● Marjin keuntungan adalah besar keuntungan yang diinginkan. Hal ini bisa ditentukan oleh
Anda sendiri sebagai pemilik apotek. Untuk kisaran besar marjin adalah 25% atau
30%.Kemudian ada PPN 10% yang memang menjadi pajak wajib proses transaksi dari
produsen hingga ke konsumen.
● Perhitungan tersebut bisa diterapkan untuk obat yang dibeli sudah dalam kemasan dan
hanya tinggal menjualnya pada konsumen. Tapi, untuk obat yang harus diracik terlebih
dahulu oleh apoteker,HJA-nya akan ditambah dengan jasa peracikan. Untuk menentukan
harga jasa apoteker, besarannya tergantung tingkat kerumitan peracikan obat dan
apoteker.
Metode menentukan harga jual obat
● Harga jual obat biasa disebut dengan harga jual apotek.
Cara utama yang bisa Anda terapkan dalam penjualan
obat agar tidak merugi adalah dengan mencari harga
jual apotek atau yang umum disebut HJA. Harga jual
obat untuk apotek dihitung dengan mempertimbangkan
harga netto, PPN 10%, serta marjin keuntungan yang
diinginkan. Atau bisa juga dengan cara lain yaitu
menghitung harga nettp dengan marjin keuntungan
langsung.
Menghitung Harga Jual Apotek
● Dalam mendapatkan total harga obat yang akan dijual di apotek. Salah satunya bisa
dengan menggunakan menggunakan rumus. Yaitu rumus HJA, berikut rumus
tersebut.
● Rumus HJA
● HJA = HNA + PPN + Profit
● Keterangan :
● HJA : Harga jual apotek
● HNA : Harga netto apotek
● PPN : Pajak pertambahan nilai
● Profit : Jumlah keuntungan yang akan diambil
● Dari rumus tersebut diketahui bahwa terdapat juga ppn yang harus dijumlahkan.
PPN merupakan kebijakan dari pemerintah, untuk semua barang yang beredar dari
produsen ke distributor harus ditambahkan nilainya. Pajak yang tercantum atau
digunakan biasanya ditentukan sebesar 10%.
Contoh Kasus
PBF Ensefal membawa obat dari Gudang PBF ke apotek. Dimana PBF Ensefal mengirim
Lansoprazol sebanyak 10 box dengan harga 60.000/box @100 tab. Belum termasuk PPN. Profit
yang akan diambil oleh apotek adalah 20%. Berapa total harga jual yang harus diberikan apotek?