Anda di halaman 1dari 3

NAMA : RAVYNA AJI SEPTYANA

NIM : 1903101063
PRODI : AKUNTANSI 3A
MATKUL : ILMU FILSAFAT
BEBERAPA CORAK SISTEM
A. Saling Hubungan diantara Jawaban-jawaban Kefilsafatan
Corak filsafat yang dianut oleh seseorang ditentukan oleh penyelesaian-penyelesaian yang
disarankannya, untuk memecahkan masalah-masalah yang ditentukan secara garis besarnya. Dengan
perkataan lain, skepitisisme bukanlah suatu penyelesaian yang dapat dipertahankan secara runtut.
Sistem-sistem filsafat dapat dibedakan berdasarkan jawaban-jawaban yang diberikannya atas
corak-corak pertanyaan yang khusus. Corak-corak sistem filsafat tersebut meliputi Realisme,
Naturalisme, Materialisme, Dialektis dan EMpirisme Logis. Corak-corak filsafat yang baru saja saya
sebutkan diatas dibedakan atas dasar jawabannya terhadap pertanyaan metafisika : “Apakah hakekat
kenyataan yang terdalam itu?” sudah jelas masing-masing corak tersebut memperoleh jawaban atas
pertanyaan metafisika itu dari penyelsaian terhadap masalah epistemology mengenai hubungan antara
‘yang mengetahui’ dengan ‘yang diketahui’.

B. Realisme Modern
Seorang penganut paham realisme akan mengatakan bahwa kita dapat mengetahui apakah sesuatu
itu, baik secara langsung maupun dengan jalan menyimpulkannya dari yang tampak. Berkenaan
dengan hal itu, ukuran kebenaran suatu gagasan mengenai barang sesuatu ialah menentukan apakah
gagasan itu benar- benar memberikan pengetahuan kepada kita mengenai barang sesuatu itu sendiri
ataukah tidak.
C. Neo-Naturalisme
Semua penganut naturalisme adalah juga penganut realisme, tetapi tidak semua penganut realisme
merupakan penganut naturalisme. Bagi seorang penganut naturalisme satu-satunya dunia yang dapat
dipercaya secara empiris adalah dunia eksistensi yang bersifat alami. Seorang penganut realisme
mungkin tetap seorang penganut dualisme, tetapi dalam satu segi, seorang penganut naturalisme
merupakan penganut monisme. Sebagaimana telah dikatakan, bagi para penganut naturalisme dewasa
ini alam lebih merupakan kategori yang mencakup segala hal yang berhubungan dengan “yang-ada”
dalam alam pikiran Yunani atau yang berhubungan dengan “realitas”, sebagaimana yang dipahamkan
oleh penganut paham idealisme.
D. Neo-Positivisme : Empirisme Ilmiah, Empirisme Logis, dan Positivisme Logis
Jalan realisme ke naturalisme dapat dilanjutkan sampai tiba pada apa yang dinamakan
“positivisme”. Positivisme cenderung untuk menumbuhkan pengetahuan dengan bahan ilmu alam dan
menyerahkan pertanyaan-pertanyaan tentang makna saja untuk dianalisa oleh filsafat. Positivisme
mengatakan bahwa pernyataan seperti “Yang-mutlak memasuki evolusi serta kemajuan, tetapi ia
sendiri tidak dapat berevolusi serta maju”.
E. Materialisme Dialektis
Materialisme Dialektis ialah nama sistem kefilsafatan yang dibangun oleh Karl Marx, dan
merupakan landasan teoritis dari masyarakat komunis. Seorang penganut materialisme menganggap
bahwa materi ialah satu-satunya hal yang nyata. Materi ialah hal yang terdalam dan bereksistensi atas
kekuatan sendiri, dan tidak memerlukan prinsip lain untuk menerangkan eksistensinya sendiri. Pada
pokoknya, seorang penganut materialisme berpendirian bahwa hanya materi yang merupakan hal
hakiki yang menyusun alam semesta, dan alam semesta bergerak sesuai kebiasaan serta asas yang
menguasai materi itu.
F. Idealisme
Idealisme ialah bahwa jiwa mempunyai kedudukan yang diutamakan di alam semesta. Pengikut
paham realisme memang berpendirian bahwa alam semesta terdiri dari atau erat hubungannya dengan
jiwa, ide, aku atau pikiran dalam suatu makna tertentu yang dikandung oleh istilah tersebut. idealisme
berpendirian bahwa apa yang dinamakan materi merupakan suatu gagasan yang menggelikan. Untuk
dapat memikirkan materi dalam hakekatnya yang terdalam, orang harus sekaligus memikirkan akal
atau roh.
G. Pragmatisme
Penganut pragmatisme menaruh perhatian pada praktik. Mereka memnadang hidup manusia
sebagai suatu perjuangan untuk hidup yang berlangsung terus- menerus yang di dalamnya hal yang
terpenting ialah konsekuensi-konsekuensi yang bersifat praktis tersebut erat hubungannya dengan
makna dan kebenaran.
Ditinjau dari sudut ontology, seorang penganut prtagmatisme memandangan kenyataan sebagai
suatu proses di dalam waktu yang di dalamnya yang mengetahui nyata-nyata memainkan peranan yang
kreatif.
PERTANYAAN DAN JAWABAN
1. Ditinjau dari sudut ontology, seorang penganut pragmatisme berpandangan dalam hal?
Jawab:
seorang penganut prtagmatisme memandangan kenyataan sebagai suatu proses di dalam waktu
yang di dalamnya yang mengetahui nyata-nyata memainkan peranan yang kreatif. Dalam arti
yang kongkrit ‘yang mengetahui, membuat hari depan ketika ia membuat kebenaran.
Seorang penganut pragmatism berpegangan pada adanya hal-hal nyata yang tidak tergantung
pada pengetahuan kita.
Tetapi apa yang terjadi dipandang sebagai tergantung pada kegiatan orang yang mengetahui.
Orang dapat membuat hari depannya dengan jalan melakukan yang ia Kerjakan Dewasa Ini.

Anda mungkin juga menyukai