Anda di halaman 1dari 29

Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

RENCANA KERJA DAN SYARAT


SPESIFIKASI TEKNIK UMUM
PASAL 1
PENDAHULUAN

Pelaksana/ Kontraktor harus membaca dan mempelajari seluruh GAMBAR KERJA dan
atau RENCANA KERJA SYARAT ini dengan teliti/ seksama untuk memahami benar-
benar maksud dan isi dokumen ini secara keseluruhan maupun setiap bagian.

Tidak ada gugatan yang akan dipertimbangkan, jika gugatan itu disebabkan karena
peserta tidak membaca, tidak mamahami, tidak memenuhi petunjuk, ketentuan dan
gambar atau pernyataan kesalahpahaman apapun mengenai arti dari isi dokumen ini.

PASAL 2
KETENTUAN UMUM

1. Untuk pelaksanaan pekerjaan ini menggunakan lembar-lembar ketentuan yang


dianggap telah “dimuat” dalam RENCANA KERJA SYARAT ini dan tetap berlaku,
yaitu :
1. Peraturan Umum (Algemene Voorwaden), disingkat AV.
2. Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia Tahun 1980,
disingkat dengan DTPI 1980.
3. Pedoman dan Tata Cara Penyelenggaraan Pembangunan Gedung Negara oleh
Departemen Pekerjaan Umum.
4. Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia Tahun 1982, disingkat dengan
PUBBI 1982.
5. Peraturan Muatan Indonesia Tahun 1970, disingkat dengan PMI 1970 (NI-18).
6. Peraturan Beton Bertulang Indonesia Tahun 1971, disingkat dengan PBI 1971
(NI-2).
7. Peraturan Beton Bertulang Indonesia SKSNI T-15-1991-03
8. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia Tahun 1961, disingkat dengan PKKI 1961
(NI-5).
9. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia Tahun 1983, disingkat dengan
PPBBI 1983.
10. Peraturan Umum mengenai Instalasi Listrik (AVE).
11. Peraturan Umum mengenai Instalasi Listrik Tahun 1977, disingkat dengan PUIL
1977.
12. Peraturan-Peraturan yang telah ditetapkan oleh Perusahaan Umum Listrik
Negara (PLN).
13. Peraturan Umum mengenai Instalasi Air Leading (AVWI).
14. Pedoman Plumbing Indonesia.
15. Peraturan-Peraturan yang telah ditetapkan oleh Perusahaan Umum air Minum.
16. Peraturan Umum mengenai Instalasi Penangkal Petir Untuk Bangunan, disingkat
denga PUIPP.
17. Peraturan Cat Indonesia 1961 (NI-4).
18. Peraturan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah setempat.
19. Peraturan dan Ketentuan Tehnis mengenai Pipa PVC STEL-008 dari Telkom.
20. Peraturan dan Standard DIN, VDE, STEL 001-83, ASHARAE, NFPA dan UL.
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

21. Segala Petunjuk dan Perintah Tugas dari Direksi pada masa Pelaksanaan
Pekerjaan.
22. Peraturan dari Direktorat Jenderal Perawatan DEPNAKER tentang Penggunaan
Tenaga Kerja, Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja.
23. Dan Lain-Lain yang dikeluarkan oleh Instansi Pemerintah setempat temasuk
segala perubahannya hingga kini.

2. Jika ternyata dalam RENCANA KERJA SYARAT ini terdapat kelainan/


penyimpangan dengan peraturan sebagaimana yang dinyatakan di dalam Ayat (1) di
atas, maka RENCANA KERJA SYARAT ini yang mengikat.

3. Jika tidak ditentukan lain dalam RENCANA KERJA SYARAT ini, maka semua
peraturan sebagaimana dinyatakan dalam Ayat (1) di atas termasuk segala perubahan-
perubahannya hingga kini, untuk pelaksanaan penyelesaian pekerjaan ini tetap
berlaku.

4. Jika ternyata dalam RENCANA KERJA SYARAT ini terdapat kelainan/


penyimpangan dengan gambar-gambar kerja, maka RENCANA KERJA SYARAT ini
yang mengikat, kecuali ditentukan lain. Kontraktor tidak diperkenankan memutuskan
sendiri, harus terlebih dahulu berkonsultasi dengan Perencana, Direksi atau Pemberi
Tugas.

PASAL 3
PENJELASAN UMUM

1. Pekerjaan harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam RENCANA KERJA


SYARAT ini, Gambar serta Revisi ataupun Tambahannya, Risalah Penjelasan
Pekerjaan dan Keputusan Tertulis oleh Direksi atau Pemberi Tugas.

2. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor dianjurkan untuk mencocokan dahulu ukuran


suatu pekerjaan satu sama lain bila terdapat ketidaksesuaian harus segera
memberitahu Direksi. Kontraktor harus mentaati keputusan Direksi secara tertulis
dalam Buku Harian, Kontraktor tidak dibenarkan membetulkan kekeliruan ataupun
memutuskan sendiri.

3. Pekerjaan yang harus dilaksanakan antara lain dengan mendatangkan, mengangkut


dan mengerjakan semua bahan-bahan yang telah ditentukan, peralatan-peralatan
sementara, tenaga kerja dan sebagainya. Pada umumnya termasuk semua keperluan
yang dibutuhkan untuk penyelesaian dan pelaksanaan pekerjaan secara cepat, lengkap
dan tepat pada waktunya, meskipun bahan/ alat-alat pekerjaan itu tidak disebutkan/
dinyatakan dalam RENCANA KERJA SYARAT secara tertulis ataupun Gambar-
Gambar Kerja.

4. Direksi berwenang penuh untuk memeriksa semua bahan dan peralatan yang
didatangkan dan menyatakan menolak dan atau mengijinkan penggunaan semua
dengan syarat tertulis ini. Dalam hal bahan yang ditolak, paling lambat dalam 1 x 24
jam sesudah penolakan diberikan secara tertulis, harus sudah diangkut/ dibawa keluar
dari lapangan pekerjaan pembangunan.

Halaman 2
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

5. Tanah dan atau Bangunan diserahkan kepada Kontraktor dalam keadaan seperti pada
waktu Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).

6. Pekerjaan harus diserahkan oleh Kontraktor setelah selesai seluruhnya, termasuk


perbaikan kembali kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi pada jalan-jalan,
saluran-saluran, taman-taman yang ada, sengaja ataupun tidak akibat pelaksanaan
pekerjaan. Penyingkiran segala bahan-bahan sisa pelaksanaan pekerjaan, bongkaran-
bongkaran dan lain-lain, satu dan lain hal harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan
Direksi.

PASAL 4
LINGKUP PEKERJAAN

Rehabilitasi ruang kelas dengan tingkat kerusakan minimal sedang


SD Negeri 028289

PASAL 5
PAPAN NAMA KEGIATAN

1. Kontraktor diharuskan memasang Papan Nama Kegiatan yang terbuat dari benner
atau Papan dan diberi bingkai kayu 2/5 cm pada sisinya, dipancang di areal pekerjaan
yang mudah dilihat umum.

2. Pemasangan Papan Nama Kegiatan dilaksanakan pada saat dimulainya pelaksanaan


pekerjaan dan dibongkar kembali setelah mendapat persetujuan dari Direksi.

3. Bentuk, ukuran dan isi dari Papan Nama Proyek telah ditentukan sebagai berikut :

KEGIATAN :...................................................

40 cm LOGO LOKASI :……………..………………………….………..


NO KONTRAK :………………………………………………….
PEMKO NILAI KONTRAK:…………………………………………………

PT/CV/FA : ……………………………………………
PENGAWAS Alamat : ……………………………………………
30 cm
PELAKSANA Kota : ……………………………………………

PT/CV/FA : ……………………………………………
PELAKSANA Alamat : ……………………………………………
30 cm KEGIATAN Kota : ……………………………………………

40 cm 120 cm

Halaman 3
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

PASAL 6
PAGAR SEMENTARA

1. Kontraktor harus mendirikan pagar sementara pada batas-batas yang mengelilingi


tapak proyek (khusus gedung), terbuat dari bahan seng yang dipasang pada tiang
rangka kayu.

2. Pagar tersebut harus diperlihara keutuhannya selama pelaksanaan pekerjaan


pembangunan, dan harus dibongkar setelah kegiatan selesai 100% atas persetujuan
Direksi dan material tersebut adalah milik Kontraktor.

3. Khusus pekerjaan pagar sementara ini tidak masuk dalam volume pekerjaan, tetapi
masuk dalam perhitungan overhead dasar.

PASAL 7
PEMBUATAN DIREKSI KEET DAN GUDANG

1. Direksi Keet, berupa pembuatan Kantor/ Los Kerja di lokasi kegiatan yang berfungsi
sebagai pusat kegiatan di lapangan bagi Direksi dalam mengawasi pelaksanaan
pekerjaan. Bangunan Kantor/ Los Kerja ini dibuat atau disediakan oleh Kontraktor
dan harus memenuhi kebersihan, kesehatan dan letaknya strategis, sehingga Direksi
mudah menjangkau/ memantau setiap unsur kegiatan di lapangan.

2. Kontraktor harus mengadakan sumber air bersih baik didapat dari luar, tadah hujan
dan atau dengan pembuatan sumur pantek di lokasi untuk keperluan pelaksanaan
pekerjaan atau sekaligus untuk seterusnya, termasuk pompa dan reservoir/bak air.
Air harus selalu bersih, bebas dari lumpur, minyak dan bahan kimia lain yang
sifatnya merusak.

3. Kontraktor harus membuat saluran pembuatan air hujan, septictank sementara dan
lampu-lampu penerangan proyek.

4. Semua biaya pengadaan utilitas termasuk pemasangan telepon (jika perlu) dan lain-
lain hal menjadi tanggungjawab Kontraktor sepenuhnya.

Halaman 4
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

SPESIFIKASI TEKNIK KHUSUS


PASAL 1
JENIS PEKERJAAN

Disesuaikan dengan Rencana Anggaran Biaya (R.A.B.)/


Bill Of Quantity (B.O.Q.)

PASAL 2
PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Pembersihan Lahan
a. Sebelum pengukuran/ dimulainya pekerjaan, tapak proyek harus dibersihkan dari,
rumput, semak, lumpur, akar pohon, tanah humus, puing-puing dan segala sesuatu
yang tidak diperlukan atau yang dapat mengganggu jalannya pekerjaan.
b. Segala macam dan bentuk barang bekas bongkaran harus dikeluarkan dari tapak
proyek, selambat-lambatnya sebelum pekerjaan galian tanah dimulai, dan tidak
diperkenankan untuk menimbunnya di luar pagar sementara, harus segera dibuang
jauh dari lokasi pekerjaan.

2. Pengukuran
a. Kontraktor harus mengadakan pengukuran kembali terhadap tapak proyek dengan
teliti, disaksikan oleh Direksi untuk mengetahui batas-batas tapak, peil ketinggian
tanah, letak pohon-pohon dan bangunan yang tidak akan dibongkar, dengan
menggunakan alat-alat ukur.
b. Jika terdapat perbedaan antara Gambar Rencana dengan keadaan lapangan
sebenarnya, maka Direksi akan mengeluarkan keputusannya tentang hal tersebut.
Dan Kontraktor wajib melakukan penggambaran kembali (construction drawing)
tapak proyek, lengkap dengan keterangan mengenai peil/ ketinggian tanah, batas-
batas, letak pohon-pohon dan sebagainya.
c. Ukuran-ukuan proyek dari pekerjaan dapat dilihat dalam Gambar Kerja. Ukuran-
ukuran yang tidak tercantum, tidak jelas atau saling berbeda, harus segera
diberitahukan kepada Direksi. Apabila dianggap perlu, Direksi berhak
memberitahukan kepada Kontraktor untuk merubah ketinggian, letak atau ukuran
suatu bagian pekerjaan setelah terlebih dahulu berkonsultasi dengan Perencana
dan Pengawas.
d. Semua ketepatan pengukuran pekerjaan dan sudut siku-siku harus terjamin dan
diperhatikan ketelitian yang sebesar-besarnya dengan mempergunakan alat ukur
(meter, waterpass dan theodolith. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau
benang diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang telah disetujui oleh Direksi
dan Pengawas.
e. Pengambilan dan pemakaian ukuran-ukuran yang keliru adalah menjadi
tanggungjawab Kontraktor sepenuhnya.

3. Pembuatan patok Dasar


a. Letak patok dasar (Bench Mark) ditentukan oleh Direksi dan dibuat oleh
Kontraktor. Terbuat dari beton bertulang dengan penampang 20x20 cm tertanam
kuat sedalam 1 (satu) meter ke dalam tanah dengan bagian yang muncul di atas

Halaman 5
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

muka tanah minimal setinggi permukaan lantai dasar rencana gedung dan dicat
warna merah. Jika tugu patok dasar berada pada lokasi tanah yang lunak.
b. Pada patok dasar ditentukan letak peil  0,00 sesuai rencana permukaan lantai
dasar gedung.
c. Kontraktor bertanggungjawab atas keutuhan patok dasar tertentu beserta seluruh
tanda-tandanya, sampai ada perintah tertulis dari Direksi untuk
pembongkarannya, apabila semua pekerjaan telah selesai dikerjakan.

4. Pembagian Halaman Kerja


a. Kontraktor harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan Direksi mengenai
pembagian halaman kerja untuk tempat penimbunan barang-barang, ruangan
Direksi dan sebagainya.
b. Kontraktor harus menyediakan jalan masuk sementara dan fasilitas-fasilitas lain
yang diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan.

PASAL 3
PEKERJAAN TANAH

Yang dimaksud dalam pekerjaan tanah meliputi :


 Pekerjaan galian tanah dan timbunan.
 Pekerjaan urugan di bawah lantai.
 Timbunan tanah/ pemadatan
 Urugan tanah kembali pada sisi pondasi batu padas.
 Urugan pasir di bawah pondasi.

1. Keadaan Tapak/ Tanah


a. Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus yakin bahwa semua permukaan
tanah, baik secara kenyataan maupun berdasarkan garis transis/ axis dalam
Gambar Kerja adalah betul.
b. Jika tidak merasa puas dengan ketelitian permukaan tanah, Kontraktor harus
melaporkan secara tertulis kepada Direksi yang selanjutnya akan dipertimbangkan
dan diselesaikan bersama.

2. Pematangan Tanah
a. Pekerjaan pematangan tanah adalah pekerjaan pembentukan muka tanah
sedemikian rupa yang meliputi pekerjaan penggalian dan penimbunan tanah serta
pemadatannya. Penggalian tanah mencakup pula pekerjaan pemindahan tanah,
batu-batuan atau bahan-bahan lain yang dijumpai dalam pekerjaan.
b. Kalau ternyata dijumpai kondisi yang tidak memuaskan pada kedalaman yang
diperlihatkan dalam Gambar Rencana, maka penggalian harus dilanjutkan sampai
didapat kondisi yang memenuhi syarat dan hal ini akan diperhitungkan manjadi
Kerja Tambahan.
c. Pada pekerjaan penimbunan tanah, maka perlu diadakan pengupasan lapisan tanah
atas (top soil) yang berkisar antara 35 cm atau tergantung dari ketebalan tanah
atas yang harus dikupas.
d. Materi penimbunan yang akan dipadatkan harus mencapai nilai kepadatan 90%
dari kepadatan kering maksimum untuk tanah di bawah bangunan.

Halaman 6
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

e. Bahan timbunan harus bebas dari segala tumbuh-tumbuhan atau bahan-bahan lain
yang tidak diinginkan dan dapat merusak pekerjaan.

3. Penimbunan Tanah Untuk Peil


a. Penimbunan tanah untuk meninggikan peil dilakukan terlebih dahulu sebelum
semua penggalian dimulai.
b. Sistim penimbunan tanah dilaksanakan sebagaimana dijelaskan pada uraian Ayat
(2) di atas.

4. Pekerjaan Pengukuran
a. Pekerjaan pengukuran dan pemasangan bowplank dilaksanakan setelah pekerjaan
perataan dan peninggian/ perataan dan pemadatan tanah selesai dilaksanakan.
b. Semua papan dasar bangunan (bowplank) menggunakan kayu klas III berukuran
3/ 20 cm. Permukaan atas harus diserut rata dan dipasang waterpass pada peil (±
0,00) setiap jarak maksimum 2 m’, papan dasar diperkuat dengan balok-balok
kayu ukuran 5/7 cm, papan dasar tersebut dipasang sekurang-kurangnya berjarak
2 m’ dari garis terluar bangunan.
c. Segala pekerjaan pengukuran persiapan (uitzet) termasuk tanggungan Kontraktor
dilaksanakan dengan instrumen waterpass, theodolith dan lain-lain.
d. Pekerjaan penggalian pondasi tidak boleh dimulai sebelum papan dasar
pelaksanaan serta tanda tinggi dasar/ peil (± 0,00), sumbu dinding dan tiang
disetujui Direksi.

5. Pekerjaan Galian Tanah dan Pondasi


a. Semua pekerjaan galian tanah dilaksanakan sesuai dengan Gambar Kerja, dan
tanah kelebihannya harus digunakan untuk urugan kembali atau dibuang.
b. Kontraktor bertanggungjawab penuh bilamana harus melalui atau mengganggu
saluran, kabel-kabel bawah tanah yang telah ada untuk mengadakan pekerjaan
khusus, melindungi atau membuat saluran sementara.
c. Penggalian untuk pondasi harus mempunyai lebar yang cukup untuk kelancaran
pelaksanaan pekerjaan, memasang maupun memindahkan bekisting yang
diperlukan serta pembersihannya.
d. Kontraktor harus menjaga agar seluruh galian tidak digenangi air dengan jalan
menimba, memompa atau cara-cara lain yang dianggap baik atas beban biaya
Kontraktor.
e. Galian tanah tidak boleh dibiarkan sampai lama, tetapi setelah galian disetujui
Direksi, segera dimulai dengan tahap pelaksanaan berikutnya.
f. Galian yang dalam atau berada di dekat suatu bangunan yang sudah ada harus
diadakan dan dipasang penyangga/ pengaman pinggiran galian.
g. Kontraktor bertanggungjawab bila terjadi longsoran atau kerusakan-kerusakan
yang diakibatkannya.
h. Apabila terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi, sehingga
dicapai kedalaman yang melebihi seperti yang tertera dalam gambar, maka
kelebihan di atas harus ditimbun kembali dengan pasir yang dipadatkan tanpa
menimbulkan pekerjaan tambahan.
i. Apabila dijumpai kondisi yang tidak memuaskan pada kedalaman yang
diperlihatkan dalam Gambar-Gambar Rencana, maka penggalian harus

Halaman 7
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

diperdalam, diperbesar atau diubah sampaii disetujui Direksi dan untuk


pelaksanaan pekerjaan ini akan dinilai sebagai kerja tambahan.
j. Untuk lapisan tanah yang diragukan kekerasannya harus dipasang cerucuk dari
kayu dolken dengan dimeter kayu laut minimal 5” atau kayu damuli dengan
diameter minimal 6”. Kayu cerucuk yang dipakai adalah jenis kayu bakau/ kayu
laut/ kayu galam. Pemasangan disesuaikan dengan Gambar Rencana dan
dipancangkan tegak lurus.

6. Pekerjaan Urugan
a. Urugan
 Urugan dipergunakan jenis tanah urug atau pasir urug dan disesuaikan dengan
kebutuhan.
 Material urug harus bersih dari kotoran-kotoran atau biji-bijian yang dapat
tumbuh dikemudian hari.
 Material Urugan dipakai untuk mengurug/ menguatkan lapisan tanah ini di
bawah pondasi, di bawah lantai dan pelataran dan lain-lain. Untuk pemadatan
harus menggunakan alat pemadat berupa handpress atau stamper juga dengan
penyiraman air secukupnya. Alat penimbris yang digunakan dari besi seberat
10 kg.
b. Urugan Tanah Kembali
 Pekerjaan mengurug kembali adalah pekerjaan mengurug bekas/ sisa galian
pondasi atau saluran-saluran. Semua dapat dilaksanakan sesudah mendapat
persetujuan dari Direksi dan Pengawas.
 Pemadatan pengurugan harus menggunakan alat pemadat, cara pelaksanaannya
harus lapis demi lapis.
 Material yang dipakai mengurug adalah material dari luar yang bersih dari
kotoran/ humus atau dapat juga tanah bekas/ sisa galian dengan seijin Direksi
dan Pengawas.
 Untuk peninggian atau urugan di bawah lantai pelaksanaannya sebagaimana
dijelaskan pada uraian di atas.

7. Perataan Akhir
a. Daerah yang diurug atau digali harus diratakan, sehingga betul-betul rata tidak
ada permukaan yang bergelombang.
b. Tanah di sekitar bangunan dan di tempat-tempat lain yang ditentukan, harus
dibuat suatu kemiringan yang tidak kurang dari 2% (dua persen) ke arah daerah
pembuangan air.
c. Jika tidak dijelaskan dalam Gambar Kerja, maka semua permukaan tanah pada
daerah dimana bangunan akan didirikan harus rata dan meliputi jarak 5 meter di
luar garis terluar bangunan.

PASAL 4
PEKERJAAN PONDASI

1. Pendahuluan
a. Jenis pondasi adalah pondasi telapak beton bertulang.
b. Bentuk dan ukuran pondasi didasarkan pada Gambar Rencana, selama tidak ada
perubahan kondisi/ keadaan tanah.

Halaman 8
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

c. Perubahan pada konstruksi pondasi hanya diperbolehkan setelah mendapat


persetujuan Direksi dan Pengawas Lapangan maupun perencana.
d. Pembuatan pondasi harus dalam keadaan lubang galian pondasi kering, jika
terdapat air di dalamnya harus dipompa keluar, serta diusahakan supaya tanah tepi
galian tidak longsor.
e. Persyaratan Pelaksanaan
 Pengurukan pasir untuk alas pondasi dilakukan setelah seluruh lubang galian
pondasi selesai digali dengan ketebalan pengurugan sesuai dengan ukuran-
ukuran yang tertera dalam Gambar.
 Semua pekerjaan pondasi, boleh dikerjakan apabila galian tanah telah
diperiksa ukuran dan kedalamannya dan disetujui Direksi dan Pengawas.
 Bila ada lubang-lubang terdapat banyak air tergenang karena air hujan dan air
tanah, maka sebelum pemasangan dimulai terlebih dahulu air harus dipompa
keluar dan lantai kerja dibersihkan dari tanah/ lumpur, bila ada.

2. Pondasi Beton bertulang


Segala ketentuan bahan dan cara pelaksanaan pekerjaan pondasi plat beton ini bisa
dilihat pada uraian pekerjaan beton.

PASAL 5
PEKERJAAN BETON

1. Uraian
Penggunaan beton dilaksanakan untuk:
a. Beton bertulang
 Pondasi tapak, stick, sloof.
 Kolom utama, kolom praktis dan ring balok, maupun balok.
 Dan yang lainnya sesuai dengan yang direncanakan.
b. Beton tidak bertulang
 Rabat/ Lantai kerja
 Batu pinggir bangunan
 Dan yang lainnya sesuai dengan yang direncanakan.

2. Bahan dan Persyaratannya


a. Semen
 Semen yang dipakai harus Porland Cement Type-I merk yang disyahkan/
disetujui yang berwenang, dan memenuhi syarat sebagaimana diuraikan dalam
PBI 1971 (NI-2).
 Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan. Harus diterima dalam
kantong asli dari pabriknya dan dalam keadaan tertutup rapat.
 Kantong-kantongan semen yang rusak jahitannya dan robek-robek, tidak
diperkenankan dipergunakan, kecuali untuk pekerjaan bukan beton.
 Semen yang sebagian sudah membatu dalam kantong sama sekali tidak boleh
dipergunakan.
 Harus disimpan dalam gudang yang mempunyai ventilasi yang cukup dan tidak
kena air, diletakkan pada tempat ketinggian paling sedikit 30 cm dari lantai,
tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 m’ dan setiap pengiriman

Halaman 9
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

baru harus dipisahkan dan diberi tanda masuk agar pemakaian semen dilakukan
menurut urutan pengirimannya.
 Kontraktor harus menyediakan contoh-contoh semen bila diminta oleh Direksi
untuk pengujian, baik dari Kontraktor di Proyek maupun dari Pabrik.
 Kontraktor harus menyediakan contoh-contoh semen bila diminta oleh Direksi
untuk pengujian baik yang berasal dari gudang dilokasi pekerjaan maupun yang
berasalh dari pebrik. Kontraktor harus menyerahkan sertifkat pengujian dari
pabrik untuk tiap pengiriman semen ke lokasi. Semen dapat ditolak atas
perintah Direksi, jika semen tersebut tidak memenuhi persyaratan yang
ditentukan di dalam Spesifikasinya.
b. Pasir
 Pasir harus bersih dan bebas dari segala macam kotoran, baik bahan organis
maupun lumpur, tanah, karang, garam, dan sebagainya sesuai dengan syarat di
dalam PBI 1971 (NI-2).
 Pasir yang digunakan untuk pekerjaa ini adalah pasir alam, Pasir laut sama
sekali tidak diperkenankan untuk dipergunakan. Modulus Kehalusan 2-3,2
ASTM C33-78 atau dengan ketentuan sebagai berikut :

Ukuran Ayakan
Diameter % Lolos
No
(mm)
3/ 8” 9.50 100
4 4.75 95 - 100
8 2.36 80 - 100
16 1.18 50 - 85
30 0.60 25 - 60
50 0.30 10 - 30
100 0.15 3 - 12
PAN

 Pasir harus disimpan di tempat yang bersih, yang keras permukaannya dan
dicegah agar tidak terjadi pencampuran dengan tanah dan pengotorannya.
 Hanya pasir beton yang dapat dipergunakan untuk pekerjaan beton.
 Kadar lumpur dari pasir beton tidak melebihi dari 5% berat.
 Semua pasir yang diperlukan untuk pekerjaan ini harus disediakan oleh
kontraktor dan dapat diperoleh dari sungai atau sumber-sumber lainnya yang
disetujui. Jika pasir berasal dari sumber-sumber yang tidak dimiliki atau
dikuasai oleh pemberi pekerjaan/ kuasa bangunan, Kontraktor harus membuat
semua pengaturan yang perlu dengan pemilik dan harus membayar semua
persewaan atau biaya-biaya yang bersangkutan dengan hal tersebut.
 Persetujuan terhadap sumber-sumber pasir tidak boleh dijadikan sebagai dasar
pembenaran atau pengesahan atas semua bahan yang berasal dari tempat
tersebut dan kontraktor tetap harus bertanggungjawab terhadap kualitas pasir
yang dipasok untuk pekerjaan ini. Kontraktor harus menyerahkan kepada pihak
Direksi contoh pasir yang akan digunakanseberat 15 kg untuk pengujian dan
meminta persetujuan sedikitnya 14 hari sebelum bahan yang diperlukan
tersebut digunakan.

Halaman 10
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

c. Agregat Kasar
- Agregat kasar harus diperoleh dari sumber yang telah disetujui oleh Pihak
Direksi. Agregat kasar ini harus terdiri dari kerikil atau batu pecah atau bahan-
bahan pengisi lainnya yang sejenis.
 Agregat kasar harus bersih dan bebas dari segala macam kotoran, baik bahan
organis maupun lumpur, tanah, karang, garam, dan sebagainya sesuai dengan
syarat di dalam PBI 1971 (NI-2).
 Kontraktor harus melakukan pengujian agregat secara teratur dengan
mengambil contoh dari agregat yang akan digunakan dan memberikan kepada
Pihak Direksi salinan dari setiap pengujian.
 Jumlah persentase tanah liat dan debu tidak boleh melebihi dari 1% persatuan
beratnya, harus mempunyai bentuk yang baik, padat, keras, awet dan tidak
berpori-pori. Pengujian kekerasan dari agregat kasar harus dilakukan dengan
menggunakan Mesin Pengaus Los Angeles (Abration Test) dan atau dengan
pengujian Rudellof dengan beban tekan 20 ton. Untuk pengujian Abrasi
pengausan maskimum adalah 50% dari berat, sedangkan untuk pengujian
Rudellof pembubukan maksimum yang boleh terjadi adalah 24% untuk fraksi
9.5 – 19.1 mm dan 22% untuk fraksi 19 – 30mm.
 Disamping itu agregat kasar harus merupakan agregat dengan gradasi yang
bervariasi sesuai dengan ASTM C33-78

Ukuran Ayakan
Diameter % Lolos
No
(mm)
1½” 38.1 95 - 100
¾” 19.1 35 - 70
3/ 8” 9.50 10 - 30
4 4.75 0 - 5
8 2.36
16 1.18
30 0.60
50 0.30
100 0.15
PAN

d. Penyimpanan Pasir dan Agregat Kasar


- Semua cara/ metoda yang digunakan Kontraktor untuk membongkar, memuat,
menangani dan menumpuk pasir dan agregat kasar harus mendapat persetujuan
dari Direksi.
- Tempat yang diperuntukkan untuk penimbunan pasir dan agregat kasar harus
dibersihkan dan diratakan agar aliran air menajdi lancar, sehingga bahan yang
ditumpuk tidak tercemar oleh tanah atau bahan lain karena aliran air permukaan
atau air tanah.
- Kontraktor harus menaggung sendiri semua biaya yang diperlukan untuk
mengelola kembali pasir dan atau agregat kasar yang tercemar karena
penimbunan yang tidak baik dan kurangnya pencegahan perlindungan yang
cukup.
- Kontraktor harus mengatur semua pekerjaan penimbunan sedemikian rupa
dengan suatu cara menaruh semua bahan langsung pada posisi akhir dan tebal

Halaman 11
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

lapisan tidak lebih dari 1.25m. Pasir dan agregat kasar tidak boleh dipindahkan
dari satu tempat penimbunan ketempat penimbunan yang lain, kecuali bila
diperlukan perataan permukaan.
- Agregat-agregat dari masing-masing jenis harus dibawa secara terpisah
ketempat pengadukan dan harus ditimbun disuatu tempat sedemikian rupa
sehingga tidak bercampur.
- Agregat harus ditimbun sedemikian rupa agar memungkinkan pengambilan
contoh dan pengukuran secara memuaskan terhadap kadar kelembaban pada
agregat yang terlindung dari matahari dan menyiraminya dengan air untuk
mencegah menghangatnya agregat pada saat pencampuran.
e. Air
 Air untuk adukan dan merawat beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan
yang merusak atau campuran-campuran yang mempengaruhi daya lekat semen.
 Air harus bebas dari hidro-karbon dan dari bahan organik yang merusak. Batas
jumlah bahan anorganik yang larut tidak boleh melebihi dari 500/106 berat dan
endapan tidak boleh melebihi 30/106 berat.
 Kontraktor harus mengadakan pengujian secara teratur terhadap air yang
diambil dari sumber air tersebut dalam pola dan kekerapan harus menyerahkan
catatan hasil setiap pengujian air tersebut kepada Direksi.
 Kontraktor harus menanggung semua biaya dalam upaya mendapatkan air yang
memenuhi kualitas yang ditentukan.
f. Besi Beton
 Besi beton adalah baja lunak dengan ketegangan leleh minimal 2.100 kg/m².
Besi beton ini dalam segala hal harus memenuhi ketentuan PBI 1971 (NI-2).
 Membengkok dan meluruskan besi beton harus dilakukan dalam keadaan
dingin, besi beton dipotong dan dibengkokkan sesuai dengan Gambar Rencana.
 Besi beton harus bebas dari tanah dengan menggunakan bantalan-bantalan kayu
dan bebas dari lumpur atau zat-zat asing seperti karat, minyak, cat, kulit serta
bahan lain yang mengurangi daya lekat semen.
 Harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan selama pengecoran tidak
berubah tempat.
 Baja tulangan tidak boleh disimpan di udara terbuka untuk jangka waktu yang
panjang.
 Kawat beton digunakan yang lazim dipakai untuk mengikat besi beton/
tulangan, ikatan antara tulangan harus kuat agar tidak mudah lepas, selama
pelaksanaan pengecoran.
g. Cetakan Beton (Bekisting)
 Bahan
Cetakan untuk beton finishing harus dibuat dari multypleks dengan tebal
minimum 9 mm. Dan cetakan untuk beton finishing kasar harus dibuat dari
papan terentang, lain-lain jenis yang digunakan harus dengan seijin Direksi.
 Konstruksi
Cetakan harus dibuat dan disanggah sedemikian rupa hingga dapat dicegah
getaran yang merupakan lengkungan akibat tekanan adukan beton yang cair
atau sudah padat. Cetakan harus dibuat sedemikian rupa hingga mempermudah
pemadatan pengecoran tanpa merusak konstruksi. Kayu yang dipergunakan
untuk menunjang harus terdiri dari kayu yang bermutu baik sehingga dapat
menjamin kekakuan dan kekuataannya. Bambu sama sekali tidak boleh
dipergunakan sebagai tiang penyangga. Dipasang dengan jarak tiang

Halaman 12
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

penyangga maksimum 50cm. Tiap tiang tidak boleh memikul berat lebih dari
1.000 kg.
Cetakan diteliti, harus datar dan tegak lurus, cetakan tidak ada yang bocor.
Harus kokoh sehingga kedudukan dan bentuk tetap, tidak bergetar maupun
bergeser pada waktu beton dicor dan setelah selesai pengecoran tetap mudah
dibongkar.
 Pelapis Cetakan
Untuk mempermudah penyingkiran penutup-penutup pelapis cetakan, dapat
dipergunakan dari bahan yang telah disetujui. Minyak pelumas, baik yang
sudah dipakai atau yang belum dipakai tidak boleh digunakan dalam pekerjaan
ini.
h. Adukan Beton
 Rencana Adukan
Jenis adukan beton yang dipergunakan adalah sesuai dengan tabel berikut ini :

Jenis Adukan Mutu Beton Kompsisi Adukan

C.1 K-125 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr
C.2 K-175 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr
C.3 K-225 1Pc : 1,5 Ps : 2,5 Kr
C.4 K-250 1Pc : 1,5 Ps : 2 Kr

 Kekuatan Beton
Untuk mutu beton C1 dan C2 digunakan campuran normal semen seperti yang
tertera diatas dengan jumlah semen untuk setiap m3 beton adalah 300kg. Untuk
jenis C.3 harus menggunakan campuran yang direncanakan (Mix Design).
Mutu beton C3 ini harus tercapai dengan standar Silinder diameter 15 cm dan
tinggi 30 cm dengan kekuatan tekan pada umur 28 hari sebesar 175 kg/cm².
Apabila digunakan benda uji dengan bentuk yang berbeda dari silinder
diameter 15cm tinggi 30cm maka harus diperhatikan syarat-syarat faktor
bentuk sesuai dengan PBI 1971 (NI-2).
 Concrete Mix Design
Walaupun telah ditentukan campuran beton untuk mutu yang telah disebutkan
seperti diatas Kontraktor wajib melakukan pemeriksaan material pada
laboratorium yang telah disetujui oleh Direksi guna mendapatkan komposisi
campuran yang sesuai untuk mutu C3 tersebut. Material yang dibawa ke
laboratorium adalah material yang direncanakan akan dipakai untuk
pelaksanaan pekerjaan ini. Tegangan beton yang harus dicapai dalam Mix
Design ini harus sesuai dengan yang diuraikan berikut :

 
n 2
 f c  f 'cm
f c  f cm  1.64S S 
' ' 1
n 1

n
f c
f 'cm 
1
n

Halaman 13
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

f’c = Kuat tekan beton karateristik (kg/cm²)


f’cm =Kuat tekan beton rata-rata (kg/cm²)
fc = Kuat tekan masing-masing benda uji benda uji (kg/cm²)
n = Jumlah benda uji (minimal 20 buah)
- Trial Mix
Setelah hasil Mix Design diperoleh dari pihak laboratorium, Kontraktor harus
melakukan Trial Mix untuk menyesuaikan komposisi campuran yang telah
dikeluarkan oleh pihak laboratorium dengan kondisi lapangan. Pelaksanaan
Trial Mix ini harus dilakukan dengan disaksikan langsung oleh Direksi.
Komposisi beton untuk kegiatan ini harus dibuat dalam beberapa kompisisi
dengan nilai slump yang bervariasi. Benda uji hasil Trial Mix dicatat komposisi
dan nilai slump yang diperoleh, kemudian setelah 1 (satu) hari cetakan dapat
dibuka dan dilakukan curing dengan merendam benda uji dalam air. Pengujian
hasil Trial Mix dapat dilakukan setelah benda uji berumur sekurang-kurangnya
7 (tujuh) hari. Dari hasil Trial Mix ini akan ditentukan campuran akhir beton
untuk pelaksanaan dilapangan.
 Penggunaan Jenis Adukan
 Adukan C.1 :
Rabat beton, untuk pemasangan lantai keramik pada lantai.
 Adukan C.2 :
Lantai kerja tebal 5 cm di bawah semua beton bertulang, batu-batu pinggir
jalan (batas jalan concrete block dan rumput) yang dicetak.
 Adukan C.3 dan C.4 :
Pondasi beton, kolom, ring balok, plat lantai dan sloop beton, yang
menerima beban langsung (struktural).
 Campuran Tambahan
Hanya jika disetujui oleh Pemberi Tugas secara khusus dan tertulis, misalnya
untuk beton kedap air, pengeras beton dan sistim penyambungan beton.
Adapun yang dimaksud dengan material ini adalah :
 Waterfroofing, sebagai pencegah terjadinya tiris air terhadap beton kedap
air.
 Floorhardener, sebagai campuran tambahan untuk beton yang akan memikul
beban berat atau yang akan menerima sesuatu gesekan benda yang mungkin
akan mengakibatkan beton aus.
 Bonding Agent, sebagai penghubung terhadap sambungan beton yang telah
dicor dengan beton yang akan dicor pada hari-hari berikutnya.
Khusus untuk pekerjaan-pekerjaan ini harus mengikut petunjuk dan brosur
serta dimintakan garansi dari, biaya tambahan sebagai akibat pemakaian bahan
tambahan ini menjadi tanggung jawab kontraktor sepenuhnya (tidak ada
tambahan).
 Pengadukan
Semua pengadukan beton untuk jenis adukan C.2, C.3, C.4 harus dilakukan
dengan mesin pengaduk (mollen) yang berkapasitas tidak kurang dari 350 liter.
 Beton Decking
 Beton decking/ ganjal, harus dibuat/ disediakan/ dicetak dahulu dengan
adukan 1 Pc : 3 Ps, dicetak semacam tahu lengkap dengan tali kawatnya,
sesudah mengeras dan mengering udara, harus direndam dalam air.

Halaman 14
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

 Ketebalan beton decking untuk kolom dan balok adalah 3 cm dipasang 3


buah untuk setiap 1 m’, ketebalan beton decking untuk plat adalah 2 cm,
dipasang sebanyak 5 buah untuk setiap 1 m2.
 Selain beton decking, juga harus dipasang ganjal-ganjal dari bahan tulangan
beton. Bila didalam balok terdapat tulangan 2 baris atau lebih harus diganjal
dengan besi berdiameter sama dengan diameter tulangan. Untuk plat beton
dengan tulangan rangkap (atas dan bawah) harus diganjal dengan cakar
ayam sebanyak 3 buah setiap 1 m’.

3. Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran


a. Komposisi semen, pasir dan kerikil adalah minimal, jadi tidak diijinkan untuk
dikurangi dan untuk pengecoran beton type C3 harus mengikuti komposisi yang
dikeluarkan oleh laboratorium dengan memperhatikan trial mix yang telah
dilakukan.
b. Sebelum adukan beton dicor, kayu-kayu bekisting harus bersih dari kotoran
seperti bekas serbuk gergaji, tanah, minyak, dan lain-lain serta harus dibasahi
secukupnya. Perlu diadakan tindakan-tindakan untuk menghindarkan
mengumpulnya air pembasahan pada sisi bawah.
c. Sebelum melaksanakan pengecoran beton pada pembagian utama dari pekerjaan,
Kontraktor harus memberitahukan Direksi dan mendapat persetujuan. Jika tidak
ada pemberitahuan yang semestinya atau persiapan pengecoran tidak disetujui
oleh Direksi, maka Kontraktor mungkin diperintahkan membongkar beton yang
baru dicor atas biaya sendiri.
d. Pengadukan beton harus dilakukan dengan mesin pengaduk (mollen) sekurang-
kurangnya 5 menit setelah semua bahan dimasukkan ke dalam drum pengaduk,
adukan harus memperlihatkan susunan dan warna yang merata/ sama.
e. Adukan beton sudah harus dicor dalam waktu 15 menit, setelah pengadukan
dengan air dimulai. Bila adukan digerakkan secara kontinue, jangka waktu ini
bisa diperpanjang hingga 2 jam.
f. Pengecoran suatu unit atau bagian dari pekerjaan harus dilanjutkan tanpa berhenti
dan tidak boleh terputus tanpa adanya persetujuan Direksi. Tidak boleh mengecor
beton diwaktu hujan, kecuali jika Kontraktor telah mengambil tindakan-tindakan
pencegahan kerusakan yang disetujui oleh Direksi dan Pengawas.
g. Adukan harus dipadatkan dengan baik dan memakai alat penggetar (vibrator)
yang berfrekuensi dalam adukan paling sedikit 3.000 putaran per menit.
Penggetar harus dimulai pada waktu adukan dimasukkan dan dilanjutkan dengan
adukan berikutnya.
h. Dalam permukaan yang vertikal, vibrator harus dekat ke sisi cetakan (bekisting),
tetapi tidak menyentuh. Juga tidak boleh menggetarkan pada satu bagian adukan
lebih dari 2 menit.
i. Penggetaran tidak boleh dilakukan langsung menembus tulangan-tulangan ke
bagian-bagian yang sudah mengeras. Kecepatan menaruh adukan harus
disesuaikan dengan kapasitas vibrator, dan tidak boleh ada adukan yang tergetar
lebih dari 7,5 cm tebalnya, bila karena terlalu banyak yang harus dipadatkan.
j. Adukan beton harus diangkut sedemikian rupa, hingga dapat dicegah adanya
pemisahan bagian-bagian bahannya dan tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian
lebih dari 2 m.

Halaman 15
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

k. Apabila memungkinkan, Kontraktor diperkenankan menggunakan pemakaian


READY MIX CONCRETE dengan tidak mengurangi mutu beton yang
ditentukan dengan menunjukkan SERTIFIKAT PEMAKAIAN MUTU BETON
dari produsennya kepada pihak Pemberi Tugas dan Direksi.

3. Pemasangan Angker
Pada semua sambungan-sambungan tegak dari kolom beton praktis dengan tulangan,
harus dipasang batang tulangan baja lunak yang ukuran dan segala sesuatunya telah
direncanakan pada Gambar Kerja dan atau dengan diameter besi 10 mm, panjang 50
cm, dibengkokkan ujung yang satu dimasukkan ke dalam beton yang satunya lagi
panjang 35 cm, dibiarkan menjorok untuk dimasukkan ke dalam sambungan dinding
tembok. Angker-angker ini harus ditempatkan dengan jarak 35cm –150cm -250 cm,
dan seterusnya diukur dari atas sloof pondasi beton bertulang. Pemasangan anker
harus direncakanan sebelum kolom-kolom dicor, jadi anker tidak boleh dipasang
dengan cara membobok kolom yang sudah dicor.

4. Lubang dan Balok klos


Kontraktor harus menentukan tempat dan memasang lubang-lubang dengan kayu-
kayu keras dan paku, atau klos-klos anker dan sebagainya, yang diperlukan untuk
tempat pipa-pipa bersilang, memasang rangka-rangka atau lain-lain pekerjaan kayu
halus. Alat-alat yang salah penempatannya harus disingkirkan jika memang
diperintahkan oleh Direksi.

5. Toleransi-Toleransi
a. Toleransi pada beton cetakan kasar
Posisi masing-masing bagian konstruksi harus tepat dalam 1 cm, tetapi toleransi
ini tidak boleh bertambah (kumulatif). Ukuran masing-masing bagian harus
seksama dalam 0,3 - 0,5 cm.
b. Toleransi pada beton cetakan halus
Toleransi pada beton halus 0,6 cm untuk posisi masing-masing bagian. Lagi pula
penggantian papan penutup pada sambungan-sambungan tidak boleh lebih besar
dari 0,1 cm, dan penggantian dari kelurusan masing-masing bagian harus dalam
1% (satu persen), tetapi toleransi ini tidak boleh bertambah.
6. Pipa-pipa
a. Pipa listrik dan lain-lain serta bagian-bagiannya yang tertanam di dalam ataupun
bersinggungan dengan beton harus dari bahan yang tidak merusak beton.
b. Pipa dan bagian-bagiannya yang terbuat dari alluminium tidak boleh tertanam
dalam beton, kecuali bila ditutup dengan lapisan yang efektif yang dapat
mencegah reaksi kimia antara aluminium dengan beton dan atau dapat mencegah
proses elektronika alluminium dengan baja.
c. Pipa yang ditanam dalam beton tidak boleh mempunyai diameter yang lebih besar
daripada sepertiga tebal beton tempat pipa tersebut tertanam.
d. Pipa yang menembus beton harus mempunyai ukuran dan letak yang tidak
mengurangi kekuatan konstruksi.

7. Perlindungan Beton
Untuk melindungi beton yang dicor dari cahaya matahari, angin dan hujan, sampai
beton ini mengeras dengan baik dan untuk mencegah pengeringan terlalu cepat harus
diambil tindakan :

Halaman 16
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

a. Semua cetakan yang sudah diisi adukan beton harus dibasahi terus sebelum
cetakan dibongkar.
b. Setelah pengecoran, beton harus terus menerus dibasahi selama 4 hari berturut-
turut.

8. Pembongkaran Cetakan Beton


a. Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai satu kekuatan yang cukup
untuk memikul 2 kali beban sendiri. Bilamana akibat pembongkaran cetakan, pada
bagian-bagian konstruksi akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi daripada
beban rencana, maka cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap
berlangsung.
b. Perlu ditekankan, bahwa tanggungjawab atas keamanan konstruksi beton
seluruhnya terletak pada Kontraktor dan perhatian Kontraktor mengenai
pembongkaran cetakan ditujukan ke PBI 1971 (NI-2) dalam pasal yang
bersangkutan.
c. Kontraktor harus memberitahukan Direksi bila ia bermaksud akan membongkar
cetakan pada bagian-bagian konstruksi yang utama dan diminta persetujuannya,
tetapi dengan adanya persetujuan itu tidak berarti Kontraktor lepas
tanggungjawab.
d. Bahan-bahan sisa pembongkaran yang tidak bisa/ akan dipergunakan lagi harus
dengan segera diangkut ke luar lapangan pekerjaan, agar tidak mengganggu
kelancaran pekerjaan.
e. Pada bagian-bagian konstruksi dimana akibat pembongkaran cetakan dan tiang
penyanggah akan bekerja beban-beban yang lebih tinggi daripada beban menurut
rencana akan terjadi keadaan lebih berbahaya daripada yang diperhitungkan maka
cetakan tersebut tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung.

9. Cacat pada Beton


Meskipun hasil pengujian kubus-kubus memuaskan, Direksi mempunyai wewenang
untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut :
a. Konstruksi beton yang sangat keropos.
b. Konstruksi beton tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya
tidak seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Rencana.
c. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan.
d. Konstruksi beton yang berisikan kayu atau benda lainnya.

Halaman 17
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

PASAL 6
PEKERJAAN PASANGAN

Jenis adukan yang dipergunakan pada pekerjaan pasangan diklasifikasikan sebagai


berikut :

Jenis Adukan Penggunaan Komposisi Adukan

A.1 Daerah yang terkena air (trasraam) 1 Pc : 2 Ps


A.2 Dinding biasa 1 Pc : 3 Ps
A.3 Pasangan batu kali/ batu bata 1 Pc : 4 Ps

1. Pasangan Batu Bata


a. Uraian
Pekerjaan pasangan batu bata meliputi :
 Pekerjaan dinding bangunan.
 Dan pekerjaan lainnya seperti yang telah direncanakan.
b. Bahan dan Persyaratan
 Batu Bata.
 Semua bata harus dari mutu kelas I, padat, keras dan baik dalam proses
pembuatannya.
 Dimensinya harus sama besar dan berasal dari satu pabrik yang sama.
c. Pelaksanaan Pekerjaan
 Batu bata patah melintang/ memanjang dan besar patahannya lebih besar dari
setengah panjang, tidak diperkenankan untuk dipergunakan.
 Semua bata sebelum dipasang harus direndam dalam air terlebih dahulu untuk
mencapai daya rekat yang lebih baik.
 Pemasangan bata harus membentuk bidang tegak, rata mendatar dengan alat
bantu secukupnya. Siar yang terbentuk pada pasangan bata harus seragam
setebal 1 cm. Siar tegak lurus boleh saling menyambung yang membentuk garis
lurus.
 Setiap tahap pemasangan diperlukan hanya 24 lapis (maksimum) setiap harinya
dan tinggi bagian tahapan tidak boleh berbeda lebih dari 1 m dari bagian
lainnya.
 Untuk setiap bidang pemasangan bata sebesar 12 m2 harus diberi rangka/
bingkai dengan kolom praktis dan ringk balok beton dan diberi anker diameter
10 mm setiap jarak 50 cm.
 Bagian atas pasangan bata harus diakhiri dengan ring balok beton. Bila tidak
ditentukan lain dalam gambar, maka dimensi kolom praktis dan ring balok
beton ialah :
 Kolom praktis beton, balok kolom ampig dimensi 15 x 15 cm, tulangan
4xdiameter 10 mm dan beugel dimater 6 sejarak 20 cm, adukan 1:2:3.
 Ring balok beton dimensi konstruksi 15x20 cm, tulangan pokok 4 x
diameter 12 mm, beugel diameter 6 x sejarak 20 cm, adukan 1 : 2 : 3.

Halaman 18
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

PASAL 7
PEKERJAAN PLESTERAN

1. Uraian
Jenis plesteran untuk pekerjaan penyelesaian adalah sebagai berikut :

Jenis Pekerjaan Komposisi Dengan Adukan Plesteran


P.1 1 Pc : 2 Ps
P.2 1 Pc : 3 Ps
P.3 1 Pc : 4 Ps
P.4 1 Pc : 5 Ps

2. Bahan dan Persyaratan


a. Untuk adukan plesteran, penggunaan Portland Cement dan air dalam segala hal
harus memenuhi ketentuan yang telah ditentukan. Kualitas semen harus
memenuhi persyaratan sesuai dengan NI-8 serta untuk air mengikuti persyaratan
tertulis Pasal 10 dari NI-3.
b. Pasir yang dipergunakan dalam pekerjaan ini harus halus dan berwarna asli harus
sesuai seperti yang tersebut dalam NI-3 Pasal 14.
c. Khusus pasir, digunakan pasir pasang dengan gradasi tidak lebih dari diameter
0,35 mm, bersih dan bebas dari segala macam kotoran baik organis maupun
lumpur, tanah, garam dan sebagainya.
d. Adukan harus dicampur di dalam alat pencampur atau dicampur dengan tangan di
atas permukaan yang keras.
e. Tidak diperbolehkan memakai adukan yang mulai mengeras dengan
membubuhkan semen baru.

3. Penggunaan Jenis Plesteran


a. Plesteran Kasar (Brafen)
Permukaan pasangan batu yang terendam di dalam tanah (harus kedap air), harus
plesteran dengan menggunakan jenis plesteran P.1, bila pasangan tersebut juga
menggunakan adukan A.1.
b. Plesteran Halus
Untuk menyelesaikan/ menutup permukaan pasangan bata yang tidak ditutup
dengan bahan lain, harus diplester secara halus, rapi, rata dan tebalnya tidak boleh
lebih dari 2 cm.
 Plesteran dengan adukan P.1 adalah untuk daerah yang terkena air, atau
pasangan tersebut menggunakan adukan A.1.
 Plesteran dengan adukan P.2 adalah untuk bagian sudut-sudut, pinggiran
ambang pintu dan jendela yang mudah rusak.
 Plesteran dengan adukan P.4 adalah untuk penutup permukaan pasangan bata
yang menggunakan adukan A.4.
 Untuk diperhatikan, bahwa pekerjaan plesteran dinding dapat dilaksanakan
sesudah semua bahan/ alat yang harus tertanam dalam dinding, misalnya pipa-
pipa listrik dan pipa air telah selesai dikerjakan sebelumnya.
 Permukaan pasangan yang akan diplester harus bebas dari segala kotoran,
kemudian disiram air.

Halaman 19
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

c. Plesteran Lebih Halus (Acian)


Setelah diplester dengan jenis plesteran seperti diuraikan di atas, selanjutnya
permukaan plesteran tersebut diperhalus lagi dengan plesteran halus (acian) yang
menggunakan jenis plesteran yang sejenis dengan plesteran sebelumnya, hanya
pasir pasang yang digunakan, disaring/ diayak agar menghasilkan butiran yang
lebih halus dari pasir pasang untuk plesteran.
d. Plesteran Siar
Bila ada plesteran siar untuk penyelesaian permukaan pasangan batu pecah, atau
bahan-bahan penutup lainnya digunakan jenis plesteran P.2.
e. Plesteran Beton
Plesteran beton adalah semua permukaan beton yang terlihat misalnya kolom-
kolom, balok, luifel, plat beton sunscreen dan sebagainya harus diplesteran
dengan ukuran P.2.

4. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Untuk mengerjakan plesteran dinding, dinding bata dan permukaan beton harus
diberikan cukup waktu. Tidak diperkenankan memulai pekerjaan plesteran sampai
tembok dinding betul-betul kering.
b. Permukaan beton harus dikasarkan dengan jalan dipahat atau dipalu, lemak dan
atau minyak yang melekat harus dibersihkan sebelum diplester.
c. Semua permukaan/ bahan yang akan diplester harus disikat kasar (besi) terutama
pada bidang-bidang yang berlumut, kemudian dibasahi atau disiram dengan air.
d. Untuk mencegah plesteran menjadi kering sebelum waktunya permukaan-
permukaannya harus dibasahi dengan air hingga tetap lembab, hal ini untuk
menghindari retak-retak rambut di kemudian hari.

5. Perbaikan dan Pembersihan


a. Membetulkan semua pekerjaan yang cacat harus dilaksanakan dengan
membongkar bagian tersebut sampai berbentuk bujur sangkar.
b. Pekerjaan yang sudah selesai tidak boleh ada yang retak-retak, noda dan cacat
lainnya.
c. Sewaktu-waktu dengan teratur, selama pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan,
semua permukaan yang menjadi kotor dalam melaksanakan pekerjaan harus
dibersihkan.

PASAL 8
PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA

1. Uraian
Pekerjaan pintu jendela meliputi seluruh pekerjaan pemasangan pintu dan jendela/
boven pada gambar perencanaan.

2. Bahan
a. Pintu
Kusen kayu bahan merbau dengan ukuran sesuai dengan gambar rencana

Halaman 20
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

b. Jendela
Kusen kayu bahan merbau dengan ukuran sesuai dengan gambar rencana
c. Engsel, Handle dan door closer, pengunci sekualitas “Dekkson”.
 Selot tanam untuk pintu produk setara “Dekkson”
 Grendel putar (kosong-isi) dipakai untuk pintu-pintu W.C./lavatory.
 Grendel pegas untuk jendela jungkit/ BY
 Tipe kunci harus sesuai dengan fungsi ruang, dipasang setinggi 100
cm dari lantai atau sesuai petunjuk Konsultan Pengawas.
 Engsel pintu menggunakan 3 engsel dan jendela menggunakan 2 engsel
 Untuk jendela BY jungkit dipakai engsel khusus untuk maksud itu (engsel
pivot) dengan ukuran yang sesuai untuk masing-masing ukuran jendela.
d. Material-material lain yang akan digunakan ukuran dan pemasangannya
disuaikan dengan gambar rencana, meliputi antara lain

3. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Posisi dan ketinggian kusen harus sesuai dengan gambar rencana.
b. Kusen pintu jendela harus siku pada semua sudutnya dan rapat pada setiap
sambungannya.
c. Instalasi daun pintu jendela harus sempurna sehingga daun pintu atau jendela ngi
dibuka dengan ngina dan ditutup dengan rapat, tanpa menggesek bagian lain dari
kusen atau lantai.
d. Sampai pekerjaan selesai dilaksanakan kusen pintu dan jendela harus dilindungi dari
gesekan dengan benda lain,
e. Penyedia Jasa konstruksi harus menyediakan sempel material yang harus disetujui oleh
Tim Teknis dan Konsultan Pengawas, sekurang-kurang nya 2 hari sebelum
pekerjaan dilaksanakan.
f. Apabila pekerjaan ini di sub kontrakkan maka penyedia Jasa konstruksi harus
memberitahukan pada Konsultan Pengawas dan Tim Teknis serta harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu.

PASAL 9
PEKERJAAN PENUTUP ATAP

1. Uraian
a. Jenis bahan yang digunakan untuk pekerjaan kuda-kuda adalah
Zincalume/Spundek (ditentukan menurut gambar), untuk lisplank digunakan
bahan Zincalume/Spundek dengan ukuran sesuai dengan Gambar Rencana atau
Rencana Anggaran Biaya.
b. Rangka atap dari bahan Zincalumen/Spundek atau disesuaikan dengan gambar
rencana.
c. Cara sambungan, bentuk dan ukuran kuda-kuda dan rangka atap disesuaikan
keadaan yang lama (existing) kalau memakai rangka kayu. Dan disesuaikan
dengan Gambar Rencana.
d. Ukuran rangka atap disesuaikan dengan existing untuk rangka baja ringan. Atau
disesuaikan dengan Gambar Rencana.
e. Atap yang dipakai adalah atap Zincalume/Spundek tebal : 0,30 mm disesuaikan
dengan Gambar Rencana.
f. Pemasangan atap harus rata dan lurus, tidak bocor sehingga benar-benar baik,
dengan memakai paku khusus sesuai dengan standart pabrik pembuatnya.

Halaman 21
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

g. Tiap lembar atap harus terletak diatas gording, dengan jarak gording mengikuti
kondisi existing yang ada atau disesuaikan dengan gambar rencana.
h. Penyambungan lembar penutup atap harus mengikuti spesifikasi/ keterangan
pemasangan dari pabrik pembuatnya.
i. Rabung atap dipakai zincalume/spundek tebal : 0,30 mm yang sesuai/ sama
dengan jenis dan bentuk penutup atap.
j. Pemasangan rabung harus berimpitan antara satu dengan yang lain sehingga air
tidak dapat merembes dari celah-celah rabung atap.
k. Jenis, bentuk merek produksi dan ukuran penutup atap disesuaikan dengan
gambar kerja, bahan penutup atap sebelum digunakan harus mendapat persetujuan
dari Konsultan Lapangan dan Direksi.
l. Sebelum pemasangan penutup atap, rangka atap dan kuda-kuda harus diperiksa
terlebih dahulu oleh Konsultan Lapangan dan Direksi, untuk mendapat
persetujuan pemasangan bahan penutup atap.
1. Sebagai penutup atap termasuk dengan bubungannya, menggunakan atap
Zincalume/Spundek tebal: 0.30 mm, bentuk bubungan harus disesuaikan
dengan produksi dalam negeri brosur yang dikeluarkan oleh pabrik.
2. Penutup atap ini ditentukan dalam BQ dan atau sesuai petunjuk Direksi.

2. Pemasangan
a. Kepingan atap tersebut harus lurus dan sejajar dengan garis-garis bangunan.
Pemasangan gording harus sesuai dengan yang disyaratkan oleh pabrik yang
membuat produk atap yang dipakai.
b. Pemasangan atap harus dimulai dari bagian bawah keatas sampai kebubungan.
c. Khusus untuk bahan penutup atap ini harus dimintakan GARANSI TERTULIS
dari pabriknya.

PASAL 10
PEKERJAAN PLAFOND

1. Uraian
Pekerjaan Plafond meliputi pemasangan rangka dan plafond Calsiboard 6 mm dan
sesuai dengan yang ditunjukkan pada gambar rencana.
2. Bahan dan Persyaratan:
a. Kawat penggantung dengan diameter minimal 4 mm.
b. Rangka menggunakan pipa hollow 4 x 4 cm, 2 x 4 cm tebal 0,6 mm
c. Rangka Cross tee main tee modul 60 x 120 cm
d. Gipsum Calsiboard 6 mm
e. kasiboard tebal 6 mm
f. List profil gypsum lebar 7 sampai 10 cm
3. Pelaksanaan pekerjaan :
a. Sebelum memulai pekerjaan, selambat-lambatnya 2 hari, penyedia Jasa konstruksi
harus menyiapkan rencana kerja pekerjaan plafond meliputi volume pekerjaan,
jumlah tenaga kerja dan alat, jadwal pelaksanaan dan alur pekerjaan, serta contoh
material yang akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari Tim Teknis dan
Konsultan Pengawas, di sertai gambar shop drawing.
b. Arah dan jarak seperti yang di tunjukkan pada gambar.
c. Pola plafond harus sesuai dengan gambar rencana.

Halaman 22
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

d. Batas antara plafond dan tembok harus membentuk sudut yang rapi dengan sudut
dan ukuran seperti pada gambar, dengan menggunakan list profil gypsum dengan
lebar sampai 5 cm.
e. Opening untuk pekerjaan M&E harus sesuai dengan gambar rencana.
f. Penyambungan antar Gypsum harus rapat tidak menimbulkan goresan bekas
sambungan.
g. Penggantung antara rangka hollow dengan penggantung atas menggunakan kawat
penggantung dengan diameter minimal 4 mm.

PASAL 11
PEKERJAAN PENGGANTUNG/ KUNCI

1. Pekerjaan Kunci
a. Untuk daun pintu dipergunakan kunci dengan merk CISA, BOSTINCO atau ISI
atau setara.
b. Semua kunci tanam harus terpasang dengan baik, kuat dan rapi pada rangka daun
pintu, dipasang setinggi 90 cm dari lantai atau sesuai dengan petunjuk Direksi.

2. Pekerjaan Engsel
a. Untuk pintu dan jendela pada umumnya menggunakan engsel ukuran yang sesuai
dengan gambar rencana yang sekualitas baik produksi dalam negeri atau setara,
dipasang sekurang-kurangnya 3 buah untuk setiap daun dengan menggunakan
sekrup kembang dengan warna yang sama.
b. Engsel dan alat-alat penggantung lainnya harus dari kualitas terbaik dan terbuat
dari bahan anti karat.
c. Sebelum mengadakan pembelian/ pemasangan Kontraktor harus mengajukan
contoh-contoh terlebih dahulu untuk mendapatkan persetujuan Direksi.

3. Pekerjaan Door Closer


a. Pasangan door closer digunakan untuk pintu-pintu double sesuai dengan Gambar
Rencana dan petunjuk Direksi.
b. Terbuat dari bahan dengan kualitas terbaik/ anti karat produksi dalam negeri atau
setara.

4. Pekerjaan Espagnolet Tanam


a. Pasangan espagnolet tanam digunakan untuk pintu double sesuai dengan Gambar
Rencana atau petunjuk Direksi.
b. Terbuat dari bahan dengan kualitas terbaik/ anti karat produksi dalam negeri atau
setara.

PASAL 12
PEKERJAAN LANTAI dan KERAMIK
1. Uraian
Pekerjaan penyelesaian lantai dilaksanakan setelah pekerjaan-pekerjaan dinding,
pengecatan, pemasangan langit-langit telah selesai dikerjakan.

2. Bahan dan Persyaratan

Halaman 23
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

a. Keramik yang digunakan adalah keramik dengan mutu yang baik dan harus
memenuhi Standar Industri Indonesia (SII) dengan mutu KW-1
b. Warna lantai keramik yang dipakai akan ditentukan kemudian.
c. Ukuran lantai keramik yang digunakan adalah keramik 40x40 cm Mulia (setara)
warna/ motif dan anti noda, sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya atau BQ yang
ada, kecuali dinyatakan lain dalam gambar.
d. Ukuran lantai KM/ WC yang digunakan adalah keramik 25x25 cm warna dengan
tekstur anti slip, sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya atau BQ yang ada.
e. Ukuran keramik dinding KM/ WC yang digunakan adalah keramik 25x40 cm
sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya atau BQ yang ada.
f. Produk yang dipakai adalah produksi dalam negeri atau setara.
g. Sebelum Kontraktor/ Pelaksana mamasukkan bahan, harus menunjukkan contoh
yang akan dipakai untuk mendapat persetujuan dari Pengawas Lapangan/ Direksi
Teknis.

3. Syarat Pelaksanaan
a. Pemasangan keramik harus rapi dan padat, sehingga tidak terdapat celah-celah
atau lubang diantara sambungan.
b. Bahan nat untuk kuncian antara keramik harus sesuai dengan warna dasar
bahannya.
c. Spesi untuk pasangan keramik adalah 1 Pc : 2 Psr.
d. Pekerjaan pemasangan keramik harus dikerjakan oleh tukang khusus yang ahli.
e. Bahan untuk lantai harus memenuhi Standard Industri Indonesia (SII), dan warna
akan ditentukan kemudian oleh Direksi.
f. Sebelum dipasang semua bahan harus mendapat persetujuan dari Direksi.

PASAL 13
PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK

1. Uraian
Yang dimaksud dengan pekerjaan instalasi listrik/ elektrikal adalah pemasangan
seluruh instalasi penerangan dan stop kontak, sistim operasi perangkat, sistim
pendingin ruangan serta satu kesatuan pengaman gedung dan perangkat dari bahaya
kebakaran, sehingga diperoleh satu instalasi yang lengkap dan baik, setelah diuji
dengan seksama dan siap untuk dipergunakan.
Pekerjaan instalasi listrik/ elektrikal disini meliputi :
 Pengadaan atau pemasangan instalasi penerangan dan stop kontak berikut ardenya.
 Pengadaan sistim pengadaan catu daya (energi).
Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan dan stop kontak yang akan dipakai
meliputi pemasangan :
 Downlight
 Stop kontak.
 Saklar tunggal.
 Saklar seri.
 Arde CU 16 mm2.
 Kabel instalasi Listrik.

Halaman 24
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

Pemasangan instalasi penerangan beserta stop kontak yang akan dipakai disesuaikan
dengan Rencana.

2. Persyaratan Bagi Instalatur Pelaksana


 Memiliki PAS PLN serta surat-surat ijin yang harus ada dari instansi-instansi
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Daerah setempat, maupun surat-surat ijin lain
yang diminta oleh Pemberi Tugas.
 Dalam pelaksanaan pekerjaan, harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah
digariskan dalam Gambar Rencana baik dalam segi ukuran, kualitas bahan maupun
jumlahnya.
 Sehubungan dengan adanya pekerjaan ini, Instalatur harus menghubungi PLN
terlebih dahulu, untuk kelancaran pembangunan sampai pada hari penyerahan
dengan hasil test akhir yang memuaskan.
 Sebelum memulai pekerjaan, Instalatur hendaknya membuat Rencana Kerja (TIME
SCHEDULE) yang disesuaikan dengan rencana disiplin lain. Juga disesuaikan
jumlah tenaga pelaksana dan tenaga ahlinya.

3. Syarat Pelaksanaan
a. Pekerjaan harus memenuhi semua aturan yang tercantum serta aturan-aturan
tambahannya.
b. Peralatan kerja harus lengkap untuk mendapatkan hasil kerja dengan mutu baik
serta tidak merusak material bahan instalasi, termasuk pula keamanan bagi pekerja
pelaksana yang harus mengikuti peraturan dari DEPARTEMEN TENAGA
KERJA dan DINAS KESELAMATAN KERJA.
c. Pekerjaan dikatakan selesai apabila :
 Semua sistim dipasang sesuai dengan rencana, baik dalam memenuhi fungsinya
dan dapat menyala.
 Ada surat pengesahan atau sertifikat hasil test baik dari PLN setempat.
d. Gambar Rencana merupakan gambar untuk keperluan lelang. Instalatur hendaknya
terlebih dahulu mengajukan Gambar Kerja Instalasi yang harus terlebih dahulu
disetujui oleh Direksi sebelum pekerjaan dimulai. Selanjutnya gambar ini pula
yang harus diajukan untuk mendapatkan persetujuan dari PLN. Direksi dan
Perencana masing-masing mendapat tembusan dari gambar tersebut.
e. Setelah pekerjaan selesai, Instalatur harus membuat 3 lembar Gambar Revisi (As
built drawing), gambar ini kelak akan digunakan bagi keperluan pemeliharaan
instalasi bagi User. Kemudian diserahkan kepada Direksi dan Perencana.
f. Surat “KEUR INSTALASI BAIK” dari PLN harus didapat secara prosedur yang
benar. Biaya-biaya yang diperlukan untuk hal itu menjadi tanggungan Kontraktor.

4. Persyaratan Bahan
a. Material/ Bahan
Material/ bahan yang digunakan harus sesuai dengan Spesifikasi Teknis yang
dimaksud dan harus dalam keadaan baru, pekerjaan atas material/ bahan ini harus
dilakukan oleh orang-orang yang ahli atau mendapat perhatian khusus.
b. Contoh Material/ bahan
Kontraktor harus menyerahkan contoh dari material bahan-bahan yang akan
dipasang oleh proyek ini untuk disetujui oleh Konsultan atau Direksi. Semua

Halaman 25
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

biaya yang timbul bersamaan dengan penyerahan dan pengambilan contoh atas
Material/ bahan tersebut menjadi tanggungjawab Kontraktor.
c. Daftar Material/ bahan
Dalam waktu tidal lebih dari 15 hari setelah Kontraktor menerima pemberitahuan
pelaksanaan pekerjaan, kecuali apabila ditunjuk orang lain oleh Direksi,
Kontraktor harus menyerahkan daftar atas material/ bahan yang digunakan. Daftar
ini harus dibuat rangkap 4 dan didalamnya tercantum nama dan alamat pabrik
pembuatnya, katalog dan keterangan-keterangan lain yang dianggap perlu oleh
Konsultan/ Direksi.
d. Peralatan dan Penggantinya
Material/ bahan, peralatan, perlengkapan, accessories, dan lain-lain yang disebut
dan dipersyaratkan dengan nama atau merk tertentu, Kontraktor wajib
menyediakan sesuai dengan yang dimaksud. Apabila kemungkinan adanya
penggantian dengan merk lain, maka Kontraktor harus mengajukan alasan-alasan
yang cukup dan harus diminta persetujuan dari Direksi/ Konsultan.
Panel utama, panel cabang dan panel penerangan
 Panel Utama distribusi (MDP) harus terbuat dari plat baja dengan ketebalan 2
mm sedangkan panel-panel cabang dan panel-panel penerangan dengan
ketebalan minimal 1,5 mm.
 Semua komponen-komponen panel adalah produksi dalam negeri

5. Persyaratan Pemasangan
a. Pemasangan Panel
 Panel utama, panel cabang dan panel penerangan harus dicat dengan anti karat,
finished cat bakar minimum 2 kali, warna cat finsihing untuk panel ditentukan
kemudian.
 Rangka/ frame dari panel harus dapat diketanahkan.
 Setiap panel harus lengkap dengan kombinasi “catch and flat key lock”.
 Pemasangan lampu/ armatur.
 Semua fixture penerangan, armatur dan perlengkapan harus dipasang dengan
cara yang disetujui Direksi. Pada waktu pemasangan armatur, peralatan ini
harus dalam kondisi baik/ tidak cacat. Apabila terdapat bagian-bagian yang
rusak/ cacat harus segera diganti dengan beban biaya Kontraktor.
 Pemasangan stop kontak dan saklar.
 Stop kontak dan saklar dipasang inbouw.
 Untuk saklar dipasang 150 cm di atas lantai jadi. Tinggi pemasangan dan untuk
stop kontak disesuaikan dengan kegunaan di lokasi.
b. Pemasangan dan Penyambungan Kabel
 Semua kabel penerangan dan daya harus terpasang di dalam conduit minimal 5/
8” dipasang dengan klem serta diberi penguat/ pendukung sesuai dengan
keperluan yang dimaksud.
 Semua kabel harus dipasang lurus atau sejajar. Kabel harus mempunyai jari-jari
lengkung minimum 15 kali dari diameter kabel.
 Pemasangan kabel Toever yang menyeberang alur selokan atau pipa air/ pipa
gas/ telepon harus dilindungi dengan pipa galvanise atau pipa beton yang
dilapisi dengan pipa PVC type AW di dalam dengan penampang minimum 2,5
kali penampang kabel.

Halaman 26
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

 Kabel yang dipasang di dalam tanah, harus dipasang sekurang-kurangnya


sedalam 75 cm dengan pasir sebagai alas setebal 10 cm lalu ditutup dengan
bata pelindung sebelum diurug kembali.
 Semua penyambung kabel harus dilakukan dalam kotak-kotak penyambung
khusus (Junction Box), Kontraktor harus memberikan brosur-brosur mengenai
cara penyambungan dalam kotak-kotak penyambung yang dinyatakan oleh
pabrik.
 Pada prinsipnya setiap penarikan kabel Touver yang berada di dalam bangunan
maupun di luar bangunan termasuk penanaman dalam tanah tidak dibenarkan
adanya sambungan apapun.

PASAL 14
PEKERJAAN PENGECATAN

Yang dimaksud dengan Pekerjaan Pengecatan ini meliputi :


 Pengecatan tembok dinding luar/ dalam.
 Pengecatan plafond.
 Pengecatan lisplank.

1. Bahan dan Persyaratannya


a. Semua cat harus diaduk dan dipulaskan betul-betul sesuai dengan perincian/
aturan pakai dari pabriknya, juga bila dikehendaki harus menggunakan plamur/
cat dasar.
b. Cat harus diaduk benar-benar sebelum digunakan.
c. Cat kayu yang dipakai untuk pengecatan harus yang mengandung SYNTHETIC/
SYNTETHIC RESINS dan yang khusus sesuai untuk pengecatan kayu, dalam hal
ini adalah produk dalam negeri.
d. Untuk dinding luar dan dalam, harus memakai cat EMULSION, berdasarkan
ALKUD RESINS, dengan cat dasar yang tahan cuaca.
e. Cat dasar untuk pekerjaan baja, harus mengandung RED OXID, lapisan
penyelesaian harus mengandung SYNTETHIC RESINS, dan yang khusus sesuai
untuk pengecatan baja.
f. Cat tembok yang digunakan adalah produksi dalam negeri atau setara.

2. Warna
a. Selambat-lambatnya 2 minggu sebelum pekerjaan pengecatan dimulai, Kontraktor
harus mengajukan warna pengecatan kepada Direksi untuk dipilih dan disetujui
penggunaannya.
b. Segera setelah Direksi menentukan warna pilihan, Kontraktor menyiapkan bahan
dan bidang pengecatannya untuk dijadikan contoh atas biaya Kontraktor.

3. Persiapan Pelaksanaan
a. Sebelum pekerjaan pengecatan dilaksanakan, pekerjaan langit-langit dan lantai
harus telah selesai dikerjakan.
b. Kemudian bidang yang akan dicat harus dibersihkan agar cat tidak bercampur
dengan debu.

Halaman 27
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

4. Pelaksanaan Pekerjaan
a. Pekerjaan Pengecatan Dinding
 Setelah pekerjaan plesteran dinding selesai dikerjakan dengan rapi dan rata,
dimana antara selesainya pekerjaan plesteran dengan pengecatan tembok harus
diberi waktu secukupnya untuk pengeringan dengan sempurna. Setelah
pengeringan sempurna dimana juga plesteran yang rusak telah dirapikan
kembali, kemudian permukaan plesteran/ tembok dibersihkan dengan amplas
hingga mendapatkan permukaan yang benar-benar rata dan licin.
 Setelah kita mendapatkan permukaan dinding yang baik/ licin, baru kemudian
dimulai pekerjaan pengecatan tembok dengan alat kuas atau roller. Pengecatan
pertama dengan 1 lapis ALKALI RESISTANCE PRIMER untuk interior dan
untuk exterior dengan MISONRY SCOLER kemudian dengan 3 lapis cat
VINYL ACRYLIC EMULSION.
 Pekerjaan pengecatan dianggap selesai apabila sudah merupakan bidang yang
utuh, rata, licin dan tidak ada bagian yang belang dan bidang dijaga dari
kotoran-kotoran.
b. Pekerjaan Pengecatan Plafond
Setelah pemasangan plafond selesai dan dianggap perlu pengecatan finishing,
dimulai pengecatan dengan alat kuas atau roller. Pengecatan pertama dengan 1
lapis ALKALI RESISTANCE PRIMER dan berikutnya dengan 3 lapis cat
VINYL ACRYLIC EMULSION.

Halaman 28
Rencana-Kerja-Dan-Syarat-Syarat (RKS)

PENUTUP
PASAL 1
PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN

1. Apabila terdapat perselisihan pendapat antara Kontraktor dan Direksi atas sesuatu
bahan bangunan, maka Direksi memerintahkan mengambil contoh bahan-bahan
tersebut yang dipertentangkan di tempat pekerjaan oleh Kontraktor dan mengirimkan
contoh-contoh tersebut ke laboratorium pemeriksaan bahan-bahan. Sementara itu
pekerjaan boleh berjalan terus dengan catatan apabila ternyata bahan yang
dipermasalahkan tidak memenuhi syarat, pekerjaan harus dibongkar kembali dan
diganti dengan bahan yang disetujui oleh Direksi. Segala biaya pembongkaran dan
pemasangan kembali menjadi resiko Kontraktor.
2. Semua bahan yang akan dipergunakan, terlebih dahulu Kontraktor harus memberikan
contoh untuk mendapat persetujuan Direksi.
3. Contoh yang sudah disetujui Direksi akan dipergunakan sebagai standard bahan-
bahan yang akan dipergunakan selanjutnya.
4. Khusus pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan elektrikal, Kontraktor kepada
Direksi/ Pemberi Tugas harus :
 Memberikan pedoman berupa Buku Petunjuk dari masing-masing jenis pekerjaan
dan atau perangkat.
 Memberikan jaminan/ garansi dari masing-masing jenis pekerjaan dan atau
perangkat.
 Melakukan testing terhadap masing-masing jenis pekerjaan dan atau perangkat
yang dipasang.
 Membuat tabel nama permanen pada masing-masing jenis pekerjaan dan atau
perangkat yang telah dipasang.

PASAL 2

1. Meskipun di dalam Rencana Kerja Syarat ini pada uraian pekerjaan dan bahan-bahan
tidak dinyatakan kata-kata yang harus dipasang, dibuat, dilaksanakan dan disediakan
oleh Kontraktor dan bilamana pekerjaan-pekerjaan dan bahan-bahan ini nyata
menjadi bagian dari pekerjaan Kontraktor, maka pernyataan tersebut dianggap
“dimuat” di dalam Rencana Kerja Syarat ini dan bukan sebagai pekerjaan lebih.
2. Sebelum penyerahan pertama dilaksanakan maka Kontraktor diharuskan
membersihkan kotoran-kotoran di dalam maupun di luar bangunan sampai bersih dan
rapi.

Binjai, Juni 2022

Halaman 29

Anda mungkin juga menyukai