Anda di halaman 1dari 53

Implemenasi Arsitektur Ekologi dalam Pengembangan Kawasan Desa

Wisata Pesisir
(Studi Kasus Desa Pulisan)

PROPOSAL TESIS
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan
Program Studi Magister Arsitektur

Oleh
Nining G Paputungan
18202112005

PROGRAM MAGISTER ARSITEKTUR


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2022
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 2
BAB I.................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang........................................................................................................... 4
B. Perumusan Masalah ................................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................................... 8
E. Batasan Penelitian....................................................................................................... 9
F. Kerangka Pikir............................................................................................................ 10
1.6 Skema Alur Perancangan ....................................................................................... 11
BAB II................................................................................................................................. 12
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................... 12
A. Desa Wisata .............................................................................................................. 12
1. Definisi Desa Wisata ............................................................................................. 12
2. Komponen Desa Wisata ..................................................................................... 13
3. Pengembangan Desa Wisata................................................................................. 14
B. Pariwisata.................................................................................................................. 14
1. Definisi Pariwisata ................................................................................................. 14
2. Bentuk Pariwisata ................................................................................................. 16
3. Jenis Pariwisata ..................................................................................................... 18
C. Arsitektur Ekologi ...................................................................................................... 19
1. Definisi Arsitektur Ekologi ..................................................................................... 19
2. Unsur Pokok eko-arsitektur ................................................................................. 22
F. Prinsip Desain Ekologi .......................................................................................... 29
G. Kebijakan Peraturan Pembanguan Minahasa Utara ............................................... 35
BAB III ............................................................................................................................... 42
METODE PERANCANGAN ................................................................................................. 42
A. .Metodologi Perancangan ........................................................................................ 42
B. Teknik dan Pengumpulan Data ............................................................................... 44
C. Lokasi Penelitian...................................................................................................... 45
b. Kondisi Eksisting .................................................................................................... 51
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pariwisata merupkan keseluruhan rangkaian kegiatan yang

berhubungan dengan gerakan manusia yang melakukan perjalanan atau

persinggahan sementara dari tempat tinggal , ke suatu atau beberapa tempat

tujuan di luar lingkungan tempat tinggal yang di dorong oleh beberapa

keperluan tanpa bermaksud mencari nafkah tetap (BPS,1991).

Pariwisata juga salah satu sektor penggerak perekonomian yang

perlu diberi perhatian lebih agar dapat berkembang dengan baik. sejalan

dengan dinamika yang ada , perkembangan pariwisata merambah dalam

berbagai terminologi yaitu sustainable tourism development, rural tourism,

ecotourism, dimana merupakan pendekatan pengembangan kepariwisataan

yang berupaya untuk menjamin agar wisata dapat dilaksanakan di daerah

tujuan wisata bukan pada daerah perkotaan. salah satu pendekatan

pengembangan wisata alternatif adalah desa wisata dimana pembangunan

pedesaan yang berkelanjutan dalam bidang pariwisata (Yoeti, 1996; Suwena,

2010).

Kabupaten Minahasa Utara adalah salah satu kabupaten

pemekaran dari kabupaten Minahasa yang terbentuk pada tahun 2004 dengan

ibukota di Airmadidi. Kabupaten Minahasa Utara memiliki banyak potensi

wisata sehingga Kabupaten Minahasa Utara ditetapkan sebagai sebagai

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata melalui Peraturan Pemerintah


(PP) No. 84/2019. PP tersebut disahkan pada tanggal 6 Desember 2019 dan

diundangkan pada tanggal 10 Desember. dalam PP tersebut, KEK Likupang

ditetapkan sebagai zona pariwisata yang terletak di lahan seluas 197,4 he di

Kecamatan Likupang Timur. Penetapan Kawasan Tanjung Pulisan sebagai

KEK, menjadikan desa-desa yang ada disekitarnya mempunyai posisi yang

strategis dalam rangka pengembangan pariwisata desa.

Kecamatan Likupang Timur memiliki luas wilayah 290,841 km ,

terdapat 18 Desa , dari 18 desa yang ada , 3 desa yang terletak pada Kawasan

Ekonomi Khusus Pariwisata Super Prioritas yaitu Desa marinsow ,Desa

Kinunang dan Desa Pulisan , ketiga desa ini juga termasuk dalam desa wisata

yang di tentukan pemerintah kabupaten karena melihat potensi yang ada

,jenis pariwisata yang di tawarkan yaitu jenis wisata bahari dengan memiliki

pemandangan yang indah , tapi dari ketiga desa tersebut desa Pulisan lah yang

paling banyak di minati para wisatawan baik lokal maupun manca negara

karena memiliki karakteristik topografi yang berbukit dan pantai berpasir

putih, memiliki laut yang landai sehingga aman untuk para anak-anak

,memiliki taman bawah laut yang indah, dan memiliki bukit Savana yang

menawarkan pemandangan yang lengkap dimana bisa melihat bukit-bukit

kecil dan pemandangan pantai pulisan , pantai pall dan pantai kinunang

keseluruhan , namun pengelolaan kawasan masih di kelola oleh swadaya

warga sekitar sehingga kawasan pantai tersebut masih belum tertata dengan

baik.

Kawasan Pantai Pulisan berdekatan dengan dua pantai yaitu

pantai pall dan pantai Kinunang namun pada kawasan tersebut juga terdapat
pantai di Desa Maen dimana pantai tersebut memiliki resort Casa Baio

dikelola secara professional membuat kawasan tersebut memiliki penataan

yang baik ,sehingga itu menjadi suatu tantangan untuk desa wisata Pulisan

agar pantai Pulisan bisa dilirik para wisatawan untuk lebih memilih datang ke

desa Wisata Pulisan karena memiliki daya tarik dan ciri khas tersendiri selain

itu penataan kawasan di perlukan karena desa Pulisan termasuk dalam

kawasan ekonomi khusus super prioritas sehingga dengan adanya penataan

kawasan yang baik maka para wisatawan akan lebih tertarik berkunjung ke

Desa Pulisan ,maka diperlukan juga suatu konsep pengembagan penataan

kawasan yang membuat kawasan desa wisata Pulisan memiliki ciri khas

tersendiri dari pada kawasan wisata lain ,memiliki penataan kawasan nya

lebih terarah sesuai dengan potensi dan pada penataan kawasan

memperhatikan keseimbangan lingkungan alam dan lingkungan buatan

sehingga terciptanya kawasan pariwisata berkelanjutan .

Desa Pulisan terletak di wilayah pesisir ,dalam pengelolaan

pengembangan kawasan pesisir harus di Kelola dengan baik karena jika tidak

akan menurunkan kualitas dan kuantitas sumberdaya yang terdapat di wilayah

pesisir. perancang harus memperhatikan kondisi ekosistem yang sudah ada

supaya kualitas lingkungan yang ada bisa meningkat. sehingga pada

pengembangan kawasan desa wisata Pulisan penulis menggunakan

pendekatan Arsitektur Ekologi sebagai prinsip dalam pengembangan

kawasan desa wisata ,karena karena prinsip arsitketur ekologi digunakan

untuk mencegah kerusakan lingkungan dan memperbaiki kondsi alam

lingkungan , Arsitekur ekologis adalah istilah holistik yang sangat luas dan
mengandung bidang-bidang telaah lain seperti arsitektur surya, arsitektur

biologis, arsitektur bionik serta pembangunan berkelanjutan. ( Heinz Frick,

”Dasar-dasar arsitektur ekologis”. Kanisius, Yogyakarta, 2006) Arsitektur

Ekologi merupakan konsep pembangunan berwawasan lingkungan yang

memanfaatkan potensi alam semaksimal mungkin agar bisa membentuk dan

mempertahankan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan antar

elemen ekologi di dalamnya , penggunaan konsep arsitektur ekologi pada

perencanaan tersebut dengan tujuan tolak ukur dalam pengembangan

kawasan merupakan salah satu prinsip perancangan yang memasukkan aspek

lingkungan sebagai salah satu pertimbangan utama dalam desainnya. disisi

lain tujuan dari arsitektur ekologi ini adalah untuk menemukan solusi

terhadap permasalahan yang berkaitan dengan arsitektur sehingga menjamin

keberlangsungan hubungan yang sinergi antara manusia, kawasan ataupun

bangunan (arsitektur) dan lingkungan secara global. Juga membuat citra

kawasan desa wisata pulisan ini akan menjadi semakin menarik untuk

dikunjungi sehingga jumlah wisatawan yang berkunjung dapat sesuai target

pemerintah dengan tetap mengedepankan desain yang ramah lingkungan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di kemukakan di atas

maka rumusan pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana konsep pengembangan rancangan penataan kawasan desa

wisata Pulisan ?
2. Bagaimana merancang penataan dengan menggunakan konsep arsitektur

ekologi pada kawasan desa wisata Pulisan ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Pengembangan konsep rancangan penataan pada kawasan desa wisata

Pulisan , kabupaten Minahasa utara

2. Merancang penataan dengan penerapan konsep arsitektur ekologi pada

kawasan desa wisata Pulisan . Agar bisa membuat kawasan wisata lebih

menarik sehingga mengudang banyak pengunjung dan perancangan penataan

menggunakan Prinsip-prinsip ekologi dapat menjadi solusi untuk tetap

menjaga kelestarian alam sehingga berkelanjutan

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah

1. Manfaat Teoritis

Memperkuat landasan teori Arsitektur Ekologi dalam penerapan


pengembangan Kawasan ,terutama kawasan pesisir sehingga bisa menjadi
kawasan Pesisir yang berkelanjutan .

2. Manfaat Praktis

Dapat menjadi masukan untuk para arsitek dalam merancang konsep


Kawasan Pesisir , terutama pada kawasan pariwisata Bahari .
E. Batasan Penelitian

Batasan Penelitian adalah Penerapan Konsep Arsitektur Ekologi

pada Pengembangan Kawasan Desa Wisata Pesisir , dalam pengembangan

Pembangunan Kawasan Desa Wisata menggunakan pendekatan Arsitektur

Ekologi

Pembahasan hanya dibatasi pada masalah-masalah yang

berkaitan dengan penyusunan konsep pengembangan kawasan Desa wisata

Pulisan dengan pendekatan ekologi arsitektur dengan menggunakan Teori

ekologi arsitektur yang digunakan didasarkan pada pendapat Heinz Frick

(1998) . pada kawasan tertsebut. maksud dibatasinya area adalah agar analisis

yang dikerjakan dapat terkonsentrasi pada kawasan yang dimaksud dengan

permasalahan permasalahan yang ada dalam hal ini lingkup pembahasan yang

dikemukakan adalah hal-hal yang berhubungan dengan bidang arsitektural.

Batasan Wilayah pada penelitian ini adalah hanya pada Kawasan

Desa Wisata Pulisan yang termasuk dalan KEK Pariwisata khususnya Desa

Pulisan pada Lingkungan 2 dengan luas 282 Ha ,yaitu terdiri dari kawasan

Permukiman ,Kawasan Pantai dan Perbukitan .


F. Kerangka Pikir

Penerapan Konsep Arsitektur Ekologi dalam pengembangan Kawasan Desa


Wisata Pulisan

Latar Belakang

-Desa Pulisan merupakan Kawasan Ekonomi Khusus super prioritas dalam bidang pariwisata

-Desa pulisan terletak di kawasan pesisir sehingga memiliki kawasan wisata utama yaitu pantai, dan
memiliki bukit Savanah

-Belum adanya penataan objek fisik pada Kawasan Desa Wisata pulisan seperti penataan potensi
alamnya potensi -potensi belum adasehingga perlu adanya penataan kawasan wisata tampa merusak
lingkungan

-Upaya Menigkatakan Jumlah Pengunjung


Masalah

- Pada Kawasan Desa Wisata Pulisan belum terlalu mendapat sentuhan


arsitek, sehingga terlihat kurang begitu menarik, penataan yang belum baik

Makasud

- Menciptakan penataan Kawasan Desa Wisata yang menarik untuk di kunjungi para wisatawan
- Penataan kembali pada kawasan Desa Wisata sesuai dengan potensi dan karakteristik wilayah yang ada
dengan menggunakan pendekatan Arsitektur Ekologi sehingga kelestarian alam tetap terjaga .

Pengumpulan Data

Data Sekunder Data Primer :


• RTRW
• BPS • Observasi lapangan
• Studi Literatur • Wawancara
• Kajian Konsep Tema

Gagasan Ide

Perancangan Kawasan Desa Wisata Pulisan dengan menggunakan Pendekatan Ekologi Arsitektur

Analisis Tapak
-Zoning Kawasan Perencanaan
-Analisis Tata guna Lahan
-Analisis Sirkulasi
- Analisis daya dukung fisik dan
lingkungan
-Analisis Klimatologi

Penerapan Konsep Tema pada Perencanaan Kawasan Desa Wisata

Berdasarkan analisa, peraturan pemerintah, konsep tapak, dan konsep


bangunan
1.6 Skema Alur Perancangan

Konsep Arsitektur Ekologi dalam


Pengembangan Kawasan Desa Wisata
Pesisir

(Studi Kasus Desa Pulisan)

Data Sekunder Data Primer :


• RTRW
Pengumpulan Data
• BPS
Regulasi, Site
• Kajian Konsep
Measurement/ Delineation
Tema
Approach, dll

Identifikasi potensi-potensi dalam


Pengembangan Desa Wisata
Pulisan

Analisis Tapak
-Zoning Kawasan Perencanaan
-Analisis Tata guna Lahan
-Analisis Sirkulasi
- Analisis daya dukung fisik dan
lingkungan
-Analisis Klimatologi

Perancangan Kawasan dengan menggunakan


pendekatan Arsitektur Ekologi (Heinz Frick (1998)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Desa Wisata
1. Definisi Desa Wisata

Menurut pendapat (Soemarno, 2010), Desa wisata merupakan

suatu kawasan pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang

mencerminkan keaslian pedesaan baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial

budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki arsitektur bangunan dan struktur

tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang unik dan

menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkannya berbagai

komponen kepariwisataan, misalnya: atraksi, akomodasi, makanan,

minuman, cinderamata, dan kebutuhan wisata lainnya.

Berdasarkan pendapat Nuryati (1993) dalam makalah dari

Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya dengan judul

“Concept, Perspective and Challenges” menyebutkan bahwa desa wisata

adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas

pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang

menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. desa wisata adalah suatu

wilayah perdesaan yang menawarkan keaslian baik dari segi sosial budaya,

adat istiadat, keseharian, arsitektur tradisional, struktur tata integrasi

komponen pariwisata antara lain seperti atraksi, akomodasi, dan fasilitas

pendukung (Zakaria & Suprihardjo, 2014). sedangkan menurut Ditjen

Pariwisata mendefinisikan desa wisata sebagai suatu wilayah pedesaan yang

menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan


arsitektur bangunan dan tata ruang desa, serta mempunyai potensi untuk

dikembambangkan berbagai komponen kepariwisataan, misalnya atraksi

wisata makanan dan minuman, cideramata, penginapan, dan kebutuhan

lainnya. dari pengertian desa wisata dari berbagai ahli, dapat disimpulkan

bahwa desa wisata adalah suatu wilayah perdesaan dimana memiliki ciri khas

seperti keindahan alam, seni budaya, adat istiadat yang menjadi tarik wisata

untuk berkunjung dan menikmati wilayah tersebut.

2. Komponen Desa Wisata

Tiap-tiap desa wisata memiliki komponen masing-masing.

komponen desa wisata memiliki ciri khas, keunikan, dan potensi dari desa

wisata tersebut. berikut adalah komponen desa wisata yang diambil dari

berbagai sumber, antara lain : Penetapan suatu desa untuk dijadikan sebagai

desa wisata harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Soemarno, 2010)

- Aksesbilitasnya baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan

menggunakan berbagai jenis alat transportasi.

- Memiliki obyek-obyek menarik berupa alam, seni budaya, legenda,

makanan lokal, dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai obyek wisata.

- Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan yang

tinggi terhadap desa wisata serta para wisatawan yang datang ke desanya.

- Keamanan di desa tersebut terjamin.

- Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai.


- Beriklim sejuk atau dingin.
- Berhubungan dengan obyek wisata lain yang sudah dikenal oleh masyarakat
luas.

3. Pengembangan Desa Wisata

Pengembangan desa wisata pada dasarnya adalah proses

bagaimana sebuah desa dapat berkembang dan sebagai pusat wisata yang

memiliki unsur hiburan dan pendidikan. Pengembangan berasal dari kata

kembang, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengembangan

berarti sebuah proses, cara, perbuatan mengembangkan. dalam kegiatan

pariwisata pengembangan sangat perlu dilakukan karena melihatpersaingan

wisata saat ini sangat ketat, terlebih wisata dalam bentuk tourist village (desa

wisata) saat ini sudah tidak dapat dihindari lagi, sudah banyak muncul desa

wisata baru yang menyuguhkan pesona dan ciri khasnya masing-masing.

Maka dari itu hal ini tidak terlepas dari perlunya peran yang kuat

dari pemerintah dalam memberikan layanan penuh yang harus menyiapkan

dan memperbaiki infrastruktur dan sarana penunjang di daerah wisata

tersebut agar dalam pemeliharaan obyek dan daya tarik desa wisata dapat

selalu terjaga (Widyastuti, 2017).

B. Pariwisata
1. Definisi Pariwisata

Berdasarkan bahasa Sanskerta, “pariwisata” berasal dari

komponen-komponen yang terdiri dari: Pari : penuh, lengkap, berkeliling Wis


(man): rumah, properti, kampung, komunitas Ata : pergi terus-menerus,

mengembara (roaming about) apabila dirangkai menjadi satu kata melahirkan

pariwisata yang berarti pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampung)

berkeliling terus-menerus. secara umum, pariwisata berarti suatu perjalanan

yang dilakukan oleh seseorang (wisatawan) untuk mengunjungi tempat

wisata di daerah tujuan wisata yang dikunjungi dengan maksud dan tujuan

untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan yang bersifat sementara.

Namun, dengan berkembangnya ilmu pariwisata, pariwisata memiliki banyak

pengertian dalam pemikiran manusia.

Bukan hanya sebagai suatu perjalanan wisata melainkan

pariwisata bisa dikatakan sebagai bisnis yang bisa dikelola industri

pariwisata. disamping pengertian diatas, berikut adalah pendapat beberapa

ahli pariwisata mengenai pengertian “pariwisata” sebagai berikut:

- Undang Undang No. 10 Tahun 2009.

Pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk

tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik wisata

yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

- Institute of Tourism in Britain (sekarang Tourism Society in Britain) tahun

1976 dalam Pendit (2006:33).

Menjelaskan bahwa Pariwisata adalah kepergian orang-

orang sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat tujuan di luar

tempat tinggal dan pekerjaan sehari-hari serta kegiatankegiatan mereka


selama berada ditempat-tempat tujuan tersebut, mencakup kepergian untuk

berbagai maksud, termasuk kunjungan sehari atau darmawisata/ekskursi.

- Nyoman S. Pendit buku berjudul “Ilmu Pariwisata :

Sebuah Pengantar Perdana” tahun 2002. Mengemukakan

pariwisata adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan wisata, termasuk

pengusaha obyek wisata, daya tarik wisata serta usaha-usaha yang berkaitan

dengan kepariwisataan.

- 4. United Nation World Tourism Organization (WTO) pada Annual Report


UNWTO.
"Tourism comprises the activities of persons traveling to and

staying in places outside their usual environment for not more than one

consecutive year for leisure, business and other purposes."

Berdasarkan pengertian mengenai ilmu pariwisata yang

dikemukakan oleh beberapa ahli, penulis menyimpulkan bahwa pariwisata

adalah sebuah aktivitas seseorang wisatawan untuk melakukan perjalanan ke

suatu tempat diluar wilayahnya dalam jangka waktu minimal 24 jam untuk

berbagai macam kegiatan.

2. Bentuk Pariwisata

Menurut Pendit (2002:37), bentuk pariwisata terdiri dari lima kategori, yaitu

sebagai berikut :

1. Menurut asal wisatawan pertama-tama perlu diketahui asal dari

wisatawan, apakah dari dalam negeri atau dari luar negeri. apabila wisatawan
dari dalam negeri berarti wisatawan hanya pindah tempat sementara di dalam

lingkungan wilayahnya sendiri selama wisatawan mengadakan perjalanan,

maka disebut pariwisata domestik. sedangkan apablia wisatawan dari luar

negeri disebut wisatawan internasional.

2. Menurut akibat terhadap neraca pembayaran kedatangan

wisatawan dari luar negeri adalah membawa membawa mata uang asing.

pemasukan valuta asing berarti memberikan dampak positif terhadap neraca

pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjungi, sehingga disebut

pariwisata aktif. apabila kepergian seseorang warga negara ke luar negeri

memberikan dampak positif terhadap neraca pembayaran luar negeri disebut

pariwisata pasif.

3. Menurut jangka waktu Kedatangan seorang wisatawan di suatu

tempat atau negara diperhitungkan menurut waktu lamanya wisatawan

tersebut tinggal ditempat atau negara yang bersangkutan. hal tersebut

menimbulkan istilah-istilah pariwisata jangka pendek dan jangka panjang.

yang mana tergantung kepada ketentuan-ketentuan yang diberlakukan oleh

suatu negara untuk mengukur jangka pendek atau atau jangka panjang waktu

yang dimaksudkan.

4. Menurut jumlah wisatawan Bentuk pariwisata menurut jumlah

wisatawan dibedakan atas jumlah perhitungan wisatawan yang datang,

apakah wisatawan datang sendiri atau dalam jumlah rombongan. maka

timbullah istilah-istilah pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan.


5. Menurut alat angkut yang digunakan Dilihat dari segi

penggunaan alat pengangkutan yang dipergunakan oleh wisatawan, maka

dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api,

pariwisata mobil.

3. Jenis Pariwisata

Menurut (Spillane, 1987), pariwisata terdiri dari enam jenis, yaitu sebagai

berikut :

1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism),

pariwisata ini dilakukan untuk para wisatawan dengan tujuan untuk berlibur

atau mencari kesenangan yang baru, mengunjungi suatu tempat yang baru,

untuk melihat sesuatu yang baru, serta menikmati hiburan yang ada di kota-

kota besar dan ikut serta dalam keramaian pariwisata.

2. Pariwisata untuk rekreasi (recreation tourism) pariwisata ini

dilakukan degan tujuan untuk mengisis hari libur mereka atau memanfaatkan

ketika seseorang libur bekerja atau melakukan kegiatan mereka sehari-hari,

bertujuan untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani serta

dalam keramaian atau tempattempat tertentu yang sudah direncanakan.

3. Pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism), pariwisata ini

dilakukan wisatawan untuk tujuan mengunjungi suatu negara atau daerah

dengan keinginan megetahui kebudayaan di suatu Negara atau daerah

tersebut, mengunjungi pusat kesenian, mengunjungi pusat keagamaan,


mempelajari adat-istiadat, serta mengunjungi monument atau tempat-tempat

yang bersejarah.

4. Pariwisata untuk olah raga (sport tourism), pariwisata ini

dilakukan wisatawan untuk tujuan berolahraga atau berpartisispasi dalam

olahraga, baik melakukan kegiatan olah raga, maupun manghadiri kegiatan

olahraga misalnya mengitu event-event nasional atau daerah.

5. Pariwisata untuk keperluan bisnis (business tourism)

pariwisata ini dilakukan oleh para wisatawan yang secara professional

melakukan perjalanan wisata semata-mata untuk keperluan bisnis.

6. Pariwisata untuk konvensi (convention tourism) pariwisata ini

dilakukan oleh wisatawan degan tujuan menghadiri konvensi atau konfrensi.

C. Arsitektur Ekologi

1. Definisi Arsitektur Ekologi

Arsitektur Ekologi adalah sebuah konsep yang memadukan ilmu

lingkungan dan ilmu arsitektur . Ekologi Arsitektur memiliki orientasi utama

pada model pembangunan yang memperhatikan keseimbangan lingkungan

alam dan lingkungan buatan yang harmonis antara lingkungan ,manusia dan

bangunan (Yuliani,2013)

Ekologi berasal dari bahasa Yunani ‘oikos’ dan ‘logos’. Oikos

berarti rumah tangga atau cara bertempat tinggal, dan logos berarti ilmu atau

bersifat ilmiah. Ekologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang


hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungan di

sekitarnya. Arsitektur berkelanjutan yang ekologis dapat dikenali dengan cara

sebagai berikut :

1. Tidak menghabiskan bahan lebih cepat daripada tumbuhnya Kembali

bahan tersebut oleh alam.

2. Menggunakan energi terbarukan secara optimal.

3. Menghasilkan sampah yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan

baru.

Arsitektur ekologis merncerminkan adanya perhatian terhadap

lingkungan alam dan sumber alam yang terbatas. secara umum, arsitektur

ekologis dapat diartikan sebagai penciptaan lingkungan yang lebih sedikit

mengkonsumsi dan lebih banyak menghasilkan kekayaan alam. arsitektur

tidak dapat mengelak dari tindakan perusakan lingkungan. namun demikian,

arsitektur ekologis dapat digambarkan sebagai arsitektur yang hendak

merusak lingkungan sesedikit mungkin. untuk mencapai kondisi tersebut,

desain diolah dengan cara memperhatikan aspek iklim, rantai bahan, dan

masa pakai material bangunan. Prinsip utama arsitektur ekologis adalah

menghasilkan keselarasan antara manusia dengan lingkungan alamnya.


Gambar 2.1. Pola Pikir Desain Arsitektur Ekologis
(Sumber : Frick, H. (2007).Dasar-dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta: Kanisius)

Arsitektur ekologis menekankan pada konsep ekosistem, yaitu

komponen lingkungan hidup harus dilihat secara terpadu sebagai komponen

yang berkaitan dan saling bergantung antara satu dengan yang lainnya dalam

suatu sistem. cara ini dikenal dengan pendekatan ekosistem atau pendekatan

holistik. dalam ekosistem terjadi peredaran, yaitu suatu kondisi peralihan dari

keadaan satu ke keadaan lainnya secara berulang-ulang yang seakan-akan

berbentuk suatu lingkaran. namun demikian, peredaran tersebut bersifat linier

atau dengan kata lain tidak dapat diputar secara terbalik. Ekosistem terdiri

dari makhluk hidup (komunitas biotik) dan lingkungan abiotik. Kedua unsur

tersebut masing-masing memiliki pengaruh antara satu dengan lainnya untuk

memelihara kehidupan sehingga terjadi suatu keseimbangan, keselarasan, dan

keserasian alam di bumi.


Gambar 2.2 Penerapan Arsitektur Ekologis dalam Peredaran Bahan Bangunan
Sumber : Frick, H. (2007). Dasar-dasar Arsitektur Ekologis. Yogyakarta:
Kanisius.

Lingkungan alam merupakan bagian dari proses ekologi yang

merupakan bentuk konservasi terhadap alam sekitar untuk membantu

terjadinya keseimbangan alam antara alam yang terbangun dengan alam

aslinya. Arsitektur ekologis menghasilkan keselarasan antara manusia dengan

lingkungan alamnya. Arsitekur ekologis adalah istilah holistik yang sangat

luas dan mengandung bidang-bidang telaah lain seperti arsitektur surya,

arsitektur biologis, arsitektur bionik serta pembangunan berkelanjutan.(

Heinz Frick, ”Dasar-dasar arsitektur ekologis”. Kanisius, Yogyakarta, 2006)

2. Unsur Pokok eko-arsitektur

Bagi banyak manusia tradisional materi selalu terdiri atas empat


unsur yaitu udara (angin), air (banyu), tanah/bumi (lemah) dan api/energi
(geni). Menurut perhitungan masa kini hal itu jauh lebih rumit dari pada
empat hal tersebut. Akan tetapi hal tersebut dianggap sebagai awal
pembicaraan hubungan timbal balik antara gedung dengan lingkungan.
(Heinz Frick, ”Dasar-dasar arsitektur ekologis”. Kanisius, Yogyakarta, 2006)

a. Udara

Bumi, tanaman, hewan, bangunan dan manusia penghuninya


membutuhkan daur udara. Oksigen dan beberapa gas fungsional lain disedot
paru-paru melalui susunan lubang ventilasi. Sisa udara berupa
karbondioksida dan gas buang lainnya diserap tanaman untuk mengolahnya
lagi menjadi oksigen. Udara dari luar yang penuh debu dan bersuhu tidak
nyaman, perlu disaring oleh daun-daun perpohonan serta suhunya
dinyamankan oleh uap air yang keluar dari mulut daun. Akan tetapi,
pencemaran lingkungan oleh manusia yang terjadi sejak awal industrialisasi
meningkat sangat tajam yang menyebabkan sistem pembersihan udara secara
alami tidak berfungsi lagi secara sempurna. disamping itu, pencemaran udara
juga menimbulkan efek samping pemanasan global dan lubang ozon
Pencemaran udara dapat diatasi dengan cara mencuci atau mengikat. proses
mencuci udara berarti dibutuhkan hujan yang cukup banyak dimana tetes-
tetes air mengikat partikel debu dan kemudian debu tersebut akan mengikat
dengan tanah. Tanaman memiliki sifat mengikat debu pada permukaan
daunnya. Dengan demikian, pada lahan hijau tanaman dapat menyaring 85%
debu yang ada, seperti :

Susunan Udara Alami Susunan Udara Tercemar

Nitrogen (79%), Oksigen (20%), Nitrogen, Oksigen, gas-gas mulia


gas-gas mulia, Karbondioksida (seperti
Argo, dan lain-lain), Karbondioksida
Runtut dari : sulfurdioksida, Sulfurdioksida (lipat 2-20 kali),
karbonmonoksida, nitrogenoksida, karbonmonoksida (lipat 5-200 kali),
ozon(<120µg/m3 ), hidrokarbon, nitrogenoksida (lipat 1-50 kali),
debu ozon (lipat 2-10 kali),
hidrokarbon (lipat 1-20 kali),
debu (lipat 3-10 kali)
b. Air

Peredaran air alami yang utuh


menguntungkan tanaman dan menambah
air tanah sebagi penampung air alam

Gambar 2.3. Peredearan Air


(Sumber: Heinz Frick, ”Dasar-dasar arsitektur ekologis”. Kanisius, Yogyakarta,
2006)

Sebuah perencanaan dan perancangan yang ekologis, peredaran

alami air harus diperhatikan untuk menjaga agar aliran air yang besar di alam

ini tidak berubah. Seluruh air di bumi sebaliknya dikembalikanke alam.

Tanah sangggup mengolah kembali air buangan sabun non deterjen menjadi

air bersih di dalam tanah. Hal-hal yang dapat dilakukan dalam pengelolaan

kebutuhan akan air adalah :

▪ Mendukung peredaran alami air tanah yang sangat penting dengan

melakukan penanaman vegetasi atau mempertahankan vegetasi alami

tapak sehingga peredaran alami air tanah tidak mengalami gangguan.

▪ Membersihkan buangan air limbah dari rumah tangga. Sebagai alternatif

yang mudah dan murah adalah dengan menerapkan azas “daur ulang” yaitu

dengan mengalirkan air buangan limbah dari septic tank menuju kolam

yang telah ditanami enceng gondok. Tanaman ini mampu membersihkan

air limbah sekaligus mempertinggi mutu kimia air dan mengurangi jumlah

bakteri.
c. Energi

Dalam kehidupannya, manusia tidak pernah lepas dari kebutuhan akan energi.

Penggunaan energi yang tidak terkendali menyebabkan adanya pemborosan

energi yang sebenarnya dapat disimpan untuk generasi mendatang, adanya

kelebihan pembakaran yang menyebabkan berlebihnya kandungan

karbondioksida maupun karbonmonosida di atmosfer yang mengakibatkan

terjadinya efek rumah kaca dan pemanasan global. Pembangkitan energi

dalam bentuk apapun selalu membebani lingkungan alam. Energi dapat

digolongkan menjadi dua kategori, yaitu energi yang terbarukan dan energi

yang tidak terbarukan, menurut tabel berikut (Dasardasar arsitektur ekologis

, Heinz Frick, 2007: 65)

Tabel 2.2 Penggolongan Energi


Energi yang Terbarukan Energi yang tidak terbarukan
Sumber Energi Potensial Sumber Energi Cadangan
Tenaga Surya Aktif 1.2 kW/m2 Batu Bara 3.23.10 17 MW
Tenaga Surya Pasif 1,2 kW/m2 Minyak Bumi 1,50.1016 MW
Tenaga Air (global) 2,8.106 MW Minyak Gas 9,41.1012 MW
Tenaga Angin 0.2 kW/m2 Tenaga nuklir
(9m/dtk)
1,8 kWh/kg
Kayu Bakar
10 kWh/m3
Biogas
etanol/boidesel
Sumber : Dasar-dasar Arsitektur Ekologi
Penggunaan energi lain adalah energi yang terkandung

dalam bahan bangunan (embodied anergy) atau PEI (Primary Energy Index)

karena penggunaan energi tersebut tidak dapat diteliti dengan mudah dan

sering tidak terbayarkan sepenuhnya. hal lain yang perlu dipertimbangkan

adalah sesuatu yang dibangun manusia dikemudian hari harus dibongkar lagi

menjadi puing dan sampah.

Proses pembongkaran, pengolahan maupun resikling selalu menuntut

penambahan energi pada bahan bangunan tersebut. salam perencanaan

arsitektur yang ekologis, hal-hal tersebut diatas perlu mendapat perhatian

utama untuk memelihara keseimbangan alam. Hal-hal yang dapat dilakukan

sehubungan dengan perencanaan ekologi arsitektur terhadap penggunaan

energi yang terkendali antara lain :

- Mengurangi ketergantungan penggunaan sistem pusat energi listrik dengan

pemanfaatan pencahayaan alami sebagai penerangan, maupun air dengan

pemanfaatan dan limbah (air limbah, sampah).

- Pemanfaatan sumber energi tak terbatas :

- Penggunaan vegetasi dan air sebagai pengatur iklim

- Kompromi antara orientasi terhadap sinar matahari maupun arah angin

- Pemilihan bahan bangunan dengan pertimbangan :

• Penggunaan energi sesedikit mungkin

• Recycle dari sisa-sisa bahan bangunan

• Minimalisasi penggunaan sumber bahan yang tidak dapat

diperbaharui dan
• mengoptimalkan bahan bangunan yang dapat

dibudidayakan.

d. Bumi (Sumber bahan baku dan tanah)

Sepertiga dari manusia menghuni rumah dari tanah liat yang

diambil dari dalam bumi (pasir, kerikil, batu-batuan, tanah liat, logam, sulfur,

dan mineral lainnya). mulai awal abad yang ke-19 muncul bahan bangunan

modern seperti semen porland sebagai bahan dasar beton, baja, kaca,

alumunium, plastik, dan bahan sintesis lainnya. meskipun bahan ini juga

berasal dari bahan baku bumi, namun bahan tersebut telah mengalami

transformasi yang keadaan entropinya (merupakan istilah dalam ilmu

termodinamika untuk menggambarkan arah suatu proses yang tidak dapat

memutarbalikkan) rendah. eksploitasi bahan baku yang berada pada

permukaan bumi biasanya dilakukan oleh manusia dengan cara mencuri dan

meninggalkan kegersangan. berkurangnya volume hutan di kalimantan cukup

memberi gambaran bahwa perilaku manusia lebih banyak pada tindakan

pemanfaatan alam bahkan pengrusakan tanpa menghiraukan kelestrariannya.

masalah bumi akhirnya bukan hanya menyangkut permasalahan eksploitasi

bahan baku semata melainkan juga adalah sampah dengan volume yang

meningkat tajam. tidak hanya di rumah tangga, melainkan juga di kawasan

industri dan pembangunan. Tanah sebagai tempat untuk berdirinya suatu

bangunan juga turut mendapat perhatian dalam perencanaan ekologi

arsitektur. Fungsi tanah selain sebagai media tumbuhnya vegetasi, juga

sebagai penyimpan air dan mengalirkan ke area yang lebih rendah. oleh sebab
itu, perencanaan ekologi arsitektur mengupayakan suatu konservasi agar

tanah tidak mengalami kerusakan dan tetap terpelihara.

e. Flora dan Fauna

Tekait dengan pendekatan ekologi Arsitektur keberadaan flora

dan fauna merupakan komponen-komponen makhluk hidup selain manusia

yang menjadi bagian sebuah ekosistem ekologi. Istilah Flora biasanya dikenal

dengan debutan vegetasi atau tanaman baik berupa semak-semak,

bungabungaan maupun pepohonan. Pada proses perancangan kehadiran

elemen vegetasi mampu meningkatkan nilai arsitektur dan lingkungan sekitar

bangunan. Pada prinsipnya vegetasi dapat dibagi menjadi beberapa jenis,

antara lain :
Tabel 2.3 Jenis-Jenis Prinsip Vegetasi

No Menurut Jenis Menurut Menurut Contoh Gambar


Veegetasi Penggunaan Fungsinya

1 Semak Penghijaunan Fungsi


Belukar privat Sosial
sebagai (tanaman sebagai
penutup tanah baerguna ) Runga
Komunikasi

2 Perdu Sebagai Penghijaunan Fungsi


penghias dan semi privat hygiene
perbaikan (pohon di mental
tanah pinggir jalan) (creativitas
imajinasi)
Tanaman Kenikir

3 Pohon Penghijauan Fungsi


peneduh dan umum (taman peristirahata
pemberi kota) n untuk
manfaat melepas
Lelah
Pohon ketapang

Sumber : Arsitektur Ekologis ,Heinz Frick

F. Prinsip Desain Ekologi

Arsitektur Pembangunan sebagai kebutuhan kehidupan manusia


dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan alamnya dinamakan
arsitektur ekologis.
Arsitektur
Biologis
Arsitektur Arsitektur
Surya Arsitektur Alternatif
EKOLOGIS

Bionic-Struktur Bahan dan


Alamiah Konstruksi yang
berkelanjutan

Gambar 2.4 Konsep Arsitektur Ekologis yang Holistis


Sumber : Seri-Eko Arsitektur 1 , Heinz Frick ,2005

Sebenarnya, arsitektur ekologis mengandung juga bagian-bagian

dari arsitektur biologis (arsitektur kemanusiaan yang memperhatikan

kesehatan penghuni), arsitektur alternatif, arsitektur matahari (dengan

memanfaatkan energi surya), arsitektur bionik (teknik sipil dan konstruksi

yang memperhatikan pembangunan alam), serta pembangunan berkelanjutan.

maka istilah arsitektur ekologis adalah istilah holistis yang sangat luas dan

mengandung semua bidang tersebut. Arsitektur ekologis menghasilkan

keselarasan antara manusia dan lingkungannya. dan dalam hal ini arsitektur

ekologis merupakan arsitektur yang hendak merusak lingkungan sesedikit

mungkin. untuk mencapai tujuan ini, maka titik beratnya terletak pada desain

yang terpengaruh iklim, dan pada perhatian rantai bahan dan masa pakai

bahan bangunan.

Berdasarkan diagram termodinamika tersebut di atas, maka bangunan

berkelanjutan yang ekologis adalah:

a. Hemat Energi Sungguh sangat ideal apabila menjalankan operasional

suatu kawasan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang


langka atau membutuhkan waktu lama untuk menghasilkannya kembali pada

bangunannya. Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus

mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan

merubah lingkungan yang sudah ada, Lebih jelasnya dengan memanfaatkan

potensi sinar matahari sebagai sumber energi dan cahaya matahari sebagai

pengganti lampu listrik [dimbil dari Green Architecture design for

sustainable future, Thames and Hudson, London, p. 70] Cara mendesain

bangunan agar hemat energi, antara lain :

1. Bangunan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan area

pencahayaan dan mrnghemat energi listrik

2. Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk

energi thermal sebagai sumber energi listrik dengan

menggunakan alatphotovoltaic yang diletakkan diatas atap.

Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding

timur – barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk

mendapatkan sinar matahari secara maksimal.

3. Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitas

cahayanya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol

pengurangan cahaya lampu otomatis ( dimmer control ), sehingga

lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan

sampai tingkat terang tertentu.


4. Menggunakan sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat

mengatur intensitas cahaya dan mencegah energi panas yang

berlebihan masuk kedalam ruangan.

5. Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak

menyilaukan untuk meningkatkan intensitas cahaya.

6. Bangunan tidak menggunakan pemanas buatan, semua panas

dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk

melalui lubang ventilasi.

7. Meminimalisasikan penggunaan energi untuk alat pendingin / AC

dan Lift.

b. Memanfaatkan Kondisi Iklim dan Sumber Energi Alami Melalui

pendekatan Ekologi Arsitektur, bangunan beradaptasi dengan lingkungan,

bukan merubahnya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam,

iklim dan lingkungan sekitar kedalam bentuk dan pengoperasian bangunan.

Misalnya, dengan cara :

1.Orientasi bangunan terhadap sinar matahari

2.Menggunakan system air pump (pemompaan angin) dan cross

ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk

kedalam ruangan. Caranya dengan membuat jendela diatas atap

(cerobong) untuk menciptakan tekanan udara yang cukup tinggi

diatas bangunan supaya udara panas yang ada didalam ruangan

naik dan keluar keatas, tekanan udara dalam ruangan menjadi

rendah dan udara dari luar ruangan yang lebih segar akan masuk
kedalam ruangan. [Panitia seminar Arsitektur Surya, 2000,

kumpulan makalah Arsitektur Surya, UK Petra, Surabaya.]

3 Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim, misalnya

membuat kolam disekitar bangunan, air kolam dipompa keatas

bangunan dan dialirkan melalui sisi bangunan untuk mengurangi

panas.Menggunakan jendela dan sebagian atap yang bisa dibuka

dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang

sesuai dengan kebutuhan.

c. Mengurangi Penggunaan Sumber Daya Alam Baru Mengurangi material

bangunan seharusnya tetap mempertimbangkan aspek perlindungan alam dan

sumber daya alam. tidak akan cukup sumber daya alam baru dialam yang

dapat mencukupi kebutuhan setiap generasi, untuk itu didalam membuat

suatu bangunan perlu memperhatikan hal – hal seperti :

1. Menggunakan bahan bangunan alam yang mengalami perubahan

transformasi sederhana serta menggunakan bahan bangunan yang

dapat diperbaharui / digunakan kembali.

2. Membuat suatu bangunan dimana pada saat bangunan itu tidak

berfungsi lagi, bahan –bahannya masih dapat digunakan kembali

3. Membuat bangunan multi fungsi yang digunakan untuk berbagai

keperluan dimasa kini dan masa mendatang, selain itu ruang –

ruang yang ada tanpa sekat dan multifungsi sehingga dapat

digunakan untuk keperluan bersama.


d. Menanggapi Keadaan tapak pada Bangunan Bangunan harus menyentuh

bumi secara ringan. hal ini dimaksudkan bahwa keberadaan bangunan baik

dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan

yang ada disekitarnya, yaitu dengan cara :

1. Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat bentuk desain

yang mengikuti bentuk tapak yang ada.

2. Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan

untuk mendesain bangunan secara vertikal. kebutuhan bangunan

yang meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk,

mengakibatkan semakin banyak tanah yang tertutup oleh

bangunan. oleh karena itu desain bangunan yang dibuat secara

vertikal akan mengurangi permukaan tanah yang tertutup oleh

bangunan untuk melindungi siklus ekologi dan kelestarian air

tanah (perlindungan ekosistem).

3. Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak

lingkungan, baik pada saat pengadaan bahan, pembuatan maupun

pada saat sudah digunakan.

e. Memperhatikan pengguna Kawasan Wisata antara user dan ekologi pada

kawasan wisata mempunyai keterkaitan sangat erat. kebutuhan akan ekologi

arsitektur memperhatikan kondisi pemakai bangunan yang didirikan didalam

perencanaan dan pengoperasiannya. hal ini berkaitan dengan polusi,

pemanasan global dan perusakan lapisan ozon.


G. Kebijakan Peraturan Pembanguan Minahasa Utara

- Rancangan Rencana Tata Ruang Wilayah Minahasa Utara Tahun 2013-

2033

1. Kebijakan Penataan Ruang dan Strategi ( Pasal 3)

Kebijakan penataan ruang Kabupaten Minahasa Utara, terdiri atas :

a. Peningkatan dan pengoptimalan pengembangan agribisnis dan

agroindustri khususnya komoditas unggulan dalam bidang

pertanian dan perikanan yang sekaligus menjadi penggerak

ekonomi;

b. Pengendalian kegiatan pertambangan di area kontrak

karya/kuasa pertambangan/ijin pertambangan daerah/tambang

rakyat;

c. Peningkatan dan pengoptimalan wilayah kepulauan, pesisir

pantai dan perairan;

d. Pengembangan wisata pantai, wisata berbasis agro, wisata

alam, dan wisata budaya serta wisata rohani;

e. Pelestarian, perlindungan dan perbaikan kerusakan kawasan

hutan;

f. Pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam secara

optimal, terkendali dan berkelanjutan;


g. Pengembangan sarana dan prasarana untuk menunjang

pengembangan kawasan strategis kabupaten; dan

h.. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan

negara.

- Strategi peningkatan dan pengoptimalan wilayah kepulauan, pesisir

pantai dan perairan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf c,

terdiri atas :

a.mengembangkan kawasan pesisir dan kepulauan untuk

mendukung perikanan dan pariwisata;

b. mengelola ruang perairan laut menjadi zona lindung, zona

penyangga, dan zona pemanfaatan;

c.mengembangkan zona lindung ruang perairan laut untuk

pengembangan daerah perlindungan laut berbasis masyarakat

untuk memberikan perlindungan terhadap ekosistem terumbu

karang dan padang lamun yang berfungsi sebagai tempat

pemijahan, tempat pengasuhan dan tempat mencari makan

berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya;

d. mengembangkan zona penyangga ruang perairan laut untuk

melindungi kawasan lindung dan kawasan budidaya;

e. mengembangkan zona pemanfaatan ruang perairan laut untuk

optimalisasi kegiatan budi daya perikanan dan penangkapan ikan;


f. mengembangkan kawasan minapolitan di Kecamatan Wori,

Kecamatan Likupang Barat dan Kecamatan Likupang Timur;

g. mempertahankan luasan lahan perikanan darat yang telah

ditetapkan sebagai kawasan minapolitan; dan h. mengembangkan

kawasan minapolitan yang meliputi sub sistem hulu, sub sistem

usaha perikanan, sub sistem hilir, dan sub sistem penunjang.

- Strategi pengembangan wisata pantai, wisata berbasis agro, wisata alam,

wisata budaya serta wisata rohani sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf

d, terdiri atas :

a. mengembangkan wisata pantai dan bahari Likupang Timur,

Likupang Barat, Wori dan Kema dengan eksotisme lokasi sebagai

daya tarik wisata;

b. mengembangkan kegiatan pariwisata di pulau-pulau kecil

secara terbatas dan terkendali yang disesuaikan dengan daya

dukung dan daya tampung lingkungan serta melibatkan

masyarakat setempat.

2. Kawasan Perlindungan Setempat (Sempadan Pantai )

- Kawasan sempadan pantai yang dimaksud dalam pasal 32 huruf a, meliputi

dataran sepanjang tepian laut yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan

kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi kearah

darat. Sempadan ini meliputi sempadan pantai di Kecamatan Wori,


Kecamatan Likupang Barat, Kecamatan Likupang Timur dan Kecamatan

Kema, serta pulau-pulau dilepas pantai dengan luas keseluruhan kurang lebih

492 hektar;

- Rencana pengelolaan kawasan sempadan pantai adalah :

a. Melakukan perlindungan pantai mencakup seluruh garis pantai

terutama yang berpotensi abrasi;

b. Menata RTH kawasan sempadan pantai sebagai area pengaman

dari kerusakan atau bencana yang ditimbulkan oleh gelombang

laut;

c. Menetapkan jarak bebas atau batas wilayah pantai 100 meter

dari titik pasang tertinggi yang tidak boleh dimanfaatkan untuk

lahan budi daya atau didirikan bangunan;

d. Pemanfaatan ruang di sempadan pantai pada huruf c

diutamakan untuk pengembangan kawasan budi daya yang telah

ada di sisi daratan dan tidak menyebabkan gangguan terhadap

kelestarian ekosistem pantai, termasuk gangguan terhadap

kualitas visual; dan

e. Pembangunan pesisir pantai harus mengutamakan jaringan

infrastruktur yang ramah lingkungan dan mempersiapkan jalur

evakuasi bencana gelombang pasang dan tsunami.

3. Kawasan Perlindungan Sempadan Sungai


- Kawasan sempadan sungai yang dimaksud dalam pasal 32 huruf b, meliputi

DAS Tondano, DAS Talawaan, DAS Maen, DAS Likupang, Sub DAS Kuala

Araren, Sub DAS Batu, Sub DAS Mansilong, Sub DAS Palaes, Sub DAS

Kuala Langsa, Sub DAS Matikup, Sub DAS Kuala Sawangan dengan luas

keseluruhan kurang lebih 8.392,11 hektar;

- Sempadan sungai ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter di kiri

kanan sungai besar, dan 50 (lima puluh) meter dikiri kanan anak sungai yang

berada di luar pemukiman.

- Sungai di kawasan permukaan berupa sempadan sungai yang diperkirakan

cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 – 15 meter;

- Rencana pengelolaan sempadan sungai adalah :

a. Melakukan perlindungan sungai mencakup seluruh garis

sungai terutama yang berpotensi erosi;

b. Penataan RTH daerah sempadan sungai dilakukan untuk

konservasi, perlindungan tepi kiri-kanan bantaran sungai.;

c. Menetapkan jarak bebas atau batas wilayah sungai yang tidak

boleh dimanfaatkan untuk lahan budi daya atau didirikan

bangunan;

d. Pemanfaatan ruang di sempadan sungai pada huruf c

diutamakan untuk pengembangan kawasan budi daya yang telah

ada di sisi daratan dengan mengacu pada zona-zona yang

berfungsi lindung dan budi daya; dan


e. Pembangunan pesisir sungai harus mengutamakan jaringan

infrastruktur yang ramah lingkungan.

4. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

- Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 huruf

e, yaitu berbentuk satu hamparan, jalur, atau kombinasi dari bentuk hamparan

dan jalur, serta didominasi tumbuhan yang tersebar di kawasan perkotaan

yang ada di kabupaten dengan ketentuan luas minimal 30% dari luas kawasan

perkotaan yang terdiri atas 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% ruang

terbuka hijau privat.

- Rencana pengelolaan RTH adalah :

a. RTH diarahkan sebagai taman kota, pulau jalan, jalur tanaman

di sepanjang kiri kanan jalan utama, pesisir pantai, daerah sekitar

permukiman berlereng curam dan sabuk hijau sebagai perbatasan

wilayah kabupaten; dan

b. Pemanfaatan RTH harus memperhatikan aspek keamanan,

kenyamanan, visual dan tidak mengganggu fungsi utama RTH

yaitu fungsi sosial, ekologis dan estetis.

- Penyediaan sarana tempat pemakaman umum berada di desa-desa dan di

kawasan padat pemukiman di setiap kecamatan;

- Lokasi tempat pemakaman bukan umum diarahkan di Kecamatan Kalawat

dan Kecamatan Talawaan dan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku;

dan
- Lokasi tempat pemakaman bukan umum yang terletak selain sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) dapat dipertimbangkan untuk diberikan apabila

mendapat persetujuan dari pemerintah desa dan keluarga di dekat lokasi

tempat pemakaman bukan umum dengan seleksi dan pengendalian ketat

berdasarkan ketentuan yang berlaku.


BAB III

METODE PERANCANGAN

A. .Metodologi Perancangan

Secara umum metodologi yang di pakai dalam suatu proses

perancangan berangkat dari konsep Teori Heinz Frick ,2005 tentang

Arsitektur Ekologi , dalam teori Arsitektur Ekologi 3 Prinsip dalam Ekologi

Arsitektur yang diambil, disesuaikan dengan kebutuhan pada Kawasan Desa

Wisata Bahari Pulisan, diantaranya :

1. Penghematan bahan baku bangunan/material (economy of

resources), mengenai reduksi/pengurangan bahan (reduction),

penggunaan kembali bahan (re-use), maupun pendaur ulangan

bahan (recycle).

2. Life cycle design, merupakan sebuah metoda yang digunakan

untuk menganalisa proses pembangunan dan pengaruhnya

terhadap lingkungan.

3. Desain yang ramah lingkungan (humane design), fokus pada

interaksi manusia dengan lingkungan.

Metode-metode tersebut diharapkan dapat mengembangkan pemahaman

bagaimana bangunan pada suatu kawasan dapat berinteraksi dengan

lingkungan yang lebih luas, antara lain :


Tabel 3.1 Penerapan 3 prinsip Teori Ekologi Arsitektur Pada Pengembangan
kawasan Desa Wisata Pulisan

No Penghematan Bahan Metode dalam “life Desain yang ramah


Bangunan Material cycle design” lingkungan (humane
(“economy of design)
resources” methodes
of application)
1 a. Pemanfaatan • Fase pra a. Hemat energi
energi dalam site pembangunan b. Sesuai dengan iklim
(energy- (pre-building c. Mengurangi sumber
conscious site phase) daya baru
planning) a. Menggunakan d. Hemat air
Matahari sebagai material yang e. Sesuai kebutuhan
potensi energi terbuat dari bahan pengguna
alami. Letak terbarukan f. Sesuai karakteristik
bangunan b. Menggunakan g. Pengelolaan limbah
terhadap sinar material yang
matahari yang diperoleh tanpa
paling merusak
menguntungkan keseimbangan
bila memiliki lingkungan.
arah dari timur c. Menggunakan
ke material yang
barat.Penyegaran dapat didaur
dan pemanasan ulang (recycle)
udara secara d. Menggunakan
pasif (passive material yang
heating and tahan lama dan
cooling) mudah dalam
b. Insulasi perawatan
bangunan • Fase
c. Sumber energi pembangunan
alternatif (building phase)
d. Pencahayaan a. Meminimalkan
alami pengaruh buruk
e. Pemilihan terhadap
material yang lingkungan
memililki dengan
kandungan perencanaan
energi rendah konstruksi yang
f. Penggunaan tepat.
peralatan dan b. Menggunakan
energi yang material yang
efisien tidak beracun.
• Fase pasca
pembangunan
• Konservasi (post-building
air (water phase)
conservation) a. Merubah fungsi
a. Pengurangan bangunan yang
konsumsi air ada untuk fungsi
(reduce yang baru
consumption) b. Penggunaan
b. Pemanfaataan kembali
air hujan dan komponen dan
pemanfaatan material dari
kembali air bangunan lama
dalam bangunan c. Mendaur
• Konservasi ulang material
material yang telah
(material digunakan
conservation)
a. Pemanfaatan
material
bangunan yang
dapat didaur
ulang
b. Ketepatan
ukuran, sistem
dan bentuk
bangunan
c. Pemanfaatan
kembali material
yang telah
digunakan
d. Pemanfaatan
kembali bahan
sekali pakai
(consumer
goods)
Sumber : Heinz Frick ,2005

B. Teknik dan Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dibagi menjadi 2 (dua) sumber data yakni data primer
dan data sekunder:

1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung yaitu
Observasi Tapak pada kawasan Desa Wisata Pulisan

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada
yaitu berupa tinjauan literatur tentang Arsitktur Ekologis dengan metode
arsitektur Ekologis maupun pedoman atau aturan-aturan yang telah
ditetapkan oleh pemerintah tentang Pengembangan Desa Wisata di Minahasa
utara, Sehingga didapatkan informasi yang relevan terkait dengan penelitian
ini.

Metode Pengumpulan data

1. Studi Pustaka

Data-data dari studi literatur yang berhubungan dengan Konsep Perancangan


yang digunakan sebagai landasan teori untuk pemahaman awal dalam
penelitian ini yang berasal dari teori Heinz Frick 2005 da para ahli yang
sesuai dengan tema penelitian antara lain teori Ekologi arsitektur dan Metode
dalam Penerapan pada Kawasan Wisata Bahari

2. Dokumentasi

Dokumentasi Kondisi Desa Wisata Pulisan dan rekaman video berfungsi


sebagai alternatif untuk melihat Kondisi Kawasan Desa Tersebut

C. Lokasi Penelitian

1. Minahasa Utara
Kabupaten Minahasa Utara merupakan kabupaten hasil
pemekaran dari Kabupaten Minahasa, terbentuk berdasarkan Undang -
Undang No. 33 tahun 2003 dan diresmikan pada tanggal 7 Januari
2004,Memiliki 10 kecamatan, 6 kelurahan dan 125 desa dengan Airmadidi
sebagai ibukota kabupaten, dengan batas batas sebagai berikut:
• Sebelah Utara Laut Sulawesi, Kabupaten Kepulauan Siau – Tagulandang
– Biaro,
• Sebelah Timur Laut Maluku dan Kota Bitung,
• Sebelah Selatan Kabupaten Minahasa,
• Sebelah Barat Laut Sulawesi dan Kota Manado.

Gambar 3.2 : Pata Administrasi Minahasa Utara

Sumber : Bapelitbang Kab. Minahasa Utara

2. Kecamatan Likupang Timur


Kecamatan Likupang Timur adalah salah satu kecamatan yang

ada di Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara. Kecamatan ini

berada di sebelah utara Minahasa Utara yang berbatasan langsung dengan

Laut Sulawesi. Kecamatan Likupang Timur memiliki luas sebesar 152,61

Km2 dan terbagi menjadi 18 desa. Jarak Kecamatan Likupang Timur ke

ibukota provinsi, Kota Manado, sekitar 50 Km sedangkan ke ibukota

Kabupaten, Air Madidi, sekitar 30,30 Km. Jika dilihat dari kedudukan
geografisnya, kecamatan Likupang Timur memiliki posisi yang mudah

untuk diakses dari pusat kota yang ada di sekitarnya seperti Kota Manado

dan Kota Bitung, sehingga menjadi keunggulan tersendiri bagi pencapaian

ke Kawasan ini. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Minahasa

Utara 2013-2033 (Perda No. 1 Tahun 2013).

Keadaan Penduduk Kecamatan Likupang Timur dikategorikan Heterogen

atau Masyarakat majemuk yang terkenal dengan etnis Bohusami yang

terdiri dari beberapa suku yaitu :

- Suku Minahasa 35 %

- Suku Sangihe dan Talaud 50%

- Suku Lainnya (Gorontalo, Makasar, Bolaang Mongondow, Jawa) 15%.

Jumlah Penduduk Kecamatan Likupang Timur sebanyak 19.194 jiwa yang

terdiri dari laki-laki 9.785 perempuan 9.431 dan 5.720 Kepala Keluarga

Kawasan Likupang Timur diarahkan menjadi salah satu

kawasan pengembangan pariwisata di Kabupaten Minahasa Utara bersama

kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Wori dan Kecamatan Likupang Barat.

Pariwisata yang dikembangkan di Kabupaten Minahasa Utara terdiri dari

pariwisata alam, pariwisata budaya, pariwisata rohani dan buatan..

Berdasarkan posisi geografisnya, Kecamatan Likupang Timur

memiliki batas-batas:

• Utara – Laut Sulawesi;

• Selatan – Kota Manado;


• Barat – Laut Sulawesi;

• Timur – Kecamatan Talawaan dan Likupang Barat.

Gambar 3.3 Peta Kecamatan Likupang Timur

Sumber : Google earth

3. Desa Pulisan

Desa Pulisan terletak di kawasan pesisir dengan memiliki luas

daerah administrasi yaitu 402 Ha , dan memiliki jumlah penduduk 444 (BPS,

2021) , Desa pulisan memilki kawasan wisata pantai yang di sebut dengan

pantai Pulisan , objek wisata ini resmi di buka tanggal 5 Mei 2014 , Pantai

pulisan juga dikenal dengan taman lautnya yang indah serta bermacam –

macam spesies ikan yang tinggal didalamnya, sangat cocok untuk para

wisatawan yang mempunyai hobby diving dan snorkeling. Fasilitas – fasilitas

yang terdapat di pantai pulisan ini masih sangat kurang, seperti kamar

mandi/WC, gazebo, tempat sewa alat selam, rumah makan/kios


Gambar 3.4 . Peta Administrasi Desa Pulisan

Sumber : Penulis dan Google earth 2022

a. Karakteristik Kawasan Desa Wisata Pulisan

Desa Wisata Pulisan Secara otomatis ini berada di jantung

Destinasi Super Prioritas (DSP) yang sedang gencar dipromosikan

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf). sehingga mendapat dukungan dari

kementrian PUPR berupa dibuatkan 74 home stay tipe 36 di rumah-rumah

warga mengusung konsep ecovillage serta mengedepankan kearifan lokal.

Gambar 3.5 Home Stay Desa Pulisan

Sumber : Penulis ,2022


Desa Wisata Pulisan memiliki tiga bagian pantai yang
dipisahkan oleh tebing bebatuan yang mengarah ke laut:

- pertama yaitu kawasan yang dikekolah oleh pemerintah dan


masyarakat desa pulisan. seperti tempat parkir, gazebo, toilet, kamar
ganti serta meja atau pondok yang disediakan.
Gambar 3.6 Pantai Pulisan

Sumber : Penulis, 2022

- .Kawasan paling favorit adalah Goa atau tebing berbentuk goa, yang
bersentuhan langsung dengan laut. Untuk kelokasi di sediakan sarana
laut (perahu) yang merupakan usaha masyarakat.

Gambar 3.7 Goa pantai Pulisan

Sumber : Penulis 2022


- Pemandangan padang savanna yang berkolaborasi dengan
pemandangan laut dan tepi pantai

Gambar 3.8Bukit savanna

Sumber : Patadaily.id
b. Kondisi Eksisting

Gambar 3.5 Peta Kondisi kawasan Perencanaan

5
3

Sumber : Penulis dan Google earth


Tabel 3.2 Uraian Peta Kondisi Kawasan Desa pilisan Lingkungan 2
No Kawasan Gambar Kondisi

1 Gapura Gambar berikut


Masuk Desa menunjukan tampak
Wisata area masuk desa
Pulisan wisata pulisan ,dengan
kindisi jalan berlubang
2 Kawasan Pada permukiman
permukiman warga Terdapat
dan home beberapa home stay
stay sumbangan dari
kementrian PUPR
sebesar 20 unit ,

3 Kawasan Pada Jalan menuju


masuk pantai pulisan di
Pantai samping nya terdapat
Pulisan tempat produksi
sovenir yang di kelola
oleh bumdes ,
kemudian pada
kawasan tersebut juga
terdapat sungai
pulisan, untuk menuju
kawasan wisata pantai
pulisan masih berjarak
sekitar 600 meter .
4 kawasan Ini merupakan
pariwisata kawasan wisata pantai
Pantai pulisan , akses menuju
Pulisan pantai jalannya sudah
bagus , namun pada
kawasan tersebut
penataan nya masih
seadanya .

5 Bukit Ini merupakan


Savanah pemandanga bukit
savana ,untuk menuju
bukit ini terdapat akses
jalan dari pantai
pulisan menujju bukit
savana

Sumber : Penulis

Anda mungkin juga menyukai