04
RUMAH SAKIT Tk. IV 02.07.05 dr. NOESMIR
Jl. dr. Moh. Hatta No. 64 Bakung Baturaja
E-mail: rumkit_dr.noesmirbaturaja@yahoo.co.id
Telp. (0735) 320123, FAX (0735) 321287
tentang
Menimbang :1. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan dan untuk
tertib administrasi Rumah Sakit Tk. IV 02.07.05 dr. Noesmir, maka
perlu adanya kebijakan Pelayanan Pencegahan dan pengendalian
Infeksi.
Ditetapkan di : Baturaja
pada Tanggal : Desember 2015
KEBIJAKAN PELAYANAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RUMAH SAKIT Tk. IV 02.07.05 Dr. NOESMIR
BATURAJA
I. KEBIJAKAN UMUM
c. Komite dan Tim PPI mempunyai tugas, fungsi dan kewenangan yang
jelas sesuai dengan Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang dikeluarkan
oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2011.
d. Pelaksanaan PPI dikelola dan diintegrasikan antara struktural dan
fungsional disemua unit dan menjadi tanggung jawab seluruh staf dan
karyawan.
2. KEWASPADAAN STANDAR
Meliputi kebersihan tangan, pemakaian alat pelindung diri,disinfeksi dan
sterilisasi, tatalaksana linen, penatalaksanaan limbah dan benda tajam,
pengendalian lingkungan, praktik menyuntik yang aman,kebersihan
pernafasan/etika batuk, praktek lumbal punksi, perawatan peralatan
pasien,penatalaksanaan linen,program kesehatan karyawan,penempatan
pasien.Kewaspadaan standar diterapkan secara menyeluruh di semua
area RS dengan mengukur risiko yang dihadapi pada setiap situasi dan
aktivitas pelayanan sesuai Panduan PPI.
3. KEBERSIHAN TANGAN
a. Prosedur pembersihan tangan denagn antiseptic harus dilakukan oleh
petugas kesehatan , keluarga , pengunjung yang berhubungan
langsung dengan pasien atau lingkungan pasien.
b. Indikasi kebersihan tangan secara umum :
Segera : setelah tiba di tempat kerja
Sebelum :
Kontak langsung dengan pasien
Memakai sarung tangan sebelum pemeriksaan klinis dan
tindakan invasif
Menyediakan / mempersiapkan obat-obatan
Mempersiapkan makanan
Memberi makan pasien
Meninggalkan rumah sakit
Diantara : prosedur tertentu pada pasien yang sama dimana
tangan terkontaminasi untuk menghindari kontaminasi silang
Setelah :
Kontak dengan pasien
Melepas sarung tangan
Melepas alat pelindung diri
Kontak dengan darah, cairan tubuh, sekresi, ludah, dahak,
muntahan,urine, keringat dan peralatan yang diketahui atau
kemungkinan terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh,
pispot, urinal baik menggunakan atau tidak menggunakan
sarung tangan.
Menggunakan toilet, menyentuh / melap hidung dengan
tangan (batuk/bersin).
Menyentuh lingkungan di sekitar pasien
f. Jenis kebersihan tangan untuk seluruh ruangan / bagian (klinis & non-
klinis) di RS Tk. IV 02.07.05 dr. Noesmir Baturaja, yaitu :
Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun (sosial)
Kebersihan tangan dengan air mengalir dan sabun antiseptik
chlorhexidine 2% (aseptik)
Kebersihan tangan dengan larutan berbahan dasar alkohol
(handrub)
Kebersihan tangan sebelum pembedahan dengan larutan
antiseptik chlorhexidine 4 % (surgical).
c. Transportasi pasien infeksi dari satu unit ke unit lain harus dibatasi
seminimal mungkin dan bila terpaksa harus memperhatikan prinsip
kewaspadaan isolasi.
10. PEMAKAIAN ULANG PERALATAN & MATERIAL SEKALI PAKAI (single use
yang dire-use).
Dapat digunakan kembali sesuai dengan rekomendasi manufactur-nya.
Alat Medis Sekali Pakai ( AMSP ) dapat digunakan ulang (reuse of single
use devices) sesuai kebijakan RS.
a. AMSP dapat diproses secara benar/tepat (rasional) dan hasil sterilisasi
masih efektif dan efisien baik secara fisik /fungsi, kualitas serta aman
digunakan bagi pasien.
b. Alat single use setelah dipakai dibung di tempat yang sudah disiapkan.
c. AMSP sangat dibutuhkan penggunaannya, tetapi sulit diperoleh atau
sangat mahal harganya
d. Pemrosesan AMSP yang disterilkan dan digunakan kembali harus melalui
proses pencatatan dan pengawasan mutu di bagian Unit Sterilisasi.
e. AMSP yang non steril dilakukan pengawasan mutu dengan melihat
secara visual dan fungsi dari alat / bahan.
f. Daftar AMSP yang akan digunakan kembali ditentukan oleh RS.
g. Adanya form daftar peralatan alat single use yang di re-use.
h. Adanya form daftar monitoring alar single use yang dire-use.
13 PENGELOLAAN MAKANAN
Pengelolaan makanan di instalasi gizi memperhatikan standar sanitasi
makanan minuman, alat, lingkungan produksi dan higiene perorangan
penjamah makanan.
a. Semua bahan makanan yang disiapkan sampai dengan disajikan kepada
pasien, pegawai atau pengunjung dikelola sesuai pedoman dan standar
prosedur pelayanan instalasi gizi agar terhindar dari pencemaran dan
penularan infeksi melalui makanan
b. Penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam
keadaan bersih,terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya dan hewan
lain serta suhu penyimpanan disesuaikan dengan jenis bahan makanan.
c. Pengolahan makanan dilakukan berdasarkan standar resep.
d. Kegiatan penyimpanan bahan makanan dilakukan oleh unit gizi sesuai
bahan makanan kering atau basah disimpan sesuai tempat yang telah
ditentukan dan penyimpanan makanan segar disimpan di refrigenerator.
e. Ketepatan waktu Pemberian makan pasien yang sudah terjadwal.
f. Tidak adanya kesalahan dalam pemberian diet dengan dilampirkanya
label nama pasien, nomor rekam medic, dan jenis diet.
g. Alat makan kembali dalam keadaan utuh, tidak rusak dan hilang.
a. Praktek menyuntik aman harus dilakukan oleh dokter atau perawat yang
mempunyai kompetensi
b. Pakai jarum yang steril, sekali pakai, pada tiap suntikan untuk mencegah
kontaminasi pada peralatan injeksi dan terapi.
c. Vial/ampul/botol infus untuk single use harus dapat digunakan dengan
cara yang dapat menjaga syarat aseptik.
d. Multi dose vial digunakan
Hanya digunakan untuk satu orang pasien
Setiap mengakses via multi dose harus menggunakan jarum dan spuit
yang steril
Tidak disimpan atau dibawa ke kamar pasien atau ruang tindakan
kecuali vial tersebut hanya diperuntukkan untuk satu orang pasien
tertentu.
Setelah digunakan untuk pertama kali, harus dicantumkan tanggal
pertama kalivial dibuka dan tanggal beyond use date pada etiket obat.
e. Cairan infus dalam botol (plastik atau kaca) tidak dapat digunakan
bersama sama untuk beberapa pasien.
j. Agar KLB IRS tidak meluas, Komite PPI bersama IPCLN dan perawat
ruangan melakukan langkah-langkah pencegahan dan pembatasan
dengan cara:
Melaksanakan dan mengawasi secara ketat pelaksanaan cuci tangan
yang benardan tepat.
Menggunakan dan mengawasi penggunaan sarung tangan dan APD
lain sesuai indikasi.
Melakukan dan mengawasi pembuangan limbah dengan benar
Melakukan pemisahan pasien yang terinfeksi, disatukan dengan
pasien yang sama-sama terinfeksi/kohorting dan menentukan staf
yang akan memberikan penanganan (dipisahkan dengan staf lainnya)
Apabila diperlukan mengusulkan kepada Karumkit untuk mengisolasi
ruangan atau mengisolasi pasien bersangkutan yang dianggap
tercemar olehinfeksi.
Mengawasi ketat penerapan Kewaspadaan Standar.
Ruangan yang terjadi KLB harus didisinfeksi.
k. Komite PPIRS melakukan dokumentasi tentang kejadian dan tindakan
yang telah diambil terhadap data atau informasi KLB.
n. Komite PPI menyatakan KLB selesai jika dua kali masa inkubasi
terpanjang tidak ditemukan kasus baru.
o. Ruangan yang terjadi KLB harus disinfeksi dan pasien nya harus di
isolasi.
a. Swab dilakukan 1 kali setahun untuk area kritis (zona risiko tinggi dan
sangat tinggi)
d. Makukan swab ruangan dan uji kualitas udara, khususnya di area berisiko
tinggisebelum ruangan digunakan.
d. Pembersihan lingkungan
Menggunakan cairan desinfektan untuk RS sesuai dengan pedoman
RS
Tempat tidur/ kursi, meja, permukaan meja operasi, permukaan meja
instrument dibersihkan setiap selesai dipakai pasien dengan
menggunakan clorin 0,05 % atau desinfektan yang lain sesuai
kebijakan Rumah Sakit
Penanganan limbah, sampah medis (infeksius) dalam kantong kuning
kemudian dibakar di incenerator, benda tajam masuk ke dalam box
safety,sampah umum/rumah tangga (non infeksi) dibuang di TPA.
Penanganan tumpahan darah atau bahan infeksi harus dibersihkan
sesuai SPO.
e. Pasien Operasi
Pasien berhenti merokok 1 bulan sebelum operasi.
Mandi pasien dengan antiseptik malam dan pagi hari sebelum operasi.
Cukur rambut, dilakukan bila benar-benar diperlukan segera sebelum
operasi dengan menggunakan clipper bukan razor.
Post operasi, meliputi pencegahan dan rawatan pasien sebelum,
selama pasien dan sesudah pasien operasi.
Penderita TB sewaktu dibawa masuk kamar operasi segera langsung
masuk kamar operasi tidak diperbolehkan menunggu di lingkungan
kamar operasi. Masker bedah harus dipakai pasien selama pasien
dipindah ke kamar operasi
Pasien TB harus dipulihkan kesadarannya diruang kamar operasi /
ruang anastesi, tidak boleh diruangan pemulihan.
f. Petugas
Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada petugas kamar bedah
Memberikan motivasi kepada petugas.
Petugas tidak memakai jam tangan, gelang, cincin.
Tidak berkuku panjang dan memakai kutek
Petugas yang sakit menular dilarang untuk bekerja di kamar bedah.
26. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI KAMAR BERSALIN
a. Pencegahan standar
Baju / gaun panjang dan sarung tangan harus digunakan pada semua
proseduryang bersentuhan dengan darah atau cairan tubuh pasien,
termasuk jugakebersihan peralatan dan lingkungan, pemeriksaan
plasenta.
Pelindung mata (goggles) dipakai pada setiap prosedur persalinan.
Semua benda tajam yang terkontaminasi oleh darah harus langsung
dibuangkedalam sharp container yang telah tersedia.
Semua linen yang terkena noda darah dimasukkan kedalam kantong
berwarnakuning.
Staff yang mempunyai lesi/luka terbuka atau goresan pada tangan
mereka harusmenutup luka tersebut dengan plester kedap air dan
selalu menggunakan sarungtangan saat menangani persalinan.
Staff yang bekerja dikamar bersalin harus ikut dalam program vaccinasi
HepatitisB.
Semua tissue dan sampah yang terkontaminasi dengan darah harus
dibuang kedalam kantong plastik kuning.
Mengetahui,
Kepala Rumah Sakit Tk. IV 02.07.05 Baturaja, Desember 2015
dr. Noesmir Baturaja Ketua Komite PPI
dr. Ely Sakti P Sihotang, Sp.B dr. Anggiat Aritonang, Sp.PD ,FINASIM
Mayor Ckm NRP 11030008060777