Anda di halaman 1dari 6

Acta Psychologia, Volume 1 Nomor 2, 2019, Halaman 149-154

Acta Psychologia
Available online at: http://journal.uny.ac.id/index.php/acta-psychologia

Perbedaan Organizational Citizenship Behavior Guru Sekolah


ditinjau dari Jenis Kelamin
Rahma Wiranti Lestari
Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta;
Jl. Colombo No. 1 Sleman Yogyakarta, 55281
arinurastirahma@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan Organizational Citizenship Behavior (OCB) pada guru Sekolah
Dasar yang ditinjau dari jenis kelamin. Penelitian ini dilakukan pada guru Sekolah Dasar Kecamatan Gedongtengen
dengan populasi guru sejumlah 63 subjek. Pengumpulan data menggunakan skala Organizational Citizenship
Behavior yang terdiri dari 5 aspek yaitu conscientiousness, sportsmanship, civic virtue, courtesy, dan altruism. Pengujian
validitas dan reliabilitas skala OCB menggunakan uji ahli dan uji reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,853.
Sementara itu, untuk uji perbedaan digunakan independent samples t-Test. Hasil analisis data menunjukkan adanya
perbedaan OCB pada guru laki-laki dan perempuan. Pada uji hipotesis yang dilakukan, diperoleh hasil (t = 2,612; df
57; p<0.005) hal itu menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kelompok guru laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan hasil OCB guru laki-laki lebih tinggi dibandingkan guru perempuan.

Kata Kunci: organizational citizenship behavior, guru, jenis kelamin

Abstract
This study aims to determine the difference Organizational Citizenship Behavior (OCB) on elementary school
teachers viewed by gender. This study was conducted on elementary school teachers in Gedongtengen district with
a teacher population of 63 subjects. Data collection used Organizational Citizenship Behavior scale consisting of 5
aspects such as conscientiousness, sportsmanship, civic virtue, courtesy, and altruism. The validity and reliability
testing of the OCB-scale used expert testing and the reliability test of Alpha Cronbach amounted to 0.853.
Meanwhile, to test the difference is used independent samples t-Test. Data analysis results indicate OCB differences
in male and female teachers. On the hypothesis test conducted, obtained results (t= 2.612; df 57; p < 0.005) showing
that there is a difference between a group of male and female teachers. Based on the calculation results, the results
of the male teacher OCB are higher than the female teacher.

Keywords: organizational citizenship behavior, teachers, gender

Pendahuluan itu sendiri ataupun keterbatasan mengenai


tuntutan yang diharapkan dari profesi guru.
Guru memiliki arti penting untuk
keberhasilan pendidikan. Peran penting Menurut Katz (1964) terdapat tiga
guru sebagai pengajar sekaligus pendidik kategori perilaku kerja yaitu individu terikat
merupakan faktor penentu keberhasilan dan ada di dalam organisasi, diwajibkan
pendidikan (Rida, Dantes, & Dantes, 2013). menyelesaikan peran khusus dalam
Berdasarkan perilaku keorganisasian, pekerjaannya, dan mengharuskan terikat
tuntutan yang dihadapi guru sebagai pada aktivitas yang inovatif dan spontan di
seorang yang profesional memiliki beberapa luar perannya. Kategori terakhir itu yang
keterbatasan. Keterbatasan tersebut dapat dikatakan sebagai extra role atau organizational
berupa keterbatasan yang dimiliki oleh guru citizenship behavior. Organizational Citizenship
Copyright © 2019, Acta Psychologia - 149
Behavior (OCB) merupakan perilaku positif organisasi atau pekerjaan baik laki-laki dan
yang menguntungkan organisasi, namun perempuan diharapkan dapat bekerja
bukan termasuk dalam tugas pokoknya dengan baik bahkan memenuhi harapan
(Duffy & Lilly, 2013). Menurut Organ lebih dari organisasi. Harapan lebih tersebut
(1988) OCB dapat meningkatkan fungsi ialah Organizational Citizenship Behavior
efektif organisasi, hal ini termasuk sekolah. (OCB). Guru yang memiliki OCB yang
Sekolah merupakan organisasi yang tinggi akan sukarela melakukan hal-hal
menaungi para guru diharapkan dapat positif yang bersifat membangun sekolah.
berjalan dengan baik, Jafari dan Bidarian Guru yang memiliki OCB tinggi akan
(2012) menganggap bahwa ada beberapa senang bekerja di sekolah dan merasa
faktor yang melandasinya seperti perilaku bahwa ia bagian dari sekolah. Sebaliknya
organisasi, komitmen, tanggung jawab, jika OCB rendah, guru tidak terdorong
sikap berani dan pekerja yang bijaksana. dalam melakukan tugasnya, dan cenderung
Faktor pekerja ini sama halnya dengan guru mengabaikan perkembangan sekolah.
yang berada di sekolah. Dapat dikatakan
bahwa faktor guru yang bijaksana Pada penelitian Beauregard (2000)
merupakan salah satu faktor paling dasar perempuan diharapkan memiliki OCB yang
dalam keberhasilan sekolah. Guru di lebih dan mendapatkan hukuman
sekolah dituntut tidak hanya melaksanakan (punishment) jika tidak melakukannya. Piercy,
tugasnya sebagai seorang guru, melainkan Lane, dan Craves (dalam Dewi & Perdhana,
juga mampu beradaptasi dengan lingkungan 2016) mengemukakan bahwa perempuan
sekolah. Salah satunya dengan rekan kerja. lebih terlibat banyak OCB dibanding laki-
Guru diharapkan mampu berkoordinasi laki. Sementara itu laki-laki tidak diharapkan
dengan baik, membantu rekan, ataupun memiliki OCB tinggi dan mendapatkan
menghindari perilaku yang merugikan apresiasi jika memiliki OCB yang tinggi.
sekolah. Perempuan seringkali memiliki OCB yang
lebih tinggi dibanding laki-laki karena
Pada sektor pendidikan seperti sekolah, dianggap lebih rela membantu orang dan
pekerja perempuan relatif lebih banyak lebih murah hati (Farrel & Finkelstein
jumlahnya dibanding pekerja laki-laki (Sari, dalam Dewi & Perdhana, 2016).
Sampeadi dan Sunardi, 2018). Jenis kelamin
dalam partisipasi angkatan kerja untuk laki- Belum banyak penelitian yang berfokus
laki 80% sementara 50.2% untuk pada jenis kelamin dan pengaruhnya pada
perempuan berdasarkan data yang OCB menurut Punia dan Shyam (2017).
dikeluarkan ILO (International Labour Penelitian dari masalah OCB dan jenis
Organization) tahun 2014. Terkait dengan kelamin ini didasarkan oleh pentingnya
guru, guru laki-laki dan perempuan OCB terhadap organisasi. Setiap organisasi,
memiliki karakteristik psikologis dan fisik dalam hal ini sekolah memiliki tujuan agar
yang berbeda, terutama dalam melakukan ada kontribusi yang dilakukan guru untuk
pekerjaan (Sari, Sampeadi & Sunardi, 2018). menunjang keefektifan sekolah. Dalam
Hal tersebut yang memunculkan perilaku penelitian yang telah dilakukan, ada hasil
laki-laki dan perempuan berbeda dalam yang bertentangan antara pengaruh jenis
masyarakat maupun lingkup pekerjan. Laki- kelamin dan OCB. Di lapangan juga
laki dan perempuan mempunyai tuntutan ditemukan data yang berbeda dengan data
yang berbeda di masyarakat, termasuk guru empiris yang ada. Mengingat peran penting
di sekolah. Strereotipe masyarakat terhadap OCB yang bagi sekolah, maka tingkat OCB
jenis kelamin juga berbeda-beda. Hal itulah seharusnya baik agar membantu
yang membedakan jenis kelamin dalam meningkatkan produktivitas dan efektivitas
sudut pandang peran di masyarakat dari sekolah. Sehingga dapat diketahui
(Ahdiah, 2013). Di sisi lain, dalam konteks tingkatan OCB pada guru laki-laki maupun

Copyright © 2019, Acta Psychologia - 150


perempuan sebagai salah satu dasar untuk sikap, pendapat, maupun persepsi individu
menjadikan efektivitas sekolah lebih baik atau kelompok terhadap fenomena sosial
dari sebelumnya. Oleh karena itu pada (Sugiyono, 2012). Instrumen didasarkan
peneliti melakukan penelitian untuk pada Teori Organ 1988 yang berisi 5
mengetahui perbedaan OCB pada guru SD dimensi yaitu conscientiousness, sportsmanship,
ditinjau dari jenis kelamin. civic virtue, courtesy, dan altruism. Kisi- kisi
OCB dapat dilihat pada Tabel 1.
Metode Penelitian
Tabel 1. Kisi-kisi skala Organizational
Jenis penelitian Citizenship Behaviour
Penelitian ini menggunakan pendekatan Aspek Indikator
kuantitatif. Jenis penelitian ini termasuk Conscientiousness  Melaksanakan tugas lebih
dalam penelitian ex post facto karena variabel (melakukan hal-hal dari harapan sekolah
yang  Menaati peraturan yang ada
yang digunakan tidak bisa dimanipulasi dan menguntungkan di sekolah
kejadian sudah sudah terjadi (Sugiyono, untuk sekolah)
2012) Sportmanship  Mampu memandang
(toleransi pada sekolah sebagai tempat yang
Waktu dan tempat penelitian kekurangan yang nyaman untuk bekerja
dimiliki sekolah  Menghindari hal-hal yang
Penelitian ini dilakukan mulai Januari- Mei tanpa mengeluh) menimbulkan pengaruh
2019. Tempat penelitian dilakukan pada negatif pada sekolah
seluruh guru SD di Kecamatan
Gedongtengen. Civic Virtue  Melakukan hal-hal di luar
(peduli terhadap mengajar untuk mewakili
Subjek penelitian sekolah dengan sekolah pada kegiatan
terlibat pada tertentu
Subjek dalam penelitian ini adalah guru kelangsungan  Memantau perkembangan
sekolah dasar di Kecamatan Gedongtengen. sekolah) sekolah melalui media
Populasi guru Sekolah Dasar di Kecamatan informasi di sekolah
Gedongtengen sejumlah 63. Adapun yang Courtesy  Mampu menghargai privasi
terlibat menjadi subjek penelitian yaitu 22 (menjaga hubungan guru lain
guru laki-laki dan 37 guru perempuan. baik dengan sesama)  Tidak menggumbar
keburukan sesama guru
Prosedur Altruism  Menolong rekan kerja dalam
(menolong rekan penyelesaian pekerjaan
Prosedur pengumpulan data dalam kerja sesama guru) tanpa paksaan
penelitian ini menggunakan skala
Organizational Citizenship Behavior Teknik Analisis data
(OCB). Subjek akan menilai pernyataan- Uji hipotesis penelitian dilakukan yaitu
pernyataan yang sesuai dengan dirinya Independent sample t-test dengan bantuan
maupun tidak berdasarkan pilihan jawaban program SPSS. Uji tersebut ditujukan untuk
yang ada. Terdapat 23 pernyataan yang menguji perbedaan dua rata-rata kelompok
diberikan serta 4 pilihan jawaban berupa yaitu OCB guru laki-laki dan OCB guru
sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan perempuan. Hipotesis di penelitian ini yaitu
tidak setuju. Tidak ada jawaban benar atau terdapat perbedaan OCB antara guru laki-
salah dalam pengisian skala. laki dan guru perempuan di Sekolah Dasar
yaitu OCB guru perempuan lebih tinggi
Teknik pengumpulan data dan instrumen dibanding guru laki-laki.
Dalam pengambilan data, instrumen
yang digunakan merupakan skala OCB. Dalam melakukan uji t-test terdapat
Skala OCB ini digunakan untuk mengukur uji prasyarat yang dipenuhi peneliti terlebih
dahulu yaitu uji normalitas dan

Copyright © 2019, Acta Psychologia - 151


homogenitas. Menurut Siegel (1994) syarat Hasil Uji Hipotesis
dilakukan uji t antara lain yaitu data Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui
independen, berdistribusi normal, memiliki
bahwa nilai Kolmogorov-Smirnov pada
varians yang sama atau homogen, dan
variabel terukur setidaknya skala interval. data kelompok laki-laki sebesar 0.111
Sudijono (2008) mengatakan bahwa dengan p=0.200. Adapun pada data pada
terdapat perbandingan dua buah sampel kelompok perempuan sebesar 0.109 dengan
pada uji t kecil, yaitu n<30 yang satu sama p=0.200. Dengan demikian kedua data
lain memiliki hubungan dan tidak. berdistribusi normal. Kemudian hasil uji
Sementara itu menurut Singgih (2004), homogenitas dengan Levene test diperoleh
t-test memiliki 3 syarat yaitu data berjenis signifikansi (p) sebesar 0.19 sehingga tidak
interval atau rasio, jumlah sampel 2, dan ada perbedaan varian antar kelompok
hubungan antar sampel harus bebas. Pada sehingga data homogen. Analisis kemudian
dasarnya untuk mengetahui adanya dilakukan dengan uji independent sample t-test.
perbedaan dengan uji t dapat dilakukan Hasil uji independent sample t-test diperoleh
apabila data berdistribusi normal dan perbedaan mean antara dua kelompok
homogen (Yusri, 2013). sebesar 4.538 dengan nilai t=2.612 (df=57)
Hasil Penelitian dan Pembahasan dan nilai signifikansi (p) <.05 sehingga
terdapat perbedaan skor OCB yang
Hasil Uji Deskriptif signifikan antara guru laki-laki
(mean=80.727) dan perempuan
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata
skor OCB pada guru laki-laki lebih tinggi (mean=76.189).
daripada guru perempuan. Rata-rata skor Tabel 4. Perbedaan mean tiap aspek dalam
OCB pada guru laki-laki (n1=22) sebesar
OCB
80.727 adapun pada guru perempuan
Aspek Laki-laki Perempuan
(n2=37) rata-rata skor OCB sebesar 76.189.
Tabel 2. Data deskriptif OCB Conscientiousness 3.53 3.42
Laki-laki Perempuan Sportmanship 3.64 3.37
Civic Virtue 3.44 3.21
n 22 37
Courtesy 3.46 3.23
mean 80.727 76.189 Altruism 3.40 3.29
minimum 67 62
Berdasarkan tabel 4, rata-rata nilai aspek
maksimum 88 89
pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan
Skor OCB juga dikategorisan menjadi tiga perempuan. Meskipun demikian, pada
kategori yaitu tinggi, rendah, dan sedang. aspek conscientiousness atau hal-hal yang
Pada tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian dilakukan menguntungkan sekolah,
besar guru laki-laki yaitu 63.6% memiliki perempuan dan laki-laki hanya berselisih
OCB di kategori sedang, begitu pula guru sedikit yaitu 0.11 serta pada aspek altruism
perempuan yaitu 59.5%. atau sikap untuk menolong sesama guru,
perempuan hanya berselisih 0.11 di bawah
Tabel 3. Data deskriptif OCB
Laki-laki Perempuan laki-laki. Artinya, pada kedua aspek tersebut
pada kelompok laki-laki maupun
Tinggi 31.8% 13.5%
perempuan hampir sama atau cenderung
Sedang 63.6% 59.5%
seimbang.
Rendah 4.5% 27%

Copyright © 2019, Acta Psychologia - 152


Pembahasan dalam sekolah, kepribadian guru dan
komitmen terhadap organisasi sekolah.
Berdasarkan hasil uji independent sample t-test,
Faktor lainnya yaitu masa kerja, usia, dan
hipotesis penelitian yang menyatakan
tingkat pendidikan. OCB tidak hanya
terdapat perbedaan skor OCB pada guru
dipengaruhi oleh satu faktor melainkan
laki-laki dan perempuan terbukti. Namun di
berbagai faktor, salah satunya jenis kelamin.
penelitian ini skor OCB guru laki-laki
Penelitian ini juga mendapatkan data dari
ditemukan lebih tinggi dibanding guru
usia dan masa kerja, meskipun demikian
perempuan. Tingkat organizational citizenship
pengaruh kedua faktor tersebut kecil untuk
behavior pada laki-laki dan perempuan di
menentukan tingkat OCB.
kategori sedang. Namun, OCB pada laki-
laki memiliki kecenderungan lebih tinggi Kemungkinan yang paling besar
dibandingkan dengan perempuan. Hal ini sebagai alasan bahwa organizational citizenship
terlihat pada rata-rata hasil OCB yang behavior laki-laki lebih besar dari perempuan
menunjukkan bahwa nilai OCB kelompok adalah karakteristik laki-laki dan perempuan
laki-laki sebesar 80.73 sementara pada serta kepribadian individu. Laki-laki
perempuan 76.19. cenderung diharapkan menjadi sosok yang
bertanggung jawab dan menjadi pemimpin
Keseluruhan rata-rata OCB
yang baik dalam lingkup pekerjaannya.
kelompok guru laki-laki dan perempuan
Berbanding terbalik dengan perempuan
memiliki selisih yang cukup jauh. Apabila
yang masih dipandang lebih cocok dalam
dilihat dari aspek-aspek yang membentuk
lingkup rumah tangga, bukan dunia kerja.
OCB, maka hanya terdapat perbedaan
Hal ini berdampak pada respon individu
sedikit antara OCB laki-laki dan perempuan
yang berbeda-beda, terutama laki-laki dan
walaupun pada semua aspek laki-laki
perempuan. Selain itu faktor internal dari
memiliki nilai yang lebih baik dibanding
individu seperti kepribadian individu. Baik
perempuan. Pada aspek conscientiousness dan
laki-laki maupun perempuan memiliki
altruism laki-laki memiliki rata-rata yang
kepribadian yang berbeda- beda dan
lebih baik sebesar 0.11. Selisih nilai tersebut
cenderung menetap.
dapat dikatakan kecil jika dibandingkan
aspek lainnya. Artinya hanya terdapat Berdasarkan kemungkinan yang telah
perbedaan sedikit lebih baik laki-laki dibahas sebelumnya, pada penelitian ini
dibanding perempuan pada aspek tersebut. terdapat hal lain yang membuat OCB pada
guru laki-laki lebih tinggi dibandingkan
Adanya kecenderungan perbedaan
perempuan. Banyak faktor yang
hasil yang lebih tinggi kelompok guru laki-
mempengaruhi OCB, salah satunya adalah
laki dibandingkan dengan kelompok guru
jenis kelamin. Artinya bahwa jenis kelamin
perempuan pada tingkat organizational
bukan satu-satunya penentu tinggi
citizenship behavior dimiliki berbeda
rendahnya OCB seseorang. Berbagai faktor
dengan pernyataan Morrison (1994) yang
eksternal maupun internal lain seperti
menyatakan bahwa OCB perempuan lebih
keadaan guru saat itu dan kepribadian yang
baik dibanding OCB laki-laki. Fokus pada
dibentuk laki- laki dan perempuan tentu
penelitian ini yaitu OCB guru yang ditinjau
berbeda.
dari jenis kelamin meskipun OCB laki-laki
memiliki rata-rata yang lebih tinggi Simpulan dan Saran
dibanding perempuan yang kemungkinan
didapatkan karena beberapa faktor lain. Simpulan
Menurut Organ dalam Titisari (2014) OCB
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti Berdasarkan penelitian, terdapat perbedaan
motivasi, moral guru, budaya organisasi Organizational Citizenship Behavior (OCB)
pada guru laki-laki dan perempuan di SD se-

Copyright © 2019, Acta Psychologia - 153


Kecamatan Gedongtengan. Guru laki-laki perspective. Academy of Management
memiliki rata-rata skor OCB yang lebih Journal, 37, 1543-1567.
tinggi dibanding guru perempuan. Organ, D.W. (1988). Organizational citizenship
behavior: The good soldier syndrome.
Saran
Lexington, MA: Lexington Books.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Punia, A.P. & Shyam,
dilakukan, terdapat saran bagi penelitian
Purnia, A.P., & Shyam, R. (2017). Gender
selanjutnya. Penelitian selanjutnya
difference in of organisational
diharapkan dapat menggali lebih dalam
behavior (OCB) and motives
faktor-faktor lain yang mempengaruhi
underlying OCB. Psychology and
OCB. Jenis kelamin dalam penelitian ini
Behavioral Science International Journal,.
menunjukkan bahwa OCB laki-laki lebih
2, 1-5.
tinggi dibanding perempuan, berbeda
dengan penelitian-penelitian sebelumnya Rida, M., Dantes, N. & Dantes, K.R. (2013).
yang menyatakan bahwa perempuan Hubungan motivasi kerja, masa
diharapkan memiliki OCB yang lebih kerja dan kesejahteraan guru
dibanding laki-laki. terhadap profesionalisme guru
sekolah dasar negeri di Gugus II
Daftar Pustaka Kecamatan Sukasada. E-journal
Program Pascasarjana Universitas
Ahdiah, I. (2013). Peran-peran perempuan Pendidikan Ganesha, 3, 1-10.
dalam masyarakat. Jurnal Academica ,
5(2), 1085-1092. Sari, R., Sampeadi, & Sunardi. (2018).
Perbedaan organizational
Dewi, R.M. & Perdhana, M.S. (2016). Peran citizenship behavior (OCB),
gender, usia, dan tingkat pendidikan kepuasan kerja dan stres kerja
terhadap organizational citizenship berdasarkan gender pada perawat
behavior (OCB). 5, 1-9. instalasi rawat inap RSD Balung
Duffy, J.A., & Lilly, J. (2013). Do individual Kabupaten Jember. Bisma, 12, 31-
needs moderate the relationships 340.
between organizational citizenship Siegel. S. (1994). Statistik non parametrik
behavior, organizational trust and untuk ilmu- ilmu sosial. Jakarta:
perceived organizational support?. Gramedia
Journal of Behavioral and Applied
Management, 14, 185. Sudijono, A. (2008). Pengantar statistik
pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Jafari, P., & Bidarian, S. (2012). The Persada.
relationship between organizational
justice and organizational Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif
citizenship behavior. Procedia- Social kualitatif dan R&B. Bandung:
and Behavioral Sciences, 47, 1815– Alfabeta.
1820. Titisari, P. (2014). Peranan organizational
Katz, D. (1964). The motivational basis of citizenship behavior (OCB) dalam
organizational behaviour. meningkatkan kinerja karyawan.
Behavioural Science, 9, 131-146. Jakarta : Mitra Wacana Media.

Morrison, E.W. (1994). Role definitions and Yusri. (2013). Statistika sosial: aplikasi dan
organizational citizenship behavior: interpretasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
The importance of the employee's

Copyright © 2019, Acta Psychologia - 154

Anda mungkin juga menyukai