Anda di halaman 1dari 10

KETERAMPILAN DASAR KEPERAWATAN

Dosen Pengampuh Mata Kuliah : Ns.Hasbullah, S. Kep. M. Kes.

KEPERAWATAN LUKA MENURUT BEBERAPA AHLI

DISUSUN OLEH

Taqy Fauzan (202103105)

INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA

MAKASSAR 2022

i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
A.Definisi Luka.......................................................................................1
B.Fase Penyembuhan Luka ..................................................................3
C.Klasifikasi Luka...................................................................................3
D.Tipe Penyembuhan............................................................................8
E.Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan........................................9

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................11

ii
BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian Luka
Luka adalah gangguan dari kondisi normal pada kulit (Taylor, 1997). luka
adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau pembedahan.
Luka bisa diklasifi kasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat, proses
penyembuhan, dan lama penyembuhan Casey G. Modern wound dressings
(2000). Perawatan luka adalah membersihkan luka, mengobati dan
menutup luka dengan memperhatikan teknik steril(Kartika, 2015).
B. Fase penyembuhan luka
Menurut Arisanty (2014), secara fisiologis tubuh dapat memperbaiki
kerusakan
jaringan kulit (luka) sendiri yang dikenal dengan penyembuhan luka.
Penyembuhan luka dapat dibagi ke dalam tiga fase, yaitu fase inflamasi,
proliferasi, dan fase maturasi atau remodeling.
a. Fase Inflamasi Fase inflamasi terjadi pada awal kejadian atau saat
luka terjadi (hari ke-0) hingga hari ke-3 atau ke-5 (Arisanty, 2014).
Menurut Sjamsuhidajat (2017), pembuluh darah yang terputus pada
luka akan menyebabkan perdarahan, dan tubuh berusaha
menghentikannya dengan vasokontriksi, pengerutan ujung pembuluh
darah yang putus (retraksi), dan reaksi hemostasis.
b. Fase Proliferasi Terjadi mulai hari ke-2 sampai ke-24 yang terdiri atas
proses destruktif (fase pembersihan), proses proliferasi atau
granulasi (pelepasan sel-sel baru/pertumbuhan), dan epitelisasi
(migrasi sel/penutupan) (Arisanty, 2014).
c. Fase Maturasi Fase maturasi atau remodelling terjadi mulai hari ke-
24 hingga satu atau dua tahun, yaitu fase penguatan kulit baru. Pada
fase ini terjadi proses epitelisasi, kontraksi, dan reorganisasi jaringan
ikat. Dalam setiap cidera yang mengakibatkan hilangnya kulit, sel
epitel pada pinggir luka dan dari sisa-sisa folikel rambut, serta
glandula sebasea dan glandula sudorifera, membelah dan mulai
bermigrasi di atas jaringan granula baru.
Adapun menurut Petter (1998), yakni terbagi menjadi:
1. Devensive/Tahap Inflamatory
Dimulai ketika sejak integritas kulit rusak/terganggu dan berlanjut
hinggas 4-6 hari. Tahap ini terbagi atas:
a. Homeostasis, Hemostasis adalah kondisi dimana terjadi konstriksi
pembuluh darah, membawa platelet menghentikan perdarahan.
Bekuan membentuk sebuah matriks fibrin yang mencegah
masuknya organisme infeksius.
b. Respon inflamatori,Respon inflammatory adalah saat terjadi
peningkatan aliran darah pada luka dan permeabilitas vaskuler
plasma menyebabkan kemerahan dan bengkak pada lokasi luka

3
c. Tibanya sel darah putih di luka, Sampainya sel darah putih di luka
melalui suatu proses, neutrophals membunuh bakteri dan debris
yang kemudian mati dalam beberapa han dan meninggalkan
eksudat yang menyerang bakteri dan membantu perbaikan
jaringan. Monosit menjadi makrofag, selanjutnya makrofag
membersihkan sel dari debris oleh pagositosis, Meningkatkan
perbaikan luka dengan mengembalikan asam amino normal dan
glukose. Epitelial sel bergerak dan dalam ke tepi luka selama
lebih kurang 48 jam.
2. Reconstruksion/Tahap Prolifrasi
Penutupan dimulai hari ke-3 atau ke-4 dan tahap defensive
dan berlanjut selama 2-3 minggu. Fibroblast berfungsi membantu
sintesis vitamin B dan C, dan asam amino pada jaringan kollagen.
Kollagen menyiapkan struktur, kekuatan dan integritas luka Epitelial
sel memisahkan sel-sel yang rusak.
3. Tahap Maturasi
Tahap akhir penyembuhan luka berlanjut selama 1 tahun atau
lebih hingga bekas luka merekat kuat.

C. Klasifikasi Luka
1. Berdasarkan Tipe Penyembuhan Luka

2. Berdasarkan Ada Tidaknya Hubungan dengan Luar Luka


Menurut Maryunani (2015), berdasarkan ada tidaknya hubungan
dengan luar luka dibedakan menjadi luka tertutup dan luka terbuka.
a. Luka tertutup (vulnus occlusum) Luka tidak melampaui tebal kulit.
Luka tanpa robekan pada kulit. Contohnya bagian tubuh yang
terpukul oleh benda tumpul, terpelincir, keseleo, daya deselerasi ke
arah tubuh (fraktur tulang, robekan pada organ dalam), luka abrasi,
kontusio atau memar.
b. Luka terbuka (vulnus apertum) Luka melampaui tebal kulit. Terlihat
robekan pada kulit atau membran mukosa. Contohnya trauma oleh
benda tajam atau tumpul (insisi bedah, pungsi vena, luka tembak).

3. Bedasarkan Anatomi kulit


Menurut Arisanty (2014), luka berdasarkan anatomi kulit atau
kedalamannya menurut National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP)
diklasifikasikan menjadi stadiu 1, stadium 2, stadium 3, stadium 4, dan
unstageable.
a. Stadium 1 Luka dikatakan stadium 1 jika warna dasar luka merah dan
hanya melibatkan lapisan epidermis, epidermis masih utuh atau tanpa
merusak epidermis. Epidermis hanya mengalami perubahan warna
kemerahan, hangat atau dingin (bergantung pada penyebab), kulit
melunak, dan ada rasa nyeri atau gatal. Contoh luka stadium 16 1

4
adalah kulit yang terpapar matahari atau sunburn dan saat kita duduk
pada satu posisi selama lebih dari dua jam, kemudian ada kemerahan
di gluteus (bokong), itu termasuk stadium 1.
b. Stadium 2 Luka dikatakan stadium 2 jika warna dasar luka merah dan
melibatkan lapisan epidermis-dermis. Luka menyebabkan epidermis
terpisah dari dermis dan/atau mengenai sebagian dermis (partial-
thickness). Umumnya kedalaman luka hingga 0,4 mm, namun
biasanya bergantung pada lokasi luka. Bula atau blister termasuk
kategori stadium 2 karena epidermis sudah terpisah dengan dermis.
c. Stadium 3 Luka dikatakan stadium 3 jika warna dasar luka merah dan
lapisan kulit mengalami kehilangan epidermis, dermis, hingga
sebagian hypodermis (fullthicknes). Umumnya kedalaman luka hingga
1 cm (sesuai dengan lokasi luka pada tubuh bagian mana). Pada
proses penyembuhan luka, kulit akan menumbuhkan lapisan-lapisan
yang hilang (granulasi) sebelum menutup (epitelisasi).
d. Stadium 4 Luka dikatakan stadium 4 jika warna dasar luka merah dan
lapisan kulit mengalami kerusakan dan kehilangan lapisan epidermis,
dermis, hingga seluruh hipodermis, dan mengenai otot dan tulang
(deep full-thickness). Undermining (gua) dan sinus masuk ke dalam
stadium 4.
e. Unstageable Luka dikatakan tidak dapat ditentukan stadiumnya
(unstageable) jika warna dasar luka kuning atau hitam dan merupakan
jaringan mati (nekrosis), terutama 17 jika jaringan nekrosis ≥ 50%
berada di dasar luka. Dasar luka yang nekrosis dapat dinilai
stadiumnya setelah ditemukan dasar luka merah (granulasi) dengan
pembuluh darah yang baik.

4. Berdasarkan Warna Dasar Luka


Menurut Arisanty (2014), luka dapat juga dibedakan berdasarkan
warna dasar luka atau penampilan klinis luka (clinical appearance).
Klasifikasi ini juga dikenal dengan sebutan RYB (Red Yellow Black –
Merah Kuning Hitam) yang diperkenalkan oleh Netherlands Woundcare
Consultant Society pada tahun 1984.
a. Merah (red) Warna dasar luka merah artinya jaringan granulasi
dengan vaskularisasi yang baik dan memiliki kecenderungan mudah
berdarah. Warna dasar merah menjadi tujuan klinisi dalam
perawatan luka sehingga luka dapat menutup.
b. Kuning (yellow) Warna dasar luka kuning artinya jaringan nekrosis
(mati) yang lunak berbentuk seperti nanah beku pada permukaan
kulit yang sering disebut dengan slough. Jaringan ini juga
mengalami kegagalan vaskularisasi dalam tubuh dan memiliki
eksudat yang banyak hingga sangat banyak.
c. Hitam (black) Warna dasar luka hitam artinya jaringan nekrosis
(mati) dengan kecenderungan keras dan kering. Jaringan tidak

5
d. mendapatkan vaskularisasi yang baik dari tubuh sehingga mati.
Luka dengan warna hitam berisiko mengalami deep tissue injury
atau kerusakan kulit hingga tulang, dengan lapisan epidermis masih
terlihat utuh. Luka terlihat kering, namun sebetulnya itu bukan
jaringan sehat dan harus diangkat

Luka dengan warna dasar (a) merah tua atau terang dan selalu tampak lembap
merupakan luka bersih dengan banyak vaskulerisasi, karenanya luka mudah
berdarah, (b) kuning/kuning kecoklatan/kuning kehijauan/kuning pucat adalah
jaringan nekrosis dengan kondisi luka yang terkontaminasi atau terinfeksi dan
vaskuler, (c) hitam adalah jaringan nekrosis, merupakan jaringan avaskuler
(Diambil dari Kartika, 2015).

Luka yaitu keadaan hilang atau atau terputusnya kesatuan jaringan (kulit) yang
umumnya mengganggu proses selular normal. (Al-Muqsith, 2015)

1. Beberapa reaksi yang muncul jika terjadinya luka yaitu hilangnya seluruh
atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, pendarahan dan
pembekuan darah, kontaminasi bakteri dan kematian sel (AlMuqsith, 2015).
Jenis luka berdasarkan penyebabnya (Al-Muqsith, 2015)
a. Luka lecet (Vulnus Excoriasi ) luka ini akibat gesekan dengan benda
keras misalnya terjatuh dari motor sehingga terjadi gesekan antara
anggota tubuh dengan aspal. Dimensi luka yaitu hanya memiliki panjang
dan lebar, namun biasanya mengenai ujung-ujung syaraf nyeri di kulit
sehingga derajat nyeri biasanya lebih tinggi dibanding luka robek. (Jenis-
Jenis Luka.Pdf, n.d.)
b. Luka sayat (Vulnus scissum) Jenis luka ini disebabkan oleh sayatan
benda tajam misalnya logam atau kayu. Luka yang dihasilkan tipis dan
kecil, yang juga bisa disebabkan karena di sengaja dalam proses
pengobatan
c. Luka robek atau parut (Vulnus laseratum) Luka jenis ini biasa karena
benda keras yang merusak permukaan kulit misalnya terjatuh, terkena
ranting pohon, atau terkena batu sehingga menimbulkan robekan pada
kulit. Dimensi luka panjang, lebar dan dalam.

6
d. Luka tusuk (Vulnus punctum) Luka terjadi akibat tusukan benda tajam,
berupa luka kecil dan dalam. Pada luka ini perlu diwaspadai adanya
bakteri clostridium tetani benda tajam/logam yang menyebabkan luka.
e. Luka gigitan (Vulnus morsum) Luka jenis ini disebabkan gigitan gigi, baik
itu oleh manusia ataupun binatang seperti serangga, ular, dan binatang
buas. Perlu diwaspadai luka akibat gigitan dari ular berbisa yang
berbahaya. D.J.Oktaviani dkk, Majalah Farmasetika, 4 (3) 2019, 45-56
47 f) Luka bakar (Vulnus combustion) luka atau kerusakan jaringan yang
timbul karena suhu tinggi. Penanganan jenis luka ini didasarka pada
empat stadium luka dan prosentase permukaan tubuh yang terbakar.

2. Jenis luka berdasarkan kontaminasi (Al-Muqsith, 2015):


a. Luka Bersih (Clean Wounds) Luka bersih adalah luka bedah (luka sayat
elektif dan steril) yang tidak terinfeksi. Luka tidak mengalami proses
peradangan (inflamasi) dan juga tidak terjadi kontak dengan sistem
pernafasan, pencernaan, genital dan urinaria yang memungkinkan
infeksi. (Inayati, 2014)
b. Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds) Jenis luka ini
adalah luka pembedahan (luka sayat elektif) dimana terjadi kontak
dengan saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam
kondisi terkontrol. Potensi kontaminasi, bisa terjadi walau tidak selalu,
oleh flora normal yang menyebabkan proses penyembuhan lebih lama.
c. Luka terkontaminasi (Contamined Wounds) Luka terkontaminasi adalah
luka terbuka, fresh, luka robek/parut akibat kecelakaan dan operasi
dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari
saluran cerna. (Maiti & Bidinger, 1981)
d. Luka kotor atau infeksi (Dirty or Infected Wounds) Luka kotor atau infeksi
adalah terdapatnya mikroorganisme pada luka akibat proses
pembedahan , Kemungkinan terjadinya infeksi pada luka jenis ini akan
semakin besar dengan adanya mikroorganisme tersebut

D. Tipe Pemyembuhan Luka


Menurut Aminuddin, et.al., (2020), tipe penyembuhan luka terbagi
menjadi 5 bagian, yakni:
a. Primary Intention
Jika terdapat kehilangan jaringan minimal dan kedua tepi luka dirapatkan
baik dengan suture (jahitan), clips atau tape (plaster). Tipe penyembuhan
ini umumnya, jaringan parut yang dihasilkan minimal.
b. Delayed Primary Intention
Jika luka terdeteksi atau mengandung benda asing dan membutuhkan
pembersihan intensif, selanjutnya ditutup secara primer pada 3-5 hari
kemudian.(Oktaviani et al., 2019)

7
c. Secondary Intention
Penyembuhan luka terlambat dan terjadi melalui proses granulasi,
kontraksi dan epithelization. Jaringan parut cukup luas.
d. Skin Graft
Skin graft tipis dan tebal digunakan untuk mempercepat proses
penyembuhan dan mengurangi resiko infeksi.
e. Flap
Pembedahan relokasi kulit dan jaringan subcutan pada luka yang berasal
dari jaringan terdekat.
E. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
a. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua
Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati
dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
b. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh Klien
memerlukan dist kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan
mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk
memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin.
Klien yang gemuk meningkatkan resiko mfeksi luka dan penyembuhan
lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat
c. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan Bakteri sumber penyebab
infekas.
d. Sirkulasi,(Oupovolemia) dan Oksigena
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka Adanya
sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki
sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan
luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah
infeksi, dan lama untuk sembuh Aliran darah dapat terganggu pada
orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh
darah perifer, hipertensi atau diabetes millitux. Oksigenasi jaringan
menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan
pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan
mengakibatkan vasokonstrikis dan menurunnya ketersedium oksigen
dan matriu untuk penyembuhan luka.
e. Hematoma
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara
bertahap diabsorbu oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika
terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat
diabsorbss tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.

8
f. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan
terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini
timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah),
yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah
(Pus)
g. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplar
darah pada bagian tubuh akibat dan obstruksi dari aliran darah Hal ini
dapat terjadi akibat dari baliatan pada haka terlalu ketat Dapat juga
terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruku pada pembuluh darah
itu sendiri
h. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan
gula darah, mutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel,akibat hal tersebut
juga akan terjadi penurunan protein-kalari tubuh.
i. Keadaan Luka,
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas
penyembuhan Juga ,beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
j. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti
neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka Penggunaan antibiotik
yang lama dapat membuat seseorang tentan terhadap infeksi luka:
1) Steroid: akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh
terhadap cedera
2) Antikoagulan: mengakibatkan perdarahan
3) Antibiotik: efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk
bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik Jika diberikan setelah
luka pembedahan tertutup, tulak akan efektif akibat koagulasi
intravascular.
1. Luka Lecet
2. Luka Tusuk
3. Luka Robek
4. Luka Bakar

9
Daftar Pustaka

Kartika, Ronald W. "Perawatan luka kronis dengan modern dressing." Cermin


Dunia Kedokteran 42.7 (2015): 546-550.

Pengertian, A. "LUKA DAN PERAWATANNYA LUKA DAN PERAWATANNYA."

Hidayat, Nur, and Risma Choerunnisa. "Penyuluhan Kesehatan Perawatan Luka


di Leuwianyar." KOLABORASI JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT 1.1
(2021): 86-89.

10

Anda mungkin juga menyukai