dalam penelitian tersebut. Partisipan

adalah satu satunya orang yang dapat menilai secara sah kredibilitas hasil

penelitian tersebut. Untuk melakukan uji kredibilitas dapat dilakukan

dengan berbagai macam cara, salah satunya triangulasi. (Emzir, 2014)

Teknik triangulasi dilakukan dengan menggunakan teknik yang

berbeda untuk mengecek data ke sumber yang sama, sedangkan

triangulasi waktu dilakukan dengan pengecekan dengan wawancara,

mengamati teknik lain pada waktu dan situasi yang berbeda. (Sondak,

2019)

Norman K. Denkin dikutip oleh Mudjia Rahardjo (2012)

mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi berbagai

metode yang dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari

sudut pandang dan perspektif yang berbeda. Menurutnya, triangulasi

meliputi empat hal, yaitu:

1. Triangulasi metode

Triangulasi metode dilakukan dengan cara membandingkan informasi

atau data dengan cara yang berbeda. Dalam penelitian kualitatif peneliti

menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei. Untuk

memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang

utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode

wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek

kebenarannya. Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan

yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.


Triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh

dari subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya.

2. Triangulasi antar-peneliti

Triangulasi antar-peneliti dilakukan dengan cara menggunakan lebih

dari satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini untuk

memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali

dari subjek penelitian. Namun orang yang diajak menggali data itu

harus yang telah memiliki pengalaman penelitian dan bebas dari konflik

kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan melahirkan bias

baru dari triangulasi.

3. Triangulasi sumber data

Triangulasi sumber data adalah menggali kebenaran informai tertentu

melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Misalnya, selain

melalui wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan

observasi terlibat (participant obervation), dokumen tertulis, arsip,

dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi dan

gambar atau foto. Masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti

atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan memberikan

pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang

diteliti.

4. Triangulasi teori

Hasil akhir penelitian kualitatif berupa sebuah rumusan informasi atau

thesis statement. Informasi tersebut selanjutnya dibandingkan dengan


perspektif teori yang televan untuk menghindari bias individual peneliti

atas temuan atau kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, triangulasi

teori dapat meningkatkan kedalaman pemahaman asalkan peneliti

mampu menggali pengetahuan teoretik secara mendalam atas hasil

analisis data yang telah diperoleh.

Dalam penelitian ini, untuk melakukan uji keabsahan data peneliti

menggunakan uji kredibilitas dengan teknik triangulasi sumber. Hal ini

dilakukan karena dalam pengumpulan data peneliti menggunakan

berbagai macam sumber seperti dokumentasi, observasi dan wawancara.

Dalam melakukan wawancara, peneliti juga menggunakan lebih dari satu

informan. Sehingga dari beberapa sumber yang didapatkan peneliti

dalam pengumpulan data, peneliti bisa melakukan uji keabsahan data

dengan Teknik triangulasi sumber. Nantinya peneliti akan melakukan

pengelompokan dan mendeskripsikan dari berbagai data yang sudah

didapatkan dari berbagai sumber yang ditetapkan. Dengan demikian,

diharapkan data yang dikumpulkan layak untuk dimanfaatkan. (Rahardjo,

2012)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Tujuan dari penelitian adalah untuk memperoleh data maka metode

pengumpulan data merupakan langkah yang paling vital dalam suatu

penelitian. Peneliti yang melakukan penelitian tidak akan mendapatkan

data yang diinginkan jika tidak mengetahui metode dalam pengumpulan


data. Menurut Sugiyono (2018:224) pengumpulan data dapat dilakukan

dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat

dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, pada

laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai

responden, pada suatu seminar, diskusi, di jalan dan lain-lain.

Terdapat beberapa cara yang digunakan oleh peneliti untuk

melakukan Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu :

1. Wawancara

Wawancara menjadi salah satu teknik yang digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian. Menurut Yusuf (2014:372) Wawancara

adalah suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara dan

sumber informasi atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi

secara langsung atau bertanya secara langsung mengenai suatu objek

yang diteliti.

2. Observasi

Menurut Sugiyono (2018:229) observasi merupakan teknik

pengumpulan data yang mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan

dengan teknik yang lain. Observasi juga tidak terbatas pada orang, tetapi

juga objek-objek alam yang lain. Melalui kegiatan observasi peneliti dapat

belajar tentang perilaku dan makna dari perilaku tersebut.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk

memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen,


tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang

dapat mendukung penelitian. Studi dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi atau wawancara akan lebih dapat

dipercaya atau mempunyai kredibilitas yang tinggi jika didukung oleh foto-

foto atau karya tulis akademik yang sudah ada. (Sugiyono, 2018)

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu cara untuk melakukan analisis

data yang bertujuan untuk mengolah data menjadi sebuah informasi,

dapat dimengerti karakteristiknya, dan berguna untuk menjawab

pertanyaan atau masalah yang berkaitan dengan penelitian baik berupa

mendeskripsikan data atau menarik kesimpulan berdasarkan data yang

sudah diperoleh dari sampel. (Tarjo, 2019)

Ada beragam model yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli

dalam melakukan analisis data. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

Model Miles dan Huberman. Model ini menjelaskan bahwa analisis data

kualitatif dilaksanakan secara interaktif (berhubungan satu dengan yang

lain) dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga data

sudah jenuh. Dalam model ini, terdapat langkah langkah dalam

menganalisis data yaitu:

1. Tahap Reduksi Data

Tahap ini dimulai dengan melakukan rangkuman, memberikan

kode, merumuskan temanya, mengelompokan dan menyajikan seluruh


data yang sudah diperoleh baik dari wawancara, catatan lapangan,

rekaman ke dalam bentuk narasi.

2. Tahap Penyajian Data

Tahap penyajian data adalah tahap kedua dalam melakukan

analisis data dimana dalam tahap ini peneliti akan mengkonstruksikan

seluruh data sebagai dasar pengambilan keputusan. Tahap ini diawali

dengan menganalisis segala proses reduksi data untuk memahami

intinya. kemudian penyajian datanya akan difokuskan ke dalam bentuk

ringkasan yang terstruktur.

3. Tahap Pengambilan Kesimpulan

Pada tahap ini, peneliti diharuskan untuk melakukan interpretasi

dengan mengartikan data yang sudah diperoleh. Untuk memastikan

kebenaran datanya, maka perlu melakukan perbandingan antara pola,

tema, dan kelompoknya melalui triangulasi. Jika dari keseluruhan data

saling berkaitan, maka peneliti langsung dapat menjalankan prose

transformasi data. (Tarjo, 2019)

3.7 Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan pada penelitian ini, yaitu seperti wawancara

yang dilakukan melalui aplikasi zoom meeting akibat adanya pandemi

virus covid-19 yang meningkat di beberapa wilayah di Indonesia.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini membahas mengenai seleb, asal

aplikasi TikTok. Muhammad Wafa Wahid Soedjono, atau yang lebih

dikenal Wafa Soedjono lahir di Kudus, 31 Oktober 2001. Wafa merupakan

anak kedua dari tiga bersaudara, Wafa memiliki kakak laki-laki dan adik

perempuan. Wafa lahir dan besar di kota Kudus bersama keluarganya.

Saat ini Wafa sedang menempuh Pendidikan tinggi di Politeknik

Negeri Jakarta, program studi D4 – Manajemen Keuangan, Jurusan

Akuntansi. Wafa memulai Pendidikan nya pada tahun 2019, dan saat ini

sedang menempuh semester 6. Ketika berkuliah, Wafa memilih untuk

tinggal di daerah Margonda Depok, agar mempermudah akses ke

kampus, namun karena Indonesia memasuki era pandemi covid-19

membuat Wafa memutuskan untuk lebih banyak menetap di Kudus, Jawa

tengah.

Ketika pandemi covid-19 pada 2020 lalu, membuat Wafa belajar

dan berkegiatan dari rumah. Namun, hal itu tidak membuat Wafa menjadi

membatasi kemampuannya, pada Agustus 2020, Wafa mencoba untuk

mengembangkan kemampuannya pada platform TikTok di waktu

senggangnya. Video pertama yang Wafa unggah saat itu, mengikuti trend
sound yang sedang viral di aplikasi TikTok tersebut, namun hal tersebut

kurang mendapatkan simpati dari netizen TikTok.

Satu bulan setelah itu, tepatnya bulan September Wafa kembali

membuat content video, yang menceritakan drama keluarga yang sering

terjadi di masyarakat umum, dan Wafa juga memasukan ciri khas medok

Bahasa Jawa yang biasa wafa gunakan dalam bahsa sehari-hari bersama

keluarganya.

Betapa terkejutnya Wafa, saat meninggalkan aplikasi tersebut

untuk menjalankan hobinya bersepedah video tersebut sudah ramai.

Dipenuhi dengan likes, coment dan tentunya mulai banyak netizen TikTok

yang memfollow akun TikTok Wafa.

Hal tersebut membuat seorang Wafa Soedjono semakin

bersemangat untuk membuat content di sela-sela waktu senggang saat

berkuliah. Wafa pun mulai mencurahkan ide-ide pada akunnya di media

sosial TikTok. Setelah content drama keluarga yang Wafa sajikan, netizen

TikTok tertarik akan Bahasa keseharian Wafa yaitu Bahasa Jawa serta

adat Jawa yang sering Wafa isyaratkan melalui drama keluarga tersebut.

Content selanjutnya Wafa membuat bagaimana sejarah budaya

Jawa, mulai dari Bahasa serapan dari bangsa Belanda selaku bangsa

yang pernah menduduki bangsa Indonesia. Dan ternyata content tersebut

dapat mencuri perhatian netizen TikTok dengan ditonton lebih dari 500

ribu kali dan hal tersebut pula yang semakin membuat pengikutnya

bertambah.
Wafa pun kembali membuat inovasi baru dengan memunculkan

gaya Bahasa Jawa halus yang di perbandingkan dengan Jawa kasar

tanpa adanya unsur penghinaan ataupun merendahkan. Dan content

tersebut juga mendapatkan simpati yang baik dari para netizen TikTok.

Tidak hanya itu, Wafa juga selalu memberikan kesan berbeda di setiap

videonya dengan memakai baju batik dan blangkon yang melekat di

kepalanya. Hal tersebut membuat para followers nya mengenalnya

dengan sebutan “Mas Blangkon”.

Selain Bahasa, Sejarah dan ciri khas Jawa yang melekat pada

content nya, Wafa juga menjelajah secara langsung wilayah-wilayah

bersejarah di Jawa. Tidak hanya disitu setelah beberapa content Wafa

berhasil membuatnya cukup terkenal di mata netizen TikTok, Wafa pun

membuaat inovasi baru dengan membuat content Jawa vs daerah lain

dan di beberapa content Wafa selalu di selingi dengan komedi yang juga

di sertai dengan unsur-unsur Jawa.

Gambar 3 : Profil TikTok @Wafasoedjono


(Sumber : https://vt.tiktok.com/ZSetjRYgM/)
Saat ini Wafa berhasil memiliki banyak likes kurang lebih 20 juta

serta pengikut di akun TikTok mencapai kurang lebih 794 ribu. Tidak

hanya mendatangkan banyak followers, dan Wafa juga membuat sebuah

fanbase fans untuk nya yang tergabung dalam grup telegram dengan

sebutan ‘Tap Kalem’. Tap kalem merupakan kata yang biasa Wafa

ucapkan di setiap content video nya,

Selain memiliki banyak followers, Wafa juga berhasil menarik

perhatian brand-brand terkenal yang memintanya untuk mempromosikann

sebuah produk maupun jasa pada akunnya tersebut.

Ide-ide kreativ dan persiapan yang matang di setiap content Wafa

ternyata di latar-belakangi dengan diri Wafa yang memang memiliki

pengalam dalam dunia teater di masa sekolah menengah atasnya. Tak

hanya itu Wafa juga sangat suka melatih kemampuan public speaking

yang ia terapkan di setiap contentnya.

Gambar 4 : Informasi Wafa Soedjono di salah satu media


(Sumber : https://kuyou.id/homepage/read/18943/kenalin-wafa-soedjono-
gen-z-yang-bagikan-edukasi-budaya-jawa-di-tiktok-gaes-memperkaya-
wawasan-kamu-lho )
Setelah berhasil menjadi content creator pada platform media

sosial TikTok, membuat Wafa cukup banyak dikenal oleh masyarakat

khusunya kaum milenial yang aktif bermain aplikasi TikTok. Pada

beberapa kali kesempatan Wafa juga sering diminta untuk menjadi

pembicara ataupun narasumber pada acara seminar maupun talkshow

yang di adakan oleh suatu instasi baik Pendidikan maupun organisasi.

4.2 Hasil Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana citra diri seorang seleb TikTok Wafa

Soedjono dalam akunnya @Wafasoedjono, peneliti telah melakukan

wawancara dengan beberapa informan. Kemudian dari seluruh data yang

diperoleh dari hasil penelitian ini, akan diuraikan berdasarkan hasil

wawancara dan teori yang digunakan peneliti.

Peneliti melakukan wawancara online melalui aplikasi Zoom

meeting dengan rincian narasumber sebagai berikut :

Tabel 2 : Key Informan

No. Nama Keterangan

Muhammad Wafa Wakhid Pemilik akun TikTok


1.
Soedjono @Wafasoedjono
Tabel 3 : Informan Tambahan

No. Nama Keterangan

Hafieluddin Wakhid
1. Kakak dari Wafa Soedjono
Soedjono

Followers aktif TikTok


2. Farin Indriani
@Wafasoedjono

Followers aktif TikTok


3. Muhammad Husein
@Wafasoedjono

Proses wawancara dengan key informan (K1) Hafieluddin Wakhid

Soedjono dilakukan pada hari Jumat, 18 Maret 2022 pukul 16.15 WIB.

Kemudian wawancara dengan Informan tambahan (I1) yaitu Hafieluddin

Wakhid Soedjono dilakukan pada hari Sabtu, 26 Maret 2022 pukul 17.00

WB. Lalu wawancara dengan Informan tambahan (I2) yaitu Farin Indriani

Farinindriani dilakukan pada Sabtu, 19 Maret 2022 pukul 19.45 WIB.

Terarhir Informan tambahan (I3) yaitu Muhammad Husein pada Minggu,

20 Maret 2022 pukul 19.30 WIB.

Selain itu dalam melengkapi data penelitian, peneliti juga

melakukan observasi non partisipan dan juga dokumentasi dengan

menelusuri media sosial TikTok Wafa Soedjono.

Berikut ini merupakan tahapan pembentukan citra diri Wafa

Soedjono melalui teori personal branding :


4.2.1 Spesialisasi

Spesialisasi merupakan salah satu tahapan yang sangat penting

untuk mengetahui bagaimana diri seseorang bisa memiliki ciri khas atau

hal yang spesial sehingga bisa disukai oleh orang lain. Wafa Soedjono

sebagai key informan dalam penelitian ini menjelaskan tentang perilaku

yang mendorong dirinya ketika menjadi Seleb TikTok, dengan penjelasan

sebagai berikut :

“ Adanya dorongan dari kakak saya, dimana kalau saya ga


dengerin omongan dari kakak saya ya saya ga akan membuat
video di platform media sosial gitu. Yang tadi saya katakana awal
nya iseng, nah dari situ kakak saya melihat kerjaan saya setiap hari
hanya scroll instragram atau TikTok, tiduran dan mainan hp. Hal
yang dia katakana ke saya saat itu, “ kamu mau sampai kapan
kayak gitu ? Apa otak kamu mau mati muda dengan hanya seperti
itu ? apa kamu tidak mau berkembang ? kamu bisa melihat mereka
berkembang tapi kamu sendiri malah Cuma tiduran doang, apa
kamu gamau berkembang kaya mereka ? dari pada kamu hanya
main hp terus dan kamu gatau akan menjadi apa jika begitu terus.
Dan dia itu bilang sampai tiga kali. Dan sampai ketiga kalipun saya
masih seperti itu. Dan karena saat itu masih pandemi tiba-tiba
terlintas untuk membuat video, jadi waktu itu aku paksa buat dan
ternyata dari kepaksaan itu jadi sebuah kesenangan. Dan setelah
membuat video ternyata asik juga. Dulu juga buatnya karena
TikTok itu kan ramai karena dance, dan waktu itu saya sampai
dance padahal waktu itu saya gabisa ngedance. Dan dari situlah
akhirnya aku membuat drama keluarga saya terinspirasi salah satu
creator di TikTok, jadi tidak hanya joget aja. Tapi drama yang aku
buat itu ya yang aku fikirkan yang ada di sekeliling saya. Apa nih
yang kejadian, dan pas beberapa kemudian tiba-tiba video saya
ramai dan FYP, dan sejak itu saya mulai memutuskan untuk terjun
di TikTok.” (Wafa,2021)
Berdasarkan wawancara di atas peneliti menarik kesimpulan,

bahwa perilaku yang mendorong Wafa Soedjono ketika menjadi seleb

TikTok adalah pembicaraan sang kakak yang membuat dirinya tergugah

untuk berkembang pada dirinya sendiri.


Key Informan juga menjelaskan kemampuannya ketika terjun

dalam media sosial TikTok.

“ Percaya diri, dan hal itu terbentuk Ketika saya ikut teater saat
masih bersekolah. Maka dari itu hal tersebut bukanlah pertama kali,
karena merupakan bekal dari sekolah dan saya pun enjoy
melakukannya. Selain itu saya juga masih belajar menganai public
speaking.” (Farin,2022)
Farin Indriani Farinindriani selaku informan tambahan juga

menambahkan kemampuan seleb TikTok Wafa Soedjono dari setiap

postingannya yang dilihat, sebagai berikut :

“ Yang saya lihat dari TikTok itu, mas Wafa public speaking nya
bagus. Lalu juga pinter ngelwak kak, Mas Wafa itu comedy banget
suka bikin ketawa. Jadi kadang kalau saya lagi bad mood lihat
content mas Wafa itu jadi happy lagi karena comedy nya.”
(Farin.2022).
Berdasarkan wawancara di atas peneliti menarik kesimpulan,

bahwa kemampuan Wafa Soedjono ketika menjadi seleb TikTok yang

pertama yaitu tingkat kepercayaan diri yang baik berasal dari

pengalamannya mengikuti ekskul teater saat sekolah dan kemampuan

public speaking yang Wafa miliki.

Selanjutnya ketika terjun dalam dunia TikTok key informan juga

menjelaskan misi yang Wafa miliki.

“ Sebenarnya saya memiliki misi bukan ketika terjun di TikTok,


tetapi pas saya melihat youtuber atau influencer lainnya yang
dimana kalau saya melihat mereka senang gitu bisa jalan-jalan
sambil membuat video dan mungkin memberikan cerita gitu bagi
yang menonton. Maka dari itu setelah saya terjun dan sudah ada
gambaran-gambaran dan misi saya hanya konsisten membuat
content, dan sembari mencari jati diri saya di platform itu seperti
apa. Dan kedepannya misi ini akan berkembang ya, untuk menjadi
hal yang lebih baik lagi. Mungkin seperti saya sudah ada platform
TikTok dan kedepannya butuh audiens yang lebih banyak, seperti
mencoba belajar di Youtube di, Instagram juga.” (Wafa, 2022).
Berdasarkan wawancara di atas peneliti menarik kesimpulan,

bahwa Misi Wafa Soedjono ketika menjadi seleb TikTok yaitu konsisten

dalam pembuatan content video, dan kedepannya misi tersebut akan

berkembang sesuai yang sudah Wafa rencanakan untuk memperluas

audiens pada media sosial lainnya.

Dalam tahap spesialisasi terdapat layanan yang dapat membentuk

citra diri seseorang yang di tampilkan dalam media sosialnya. Key

Informan memberikan penjelasan mengenai layanan yang Wafa sajikan

dalam content video di media sosial TikTok, sebagai berikut :

” Awalnya mengenai drama kehidupan keluarga yang mungkin


masyarakat sering mengalaminya. Kemudian untuk sekarang dan
kebelakangan ini malah budaya Jawa ya. Namun saat awal itu saya
juga menampilkan aksen Bahasa Jawa dalam video saya dan adat
anak kepada orang tua.” (Wafa,2022)
Sedangkan menurut Farin Indriani Farinindrianiselaku informan

tambahan dan fans dari akun TikTok Wafa Soedjono memberikan

penjelasan mengenai apa yang ditampilkan dalam akun TikTok

@Wafasoedjono, sebagai berikut : “Dari content mas Wafa itu selain

menyediakan content budaya Jawa, saya sebagai yang menonton selain

belajar juga terhibur. Karena dalam content nya tidak selalu edukasi atau

ada jawa, namun diselingi dengan comedy.” (Farin,2022).

Berdasarkan wawancara di atas peneliti menarik kesimpulan,

bahwa Layanan yang Wafa berikan kepada followers nya di akun media
sosial TikTok milik Wafa Soedjono adalah content edukasi budaya Jawa,

drama keluarga yang relate dengan kehidupan masyarakat dan content

comedy.

Setelah keberadaan Wafa mulai dikenal netizen TikTok, selanjutnya

Key informan menjelaskan bagaimana cara Wafa Soedjono

mempromosikan dirinya agar dikenal luas netizen TikTok dan sebagai

bentuk memasarkan diri secara psikologis, sebagai berikut :

“ sebenarnya saya kurang memiliki branding yang khusus


terencana gitu, awalnya ya saya hanya membuat content yang
sedang viral atau trend dengan budaya Jawa, dimana orang-orang
mengenali karakteristik sendiri, seperti followers saya tuh kenal kan
karena budaya Jawa kan istilahnya dulu Jawa comedy. Menurut
saya lebih ke karakter sih seperti content Jawa ya orang nya saya,
content A ya orangnya si A gitu. Tapi seiring berjalan nya waktu
saya pun memiliki visi untuk personal branding yang lebih besar
lagi, dimana dulu saya mengikuti alur namun sekarang harus
memiliki target.” (Wafa, 2022)
Dari penjelasan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa cara seorang

Wafa mempromosikan diri dengan mengikuti trend yang berkembang di

TikTok tanpa meninggalkan ciri khas asli Wafa, lalu Wafa juga membentuk

ciri khas dan karakteristik sehingga dirinya dapat dikenal luas dengan

keunikannya.

Dalam tahap spesialisasi, peneliti juga menambahkan profesi atau

hal yang diinginkan dari subjek penelitian. Key informan memberikan

penjelasan mengenai keinginanya, sebagai berikut :

“Content creator bukan hal yang saya inginkan, tetapi saya


berkeinginan membuat usaha menjadi seorang Enterpreuner.
Tetapi seiring berjalannya waktu saya suka membuat content video
Ketika iseng yang mungkin bisa menghibur dan bermanfaat bagi
orang lain.” (Wafa,2022).
Sesuai dengan Pendidikan Wafa, bahwa hal yang sebenarnya

Wafa Soedjono impikan adalah menjadi Enterpreuner di usia yang muda.

Namun, menjadi content creator juga bukanlah hal yang Wafa tidak

inginkan, dan Wafa nyaman ketika menjalaninya saat ini.

Pada tahapan terakhir spesialisasi membahas gaya hidup sang

seleb TikTok yang dirasakan sesudah dan sebelum menjadi seleb TikTok.

Key informan memberikikan penjelasan mengenai gaya hidup, sebagai

berikut :

“ Mungkin banyak sekali perbedaannya, misalnya dari kehidupan


sehari-hari yang biasanya fulltime Cuma mikirin kuliah, belajar dan
tugas. Tetapi sekarang harus membagi waktu kuliah dan membuat
content. Dan sekarang ada management waktunya dari membuat
content, kuliah dan waktu santainya gitu. Lalu kalau untuk segi
material, alhamdulillah bisa bayar uang kuliah sendiri, bisa jalan-
jalan dengan uang sendiri, beli sesuatu atau mau keluar juga pakai
uang sendiri yang tadinya masih minta ke orang tua. Walaupun
masih banyak keinginan tapi untuk saat ini saya tercukupi.”
(Wafa,2022)
Hafieluddin Wakhid Soedjono sebagai informan tambahan,

memberikan penjelasan sebagai berikut : “ Mungkin gaya hidup materi

dan rasa senang yang mungkin menikmati hasil kerja kerasnya sendiri.”

(Hafiel, 2022).

Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan gaya hidup sebelum

dan sesudah Wafa Soedjono menjadi seleb TikTok. Seperti pola hidup

yang lebih produktif dan materi yang ada saat ini lebih mencukupi.

4.2.2 Kepemimpinan
Dari yang terlihat pada akun media sosial TikTok Wafa Soedjono,

terlihat bahwa Wafa sudah merencanakan untuk kedepannya, dan Wafa

memiliki tanggung jawab atas akun TikTok nya serta para followers nya.

Key Informan memberikan penejasan terkait bagaimana

mengarahkan akun media sosial TikTok miliknya, sebagai berikut :

“ Saya tidak menjadikan TikTok sebagai patokan khusus tetapi,


tetapi sebagai batu loncatan dimana dengan dari TikTok saya bisa
mengenal banyak teman. Maka dari itu , tidak perlu nunggu
nantinya tetapi dari sekarang mulai nyicil-nyicil untuk memperluas
di aplikasi lain yang penting bisa beradabtasi.” (Wafa,2022)
Key informan kembali menjelaskan mengenai target kedepannya

akun media sosial TikTok @Wafasoedjono, sebagai berikut :

“Target saya yang pertama itu 1 juta followers dulu ya, dan untuk
content kedepannya saya tidak hanya membuat edukasi atau
content tentang Jawa tetapi lebih luas lagi yang dimana penonton
itu pasti ada bosennya jadi perlu variasi. Target itu pasti ada dan
saya fikirkan.” (Wafa,2022)
Dapat di simpulkan bahwa sebagai seleb TikTok penting untuk

memiliki sifat kepemimpinan dalam menjalankan akun maupun

mengarahan para followers nya, seperti yang dilakukan seorang Wafa

Soedjono yang mempersiapkan dan memiliki sifat leadership bagi para

fans nya.

4.2.3 Kepribadian

Dalam proses membangun citra diri seseorang, kepribadian

merupakan hal yang penting untuk mengetahui lebih jauh mengenai

keaslian diri Wafa dalam media sosial TikTok. Hafieluddin Wakhid


Soedjono selaku informan tambahan dan kakak dari Wafa Soedjono

memberikan penjelasan sebagai berikut : “ Saya melihat Wafa masih

mempertahankan keaslian ya,apalagi saya mengetahui kehidupan sehari-

harinya. Karena menurut dia juga, kembali lagi karakteristik sebuah

konten dengan diri sendiri itu penting.” (Hafiel,2022).

Menjadi seleb TikTok, dengan keunikan dan ciri khas tersendiri

bukanlah hal yang mudah. Sebagai seleb TikTok Wafa Soedjono, tetap

mempertahankan keaslian dalam dirinya yang ternyata merupakan ciri

khas dari akun TikTok miliknya.

Keaslian tidak hanya dilihat dalam diri Seleb TikTok Wafa

Soedjono, ternyata juga bisa terlihat dari originalitas content yang Wafa

sajikan pada akun TikTok nya. Muhammad Husein selaku followers

memberikan penjelasan, sebagai berikut :

“Menurut saya, media sosial itu apapun aplikasinya jahatnya itu


memang seperti itu. Jadi misalnya content A yang membuat seleb
ini namun bisa di claim bahwa yang pertama kali adalah seleb B
gitu, dan itu hal yang wajar terjadi di media sosial sih. Kalau untuk
content mas Wafa tidak menjiplak sih, karena content yang mas
Wafa buat juga rata-rata kesepakatan dengan fansnya.”
(Husein,2022).
Farin Indriani Farinindriani selaku informan tambahan juga

memberikan penjelasan, sebagai berikut :

“Menurut saya, dari kebanyakan video mas Wafa itu original.


Mungkin ada beberapa video yang memang mengambil atau
terinspirasi dari orang lain, tetapi mas Wafa itu pasti tag akun profil
orang tersebut. Tapi kebanyakam dari ide mas wafa
sendiri.”(Farin,2022).
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa seleb TikTok

Wafa Soedjono menampilkan content yang original pada platform media

sosial TikTok nya. Adanya beberapa content yang terlihat sama, namun

Wafa Soedjono tetap memiliki inovasi dalam setiap content nya.

Dalam tahapan kepribadian, terdapat kualitas dari video yang

ditampilkan seleb TikTok Wafa Soedjoni pada media sosial TikTok nya

tersebut. Farin Indriani Farinindriani selaku informan tambahan juga

memberikan penjelasan, sebagai berikut : “Kalau menurut saya pribadi,

berkualitas. Karena saya bisa dapat ilmu bisa terhibur juga.” (Farin,2022).

Muhammad Husein juga memberikan penjelasan, sebagai berikut :

“Kalau menurut saya hal ini sesuai pribadi masing-masing, kalau


untuk umum ya berkualitas sih. Tapi untuk spesifik ingin
mengetahui budaya Jawa, atau ingin belajar Bahasa Jawa ya
sangat berkualitas. Untuk tingkatan usia layak dan berkualitas sih.”
(Husein,2022).
Dapat disimpulkan bahwa, content yang disajikan Wafa memiliki

kualitas tersendiri di para followers nya. Namun, kualitas tersebut pun juga

bersifat umum yang bsa dinikmati oleh netizen TikTok.

4.2.4 Perbedaan

Dalam tahap membangun citra diri seleb TikTok di media sosial

penting untuk mengetahui perbedaan yang terjadi di media sosial TikTok

tersebut. Berbeda dalam hal ciri khas maupun keunikan pada tiap-tiap

content dengan content creator lainnya. Muhammad Husein informan


tambahan pada penelitian ini sekaligus salah satu followers akun TikTok

@Wafasoedjono memberikan penjelasan sebagai berikut : “Yang

membedakan itu ya karena mas Wafa itu membawa budaya Jawa sih di

content nya dan suka membawakan Bahasa Jawa yang halus gitu.”

(Husein,2022).

Farin Indriani Farinindriani informan tambahan, sekaligus salah

satu followers aktif Wafa Soedjono memberikan penjelasan sebagai

berikut :

“Kalau menurut saya, yang membuat berbeda adalah mas Wafa


suka menyelingi comedy di alur akun TikTok nya, mas Wafa itu
setiap bikin content itu blangkon nya dan baju batik itu sih yang
paling membuat mas Wafa berbeda dengan content creator
lainnya. Karena sampai sejauh ini saya main TikTok belum pernah
menemukan yang sama persis seperti keunikan mas Wafa ini.”
(Farin,2022)
Dapat disumpulkan bahwa content video yang ditampilkan Wafa

Soedjono dalam akun media sosial TikTok, memiliki perbedaan dengan

content creator lainnya. Dan perbedaan tersebut pula yang membuatnya

terkenal dan keunikan nya terlihat dari sudut pandang tersebut.

3.2.5 Visibilitas

Dalam konsep personal branding, terdapat visibilitas yang berarti

hal yang terjadi saat ini maupun kedepannya sudah di perhitungkan

dengan diri sendiri. Hal tersebut dapat di realisasikan dengan diri seleb

TikTok Wafa Soedjono mengenai konsisten pada setiap kontennya.


Key informan memberikan penjelasan, sebagai berikut :

” Saya konsisten itu, yang pertama paling tidak memposting satu


hari satu video di TikTok, nah di satu content itu pun juga memiliki
variasi. Misalnya, di hari senin content edukasi Jawa, di hari selasa
drama keluarga. Jadi ga harus melulu content Jawa. Jadi konsisten
disini agar memiliki keberagaman juga dari postingan saya.”
(Wafa,2022)
Farin Indriani Farinindriani informan tambahan, sekaligus salah

satu followers aktif Wafa Soedjono memberikan penjelasan sebagai

berikut : “Kalau menurut saya pribadi, cukup konsisten. Mungkin ada

selingan content di luar budaya Jawa, namun tidak menurangi ciri khas

Mas Wafa. “ (Farin,2022).

Dapat disimpulkan bahwa Wafa Soedjono cukup konsisten dalam

memposting content di platform TikTok miliknya. Cukup konsisten perihal

jadwal maupun untuk tetap menjadi dirinya sendiri.

Tahapan selanjutnya dalam Visibilitas adalah bagaimana cara Wafa

mengembangkan dirinya pada platform TikTok, salah satunya yaitu

dengan endorsement. Key Informan Wafa Soedjono memberikan

penjelasan, sebagai berikut :

“ Kalau untuk endors barang itu lebih mengarah menarik brand lain,
jadi dari endors saya sebagai content creator membuat bagaimana
video itu bagus dan menarik seperti tidak terlihat seperti endors tapi
sebenarnya endors gitu. Yang dimana hal itu bisa menarik brand
lain, mulai dari kualitas video memengaruhi alur video tersebut
bagaimana cara saya mempromosikan suatu brand. DI TikTok itu
kalau video yang original itu mudah di upload tapi kalau ada yang
membawa suatu brand yang tidak kerja sama dengan TikTok
biasanya itu rada susah, jadi saya membuat video endors biasanya
yang tidak kelihatan seperti endors banget tapi ya tetap sesuai
kesepakatan dengan brand yang meng endors.” (Wafa,2022)
Dapat disimpulkan bahwa Wafa Soedjono membuka endors dan

hal tersebut merupakan bonus yang Wafa dapatkan ketika menjadi

content creator. Namun, ketika mengendors suatu barang maupun jasa,

Wafa tetap berupaya untuk menggunakan ciri khas nya pada setiap

content yang Wafa tampilkan. Endorsement bukan perihal bagaimana

mempromosikan diri untuk memperluas followers, melainkan untuk

menarik bran lain untuk menggunakan jasa promosinya melalu

endorsement akun media sosial TikTok @Wafasoedjono.

4.2.6 Kesatuan

Dalam tahap kesatuan pada teori ini, merupakan etika moral yang

tertanam dalam diri. Key Informan Wafa Soedjono, menjelaskan

bagaimana Wafa bersikap terhadap netizen TikTok. Sebagai berikut :

“ … karena kalau ada yang suka pasti ada hate coment juga. Jujur
saya pernah di hujat sama netizen tapi saya menanggapi netizen
itu friendly aja sama semuanya gatau mereka lebih tua atau muda
tapi saya menganggap mereka semua itu teman sebaya dari
platform TikTok. Untuk hate coment itu biasanya yang saya
dapatkan itu pro atau kontra dari content yang saya bawakan.”
(Wafa,2022)
Farin Indriani sebagai informan tambahan memberikan penjelasan

dari yang dia lihat sebagai berikut :

“Dari yang saya lihat, kalau hate coment itu sama sekali tidak
pernah di tanggepin. Mas Wafa itu welcome banget, jadi yang di
bales itu hanya yang seru-seru aja dan yang bercanda gitu. Kalau
untuk hate coment saya sampai saat ini belum pernah lihat mas
Wafa menaggapi hal itu.” (Farin 2022)
Dapat disimpulkan bahwa Wafa Soedjono memiliki etika moral

yang cukup baik dan bijak dalam menganggapi komentar pada akun

media sosial TikTok miliknya.

Selain sikap dari content creator Wafa Soedjono, juga penting

untuk membentuk reputasi yang baik di mata para netizen TikTok,

terpenting para followers nya. Farin Indriani informan tambahan dan

followers aktif Wafa memberikan penjelasan sebagai berikut :

“… dari content mas Wafa, ternyata banyak sekali hal yang belum
saya ketahui misalnya sejarah Jawa, silsilah Jawa, nama-nama
keturunannya gitu. Apa ya menurut saya sebelumnya saya sudah
faham budaya Jawa, ternyata masih banyak yang belum saya
pelajari dari content mas Wafa ini sangat membantu.” (Farin,2022)
Sesuai dengan keunikan serta karakteristiknya, reputasi Wafa

Soedjono dalam dunia TikTok sangatlah sesuai. penggemar memandang

Wafa sebagai seseorang yang memang mengedukasi pperihal

kebudayaan Jawa.

4.2.7 Keteguhan

Setiap manusia wajib untuk memiliki keteguhan dalam diri nya

sendiri. Termasuk content creator Wafa Soedjono, yang memiliki

keteguhan dalam dirinya sendiri. Keteguhan melibati tahapan yang Wafa

persiapkan dalam membuat content video di media sosial TikTok nya.

Key informan Wafa Soedjono, memberikan penjelasan sebagai

berikut :
“ Kalau untuk persiapan sebenarnya tidak ada ya, jadi hanya
kadang saya tuh membuat content hanya sepintas jadi seperti
sedang iseng lalu kepikiran dan langsung membuat nya gitu.
Namun, ada hal yang membutuhkan persiapan dimana seperti
beberapa content saya yang memang memiliki alur cerita nya
bagaimana, karakternya bagaimana dan membuat script nya
bagaimana. Kalau yang sekarang-sekarang ini lebih banyak yang
sesuai dengan ide yang terlintas di fikiran saya saat itu
juga.”(Wafa,2022)
Informan tambahan Hafieluddin Wakhid Soedjono, selaku kakak

dari content creator Wafa memberikan penjelasan sebagai berikut :

“Sangat baik, karena Wafa kalau mau buat konten itu di menulis scrip dan

alur ceritanya dulu.” (Hafiel,2022)

Kesimpulan dari bagaimana persiapan Wafa Soedjono dalam

membuat content ternyata cukup baik sehinggal menghasilkan content

yang maksimal dan disukai para followers.

Selain membutuhkan persiapan, menjadi content creator juga perlu

mengikuti trend yang berkembang dalam media sosial TikTok. Key

informan Wafa Soedjoni memberikan penjelasan sebagai berikut :

“Saya mengikuti, dan saya yakin setiap content creator pasti


mengikuti trend yang berkembang. Karena dari trend tersebut
membuat kita bisa berimpovisasi, missal saya ingin membuat ini
dengan versi beda, bukan copyright atau plagiat. Karena sebagai
content creator harus mengikuti arus kehidupan di platform
tersebut.” (Wafa,2022)
Farin Indriani menambahkan penjelasan sebagai berikut : ”Menurut

saya, Mas Wafa itu terkadang mengikuti kadang juga telat gitu

ngikutinnya. Tapi walaupun mengikuti juga mas Wafa tetap tidak pernah
meninggalkan ciri khasnya, seperti memakai baju batik dan blangkon.”

(Farin, 2022)

Kesimpulan dari Trend tersebut adalah Wafa Soedjono tetap

mengikutu trend yang berlaku pada media sosial TikTok tanpa

meninggalkan ciri khasnya.

4.2.8 Nama Baik

Dalam membangun citra diri melalui proses personal branding yang

terakhir yaitu nama baik. Nama baik dari seorang seleb TikTok Wafa

Soedjono meliputi presepsi dari followers yang melihat content Wafa dan

sudut pandang followers mengenai nilai yang terkandung dalam content

video akun TikTok Wafa Soedjono.

Muhammad Husein informan tambahan memberikan penjelasan

sebagai berikut : “Baik banget mas Wafa tuh dan humble,..”(Husein,2022)

Muhammad Husein juga menambahkan penjelasannya, sebagai

berikut :

“Jadi waktu itu saya baru banget aktif di grup telegram fans mas
Wafa dan kita semua lanjut ke panggilan suara bareng-bareng dan
mas Wafa itu baik banget seru dia membuat tebak-tebakan yang
memang jujur saya kaget banget kok content creator kaya gini, jadi
saya kaya mimpi gitu. Dan waktu itu saya ikutan main tebak-
tebakan dan menang terus yang menang di berikan hadiah sama
mas Wafa nya. Jadi dia benar-benar baik dan tidak membeda-
bedakan sama siapapun itu sih.” (Husein,2022)
Informan tambahan Muhammad Husein memperjelas

pembicaraannya. Hal itu terlihat bahwa Wafa soedjono berhasill

menciptakan pandangan yang positif kepada para followers nya.


Farin Indriani informan tambahan memberikan penjelasan terkait

nilai yang terkandung dalam content TikTok Wafa Soedjono, sebagai

beirkut : “… nilai ini ya bermanfaat bagi saya sebagai penonton content

mas Wafa. Seperti nilai sopan santun dalam adat Jawa yang di sampaikan

mas Wafa di salah satu videonya, mencontohkan sikap kepada orang

yang lebih tua harus sopan santun.” (Farin,2022)

Dapat disimpulkan bahwa content yang Wafa Soedjono sajikan

dalam media sosial TikTok miliknya, memiliki nilai yang bermanfaat bagi

yang menonton.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh

peneliti mengenai Citra diri seleb TikTok Wafa Soedjono dalam akun

@Wafasoedjono, maka diperoleh data untuk diolah dan dianalisis. Pada

pembahasan ini peneliti menyusun berdasarkan tujuan penelitian. Berkut

merupakan penjabaran langkah personal branding dalam membentuk citra

diri Seleb TikTok Wafa Soedjono :

A. Spesialisasi

Spesialisasi merupakan tahapan paling awal dalam membangun

citra diri melalui proses personal branding seseorang. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui Langkah awal dalam diri seseorang. Dalam tahap ini

terdapat 7 tahapan di antaranya; kemampuan, perilaku, gaya hidup, misi,

produk, profesi dan layanan.


Tahap pertama adalah kemampuan, sebagai content creator perlu

memiliki kemampuan untuk terjun dalam media sosial TikTok.

Kemampuan yang diakui dan diterima oleh netizen TikTok. Kemampuan

yang Wafa Soedjono miliki yaitu tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Hal

tersebut bisa Wafa Soedjono realisasikan ketika dirinya berakting dalam

content nya. Kemampuan tersebut dilatarbelakangi dengan tergabungnya

Wafa Soedjono pada ekstrakulikuler teater di masa sekolah menengah

atasnya. Selain itu Wafa juga mendalami dan mengasah Teknik public

speaking yang dimilikinya, hal itu terlihat dari bagaimana cara Wafa

berbicara.

Tahap kedua yaitu, perilaku. Perilaku yang mendorong Wafa untuk

terjun dalam dunia TikTok selain kemampuan yang dimilikinya yaitu

pembicaraan sang kakak. Pola hidup Wafa yang berantakan sebelum

terjun dalam dunia TikTok membuat sang kakak geram. Dari

percakapannya dengan sang kakak, akhirnya membuat Wafa tertegun

dan mencoba hal baru dan Wafa berhasil mengembangkan

kemampuannya pada content-content di TikTok.

Tahap ketiga yaitu gaya hidup. Wafa Soedjono merupakan remaja

sederhana di kesibukannya sebagai mahasiswa perguruan tinggi. Sifat

humble nya pada setiap orang tidak berubah maupun merubahnya ketika

Wafa berhasil menjadi seleb TikTok seperti sekarang ini.

Kesederhanaannya tetap dipertahankan walaupun Wafa berhasil


menikmati jerih payah usahanya pada hasil dari setiap content miliknya

pada aplikasi TikTok.

Pada tahap keempat yaitu Misi. Sebagai seleb TikTok, misi Wafa

untuk saat ini hanyalah konsisten untuk menghibur dan memberikan

manfaat dari setiap contentnya. Dan kedepannya misi ini akan terus

berkembang dengan seiring berjalannya waktu.

Pada tahap kelima, yaitu Produk. Produk disini yaitu mengenai

bagaimana cara Wafa Soedjono memasarkan dirinya ketika hendak terjun

dalam media sosial TikTok. Wafa Soedjono sebenarnya tidak

merencanakan branding khusus, namun Wafa memiliki ide tersendiri

untuk membuat dirinya dikenal dengan netizen TikTok. Dengan mengikuti

alur di aplikasi TikTok dengan ciri khasnya sendiri. Seperti mengikuti trend

misalnya sound yang viral dengan menggunakan unsur Jawa yang

melekat dalam dirinya.

Tahap keenam yaitu Profesi. Tahap ini dapat mengetahui hal yang

diinginkan seorang Wafa Soedjono. Hal yang diimpikan Wafa Soedjono

adalah menjadi enterpreuner di usia muda sesuai dengan teori yang

dipelajari dalam bangku Pendidikan tingginya. Namun seiring berjalannya

waktu tanpa ia sadari bahwa menjadi seleb TikTok juga menjadi

enterpreuner dalam bidang jasa, dengan membuka endors membantu

banyak brand dan membuka usaha jasa bagi yang membantu diri Wafa

Soedjono. Hal tersebut juga terlihat dari penghasilan perbulan yang Wafa

Soedjono dapatkan sekitar kurang lebih 12 juta rupiah.


Tahap terakhir yaitu layanan. Layanan merupakan pelayanan apa

yang diberikan seorang Wafa Soedjono kepada para followers nya. Dalam

setiap content video, selain menghibur bagi yang menonton Wafa juga

menyiapkan content edukasi Jawa seperti sejarah, mengunjungi langsung

tempat tersebut dan budaya dari Jawa yang belum banyak di ketahui

banyak orang.

B. Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan sifat yang dimiliki seseorang. Bukan

hanya memimpin orang lain, namun kepemimpinan juga penting dimiliki

oleh diri sendiri sebagai arahan bagi hidup kedepannya.

Kepemimpinan yang dimiliki Wafa Soedjono yaitu terlihat dalam

cara mengarahkan akun media sosial TikTok miliknya kedepannya. Selain

menjadi tetap konsisten dalam menyediakan konten, Wafa Soedjono juga

ingin memberikan inovasi baru pada content yang disajikannya agar tidak

membuat para followers merasa bosan. Selain itu Wafa pun hendak

memperluas jangkauan nya dengan mencoba menggunakan platform

aplikasi lain kedepannya.

C. Kepribadian

Kepribadian penting dimiliki setiap orang, oleh karena itu pada

tahapan ini akan mengungkan keaslian diri Wafa Soedjono. Wafa

Soedjono berhasil mempertahakan keaslian dalam dirinya ketika menjadi

seleb TikTok. Apa yang ditampilkan nya dalam content video merupakan

dirinya sehari-hari. Hal tersebut teebukti dari sang kakak yang


menjelaskan pendapatnya. Wafa tetap menjadi dirinya yang memang

seorang remaja asal Jawa, dengan Bahasa jawa yang melekat dengan

Bahasa kesehariannya.

Selain keaslian dalam diri, content yang Wafa sajikan juga memiliki

originalias. Originalitas content Wafa yaitu Wafa Soedjono tidak

melakukan plagiat atas content milik orang lain, kecuali mengikuti trend

yang berkembang di media sosial TikTok.

D. Perbedaan

Perbedaan terjadi pada banyak hal. Salah satunya perbedaan yang

terjadi di dunia TikTok. Banyaknya seleb TikTok membuat perbedaan

diantara mereka. Wafa Soedjono sebagai seleb Tiktok memiliki perbedaan

dengan seleb TikTok lainnya. Mulai dari content, content yang Wafa

sajikan lebih ke drama kehidupan dengan latar Jawa, yang tentu jarang

kita temui pada seleb TikTok lainnya. Selain itu tampilan diri Wafa juga

menjadi perbedaan dengan content creator lainnya seperti memakai

blangkon dan baju batik sampai dirinya mendapat julukan “Mas blangkon”.

E. Visibilitas

Dalam menjalankan misinya, setap orang memiliki hal yang perlu di

amati untuk di jalankan kedepannya. Wafa Soedjono memilih untuk

memiliki jadwal dalam membuat content di media sosial TikTok miliknya.

Hal itu dilakukannya agar Wafa konsisten dalam menghibur para fansnya.

Selain itu Wafa juga memanfaatkan dirinya untuk dapat membantu


mempromosikan barang atau jasa melalui endorsement yang

dilakukannya melalui keunikan content video.

F. Kesatuan

Kesatuan dapat di realisasikan dari sikap yang terlihat dalam diri

seseorang. Seperti etika moral yang Wafa Soedjono tampilkan dalam

menanggapi comentar di akun TikTok miliknya yaitu dengan humble dan

Wafa memilih untuk tidak menanggapi hate coment yang menilai pro dan

kontra mengenai postingannya. Hal tersebut dilakukannya, karena Wafa

lebih memilih untuk menjadikan hal tersebut sebagai motivasi untuk lebih

baik kedepannya.

G. Keteguhan

Setiap manusia memiliki keteguhan diri yang berbeda-beda, hal

tersebut sesuai denga napa yang tertanam dalam diri kita. Keteguhan

yang Wafa Soedjono miliki misalnya dengan dirinya yang selalu

mempersiapkan sebaik mungkin ketika hendak membuat content, seperti

memperdalam karakter dalam sebuah drama, lalu mencari sumber untuk

content edukasi dan membuat script. Selain mempersiapkan content,

Wafa juga menjadi content creator yang memilih untuk mengikuti arus

TikTok seperti mengikuti trend yang berkembang di media sosial TikTok.

H. Nama Baik

Citra diri seseorang dapat terlihat dan sesuai dengan bagaimana

cara seseorang melihat diri kita. Presepsi timbul dari bagaimana kita

bertindak kepada orang lain. Wafa Soedjono berhasil membuat presepsi


positif di mata followers nya. Selain membuat pandangan yang positif,

Wafa Soedjono juga memberikan dampak yang baik kepada followers

nya. Seperti content nya yang memiliki manfaat tersendiri bagi yang

menonton.

4.4 Trianggulasi

Tabel 4 : Tabulasi Perbandingan Hasil Wawancara Citra diri seleb

TikTok Wafa Soedjono pada akun @Wafasoedjono

No. Konsep Kategori Akumulasi Hasil Hasil Penelitian


Pernyataan
1. Personal Spesialisasi K1 : Adanya dorongan dari Spesialisasi dalam
Branding kakak, yang membuat saya diri seleb TikTok
(Peter terjun menjadi content Wafa Soedjono
Montoya) creator. Kemampuan saya diketahui bahwa
yaitu akting, karena dorongan perilaku
pengalaman menjadi yang membuatnya
anggota teater, percaya diri terjun dalam TikTok
dan public speaking. Misi adalah pola hidupnya
saya konsisten dan yang cukup kurang
membuat inovasi pada produktif saat itu di
content saya. Layanan tengah Pendidikan
yang saya berikan kepada tinggnya dan
followers pada content perkataan sang
saya berupa, edukasi, kakak yang
drama dan komedi Jawa. membuatnya tertegur
Cara saya saat itu berhasil
mempromosikan diri yaitu membentuk tekatnya
dengan mengikuti trend untuk membuat
yang viral di TikTok tanpa dirinya lebih produktif
mengubah identitas asli dan menghasilkan.
saya. Gaya hidup yang Dorongan tersebut di
saya rasakan ketika dampingi dengan
menjadi content creator, kemampuan yang
pola hidup lebih teratur dan Wafa miliki yaitu
tercukupi dari materi. tingkat kepercayaan
Menjadi content creator diri yang tinggi,
bukan yang saya inginkan, pengalaman
namun ketika dijalani mengikuti teater
nyaman dan saya serta public
sebenarnya ingin menjadi speakingnya. Dalam
enterpreuner. hal mempromosikan
I1 : Kemampuan Wafa itu dirinya pada media
akting dan public speaking sosial TikTok Wafa
yang di latar belakangi dulu soedjono memilih
waktu sekolah bermain untuk membuat ciri
teater. Yang Wafa khas agar dirinya
tampilkan dalam akun dikenal salah
TikTok nya seperti drama satunya dengan
keluarga, adat budaya memkai blangkon
Jawa, dan comedy. Wafa sehingga mendapat
berhasil mempromosikan julukan “Mas
diri terlihat dari folllowers Blangkon”. Tidak
dan likes pada TikTok nya hanya itu tampilan
yang terus bertambah. content Wafa selain
Gaya hidup Wafa saat ini menghadirkan
berupa materi dan rasa budaya Jawa juga
senang menikmati hasil membuat comedy
kerja kerasnya sendiri dan drama keluarga
I2 : Mas Wafa ini, di usia yang relate untuk di
yang muda tetapi tidak tonton. Menjadi
malu untuk content creator
memperkenalkan budaya membuat nyaman
Jawa, dan cara menjalaninya
penyampaiannya beda dari walaupun hal
yang lain. Mas Waf aitu tersebut bukanlah
public speakingnya bagus. tujuan utama impian
I3 : Saya lihat mulai dari hidupnya saat ini.
postingan, pengikut dan Namun, berkat
likesnya di TikTok jadi lebih keberhasilan dari
baik di lanjut dan di hasil usahanya pada
teruskan menjadi content TikTok membuatnya
creator untuk mas Wafa. merasa tercukupi
Dari content nya, Mas Waf dan mengubah pola
aitu menampilkan budaya hidupnya menjadi
Jawa, mulai dari logat lebih baik.
Bahasa Jawa halus dan
kasar.
2. Kepemimpinan K1 : Target saya Sifat kepemimpinan
kedepannya itu 1 juta yang melekat dalam
followers dulu ya, dan diri Wafa Soedjono
untuk content kedepannya yaitu dari bagaimana
saya tidak hanya membuat Wafa dapat
edukasi Jawa tetapi lebih menentukan
luas lagi jadi perlu variasi. kedepannya arah
I1 : Semoga semakin media sosial TikTok
berkembang dan bisa miliknya yang
bermanfaat bagi banyak memiliki banayk
orang. followers. Hal itu
I2 : Harapan saya semoga terbukti dari target
kedepannya semakin yang Wafa katakana.
semangat dalam membuat Target dalam
content yang bermanfaat, memperluas
bisa berinovasi jangkauan followers
kedepannya dan bisa maupun inovasi baru
menebarkan manfaat untuk di content agar tidak
banyak orang. membuat
I3 : Untuk selanjutnya, followersnya merasa
perbanyak content Bahasa bosan. Selain itu
Jawa nya, terus mengenai para followers
jalan-jalan di wilayah memberikan
daerah Jawa khususnya semangat dan
tempat-tempat bersejarah. antusiasme baik agar
Wafa tetap bisa
selalu menghibur
dan mengedukasi.
Kepribadian K1 : Sangat penting untuk Kepribadian diri
mempertahankan keaslian Wafa Soedjono
diri. karena karakteristik diri terlihat dari
yang membuat saya bagaimana dirinya
dikenal netizen TikTok. menampilkan
Content yang saya sajikan content. Dan content
juga hasil pemikiran yang dibuat seorang
sendiri, walaupun adanya Wafa memanglah
memakai trend yang memiliki originilalitas.
berkembang. Dimana hasil dari
I1 : Menurut saya, Wafa pemikiran dan
selalu mempertahankan kreatifitas diri tanpa
keaslian dalam dirinya mencuri konsep ide
apalagi saya mengetahui dari pihak lain. Selain
keseharian Wafa dari itu Wafa Soedjono
rumah. juga seleb TikTok
I2 : Menurut saya, video yang
mas Wafa itu original. Ada mempertahankan
beberapa video yang keaslian dalam
memang mengambil atau dirinya tanpa
terinspirasi dari orang lain, merubah ataupun
tetapi mas Wafa itu pasti menjadi berbeda
tag akun profil orang ketika memerankan
tersebut. maupun membawa
I3 : Kalau untuk content identitas lain di
mas Wafa tidak menjiplak dalam contentnya.
sih, karena content yang
mas Wafa buat juga rata-
rata kesepakatan dengan
fansnya.
4. Perbedaan K1 : setiap content creator Perbedaan terjadi
memiliki karakteristik yang dalam berbagai hal,
berbeda. Dari karakteristik Seleb TikTok Wafa
tersebut yang membuat Soedjono memiliki
saya berbeda. Karena hal yang berbeda
saya dari Jawa maka dari dari seleb TikTok
itu saya kasih unsur Jawa lainnya. Seperti
seperti Bahasa lalu mulai dari content
pakaian saya yang yang Wafa Soedjono
memakai batik dan tampilkan,
blangkon, maka dari itu karakteristik serta ciri
saya mendapat julukan khas yang melekat
“Mas Blangkon” dari para dalam dirinya.
followers. Contohnya, Wafa
I1 : Beda dari karakteristik Soedjono seleb
nya, karena Wafa TikTok yang
membawakan budaya membawa budaya
Jawa dan beda dari yang Jawa sebagai ciri
lain, serta ciri khas khas contentnya,
blangkon dan pakaian selain itu Wafa juga
batiknya. selalu mengenakan
I2 Kalau menurut saya, blangkon dan baju
yang membuat berbeda batik untuk membuat
adalah mas Wafa suka nya melekat dengan
menyelingi komedi di alur apa yang Wafa
content. Mas Wafa itu bawakan pada
setiap bikin content itu contentnya.
blangkon nya dan baju Keunikan tersebut
batik itu sih yang paling membuatnya
membuat mas Wafa mendapat julukan
berbeda dengan content ‘mas blangkon’ yang
creator lainnya. membuatnya
I3 : Yang membedakan itu berbeda dengan
mas Wafa membawakan seleb TikTok lainnya.
budaya Jawa sih di content
nya dan Bahasa Jawa
yang halus.
5. Visibilitas K1 : Saya konsisten, Visibilitas membawa
dengan memposting satu diri Wafa Soedjono
hari satu variasi video di untuk membuat
TikTok, misalnya di hari rencana kedepannya
senin content edukasi dan
Jawa, di hari selasa drama mempertahankan
keluarga. Jadi ga harus apa yang dimilikinya.
content Jawa. Agar Wafa Soedjono
memiliki keberagaman juga memilih untuk tetap
dari postingan saya. konsisten dalam
I1 : Saya melihat Wafa itu menghibur para
konsisten, karena satu hari followersnya dalam
satu variasi video. dunia TikTok.
I2 : Menurut saya, Mas Konsisten untuk
Wafa cukup konsisten. menampilkan apa
Mungkin ada selingan yang menjadi ciri
content di luar budaya khasnya sejak awal.
Jawa, namun tidak Hal tersebut sudah
menurangi ciri khas Mas Wafa planning agar
Wafa. memudahkan
I3 : Mas Wafa itu konsisten dirinya. Seperti
secara keseluruhan. jadwal upload
content yang
berbeda setiap
harinya, namun tidak
keluar dari zona
nyamannya.
6. Kesatuan K1 : Saya selalu membuat Kesatuan dalam diri
content yang memang Wafa Soedjono
berkaitan dengan budaya ter;ihat dari caranya
Jawa. Namun kedepannya menampilkan
saya ingin move content. reputasi dirinya dan
Hate coment netizen caranya bersikap
selalu saya jadikan sebagai seleb
motivasi untuk TikTok. Wafa
kedepannya. Soedjono merupakan
I1 : Masih ada sih, tapi seleb TikTok yang
kedepannya Wafa itu ingin memang
improve untuk konten yang mempertahankan
lain tanpa meninggalkan reputasinya sebagai
ciri khas Jawanya. Wafa seleb yang
menganggap followers mengedepankan
seperti temannya sendiri, budaya Jawa. Tidak
untuk hate coment saya hanya pada platform
belum pernah melihat TikToknya, wafa juga
Wafa menanggapi hal itu membagikan
sih. beberapa keseharian
I2 : Dari yang saya lihat, nya di rumah dan
kalau hate coment itu beberapa foto yang
sama sekali tidak pernah di di uploadnya pada
tanggepin. Mas Wafa itu platform Instagram
welcome banget, jadi yang membawa ciri khas
di bales itu hanya yang dirinya seperti
seru-seru aja dan yang memakai blangkon
bercanda gitu. ataupun batik.
I3 : Menurut saya, mas Tentang bagaimana
Wafa tidak pernah caranya bersikap
menanggapi haters. pada netizen TikTok
terkait akun nya,
Wafa merupakan
orang yang humble
serta menganggap
para followers nya
adalah rekannya
sendiri. Dan Wafa
juga bukan termasuk
orang yang meladeni
hate coment dan
justru hal tersebut
membuat dirinya
termotivasi
kedepannya untuk
lebih baik lagi.
7. Keteguhan K1 : Persiapan itu tidak Dalam hal
ada ya, jadi saya membuat keteguhan, terlihat
content hanya sepintas jadi dari bagaimana cara
seperti sedang iseng lalu Wafa
kepikiran dan langsung mempersiapkan
membuat nya gitu. Namun, segala sesuatu
ada yang membutuhkan ketika hendak
persiapan seperti beberapa membuat content.
content cerita, Wafa merupakan
memperalam karakter dan seleb TikTok yang
membuat script. Saya juga tersusun dalam
mengikuti trend yang membuat content,
berkembang, karena seperti membuat
sebagai content creator script dan
perlu mengikuti arus memperdalam
platform tersebut. karakter yang akan
I1 : Wafa kalau mau buat dibawakannya.
konten itu menulis scrip Selain itu Wafa
dan alur ceritanya dulu, Soedjono juga
jadi persiapan nya cukup merupakan Seleb
baik. Wafa juga mengikuti TikTok yang
trend yang berkembang mengikuti arus yang
pada TikTok. ada pada aplikasi
I2 : Menurut saya, Mas TikTok seperti
Wafa itu mengikuti trend mengikuti trend yang
yang berkembang sih, dari berkembang seperti
video yang Mas Wafa sound ataupun effect
tampilkan juga terlihat yang viral.
memiliki persiapan yang
baik.
I3 : Tidak semua trend mas
Wafa ikuti dari yang saya
lihat.
8. Nama Baik K1 : content yang bernilai Content Wafa dalam
itu pesan yang saya akun TikTok miliknya
sampaikan bermanfaat dan memberikan manfaat
menghibur bagi yang bagi yang menonton.
menonton. Tetapi tidak Manfaat disini
semua video saya berupa, nilai
bermanfaat ada juga tidak kebudayaan Jawa
memiliki manfaat sama yang belum diketahui
sekali. Hal positif dan banyak orang, lalu
saling support dari pembelajaran
followers. sejarah Jawa,
I1 : Content yang Wafa sampai tempat-
sajikan memberikan tempat bersejarah
manfaat bagi yang yang beberapa kali
menonton. Wafa tampilkan
I2 : Content Mas Wafa dalam content nya.
sangat bermanfaat bagi Selain memberikan
saya. Seperti nilai sopan manfaat, Wafa juga
santun dalam adat Jawa menghibur dengan
yang di sampaikan mas menampilkan komedi
Wafa. Memandang content berlatar budaya
mas Wafa, ternyata banyak Jawa seperti ciri
sekali hal yang belum saya khasnya. Para
ketahui misalnya sejarah followers
Jawa, silsilah Jawa, nama- memandang content
nama keturunannya gitu. Wafa menerima
I3 : Nilai dari content mas dengan positif, dari
Wafa tersebut memberikan content yang Wafa
manfaat yang baik serta sajikan tersebut
sangat berdampak ke banyak hal yang
pribadi saya. Mulai dari belum mereka
membuat saya tertarik ketahui, dan karena
mengenai budaya Jawa, itu mereka sangat
lalu mengubah presepsi banyak belajar dari
saya juga sih mengenai content Wafa.
Jawa.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada salah satu

seleb pada aplikasi TikTok mengenai Citra Diri Seleb TikTok Wafa

Soedjono pada akun @Wafasoedjono, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa cara membangun citra diri seorang seleb TikTok Wafa Soedjono

dapat dibuktikan melalui 8 konsep Personal Branding, yang mencangkup

Spesialisasi, Kepemimpinan, Kepribadian, Perbedaan, Visibilitas,

Kesatuan, Keteguhan, Nama Baik.

Wafa Soedjono sebagai seleb TikTok memiliki citra diri sebagai

remaja Jawa yang melekat pada dirinya. Terlihat dari beberapa dimensi

dalam membangun citra diri melalui proses personal branding nya. Seperti

pada dimensi yang telah saya uraikan, spesialisasi. Karakteristiknya yang

unik dan berbeda menjadi kemampuannya tampil dalam akun TikTok

dengan julukan ‘Mas Blangkon’. Julukan tersebut berhasil Wafa dapatkan

karena sifat kejawaannya dan ciri khas baju batik dan blangkon yang

selalu ia kenakan.

Selanjutnya terlihat pada dimensi kepribadian, tentang apa yang

Wafa tampilkan pada setiap content nya merupakan keaslian diri dalam

kehidupan sehari-hari, termasuk originalitas content yang Wafa sajikan.


5.2 Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian mengenai Citra diri seleb TikTok

Wafa Soedjono pada akun @Wafasoedjono maka peneliti menyampaikan

beberapa saran-sarannya sebagai berikut:

1. Hasil Penelitian ini dapat digunakan menjadi referensi, pertimbangan,

dan perbandingan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan

citra diri pada public relations.

2. Untuk Penelitian Selanjutnya diharapkan dapat meneliti hal serupa

dengan objek yang berbeda, karena penelitian ini terbatas hanya

meneliti satu objek saja.

3. Dapat melakukan pengembangan teori yang ada dan lebih banyak

mengkaji sumber yang berkaitan dengan perencanaan strategis

program kampanye public relations bagi penelitian selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA

Buku

Emzir. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif : Analisis Data. Jakarta: Rajawali Pers.

Hariyanto. (2014). Asessmen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Indrawati. (2018). Metode Penelitian Kualitatif Manajemen dan Bisnis Konvergensi


Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung : PT. Refika Aditama.

Mega, S. (2019). LO NGERTI SIAPA GUE : Membangun Personal Branding melalui Media
Sosial Tanpa Perlu Jadi Selebgram. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Morissan. (2006). Pengantar Public Relations, Strategi Menjadi Humas Profesional.


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Raharjo, F. S. (2019). The Master of Personal Branding Seni Membangun Merek Diri
dengan Teknik Berbicara . Yogyakarta: Quadrant.

Ruslan, R. (2010). Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi Konsepsi dan
Aplikasi. Jakarta: PT. Rajawali Pers.

Satriyati, E. (2021). POLA PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT INDONESIA DI ERA


PANDEMI COVID-19. Malang: CV. Literasi Nusantara Abadi.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D . Bandung :


Alfabeta.

Tarjo. (2019). Metode Penelitian Sistem 3x Baca. Sleman: Deepublish.

Jurnal,Skripsi,Tesis
Adawiyah, D. P. (2020). Pengaruh Penggunaan Aplikasi TikTok Terhadap Kepercayaan
Diri Remaja di Kabupaten Sampang. Jurnal Komunikasi , 135.

Datuela, A. (2013). Strategi Public Relations PT. Telkomsel Branch Manado Dalam
mempertahankan Citra Perusahaan. ACTA DIURNA, 3.

Fairus. (2020). Analisis Pengendalian Internal Atas Sistem Dan Prosedur Penggajian
Dalam Usaha Mendukung Efisiensi Biaya Tenaga Kerja Pada PT Pancaran
Samudera Transport Jakarta. Repository, 32.

Fauziana, S. P. (2017). Kepemimpinan Efektif Kepala Sekolah di Taman Kanak-Kanak


Assalam 1 Sukarame Bandar Lampung. Repository, 60.

Gusmao, T. (2022). ANALISIS VIDEO COMMENT TO VIDEO LIKES RATIO TIKTOK PADA 5
GAMER INDONESIA YANG MEMILIKI JUTAAN PENGIKUT DI YOUTUBE .
FREPRINTS, 2.
Nafli, A. (2019). HUBUNGAN ANTARA CITRA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF
MEMBELI PRODUK MAKE UP PADA WANITA KARIR. Repository, 6.

Nurjana, W. O. (2019). Implementasi Pelestarian Nilai-Nilai Tradisi Pogiraha Adhara


(Perkelahian Kuda) Dalam Membangun Karakter Masyarakat : Studi Kasus di
Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara. Repository, 52.

Oktaviani, S. (2019). Citra Diri Seorang Da’i di Media Sosial. GARUDA, 153.

Pattipeilohy, E. M. (2015). Citra Diri dan Popularitas Artis. Jurnal Kajian Komunikasi, 22-
25.

Putri, S. D., & Azeharie, S. (2021). Strategi Pengelolaan Komunikasi dalam Membentuk
Personal Branding di Media Sosial Tiktok. Journal Untar, 1.

Sari, W. P., & Nursyamsiah, I. (2013). Strategi Humas TVRI dalam Memperbaiki Citra TVRI
di Mata Publik. Jurnal Ilmu Komunikasi, 10.

Sari, W. P., & Soegiarto, A. (2019). Fungsi dan Peran Humas di Lembaga Pendidikan.
Jurnal Ilmu Komunikasi, 52.

Sondak, S. H. (2019). Faktor-Faktor Loyalitas Pegawai di Dinas Pendidikan Daerah


Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Emba: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis
dan Akuntansi.

Susilowati. (2018). Pemanfaatan Aplikasi Tiktok Sebagai Personal Branding Di Instagram


(Studi Deskriptif Kualitatif Pada Akun @bowo_allpennliebe). Jurnal Komunikasi,
176-185.

Weimann, G., & Masri, N. (2020). Research Note : Spreading Hate on TikTok. Studies in
Conflict and Terrorism , 1-14.

Winata, F. C. (2020). Peran Media Digital dalam Mengkomunikasikan Misi Perusahaan


(Studi Kasus 'Catatan Najwa: Episode Maudy Ayundi Suka Belajar'). Jakarta :
Inatitutional Repository.

Wiranata, D. A. (2017). Citra Jurnalis Dikalangan Mahasiswa Tentang Idealisme


Jurnalistik dan Paradigma Politik (Studi pada Mahasiswa Jurnalistik Angkatan
2013 Universitas Muhammadiyah Malang). Institutional Repository, 8.

Wiyono, A. (2020). STUDI KASUS CITRA DIRI REMAJA KOMUNITAS PUNK DI LAPANGAN
SAMBER KOTA METRO TAHUN 2020. REPOSITORY UM METRO, 1.

Zakariah, D. M. (2017). Mahasiswa dan Instagram. Jurnal S1 Sosiologi Fisip Universitas


Airlangga, 1-21.

Website
Johson, T. (2020, April 21). The Rise of TikTok During COVID-19. Retrieved from Tinuiti:
https://tinuiti.com/blog/marketing-news-covid-19/tiktok-covid-19/
Luttrell, R. (2015). Social Media: How to Engage, Share, and Connect. Lanham: MD:
Rowman & Littlefield.

Rahardjo, M. (2012). Retrieved from Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif:


http://mudjiarahardjo.com/artikel/270.html?task=view

Salmaini. (2011). Self Image dan Peranannya dalam Keberhasilan Belajar Siswa .
Retrieved from http://salmaini-artikel.blogspot.com/2011/12/self-image.html.

Tinuiti. (2020, April 21). The Rise of TikTok During Covid-19.

Wallaroo. (2020, Oktober). TikTok Statistic . Retrieved from HYPERLINK


"https://wallaroomedia.com/blog/social-media/tiktok-statistics"
https://wallaroomedia.com/blog/social-media/tiktok-statistics

Yadin, F. J. (2003). .Public Relation. Edisi Kelima. . Jakarta: Erlangga.

Yusuf, A. M. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan.


Jakarta: Prenadamedia Group.
Lampiran

Lampiran 1 : Transkrip Wawancara Dengan Key Informan


Nama : Wafa Soedjono
Jenis Kelamin : Laki Laki
Status : Mahasiswa
Usia : 20 Tahun
Waktu Wawancara : Jumat, 18 Maret 2022
Draft Wawancara
Key Informan : Wafa Soedjono
1. Hallo Wafa boleh perkenalan diri seacara lengkap terlebih dahulu,
silakan.
Jawaban : oke, nama panjang saya Muhammad Wafa Wahid
Soedjono, akrab dikenal Wafa Soedjono, usia saya 20 tahun, saat
ini berkuliah di Politeknik Negeri Jakarta, saya bertempat tinggal di
Margonda Depok, asal saya dari Kudus Jawa Tengah. Selama
kuliah karena online saya bolak-balik Depok-Kudus walaupun lebih
banyak menetap di Kudus.

2. Oke baik, selain kuliah pasti ada kesibukan lainnya, kali boleh tau
Wafa lagi sibuk apa nih ?
Jawaban : Selain kuliah, sampingan saya itu jadi content creator di
platform TikTok.

3. Kalau boleh tau, sejak kapan Wafa menjadi content creator di


Platform TikTok ?
Jawaban : Dari tahun 2020, saat awal-awal pandemi dan itupun di
bulan September

4. Oke, berarti semenjak September 2020 salah satu video Wafa


mulai FYP. Dan setelah itu apa sih yang Wafa tampilkan dalam
media sosial TikTok ?
Jawaban : Awalnya mengenai drama kehidupan keluarga yang
mungkin masyarakat sering mengalaminya. Kemudian untuk
sekarang dan kebelakangan ini malah budaya Jawa ya. Namun
saat awal itu saya juga menampilkan aksen Bahasa Jawa dalam
video saya dan adat anak kepada orang tua.
5. Oke, terus kenapa sih Wafa memilih platform TikTok untuk
berkarya ?
Jawaban : Sebelumnya itu tanpa alasan, karena saya terjun di
TikTok itu juga iseng. Awalnya liat dari Instagram karena banyak
postingan di Instagram yang bersumber dari TikTok. Dan ada apa
sih TikTok ? sampai-sampai di Instagram memposting mengenai
TikTok. Maka dari itu saya coba download TikTok dan coba
membuat video seperti yang tadi sudah saya katakan.

6. Apakah sampai saat ini TikTok aplikasi yang tepat untuk Wafa ?
Jawaban : Kalau untuk saat ini Iya, karena saat saya membuat
video kalua yang panjang itu saya belum siap dan apalagi di TikTok
ini platform yang menyediakan video pendek dan maksimal 3
menit. Dari itu saya berfikir walaupun durasinya pendek tetapi
content saya tetap bisa menyampaikan pesan dan sampai kepada
yang menonton.

7. Lalu, apakah menjadi content creator hal yang Wafa inginkan ?


Jawaban : Content creator bukan hal yang saya inginkan, tetapi
saya berkeinginan membuat usaha menjadi seorang Enterpreuner.
Tetapi seiring berjalannya waktu saya suka membuat content video
Ketika iseng yang mungkin bisa menghibur dan bermanfaat bagi
orang lain.

8. Kemampuan apa yang Wafa miliki ketika terjun dalam media sosial
TikTok ?
Jawaban : Percaya diri, dan hal itu terbentuk Ketika saya ikut
teater saat masih bersekolah. Maka dari itu hal tersebut bukanlah
pertama kali, karena merupakan bekal dari sekolah dan saya pun
enjoy melakukannya. Selain itu saya juga masih belajar menganai
public speaking.

9. Apa hal yang mendorong anda menjadi content creator dalam


media sosial TikTok ?
Jawaban : adanya dorongan dari kakak saya, dimana kalau saya
ga dengerin omongan dari kakak saya ya saya ga akan membuat
video di platform media sosial gitu. Yang tadi saya katakana awal
nya iseng, nah dari situ kakak saya melihat kerjaan saya setiap hari
hanya scroll instragram atau TikTok, tiduran dan mainan hp. Hal
yang dia katakana ke saya saat itu, “ kamu mau sampai kapan
kayak gitu ? Apa otak kamu mau mati muda dengan hanya seperti
itu ? apa kamu tidak mau berkembang ? kamu bisa melihat mereka
berkembang tapi kamu sendiri malah Cuma tiduran doang, apa
kamu gamau berkembang kaya mereka ? dari pada kamu hanya
main hp terus dan kamu gatau akan menjadi apa jika begitu terus.
Dan dia itu bilang sampai tiga kali. Dan sampai ketiga kalipun saya
masih seperti itu. Dan karena saat itu masih pandemi tiba-tiba
terlintas untuk membuat video, jadi waktu itu aku paksa buat dan
ternyata dari kepaksaan itu jadi sebuah kesenangan. Dan setelah
membuat video ternyata asik juga. Dulu juga buatnya karena
TikTok itu kan ramai karena dance, dan waktu itu saya sampai
dance padahal waktu itu saya gabisa ngedance. Dan dari situlah
akhirnya aku membuat drama keluarga saya terinspirasi salah satu
creator di TikTok, jadi tidak hanya joget aja. Tapi drama yang aku
buat itu ya yang aku fikirkan yang ada di sekeliling saya. Apa nih
yang kejadian, dan pas beberapa kemudian tiba-tiba video saya
ramai dan FYP, dan sejak itu saya mulai memutuskan untuk terjun
di TikTok.

10. Selain dorongan, pastinya Wafa punya Misi ketika menjadi content
creator TikTok, apakah itu ?
Jawaban : Sebenarnya saya memiliki misi bukan ketika terjun di
TikTok, tetapi pas saya melihat youtuber atau influencer lainnya
yang dimana kalau saya melihat mereka senang gitu bisa jalan-
jalan sambil membuat video dan mungkin memberikan cerita gitu
bagi yang menonton. Maka dari itu setelah saya terjun dan sudah
ada gambaran-gambaran dan misi saya hanya konsisten membuat
content, dan sembari mencari jati diri saya di platform itu seperti
apa. Dan kedepannya misi ini akan berkembang ya, untuk menjadi
hal yang lebih baik lagi. Mungkin seperti saya sudah ada platform
TikTok dan kedepannya butuh audiens yang lebih banyak, seperti
mencoba belajar di Youtube di Instagram juga.

11. Biasanya, apa hal yang Wafa persiapkan untuk membuat content
pada media sosial TikTok ?
Jawaban : Kalau untuk persiapan sebenarnya tidak ada ya, jadi
hanya kadang saya tuh membuat content hanya sepintas jadi
seperti sedang iseng lalu kepikiran dan langsung membuat nya
gitu. Namun, ada hal yang membutuhkan persiapan dimana seperti
beberapa content saya yang memang memiliki alur cerita nya
bagaimana, karakternya bagaimana dan membuat script nya
bagaimana. Kalau yang sekarang-sekarang ini lebih banyak yang
sesuai dengan ide yang terlintas di fikiran saya saat itu juga.

12. Kira-kira content seperti apa yang memerlukan persiapan yang


matang ?
Jawaban : Seperti content edukasi Jawa, itu memerlukan sumber
bukan hanya omong kosong.

13. Oke, selanjutnya bagaiamana cara Wafa mempromosikan diri agar


dikenal oleh netizen TikTok ?
Jawaban : sebenarnya saya kurang memiliki branding yang khusus
terencana gitu, awalnya ya saya hanya membuat content yang
sedang viral atau trend dengan budaya Jawa, dimana orang-orang
mengenali karakteristik sendiri, seperti followers saya tuh kenal kan
karena budaya Jawa kan istilahnya dulu Jawa comedy. Menurut
saya lebih ke karakter sih seperti content Jawa ya orang nya saya,
content A ya orangnya si A gitu. Tapi seiring berjalan nya waktu
saya pun memiliki visi untuk personal branding yang lebih besar
lagi, dimana dulu saya mengikuti alur namun sekarang harus
memiliki target.

14. Target Wafa sendiri itu apa sih ? dalam hal memperomosikan diri
atau memperluas followers ?
Jawaban : Target saya yang pertama itu 1 juta followers dulu ya,
dan untuk content kedepannya saya tidak hanya membuat edukasi
atau content tentang Jawa tetapi lebih luas lagi yang dimana
penonton itu pasti ada bosennya jadi perlu variasi. Target itu pasti
ada dan saya fikirkan.

15. Sebagai seleb TikTok, bagaimana cara Wafa membuat content


yang berkualitas sehingga layak untuk ditonton para followers anda
?
Jawaban : Untuk content berkualitas itu, yang terpenting pesan
yang di sampiakan dalam video sampai kepada yang menonton
dan pengambilan gambar. Bisa dilihat seperti saat kita menonton
Youtube itu kan dari kualitas video ,dari kualitas gambar dan Kalau
di TikTok hal pertama itu biasanya bukan dari video dan gambar
lebih ke pesan yang di sampaikan. Kualitas gampar dan video itu
nomer kesekian tetapi lebih ke pesan yang di sampaikan apalagi
video pendek di TikTok. Namun tetap video dan gambar juga perlu
perhatikan agar menjadi daya tarik penonton dan tidak dikira video
yang ecek-ecek.

16. Menurut Wafa dengan menarik perhatian para followers, kira-kira


content yang Wafa sajikan sesuai tidak dengan keinginan para
followers ?
Jawaban : Sesuai, kalau harus sesuai keinginan followers itu
beragam ya, kadang saya membuat content ya dimana netizen
atau followers meminta seperti “Kak buat video ini.” Dan kadang
sesuai dengan diri saya sendiri, saya ingin mengangkat topik
tertentu atau sebaginya. Jadi seengaknya kalau saya buat dari diri
saya sendiri saya membuat nya yang memang menghibur. Namun
selebihnya content saya tidak menghapus atau membuang
ekspetasi para followers yang ingin menghadirkan sebuah content.
Istilahnya saya tetap menjaga kualitas.

17. Selanjutnya bagaimana cara Wafa menciptakan suatu content yang


bernilai di mata followers Wafa ?
Jawaban : Kalau menurut saya sebuah content yang bernilai itu
pesan yang saya sampaikan dalam content memiliki manfaat bagi
yang menonton dan bisa menghibur. Video saya berkualitas ya
mungkin memang dari gambar tidak sesuai dengan ekspetasi
mereka namun pesan nya sampai bermanfaat dan membuat para
followers saya terhibur. Jadi bermanfaatnya tidak hanya untuk diri
kita sendiri. Tetapi memang tidak semua video saya mungkin
bermanfaat ada juga mungkin yang emmang tidak memiliki manfaat
sama sekali. Karena saya pribadi menjadikan akun Tiktok saya
bukan hanya untuk edukasi atau informasi tetapi juga untuk
menggambarkan diri saya.

18. Lalu, Sebagai content creator, apakah Wafa mengikuti trend yang
berkembang pada media sosial TikTok ?
Jawaban : Saya mengikuti, dan saya yakin setiap content creator
pasti mengikuti trend yang berkembang. Karena dari trend tersebut
membuat kita bisa berimpovisasi, misal saya ingin membuat ini
dengan versi beda, bukan copyright atau plagiat. Karena sebagai
content creator harus mengikuti arus kehidupan di platform
tersebut.

19. Sebagai content creator, inovasi apa yang hendak Wafa ciptakan di
media sosial TikTok agar tetap disukai oleh para followers anda ?
Jawaban : Kalau saya si maunya membuat variasi content
kedepannya itu yang saya fikirkan dan tidak mau stuck aja gitu.
Dan yang nonton lebih enjoy. Enjoy menonton video nya serta
pesan yang saya tampilkan dalam content itu selalu berhasil
sampai.

20. Menurut Wafa, apa yang membuat Wafa berbeda dari content
creator di TikTok lainnya ?
Jawaban : Yang terutama karakteristik, setiap content creator
memiliki karakteristik yang berbeda. Dari karakteristik tersebut
penonton atau followers bisa menilai dan membedakan walaupun
content nya sama. Kalau dari content saya pribadi mungkin banyak
crator yang mengangkat edukasi atau drama keluarga namun
karena saya dari Jawa maka dari itu saya kasih unsur Jawa seperti
Bahasa lalu pakaian saya yang memakai batik dan blangkon Jawa.
Tujuan saya saat itu ya agar membedakan diri saya dengan yang
lain, awal nya saya sampai memiliki julukan “Mas Blangkon” dari
para followers.

21. Oalah, lalu dari budaya Jawa tersebut apakah penting bagi Wafa
untuk tetap mempertahankan keaslian dalam diri Wafa ?
Jawaban : Sangat penting sekali, karena seseorang mengenal kita
dari karakteristik diri kita gitu. Intinya saya selalu menjadi diri saya
sendiri sampai saat ini. Jadi orang-orang sekitar saya pun yang
sudah mengenal saya sebelum menjadi content creator ya tetap
sama gitu.

22. Selanjutnya, Bagaimana cara Wafa untuk tetap konsisten dalam


setiap content yang Wafa unggah ?
Jawaban : Saya konsisten itu, yang pertama paling tidak
memposting satu hari satu video di TikTok, nah di satu content itu
pun juga memiliki variasi. Misalnya, di hari senin content edukasi
Jawa, di hari selasa drama keluarga. Jadi ga harus melulu content
Jawa. Jadi konsisten disini agar memiliki keberagaman juga dari
postingan saya.

23. Tetapi pernah tidak, di suatu Ketika mungkin Wafa lagi banyak
tugas atau urusan pribadi lainnya yang membuat Wafa menjadi
tidak konsisten ?
Jawaban : Pernah, dan justru kayaknya malah akhir-akhir ini kaya
lagi ada masalah dan juga banyak tugas. Dan dari hal tersebut
memang sangat berpengaruh dari jumlah followers, dan juga akun
dari algoritma TikTok dimana Engagement kita akan berkurang.
Dan akun TikTok nya pun jadi sepi, karena algoritma TikTok
berbeda dengan platform lain dimana kita ga aktif akan
mempengaruhi video kita di FYP. Dan itu merupakan dampak dari
saya yang pernah kurang konsisten membuat video.

24. Apakah merasa ada perbedaan gaya hidup sebelum dan sesudah
menjadi seleb TikTok ? Jika ada bagaimana perbedaan tersebut ?
Jawaban : Mungkin banyak sekali perbedaannya, misalnya dari
kehidupan sehari-hari yang biasanya fulltime Cuma mikirin kuliah,
belajar dan tugas. Tetapi sekarang harus membagi waktu kuliah
dan membuat content. Dan sekarang ada management waktunya
dari membuat content, kuliah dan waktu santainya gitu. Lalu kalau
untuk segi material, alhamdulillah bisa bayar uang kuliah sendiri,
bisa jalan-jalan dengan uang sendiri, beli sesuatu atau mau keluar
juga pakai uang sendiri yang tadinya masih minta ke orang tua.
Walaupun masih banyak keinginan tapi untuk saat ini saya
tercukupi.

25. Apakah dengan membuka endors merupakan salah satu cara Wafa
dalam mempromosikan diri ?
Jawaban : Kalau untuk endors barang itu lebih mengarah menarik
brand lain, jadi dari endors saya sebagai content creator membuat
bagaimana video itu bagus dan menarik seperti tidak terlihat seperti
endors tapi sebenarnya endors gitu. Yang dimana hal itu bisa
menarik brand lain, mulai dari kualitas video memengaruhi alur
video tersebut bagaimana cara saya mempromosikan suatu brand.
DI TikTok itu kalau video yang original itu mudah di upload tapi
kalau ada yang membawa suatu brand yang tidak kerja sama
dengan TikTok biasanya itu rada susah, jadi saya membuat video
endors biasanya yang tidak kelihatan seperti endors banget tapi ya
tetap sesuai kesepakatan dengan brand yang mengendors.

26. Jika dilihat kedepannya platform TikTok kurang efektif dengan


banyaknya sosial media lainnya. Apa yang akan Wafa lakukan ?
Jawaban : Saya tidak menjadikan TikTok sebagai patokan khusus
tetapi, tetapi sebagai batu loncatan dimana dengan dari TikTok
saya bisa mengenal banyak teman. Maka dari itu , tidak perlu
nunggu nantinya tetapi dari sekarang mulai nyicil-nyicil untuk
memperluas di aplikasi lain yang penting bisa beradabtasi. Saya
pernah coba Reels dimana rada susah ya, karena algoritma tentu
beda dengan TikTok ya. Kalau Instagram itu lebih pasti ya dimana
followers akan pasti melihat kalau di TikTok kan belum pasti, jadi
kalau di Instagram yang di dahului followers nya dulu baru orang
lain.

27. Selanjutnya, apa hal yang anda lakukan dalam mempertahankan


reputasi Wafa sebagai content creator yang mengedepankan
budaya Jawa ?
Jawaban : Saat ini , tentunya saya selalu membuat content yang
memang berkaitan dengan budaya Jawa. Namun kedepannya saya
ingin move content, tetapi tidak meninggalkan unsur budaya Jawa
namun tidak yang sepenuhnya berbudaya Jawa, jadi ada
inovasinya.
28. Bagaimana cara anda bersikap kepada para netizen TikTok ?
seperti menanggapi comentar negatif contohnya.
Jawaban : Benar banget nih, karena kalau ada yang suka pasti
ada hate coment juga. Jujur saya pernah di hujat sama netizen tapi
saya menanggapi netizen itu friendly aja sama semuanya gatau
mereka lebih tua atau muda tapi saya menganggap mereka semua
itu teman sebaya dari platform TikTok. Untuk hate coment itu
biasanya yang saya dapatkan itu pro atau kontra dari content yang
saya bawakan.

29. Kalau boleh tau hate coment apa yang cukup berbekas di hati
Wafa ? Jawaban : Kalau untuk hate coment yang berbekas tidak
ada ya, karena saya itu orangnya bukan yang menandai comentar
atau orangnya tetapi lebih ke jadiin sebuah motivasi aja. Motivasi
kedepannya dari diri saya mana yang harus di perbaiki, lebih ke
intropeksi diri.

30. Sampai sejauh ini, pencapaian apa yang telah Wafa lewati sebagai
content creator ?
Jawaban : Kalau pencapaian alhamdulillah yang dulunya suka
minta ke orang tua sekarang sudah bisa mengasih mereka gitu dan
membayar biaya pendidikan sendiri. Lalu bisa di undang di salah
satu acara menjadi narasumber misalnya, seperti talkshow atau
seminar. Lalu aku merasa jadi pribadi yang berebeda saat ini, yang
dulunya hanya ber-angan-angan sekarang bisa dan bisa merakan
jati diri sendiri.

31. Pertanyaan terakhir, sebagai content creator dengan ribuan


followers, pandangan positif apa yang ingin Wafa dengar dari para
followers tentang diri Wafa ?
Jawaban : Pastinya hal-hal positif dan saling support dan
alhamdulillah sampai saat ini sudah banyak sekali yang support.
Kalau tidak ada mereka pun saya ga bisa sampai saat ini, mereka
membantu banyak sekali untuk saya misalnya ketika saya stuck
content , mereka bantu mengusulkan , saya merasa disini tidak
sendirian dan mereka sebagai yang menonton juga membantu
seperti itu. Jadi ada interaksi dengan followers dan sikap saling
pengertian.
Lampiran 2 : Transkrip Wawancara Dengan Informan Tambahan
Nama : Hafieluddin Wakhid Soedjono
Jenis Kelamin : Laki Laki
Status : Karyawan
Usia : 25 Tahun
Waktu Wawancara : Sabtu, 26 Maret 2022
1. Sebelum memasuki sesi wawancara, kak Hafiel boleh perkenalkan diri
dulu
Jawaban : Oke, nama saya Hafieluddin Wakhid Soedjono , saat ini
berusia 25 tahun, tinggal di depok,asal saya dari Kudus dan
pendidikan terakhir saya itu S1 Manajemen Digital Marketing.

2. Kalau boleh tau, saat ini anda sedang sibuk apa ya ?


Jawaban : Saya Kerja di salah satu perusahaan di BSD dan menjadi
manager digital marketing

3. Bagaimana perasaan anda ketika melihat Wafa terjun dalam dunia


TikTok?
Jawaban : Senang sekali, dan merasa bangga karena Wafa ada
perubahan dan mengembangkan bakatnya di dunia sosial media.

4. Apakah sebagai seorang kakak dari content creator Wafa, anda juga
sebagai salah satu pengikutnya dalam akun tiktoknya?
Jawaban : Iyaa tentu, saya mengikutinya

5. Dari yang anda lihat, Apa yang Wafa tampilkan dalam setiap
postingan pada media sosial TikTok anda ?
Jawaban : Saya melihat perkembangan dari segi konten dan cerita
yang Wafa bawa ya buat meragamkan kontennya, misalnya seperti
drama keluarga, adat budaya Jawa, dan comedy.

6. Apakah platform media sosial TikTok untuk saat ini merupakan media
yang tepat untuk Wafa berkarya ?
Jawaban : Iyaa tepat, menurut saya di tiktok video relatif singkat dan
Wafa bisa menyampaikan pesan dan kontennya dalam bentuk video
singkat

7. Jika suatu hari nanti tiktok tidak lagi efektik, media sosial apa yang
tepat untuk wafa ?
Jawaban : Menurut saya masih ada sosial media lain yaitu Instagram
dan youtube dan algoritma youtube dan Instagram juga sangat pasti
jadi untuk jangka kedepan bisa dijadikan alternatif

8. Apakah menjadi content creator merupakan hal yang  sesuai dengan


keinginan Wafa ?
Jawaban : Awalnya tidak, tapi saya pikir kenapa tidak dicoba siapa
tau bisa berkembang dan ternyata bisa

9. Menurut anda, Kemampuan apa yang Wafa miliki ketika terjun dalam
media sosial TikTok ?
Jawaban : Kemampuan akting dan public speaking ya yg mungkin di
latar belakangi dulu waktu sekolah bermain teater

10. Dari yang anda lihat, apakah setiap content Wafa memiliki persiapan
yang baik ?
Jawaban : Sangat baik, karena Wafa kalau mau buat konten itu di
menulis scrip dan alur ceritanya dulu

11. Apakah Wafa berhasil mempromosikan diri sehinggga bisa dikenal


oleh para netizen TikTok ?
Jawaban : Sejauh ini yg sala lihat berhasil ya, dan terus berkembang
dari bulan ke bulan, hingga sudah mencapai follower 700k dalam 6
bulan

12. Sebagai seleb TikTok, Apakah content Wafa memiliki kualitas


sehingga layak untuk ditonton para followers nya ?
Jawaban : Ada kualita dari video yang dibuat Wafa, karena Wafa
bukan hanya membuat hiburan tapi juga konten edukasi yang bisa
bermanfaat bagi yang menonton.

13. Apakah content yang Wafa sajikan pada media sosial TikTok sesuai
dengan keinginan para followers nya ?
Jawaban : Sudah sesuai keinginan para followers, karena
kebanyakan followers Wafa itu dari pulau Jawa makanya jika Wafa
membuat konten Jawa itu sudah sangat sesuai.

14. Apakah content yang diciptakan Wafa bernilai di mata followersnya ?


Jawaban : Menurut saya bernilai yaa, karena disitu ada nilai dan
manfaat yang bisa diambil oleh followersnya.

15. Sebagai content creator, apakah Wafa mengikuti trend yang


berkembang pada media sosial TikTok ?
Jawaban : Iyaa, Wafa juga selalu memperhatikan yang lagi viral di
dunia tiktok, itu juga berfungsi buat konten Wafa terus berkembang.

16. Dari setiap content Wafa, apakah terdapat inovasi yang Wafa ciptakan
agar tetap disukai oleh para followers nya ?
Jawaban : Mungkin menurut saya dari informasi informasi yang
terkandung di dalam video membuat followers Wafa jadi suka

17. Menurut anda, apa yang membuat Wafa berbeda dari content creator
di TikTok lainnya ?
Jawaban : Beda dari karakteristik nya, karena Wafa membawakan
budaya Jawa dan beda dari yang lain, serta ciri khas blangkon dan
pakaian batiknya.

18. Apakah Wafa termasuk seleb TikTok yang mempertahankan keaslian


dalam dirinya ?
Jawaban : Saya melihat Wafa masih mempertahankan keaslian
yaa,apalagi saya mengetahui kehidupan sehari-harinya. Karena
menurut dia juga, kembali lagi karakteristik sebuah konten dengan diri
sendiri itu penting.

19. Apakah Wafa termasuk content creator yang konsisten dalam setiap
content yang anda unggah?
Jawaban : Dari uploadnya Wafa saya melihat konsisten ya soalnya
satu hari satu video. Dia mempunyai program satu hari satu video, jadi
ya konsisten,

20. Apakah ada perbedaan gaya hidup sebelum dan sesudah Wafa
menjadi seleb TikTok ? Apa perbedaanya ?
Jawaban : Mungkin gaya hidup materi dan rasa senang yang
mungkin menikmati hasil kerja kerasnya sendiri

21. Apakah dengan membuka endors merupakan salah satu cara Wafa
dalam mempromosikan diri ?
Jawaban : Iya soalnya menggandeng brand, maka dari itu bisa
sebagai branding self

22. Apakah Wafa sebagai content creator mempertahankan reputasi


dalam mengedepankan budaya Jawa ?
Jawaban : Masih ada sih, tapi kedepannya Wafa itu ingin improve
untuk konten yang lain tanpa meninggalkan ciri khas Jawanya.
23. Bagaimana cara Wafa menanggapi para netizen TikTok ? seperti
menanggapi comentar netizen.
Jawaban : Wafa menanggapi netizen seperti teman sendiri, itu juga
bisa membangun komunikasi Wafa dengan para followers. Kalau
untuk hate coment saya belum pernah liat Wafa menanggapinya sih
tapi sepertinya dia bodo amat gitu.

24. Sampai sejauh ini, pencapaian apa yang telah anda lihat dari Wafa
sebagai content creator ?
Jawaban : Hidup lebih teratur dan dia juga sudah bisa mengenal
prioritas dan mengatur waktu dari yang saya lihat seperti itu.

25. Dengan perjalanan Wafa sampai saat ini, bagaimana cara anda
memandang Wafa sebagai content creator media sosial TikTok ?
Jawaban : Saya memandang nya Wafa itu baik-baik aja dan adik
saya yg sudah ada perubahan dari yang dulu cuman rebahasan
sekarang lebih kreatif

26. Untuk kedepannya apa yang anda harapkan dari wafa seodjoni
sebagai content creator ?
Jawaban : Semoga semakin berkembang dan bisa bermanfaat bagi
banyak orang tentunya makin sukses kedepan
Lampiran 3 : Transkrip Wawancara Dengan Informan Tambahan
Nama : Farin Indriani
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Mahasiswa
Usia : 19 Tahun
Waktu Wawancara : Sabtu, 19 Maret 2022
1. Hallo, bisa memperkenalkan diri terlebih dahulu.
Jawaban : Nama saya Farin Indriani , biasa di panggil Farin. Untuk
saat ini berkuliah di Universitas Negeri Yogyakarta prodi Pendidikan
Ekonomi, tempat tinggal itu asli Puworejo Jawa Tengah.

2. Kalau boleh tau, saat ini farin sedang sibuk apa selain kuliah ?
Jawaban : Saat ini hanya kuliah, dan ikut beberapa kepanitiaan dan
ikut UKM di kampus.

3. Oke, di era seperti sekarang ini pastinya kan sering bermain sosial
media. Biasanya sosial media apa yang sering Farin gunakan saat
ini ?
Jawaban : Kalau untuk saat ini ada Instagram, facebook dan TikTok.

4. Sejak kapan Farin mulai aktif bermain media sosial Tiktok ?


Jawaban : Semenajk tahun 2017, namun TikTok sempat di hujat dan
di blokir akhirnya berhenti. Lalu aktif lagi semenjak pandemi.

5. Farin ini hanya menjadi penonton di TikTok atau sempat membuat


content ?
Jawaban : Kalau lebih aktif nya mungkin lebih aktif sebagai penonton
ya, tetapi sempat beberapa kali membuat content.

6. Seperti yang kita ketahui bersama, kalau content creator di TikTok itu
banyak sekali kan. Siapa yang kira-kira farin ketahui dan sukai ?
Jawaban : Dari yang sering berdakwah ada kak husein ada kak Dinda
Ibrahim. Yang edukasi budaya ada mas Wafa, terus dan banyak lagi.

7. Oke sesuai dengan penelitian saya, sejak kapan Farin mulai


mengenal content creator Wafa Soedjono ?
Jawaban : Kalau tidak salah semenjak April 2021, itu pertama kali
mas Wafa lewat FYP lalu saya follow dan masuk telegram grup fans
mas Wafa.
8. Bagaimana cara Farin mengenal content creator Wafa Soedjono ?
Jawaban : Waktu itu video pertama kali mas Wafa yang masuk FYP
itu mengenai budaya Jawa, lebih lengkapnya saya lupa.

9. Apa hal yang membuat anda tertarik sehingga anda menyukai Wafa ?
Jawaban : Mas Wafa ini, di usia yang muda tetapi tidak malu untuk
memperkenalkan budaya Jawanya., dengan bangga memperkenalkan
, cara memperkenalkan nya itu beda dengan yang lain , mas Wafa itu
biasanya ada lelucon nya sendikit.

10. Sebagai fans Wafa, Apa yang Farin lihat pada postingan media sosial
TikTok Wafa ?
Jawaban : Dari content mas Wafa itu selain menyediakan content
budaya Jawa, saya sebagai yang menonton selain belajar juga
terhibur. Karena dalam content nya tidak selalu edukasi atau ada
jawa, namun diselingi dengan comedy.

11. Terus, menurut Farin apakah platform media sosial TikToK


merupakan media sosial yang tepat bagi Wafa untuk berkarya ?
Jawaban : Karena saat ini TikTok sedang sangat naik daun jadi
menurut saya aplikasi TikTok ini yang tepat sih. Karena anak muda
sekarang ini mulai rada jauh nih dari budaya daerah, kalau ibarat
orang Jawa itu ‘Orang Jawa kehilangan Jawanya’. Nah dengan
adanya Mas Wafa di TikTok ini jadi memeperkenalkan budaya Jawa
ke anak muda zaman sekarang. Kalau menurut saya tepat sih kak,
karena anak muda zaman sekarang juga sering bermain TikTok.

12. Jika untuk kedepannya TikTok dilihat kurang efektif, menurut anda
aplikasi apa yang tepat untuk Wafa berkarya menjadi content
creator ?
Jawaban : Kalau menurut saya, kedepannya itu kan tidak ada yang
tau. Platform apalagi yang akan naik nantinya, tetapi menurut saya
bisa di lanjutkan lewat youtube kak, karena menurut saya youtube itu
dari tahun ke tahun tidak pernah turun

13. Apakah sebagai content creator Wafa berhasil konsisten dalam


mengedepankan budaya Jawa di setiap postingannya ?
Jawaban : Kalau menurut saya pribadi, cukup konsisten. Mungkin ada
selingan content di luar budaya Jawa, namun tidak menurangi ciri
khas Mas Wafa.
14. Bagaimana pandangan Farin mengenai budaya Jawa yang
diperkenalkan oleh Wafa melalui content nya pada media sosial
TikTok ?
Jawaban : Memandang dari content mas Wafa, ternyata banyak
sekali hal yang belum saya ketahui misalnya sejarah Jawa, silsilah
Jawa, nama-nama keturunannya gitu. Apa ya menurut saya
sebelumnya saya sudah faham budaya Jawa, ternyata masih banyak
yang belum saya pelajari dari content mas Wafa ini sangat membantu.

15. Seperti kita yang ketahui bersama, Wafa merupakan creator yang
mengedepankan budaya Jawa. Dari setiap content Wafa apakah
memiliki dampak tersendiri bagi hidup Farin ?
Jawaban : Tentunya ada sih seperti menambah pengetahuan
tentang budaya Jawa itu sendiri, lalu kita bisa menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Mungkin itu sih.

16. Menurut Farin, Apakah menjadi content creator merupakan hal tepat
bagi diri Wafa ?
Jawaban : Cocok jadi content creator menurut saya, karena
pembawaannya juga menyenangkan dalam menyampaikan pesa-
pesan, dalam setiap content yang mas Wafa bawakan, terus juga
pede, jadi yang nonton juga terhibur dan senang. Lalu kalau lewat
telegram grup fans juga Mas Wafa tuh ramah banget jadi seru.

17. Kemampuan apa yang Farin lihat dari diri Wafa dalam media sosial
TikTok ?
Jawaban : Yang saya lihat dari TikTok itu, mas Wafa public speaking
nya bagus. Lalu juga pinter ngelwak kak, Mas Wafa itu comedy
banget suka bikin ketawa. Jadi kadang kalau saya lagi bad mood lihat
content mas Wafa itu jadi happy lagi karena comedynya.

18. Dari yang Farin lihat, apakah setiap content Wafa memiliki persiapan
yang baik ?
Jawaban : Kalau menurut saya, hampir keseluruhan content mas
Wafa itu pasti memiliki persiapan yang baik. Soalnya sempat
beberapa kali, mas Wafa itu interaksi di grup telegram dengan kita,
seperti nanya mau buat content seperti apa nih yang beda,seru dan
yang bermanfaat. Dan dari grup itu mas Wafa juga suka bingun hal
apa yang perlu di persiapkan, jadi pastinya content mas Wafa memiliki
persiapan yang mateng.

19. Menurut Farin, Apakah content-content yang disajikan Wafa


berkualitas untuk ditonton ?
Jawaban : Kalau menurut saya pribadi, berkualitas. Karena saya bisa
dapat ilmu bisa terhibur juga.

20. Apakah content yang di sajikan oleh Wafa sesuai dengan keinginan
Farin sebagai fans ?
Jawaban : Kebanyakan sesuai, tetapi ada beberapa yang mungkin
selingan sebelum ada materi baru tentang yang biasa Mas Wafa
bawakan mengenai budaya Jawa. Jadi suka di selingi dengan comedy
yang memang seru juga menghibur gitu.

21. Apakah content Wafa memiliki nilai tersendiri di mata Farin sebagai
fans ?
Jawaban : Ada, nilai ini ya bermanfaat bagi saya sebagai penonton
content mas Wafa. Seperti nilai sopan santun dalam adat Jawa yang
di sampaikan mas Wafa di salah satu videonya, mencontohkan sikap
kepada orang yang lebih tua harus sopan santun.

22. Seperti yang kita ketahui bersama kalau banyak sekali hal baru yang
berkembang pada aplikasi TikTok, Apakah menurut Farin Wafa
mengikuti trend yang berkembang pada media sosial TikTok ?
Jawaban : Menurut saya, Mas Wafa itu terkadang mengikuti kadang
juga telat gitu ngikutinnya. Tapi walaupun mengikuti juga mas Wafa
tetap tidak pernah meninggalkan ciri khasnya, seperti memakai baju
batik dan blangkon.

23. Menurut Farin, apa yang membuat Wafa berbeda dari content creator
di TikTok lainnya ?
Jawaban : Kalau menurut saya, yang membuat berbeda adalah mas
Wafa suka menyelingi comedy di alur akun TikTok nya, mas Waf aitu
setiap bikin content itu blangkon nya dan baju batik itu sih yang paling
membuat mas Wafa berbeda dengan content creator lainnya. Karena
sampai sejauh ini saya main TikTok belum pernah menemukan yang
sama persis seperti keunikan mas Wafa ini.

24. Sebagai seleb TikTok, apakah content yang ditampilkan Wafa


originalitas ?
Jawaban : Menurut saya, dari kebanyakan video mas Wafa itu
original. Mungkin ada beberapa video yang memang mengambil atau
terinspirasi dari orang lain, tetapi mas Wafa itu pasti tag akun profil
orang tersebut. Tapi kebanyakam dari ide mas wafa sendiri.

25. Bagaimana gaya hidup Wafa yang terlihat pada media sosial TikTok
nya ? Apakah ada perbedaan dulu awal Farin lihat hingga sekarang ?
Jawaban : Dari yang saya lihat, mas Wafa itu kesehariannya seru,
baik, dan ramah terlihat dari content dan interaksinya dengan para
followers. Dan ada salah satu fakta, waktu itu di ada salah satu
followers yang malu untuk ngobrol sama mas Wafa, tapi mas Wafa
bilang “kita itu sama, sama-sama manusia jadi kita santai aja seru-
seru an aja tidak usah anggap saya seleb atau apa, kita semua ini
teman kok.” Jadi mas Wafa itu tidak pernah membeda-bedakan
siapapun. Untuk gaya hidup yang materi itu mas Wafa itu terlihat
sangat sederhana.

26. Apakah dengan membuka endorse merupakan salah satu cara Wafa
dalam mempromosikan diri ?
Jawaban : Mungkin itu jadi salah satu strategi Mas Wafa kak,
memanfaatkan posisi mas Wafa saat ini.

27. Menurut pandangan anda, bagaimana cara Wafa bersikap kepada


para netizen TikTok, seperti hate coment contohnya ?
Jawaban : Dari yang saya lihat, kalau hate coment itu sama sekali
tidak pernah di tanggepin. Mas Waf aitu welcome banget, jadi yang di
bales itu hanya yang seru-seru aja dan yang bercanda gitu. Kalau
untuk hate coment saya sampai saat ini belum pernah lihat mas Wafa
menaggapi hal itu.

28. Apakah Wafa berhasil menciptakan inovasi baru di setiap content


nya ? Jika iya, inovasi seperti apa contohnya ?
Jawaban : Kalau menurut saya, dari awal sampai saat ini itu ada sih
kak. Awalnya mas Wafa hanya mengikuti alur TikTok yang ada
dancenya gitu. Lalu makin kesini semakin sering memperkenalkan
budaya Jawa. Dan yang masih baru-baru ini mas Wafa suka buat
content ‘Jawa vs daerah lain’ tetapi bukan membandingkan tetapi
hanya mengikutsertakan gitu kak.

29. Sebagai fans Wafa, bagaimana cara Farin memandang diri Wafa
secara keseluruhan ?
Jawaban : Kalau menurut saya, dari gaya hidupnya yang sederhana
terus juga mas Wafa baik, ramah. Lalu content nya bermanfaat untuk
orang banyak.

30. Sebagai seorang fans, untuk kedepannya apa yang Farin harapkan
atau inginkan dari seorang Wafa ?
Jawaban : Harapannya itu Mas Wafa kan sempat beberapa hari tidak
ada content baru waktu itu, entah karena kesibukan pribadi atau apa.
Harapan saya semoga kedepannya semakin semangat dalam
membuat content yang bermanfaat, bisa berinovasi kedepannya dan
bisa menebarkan manfaat untuk banyak orang.
Lampiran 4 : Transkrip Wawancara Dengan Informan Tambahan
Nama : Muhammad Husein
Jenis Kelamin : Laki Laki
Status : Pelajar
Usia : 16 Tahun
Waktu Wawancara : Minggu, 20 Maret 2022
1. Hallo Husein, selamat malam. Sebelumnya bisa perkenalkan diri
terlebih dahulu ?
Jawaban : Oke baik. Assalamuaikum, selamat sore. Nama saya
Muhammad Husein, saya umur 16 tahun. Saya kelas 11 SMK, dan
saya asal Jakarta dan tinggal di Jakarta Pusat.

2. Kalau boleh tau, saat ini Husein sedang sibuk apa selain sekolah ?
Jawaban : Kalau saat ini sedang sibuk mengikuti ekskul di sekolah
yaitu Jurnalis, saya juga suka fotografi.

3. Oke, Lalu sebagai anak milenial pastinya kan sering bermain sosial
media. Biasanya sosial media apa yang sering Husein gunakan saat
ini ?
Jawaban : Untuk saya pribadi sebenarnya ga terlalu banyak, hanya
Instagram, TikTok, Whatsapp. Untuk yang lainnya ga terlalu aktif sih
seperti facebook dan lainnya.

4. Seperti yang kita ketahui bersama, kalau content creator di TikTok itu
banyak sekali kan. Siapa yang kira-kira Husein ketahui dan sukai ?
Jawaban : Kalau dari segi dakwah ada Ustad Syam, atau Husein,
terus banyak sih. Sama salah satunya mas Wafa Soedjono.

5. Salah satunya ada Wafa Soedjono, sejak kapan Husein mulai


mengenal content creator Wafa Soedjono ?
Jawaban : Tahun lalu, sekitar awal bulan 2021.

6. Bagaimana cara Husein mengenal content creator Wafa Soedjono ?


Jawaban : Waktu itu video nya ada yang FYP kalau tidak salah yang
meng-stich video perempuan asal sunda. Jadi langsung ‘Wah apanih’,
jadi waktu itu perempuan sunda ini lagi nanya terus mas Wafa jawab.

7. Apa hal yang membuat anda tertarik sehingga anda menyukai Wafa ?
Jawaban : Sebenarnya, bisa dikatakan aneh sih. Karena saya tuh
suka sama Jawa, suka sama orangnya, suka sama bahasanya,
budaya nya, cara bicara nya, dan teman-teman saya itu banyak sekali
sih yang orang Jawa dan teman-teman kenalan online pun banyak
berteman sama orang Jawa.

8. Loh ? Tapi kamu malah asli Jakarta ya padahal ?


Jawaban : Ibu saya asli Banten, dan ayah saya Betawi.

9. Oalah, sebagai fans Wafa, Apa yang Farin lihat pada postingan media
sosial TikTok Wafa ?
Jawaban : Dari Bahasa Jawanya sih, dari content nya itu kan rata-
rata bahasa Jawa ya logatnya,. Dan itu ngelatih saya untuk bisa
berbahasa Jawa sih karena saya suka hal itu.

10. Terus, menurut Husein apakah platform media sosial TikToK


merupakan media sosial yang tepat bagi Wafa untuk berkarya ?
Jawaban : Hal itu sebenarnya cocok-cocokan ya kak. Hal itu kurang
bisa saya pastikan, dan sesuai diri mas Wafa nya tetapi dari yang
saya lihat mulai dari postingan, pengikut dan likesnya di TikTok jadi
lebih baik di lanjut dan di teruskan menjadi content creator untuk mas
Wafa.

11. Seandainya untuk kedepannya TikTok dilihat kurang efektif, menurut


Husein aplikasi apa yang tepat untuk Wafa berkarya menjadi content
creator ?
Jawaban : Youtube sih menurut saya, selain itu Instagram sih tapi
cukup sulit mungkin tapi kalau pelan-pelan berusaha pasti bisa.

12. Apakah sebagai content creator Wafa berhasil konsisten dalam


mengedepankan budaya Jawa di setiap postingannya ?
Jawaban : Konsisten sih kak, karena waktu itu saya inget dia pernah
mengujungi makam sunan kalau tidak salah dan itu sepanjang vlog
Mas Wafa itu konsisten sih secara keseluruhan.

13. Bagaimana pandangan Husein mengenai budaya Jawa yang


diperkenalkan oleh Wafa melalui content nya pada media sosial
TikTok ?
Jawaban : Saya jadi memiliki pandangan baru sih kak, seperti Bahasa
Jawa yang saya ketahui mungkin rada kasar namun ternyata ada
Jawa halus yang di contohkan Mas Wafa. Selain itu dari cara pandang
saya banyakn sekali hal yang orang-orang kaitkan budaya Jawa
dengan hal mistis, namun dari mas Wafa saya belajar banyak
mengenai Jawa mulai dari Wilayah, sejarah dan budayanya.
14. Seperti kita yang ketahui bersama, Wafa merupakan creator yang
mengedepankan budaya Jawa. Dari setiap content Wafa apakah
memiliki dampak tersendiri bagi hidup Husein ?
Jawaban : Jadi lebih suka hal mengenai budaya Jawa sih, jadi belajar
budaya Jawa. Dan dari hal itu saya jadi kepingin banget ke Jawa ke
wilaynya missal ke Jogja ke Kudus. Dan jujur kalau lagi bete dan
banyak tugas numpuk terus saya buka akun mas Wafa tu jadi bagus
lagi gitu moodnya, karena suka belajar Bahasa Jawa, jadi sambl
nonton sambil belajar dan coba cari artinya di coment ataupun di
google

15. Oalah Husein malah belajar Bahasa Jawa lewat Wafa ya. Menurut
Husein dari yang anda lihat, Apakah menjadi content creator
merupakan hal tepat bagi diri Wafa ?
Jawaban : Tepat, tetapi dia masih menjadi mahasiswa untuk saat ini
apalagi sedang memasuki semester yang sibuk maka dari itu akhir-
akhir ini mas Wafa kurang aktif di TikTok maupun telegram. Namun
saya rasa tepat, dan harapannya setelah lulus mungkin mas Wafa
bisa tetap melanjutkan bisa sharing seputar kuliah nya juga namun
tidak meninggalkan ciri khasnya jadi tetap berbahasa Jawa.

16. Selanjutnya, kemampuan apa yang Husein lihat dari diri Wafa dalam
media sosial TikTok ?
Jawaban : menurut saya pastinya public speaking dan tingkat
percaya diri sih. Namun, saya sempat stalk mas Wafa lewat
instgramnya dan ternyata beliau juga memiliki kemampuan fotografi
dan ternyata benar pas kita sempat sharing lewat grup telegram.

17. Dari yang Husein lihat, apakah setiap content Wafa memiliki
persiapan yang baik ?
Jawaban : Baik sih menurut saya, tetapi menurut saya mas Waf aitu
buat TikTok itu pasti saat bosan atau pas tidak ada kesibukan tugas
kuliah jadi di waktu senggang pastinya memiliki persiapan yang baik.

18. Menurut Husein, Apakah content-content yang disajikan Wafa


berkualitas untuk ditonton ?
Jawaban : Kalau menurut saya hal ini sesuai pribadi masing-masing,
kalau untuk umum ya berkualitas sih. Tapi untuk spesifik ingin
mengetahui budaya Jawa, atau ingin belajar Bahasa Jawa ya sangat
berkualitas. Untuk tingkatan usia layak dan berkualitas sih.

19. Apakah content yang di sajikan oleh Wafa sesuai dengan keinginan
Husein sebagai fans ?
Jawaban : Sesuai sih, karena waktu itu saya sendiri pernah coment
dan minta lewat telegram misalnya ingin meneruskan bahsa Jawa
halus dan mas Wafa itu menurutinya.
20. Apakah content Wafa memiliki nilai tersendiri di mata Husein sebagai
fans ?
Jawaban : Kalau untuk saya pribadi ada nilai pastinya di setiap
content mas Wafa. Karena dari nilai tersebut memberikan manfaat
yang baik serta sangat berdampak ke pribadi saya. Mulai dari
membuat saya tertarik mengenai budaya Jawa, lalu mengubah
presepsi saya juga sih mengenai Jawa. Dan tentunya hal itu sangat
bernilai baik.

21. Seperti yang kita ketahui bersama kalau banyak sekali hal baru yang
berkembang pada aplikasi TikTok. Apakah menurut Husein, Wafa
mengikuti trend yang berkembang pada media sosial TikTok ?
Jawaban : Tidak semua mas Wafa ikuti sih, tapi rata-rata yang
memang viral banget ya mas Wafa suka mengikuti trend tersebut.

22. Menurut Husein, apa yang membuat Wafa berbeda dari content
creator di TikTok lainnya ?
Jawaban : Yang membedakan itu ya karena mas Wafa itu membawa
budaya Jawa sih di content nya dan suka membawakan Bahasa Jawa
yang halus gitu.

23. Sebagai seleb TikTok, apakah content yang ditampilkan Wafa


originalitas ?
Jawaban : Menurut saya, media sosial itu apapun aplikasinya
jahatnya itu memang seperti itu. Jadi misalnya content A yang
membuat seleb ini namun bisa di klaim bahwa yang pertama kali
adalah seleb B gitu, dan itu hal yang wajar terjadi di media sosial sih.
Kalau untuk content mas Wafa tidak menjiplak sih, karena content
yang mas Wafa buat juga rata-rata kesepakatan dengan fans nya.

24. Bagaimana gaya hidup Wafa yang terlihat pada media sosial TikTok
nya ? Apakah ada perbedaan dulu awal Husein lihat hingga
sekarang ?
Jawaban : Sederhana sih kak dari dulu hingga sekarang.

25. Apakah dengan membuka endorse merupakan salah satu cara Wafa
dalam mempromosikan diri ?
Jawaban : Betul itu strategi mas Wafa untuk memperomosikan diri,
karena untuk menaikan diri juga butuh uang sih kak.
26. Menurut pandangan anda, bagaimana cara Wafa bersikap kepada
para netizen TikTok, seperti hate coment contohnya ?
Jawaban : Menurut saya, mas Wafa jarang sih malah tidak pernah
menanggapi hatersnya. Tapi seharusnya memang di bodo amatin aja
sih.
27. Apakah Wafa berhasil menciptakan inovasi baru di setiap content
nya ? Jika iya, inovasi seperti apa contohnya ?
Jawaban : Waktu itu saya sempat ga mengikuti dia, dan ternyata mas
Wafa juga lagi sibuk karena pendidikannya. Jadi sampai saat ini saya
belum pernah melihat inovasi baru di content Mas Wafa sih.

28. Sebagai fans Wafa, bagaimana cara Husein memandang diri Wafa
secara keseluruhan ?
Jawaban : Baik banget mas Wafa tuh dan humble. Jadi waktu itu
saya baru banget aktif di grup telegram fans mas Wafa dan kita
semua lanjut ke panggilan suara bareng-bareng dan mas Wafa itu
baik banget seru dia membuat tebak-tebakan yang memang jujur saya
kaget banget kok content creator kaya gini, jadi saya kaya mimpi gitu.
Dan waktu itu saya ikutan main tebak-tebakan dan menang terus yang
menang di berikan hadiah sama mas Wafa nya. Jadi dia benar-benar
baik dan tidak membeda-bedakan sama siapapun itu sih.

29. Wah asik ya. Oke ke pertanyaan terakhir sebagai seorang fans, untuk
kedepannya apa yang Husein harapkan atau inginkan dari seorang
Wafa ?
Jawaban : Untuk selanjutnya, mungkin perbanyak content lagi kaya
Bahasa Jawa nya, terus mengenai jalan-jalan di wilayah daerah Jawa
khususnya tempat-tempat bersejarah seperti makam Wali. Dan
pastinya kepingin banget ketemju mas Wafa sih di Jawa langsung.
Lampiran 5 : Bukti Wawancara

KEY INFORMAN : WAFA SOEDJONO

INFORMAN TAMBAHAN : FARIN INDRIANI


INFORMAN TAMBAHAN : MUHAMMAD HUSEIN
Lampiran 6 : Content video TikTok @Wafasoedjono

Content Mengunjungi Tempat Bersejarah

Sumber : HYPERLINK "https://vt.tiktok.com/ZSdDgrED8/"

https://vt.tiktok.com/ZSdDgrED8/

Content Edukasi Jawa


Sumber : https://vt.tiktok.com/ZSdDgDKvv/
Content Jawa VS Daerah Lain

Sumber : https://vt.tiktok.com/ZSdDg6kAX/

Content Belajar Bahasa Jawa

Sumber : https://vt.tiktok.com/ZSdDg6B6h/
Content Drama Keluarga Jawa

Sumber : https://vt.tiktok.com/ZSdDg2YMJ/

Content Komedi

Sumber : https://vt.tiktok.com/ZSdDg9Bcp/
Content Endorsment

Sumber : https://vt.tiktok.com/ZSdDg6f9d/
Lampiran 7 : Interaksi netizen TikTok pada kolom Komentar TikTok

@Wafasoedjono

Sumber : https://www.tiktok.com/@wafasoedjono?lang=en
Lampiran 8 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 9 : Form Bimbingan
Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup

Anda mungkin juga menyukai