Oleh:
ANNISA PUTRI
NAULI 02011281823134
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS
SRIWIJAYA 2022
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN MENGIKUTI UJIAN
KOMPREHENSIF
JUDUL
Indralaya, 2022
Disetujui oleh:
Mengetahui,
Ketua Bagian Hukum Perdata
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................9
C. Tujuan Penelitian..................................................................................9
D. Manfaat Penelitian..............................................................................10
E. Ruang Lingkup...................................................................................11
F. Kerangka Teori...................................................................................11
1. Teori Perjanjian..............................................................................11
2. Teori Hubungan Hukum Dalam Pelayanan Kesehatan..................14
3. Transaksi Terapeutik......................................................................15
G. Definisi Konseptual............................................................................17
1. Pelayanan Kesehatan......................................................................17
2. Rumah Sakit...................................................................................18
3. Dokter.............................................................................................18
4. Pasien..............................................................................................19
5. Pulang Atas Permintaan Sendiri.....................................................19
H. Metode Penelitian...............................................................................20
1. Jenis penelitian...............................................................................20
2. Pendekatan Penelitian.....................................................................20
3. Jenis dan Sumber Bahan Hukum....................................................21
4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum..............................................22
5. Teknik Analisis Bahan Hukum......................................................22
6. Teknik Penarikan Kesimpulan.......................................................23
I. Sistematika Penulisan.........................................................................24
iii
D. Pulang Atas Permintaan Sendiri.........................................................45
E. Perjanjian............................................................................................46
1. Pengertian Perjanjian......................................................................46
2. Syarat Sah Perjanjian......................................................................48
3. Unsur-Unsur Perjanjian..................................................................51
4. Asas-Asas Perjanjian......................................................................52
BAB 3 PEMBAHASAN
A. Kedudukan Informed Consent dalam Perjanjian Terapeutik terhadap
Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri sebagai Alasan Penghentian
Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit................................................55
B. Akibat Hukum Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri sebagai Alasan
Penghentian Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit berdasarkan
Hukum Perjanjian...............................................................................64
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
yaitu suatu keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit, kelemahan,
cacat, tetapi juga memiliki kondisi sempurna baik secara fisik, mental
Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28H ayat (1) dan Pasal 34 ayat (3).
Dasar Republik Indonesia tahun 1945 yang berbunyi: “Setiap orang berhak
1
Nadya, 2013, Konsep Sehat dan Sakit, https://uin-alauddin.ac.id/tulisan/detail/konsep-
sehat-dan- sakit, Diakses 04 Januari 2022, Pukul 22.11 WIB
2
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 H ayat 1
3
Ibid, Pasal 34 ayat 3
v
6
Maka dari itu, dalam rangka melindungi hak rakyat dalam bidang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 4 Dalam
Inti dari sebuah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit
adalah masyarakat. Maka dari itu, sebuah rumah sakit harus meningkatkan
meningkat. Tidak hanya terbatas pada itu saja, tuntutan untuk menerima
pelayanan terbaik, efisien, cepat, dan aman pun ikut meningkat. Untuk
4
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
7
jenis dan mutu pelayanan dasar minimal bidang kesehatan yang merupakan
Sakit, pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit kepada Pasien
hal yang berkaitan tentang pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak
rumah sakit melalui dokter kepada pasien. Berdasarkan hal tersebut, dalam
hal pemberian pelayanan harus ada persetujuan dari pasien atas dasar
oleh dokter setelah pasien menerima informasi yang cukup dan jelas
Akan tetapi, ada kalanya pasien atau keluarga pasien menolak untuk
5
Pasal 1 Angka 2 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan
Minimal Bidang Kesehatan
6
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 585/Menkes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan
Tindakan Medis
8
Pasien atau keluarga pasien lebih memilih untuk pulang dari rumah sakit
yang merawatnya dengan berbagai alasan seperti ingin mencari rumah sakit
yang lebih baik, ingin dirawat dirumah saja, atau sudah merasa sehat. Hal
ini dikenal dengan istilah Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)
atau biasanya juga sering disebut dengan istilah pulang paksa. Pulang paksa
adalah pasien yang pulang dari rumah sakit atas permintaan keluarga pasien
dokter.
kejadian pulang paksa pada rumah sakit di Indonesia adalah kurang dari
satu ruang rawat inap selama tahun 2017 sebanyak 2,4% dari total 1.512
pasien, sedangkan di tahun 2018 tercatat selama tiga bulan terakhir yaitu
bulan Januari sampai dengan Maret 2018 mencapai 2,7%. Jadi, jumlah
sekitar 0,3% dari tahun sebelumnya (Rekam Medik RSUD Raja Ahmad
Thabib , 2018).8 Selain itu, menurut data primer dari RSUD dr. Rasidin
7
Diktum Nomor 3 Indikator 9 tentang Kejadian Pulang Paksa berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
8
Liza Wati, dkk, Kejadian Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) di RSUD Raja
Ahmad Thabib Provinsi Kepulauan Riau, Jurnal Menara Medika, Edisi September 2021,
Vol. 4, No.1, hlm. 98
9
Padang Tahun 2019 dari 992 pasien menunjukkan ada sekitar 80 pasien
pulang atas permintaan sendiri pada RSUD dr. Rasidin Padang sebanyak
menyebabkan kerugian bagi kedua pihak, pihak rumah sakit akan rugi
rumah sakit.10
9
Lubis, Faktor Yang Memengaruhi Kejadian Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS),
Jurnal Rekam Medic, hlm.54-55
10
M. Firza Syahlefi Lubis dan Aisyah Simanjorang, Faktor Yang Memengaruhi Kejadian
Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) Pada Pasien Rawat Inap di RSU Madani Kota
Medan, Jurnal Rekam Medic, Edisi Februari 2018, Vol.1, No.2, hlm.57
10
kesehatan. Selain itu, dampak terhadap rumah sakit dari terjadinya pasien
sakit yang mana dicap tidak dapat memberikan kesembuhan pada pasien
dapat diartikan sebagai suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. 12 Dalam hal ini,
perbuatan yang terjadi antara pasien dengan dokter dapat dikatakan sebagai
insani.
yang terjadi antara dokter dengan pasien. Beberapa upaya dalam pelayanan
Terapeutik bersifat khusus, yang terletak pada objek perjanjian. Objek dari
perjanjian ini adalah pelayanan yang diberikan oleh dokter kepada pasien
nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu,
14
Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2013, hlm. 11
12
tentunya berguna melindungi dokter dan pasien dengan judul “Pulang Atas
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
ini adalah:
rumah sakit.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dan diperoleh dari penelitian ini
1) Manfaat Teoritis
bangku kuliah.
E. Ruang Lingkup
Atas Permintaan Sendiri di rumah sakit dan bagaimana akibat hukum yang
timbul terhadap pasien yang Pulang Atas Permintaan Sendiri sebagai alasan
F. Kerangka Teori
1) Teori Perjanjian
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
mengikatkan diri.15
15
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan (Penjelasan Makna Pasal 1233 -1456
BW), Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011, hlm. 63
16
Subekti, Hukum Perjanjian, Intermassa, Jakarta, 1987, hlm. 11
16
hukum antara dua orang atau lebih, yang memberikan hak pada satu
hubungan hukum antar kedua belah pihak, dalam mana suatu pihak
pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu.18 Selain itu, menurut
dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat yang menimbulkan akibat
kewajiban.19
17
Syahmin AK, Hukum Kontrak Internasional, Jakarta: Rjagrafindo Persada, 2006, hlm. 1
18
Wirdjono Prodjodikoro, Azas-Azas Hukum Perjanjian, Bandung: CV. Mandar Maju,
2000, hlm. 5
19
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Yogyakarta: Liberti,
1986, hlm. 97-98
17
1. Unsur Essensialia
2. Unsur Naturalia
3. Unsur Accindetalia
tersebut.22
20
Mariam Darus Badrulzaman (a), Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya,
2001, hlm. 107
21
Ibid
22
Ibid
18
23
Benyamin Lumenta, Pasien, Citra dan Perilaku, Jakarta: Penerbit Kanisius, 1979, hlm.
70
19
rumah sakit terdiri dari 3 (tiga) macam, yaitu: 24 (1) Dokter sebagai
3) Transaksi Terapeutik
24
Teknosehat, Hukum Kesehatan di Rumah Sakit,
https://hukumkes.wordpress.com/2008/03/15/hospital-liability/, Diakses 16 Februari 2022,
Pukul 1945 WIB
25
Zahir Rusyad, Hukum Perlindungan Pasien, Malang: Setara Press, 2018, hlm. 72
20
yang melahirkan suatu hak dan kewajiban. Dalam hal ini, hak dan
medis juga memiliki hak dan kewajiban. Salah satu hak dan kewajiban
consent.
oleh dokter kepada pasien. Dalam hal ini, pasien mempunyai hak untuk
26
Pasal 52 dan Pasal 53 Undang-Undang Republik Negara Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran
27
Ibid, Pasal 51
21
dengan pasien.28
G. Definisi Konseptual
1) Pelayanan Kesehatan
adalah masyarakat.29
2) Rumah Sakit
Jusuf Anafiah dan Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Penerbit Buku
28
3) Dokter
perundang-undangan.
pelayanan kesehatan.31
4) Pasien
30
RS Pratama Kriopanting, Definisi, Tugas, dan Fungsi,
https://rspkriopanting.bangkaselatankab.go.id/profile/detail/179-definisi-tugas-dan-fungsi,
Diakses 16 Februari 2022, Pukul 21.20 WIB
31
Endang Kusuma Astuti, Perjanjian Terapeutik Dalam Upaya Pelayanan Medis Di
Rumah Sakit, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009
23
oleh dokter.
H. Metode Penelitian
1) Jenis penelitian
2) Pendekatan Penelitian
yang berkaitan dengan isu hukum yang dibahas dalam penelitian ini.34
peraturan perundang-undangan.
34
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (edisi Revisi), Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2013, hlm. 133
35
Ibid, hlm. 135
25
buku, kamus, dokumen, jurnal, dan literatur lain yang relevan dengan
Kedokteran;
Kesehatan;
Rumah Sakit;
mengacu pada landasan teori.36 Selanjutnya, bahan atau data yang telah
36
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (edisi Revisi), Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2013, hlm. 182
27
I. Sistematika Penulisan
berikut:
28
BAB I PENDAHULUAN
BAB III memuat uraian tentang jawaban dari rumusan masalah yaitu
(PAPS).
BAB IV PENUTUP
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pelayanan Kesehatan
sehat manusia tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan baik. Orang
yang sedang sakit (pasien) tentu saja tidak dapat menyembuhkan penyakitnya
sendiri tanpa bantuan dari tenaga kesehatan. Dan tenaga kesehatan tersebut
37
Soekidjo Notoatmodjo, Sosiologi Untuk Kesehatan, Salemba Medika: Jakarta, 2008, hlm.
57
29
yang sejahtera bagi setiap Negara.
Maka dari itu, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap
rawat inap, rawat jalan, maupun gawat darurat yang tujuannya adalah untuk
batasan yang seperti ini, dapat dipahami bahwa jenis pelayanan kesehatan
30
a. Pelayanan Kedokteran
penyakit dan memelihara kesehatan, serta sasaran utama dari pelayanan ini
dari keduanya adalah bahwa pelayanan kesehatan ada untuk memulihkan dan
31
pelayanan kesehatan berdasarkan tingkat kebutuhan subjek layanan
macam, yaitu:
rawat jalan dan rawat inap yang diberikan oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat
40
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan, Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional,
https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/pages/detail/2014/12, Diakses 25 Maret 2022, Pukul
19.35 WIB
32
dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan
tingkat kedua adalah Rumah Sakit tipe C, rumah sakit tipe D (Rumah
kesehatan sub spesialistik yang diberikan oleh dokter sub spesialis atau
yang lengkap. Tujuan dari pelayanan kesehatan tingkat ketiga sama seperti
adalah rumah sakit tipe A, rumah sakit tipe B seperti Rumah Sakit Umum
Daerah atau Rumah Sakit Umum Provinsi, dan/ atau rumah sakit swasta.
41
Pasal 2 Angka 4 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun
2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
42
Ivan Sebastian, Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan Yang Ada di Indonesia,
https://mhomecare.co.id/blog/jenis-pelayanan-kesehatan/, Diakses 03 Mei 2022, Pukul
21.04 WIB
43
Pasal 2 Angka 5 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun
2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan
33
memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang membedakannya
antara pasien dengan dokter terjadi pada saat pasien mendatangi dokter
keadaan yang seperti ini terjadi persetujuan antara kedua belah pihak,
44
Hermien Hadiati Koeswadji, Hukum Kedokteran (Studi Tentang Hubungan Hukum
Dalam Mana Dokter Sebagai Salah Satu Pihak), Citra Aditya Bakti: Bandung, 1998, hlm.
36
34
yang terjadi antara pasien dengan dokter bergeser pada pola horizontal
kontraktual.
merupakan hubungan hukum antara dua subjek hukum (pasien dan dokter)
1. Activity-Pasivity
yang muncul sejak profesi kedokteran mulai mengenal kode etik sekitar
abad ke-5 sebelum masehi. Dalam pola hubungan ini, dokter seolah-
mental.47
2. Guidance-Coorporation
35
keadaan dimana pasien tidak terlalu keluhannya, misalnya terkena suatu
sakit, pasen tetap sadar, memiliki perasaan dan kemauan sendiri, serta
3. Mutual Participation
manusia mempunyai martabat dan hak yang sama. Pola ini terjadi pada
keadaan seperti ini pasien yang menderita suatu penyakit dengan sadar
pasien dengan latar belakang pendidikan dan sosial yang rendah, pada
terjadi dalam rumah sakit tersebut. Oleh karena itu, pola hubungan antara
tenaga medis (dokter) sangat menentukan sejauh mana rumah sakit dan
48
Ibid, hlm. 62
49
Zaeni Asyhadie, op.cit, hlm. 62
36
dokter harus bertanggung jawab. Secara garis besar, pola hubungan hukum
yang terjadi antara dokter dengan rumah sakit terbagi menjadi 3 (tiga)
macam, yaitu:50
Dalam hal ini, kedudukan rumah sakit sebagai pihak yang wajib
employee atau sub-ordinate dari rumah sakit.51 Jadi, dengan kata lain,
sakit.
Dalam hal ini, kedudukan antara dokter dengan rumah sakit adalah
secara mandiri, bukan untuk dan atas nama rumah sakit. Dalam hal ini,
dinas rumah sakit, ia bertindak secara bebas dan tidak berada di bawah
37
c. Hubungan Hukum antara Pasien dengan Rumah Sakit
Maka dari kedua hal tersebut, dapat diperinci bahwa pasien memiliki
terapeutik.
Diderita Oleh Pasien Akibat Tindakan Tenaga Medis Dalam Perjanjian Terapeutik, Jurnal
Privat Law, Edisi Juli-Desember 2019, Vol. VII, No. 2, hlm. 3
54
Pasal 32 huruf j dan huruf k Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
38
B. Rumah Sakit
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.55 World Health Organization (WHO)
hukum yang penuh tanggung jawab. Karena, rumah sakit tidak hanya terdiri
sehingga nantinya melahirkan hak dan kewajiban. Dalam hal ini, rumah sakit
kesehatan harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat
55
Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
RS Pratama Kriopanting, op.cit, Diakses 29 Maret 2022, Pukul 20.58 WIB
56
39
a. Pelayanan kesehatan promotif57, adalah suatu kegiatan pelayanan
kesehatan.
kemampuannya.
berikut:
medis.
57
Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
58
Ibid, Pasal 1 angka 13
59
Ibid, Pasal 1 angka 14
60
Ibid, Pasal 1 angka 15
40
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam
kesehatan.
pelayanan kesehatan sebagai suatu hal penting yang menyangkut hajat hidup
1. Pelayanan medik;
3. Pelayanan perawat;
4. Pelayanan rehabilitas;
paramedik.
bidang kesehatan.
61
Endang Wahyati Yustina, Mengenal Hukum Rumah Sakit, Keni Media: Bandung, 2012,
hlm. 17
41
anti diskriminasi, pemerintah perlindungan dan keselamatan pasien, serta
rumah sakit tidak terlepas dari ketentuan bahwa masyarakat berhak atas
kesehatan.
sakit.
62
Op.cit, Endang Wahyati Yustina, hlm. 8
63
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
64
Pasal 30 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengenai Hak-
Hak Rumah Sakit
42
a. Menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai
pelayanan;
perundang-undangan;
Maka dari itu, hak-hak tersebut juga diiringi dengan suatu kewajiban.
kepada masyarakat;
kemampuan pelayanannya;
f. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien.
65
Pasal 29 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit mengenai
Kewajiban-Kewajiban Rumah Sakit
43
C. Pasien
1) Pengertian Pasien
2011), pasien adalah orang yang memiliki fisik atau mental yang lemah,
2) Hak Pasien
di rumah sakit;
Coki Siadari, Pengertian Pasien, Diakses 16 April 2022, Pukul 20.04 WIB
66
Pasal 32 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang mengatur
67
44
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi;
lain yang mempunyai Surat Izin Praktik, baik di dalam maupun di luar
rumah sakit;
data-data medisnya;
45
n). Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam
o). Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap
dirinya;
p). Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama
q). Menggugat dan/ atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga
r). Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar
peraturan perundang-undangan.
mau digunakan atau tidak, tergantung kepada pasien itu sendiri. Tujuan
layanan kesehatan di rumah sakit, oleh sebab itu hak pasien tersebut juga
menjadi bagian dari kewajiban rumah sakit. Akan tetapi, tidak semua hak
3) Kewajiban Pasien
Selain adanya hak pasien, kewajiban juga diperlukan oleh setiap pasien.
rumah sakit atas pelayanan yang diterimanya dan ketentuan lebih lanjut
46
mengenai kewajiban pasien diatur oleh peraturan menteri.68
undangan;
dan
68
Pasal 31 Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit yang mengatur
mengenai kewajiban rumah sakit
69
Pasal 26 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 tentang
Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien
47
D. Pulang Atas Permintaan Sendiri
Pulang atas permintaan sendiri adalah tindakan pasien rawat inap yang
sedang mendapatkan perawatan dan pengobatan dan ingin pulang walau belum
dinyatakan sembuh atau belum boleh pulang oleh tenaga kesehatan. Selain itu,
pasien yang pulang atas permintaan sendiri juga dapat di deskripsikan sebagai
pasien yang menolak untuk di rawat dan diberikan pengobatan.70 Dalam hal ini,
pulang atas permintaan sendiri adalah salah satu bentuk tindakan pasien tidak
kejadian pulang paksa atau pulang atas permintaan sendiri pada rumah sakit di
Indonesia adalah kurang dari 5%.71 Kejadian pulang atas permintaan sendiri
Gizi, Pelayanan Penunjang Medik, ataupun Pelayanan Fisik yang diberikan oleh
Rumah Sakit.72
E. Perjanjian
70
Dedy Armand, Analisis Persepsi Keputusan Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)
Terhadap Mutu Pelayanan dan Kepuasan Di Ruang Rawat Inap VIP Deli Serdang Tahun
2014, Thesis Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara, 2014, hlm. 38
71
Diktum Nomor 3 Indikator 9 tentang Kejadian Pulang Paksa berdasarkan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
72
Dedy Armand, Analisis Persepsi Keputusan PAPS, hlm. 38
48
1) Pengertian Perjanjian
overeenkomst, yang artinya suatu peristiwa dua orang atau lebih saling
Perdata buku ke III tentang Perikatan Pasal 1313, definisi dari perjanjian
adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap orang lain atau lebih dan menimbulkan suatu hubungan
hukum antara dua orang atau lebih yang disebut perikatan. 73 Verbintenis
hubungan hukum (mengenai harta kekayaan atau benda) antara dua pihak
atau lebih yang isinya adalah hak dan kewajiban masing-masing pihak. Satu
tersebut.74
adalah “Hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata
sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Dua pihak tersebut sepakat untuk
menentukan peraturan atau kaidah, serta hak dan kewajiban yang mengikat
mereka untuk ditaati dan dijalani.”75 Selain itu, ahli hukum Wirjono
mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak. Dalam hal ini, satu pihak
berjanji untuk melakukan suatu hal atau tidak melakukan sesuatu hal,
73
Soerdharyo Soimin, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku Ke III tentang
Perikatan, Sinar Grafika: Jakarta, 2015, hlm. 110
74
Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi di Lembaga
Keuangan Syariah, Sinar Grafika: Jakarta, 2013, hlm. 10
75
Cecep Tritiwibowo, Etika dan Hukum Kesehatan, Nuha Medika: Yogyakarta, 2014, hlm.
53
49
sedangkan pihak lain berhak untuk menuntut pelaksanaan janji.76
melahirkan hak dan kewajiban dari masing-masing pihak, atau bisa juga
dokter tersebut.
nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu,
76
Dhanang Widijawan, Hukum Kontrak Bisnis, CV. Keni Media: Bandung, 2018, hlm. 7
77
Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, hlm. 59
78
Pasal 1319 Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang Perikatan
50
Pada dasarnya, kata sepakat dalam perjanjian adalah pihak saling
yang satu sesuai dengan kehendak pihak yang lain secara timbal balik.
kehendak atau kata sepakat dianggap tidak sah apabila terjadi hal
sebagai berikut:80
hal pokok dari para yang diperjanjikan. Atau, kekeliruan juga bisa
terjadi apabila salah satu pihak khilaf tentang syarat penting dari
51
3. Adanya penipuan (bedrog)
persetujuannya.82
perjanjian apabila:
82
Ibid
83
Pasal 1329 Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
84
Pasal 330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
85
R. Subekti, Op.cit, hlm. 19
52
d. Suatu sebab yang halal
Latin yaitu causa. Suatu sebab yang halal atau bisa juga disebut
dengan kausa hukum yang halal, mengacu kepada isi dan tujuan dari
umum.
3) Unsur-Unsur Perjanjian
a. Unsur Esensialia
ada, tanpa adanya kesepakatan tentang unsur esensialia ini maka tidak
prestasi yang wajib dilakukan oleh satu pihak atau lebih, yang
b. Unsur Naturalia
86
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Raja
Grafindo: Jakarta, 2010, hlm. 163
87
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, hlm. 85
53
Merupakan unsur yang sudah diatur dalam Undang-Undang,
tetapi unsur tersebut yang oleh para pihak dapat disingkirkan atau
hukum pelengkap.88
c. Unsur Aksidentalia
4) Asas-Asas Perjanjian
sebagai berikut:90
a. Asas Legalitas
88
Mariam Darus Badrulzaman (a), Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya,
2001, hlm. 107
89
Ibid
90
Veronica Komalawati, Peranan Informed Consent dalam Transaksi Terapeutik, Citra
Aditya Bakti: Bandung, 1999, hlm.126
91
Pasal 50 Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
54
pendidikannya maupun perizinannya harus sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
b. Asas Keseimbangan
dan sarana, antara sarana dan hasil, antara manfaat dan risiko yang
Asas tepat waktu merupaka asas yang sangat penting dan harus
dan asal-asalan merupakan suatu perbuatan yang tidak terpuji dan juga
bertentangan dengan asas tepat waktu ini. 93 Maka dari itu, kecepatan
dan ketepatan dalam menangani pasien adalah salah satu faktor yang
92
Zaeni Asyhadie, Aspek Hukum Kesehatan, hlm 56
93
Ibid
55
Asas itikad baik bersumber pada prinsip etis berbuat baik yang
e. Asas Kejujuran
94
Ibid
95
Zaeni Asyhadie, Aspek Hukum Kesehatan, hlm. 57
56
BAB III
PEMBAHASAN
57
hubungan hukum yang melahirkan hak dan kewajiban dari masing-masing
pihak.96 Hubungan hukum yang terjadi antara dokter dan pasien berlandaskan
medik atau dikenal dengan istilah informed consent. Informed consent adalah
suatu persetujuan pasien untuk menerima upaya medis yang akan dilakukan
1) Persetujuan tertulis
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290 Tahun 200899 dan SK PB-
IDI Nomor 319100, yaitu intinya setiap tindakan medis yang mengandung
2) Persetujuan lisan
96
s Hanafiah dan Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, hlm. 59
97
Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Rineka Cipta:
Jakarta, 2013, hlm. 28
98
Zahir Rusyad, Hukum Perlindungan Pasien, hlm. 74
99
Pasal 3 ayat (1) Peratuan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/Menkes/Per/III/2008
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
100
Butir 3 Surat Keputusan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia Nomor 319/PB/A.4/88
58
non-invasif dan tidak mengandung risiko tinggi. Persetujuan lisan ini
diberikan oleh pihak pasien. Persetujuan lisan ini juga dapat diberikan
dirinya.101
Nomor 290 Tahun 2008, yang mana persoalan-persoalan yang akan terjadi di
antara dokter dan pasien telah diatur secara hukum, sehingga ada kekuatan bagi
pasien yang bersifat mengikat. Dalam hal ini, seorang dokter bersedia untuk
mencakup:
101
M.A.M de Watcher, Biotika: Sekedar Refleksi tentang Penerapan Etika dalam Bidang Kedokteran
di Indonesia, PT. Gramedia: Jakarta, 1990, hlm. 66-72
102
Pasal 45 ayat (3) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
59
1) Diagnosis dan tata cara tindakan medis;
dilakukan.
Secara garis besar, bagian dari informed consent telah memenuhi ketentuan
Perdata, yaitu:103
Hubungan hukum yang terjadi antara dokter dan pasien adalah pada saat
pasien datang ke rumah sakit atau tempat praktik dokter untuk meminta
pengobatan atau perawatan, atau mencatat rekam medis pasien, sehingga hal
ini menghasilkan suatu kesepakatan bersama antara kedua pihak. 104 Dalam
103
Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang Syarat Sah Perjanjian
104
Noor M. Aziz, Laporan Penelitian Hukum hlm. 41
105
Irsyal Rusad, Kedudukan Hukum Pasien Dalam Informed Consent Ditinjau Dari Undang-Undang
Perlindungan Konsumen, Thesis Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta, 2007, hlm. 84
60
lisan yang sebelumnya telah dilakukan oleh pihak dokter saat menjelaskan
mengenai penyakit pasien serta tindakan medis yang akan dilakukan. Karena,
persetujuan yang dibuat dilakukan secara sadar dan tanpa paksaan, untuk
pasien “mengikatkan” dirinya. Hal ini yang menunjukkan bahwa telah terjadi
seseorang untuk mengikatkan diri. Setiap orang adalah cakap untuk membuat
“orang-orang dinyatakan tidak cakap, yaitu orang yang belum dewasa dan
menikah dan pasien telah berusia 18 tahun, tidak termasuk anak berdasarkan
atau tindakan medis tanpa risiko. Untuk tindakan medis berat atau tindakan
106
Pasal 1330 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
107
Pasal 13 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
61
medis dengan risiko tinggi, seperti operasi pembedahan bagi yang belum
atau wali.
tindakan medis yang akan dilakukan oleh dokter, yaitu tindakan untuk
penyembuhan terhadap suatu penyakit.108 Dalam hal ini, suatu hal tertentu
Secara yuridis, seluruh tindakan medis dapat menjadi objek hukum yang
sah. Akan tetapi, bentuk dari perjanjian medisnya harus jelas, apakah suatu
108
Zaeni Asyhaedi, Aspek Hukum Kesehatan, hlm. 58
109
Nura Perezkinia Pasmah, Urgensi Persetujuan Tinndakan Medik (Informed Consent) Sebagai
Perlindungan Hukum Dokter dan Rumah Sakit Dalam Pelayanan Kesehatan dari Perspektif Hukum
Perdata, Thesis Pascasarjana Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang,
2019, hlm.6
110
Zaeni Asyhaedi, Aspek Hukum Kesehatan, hlm. 59
62
perjanjian resultaatverbintenis atau suatu perjanjian inspanningverbintenis.
Hal ini berkaitan dengan beban pembuktian apabila nantinya terjadi suatu
biasanya terjadi karena tidak memenuhi titik temu yang memuaskan kedua
111
Ibid
63
informasi yang diperolehnya dari dokter, pasien atau keluarganya menolak
memberi persetujuan tindakan medik, sedangkan pada sisi lain dokter yang
atau biasa disebut dengan Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri. Tidak
jarang, pasien yang pulang atas permintaan sendiri apabila terjadi suatu hal
suatu pelanggaran hukum atau kelalaian hukum yang dilakukan oleh dokter
atau rumah sakit, yang menjadi landasan untuk dilakukannya suatu gugatan
hukum.
a. Pembayaran
64
pembayaran juga dapat dilakukan dalam bentuk jasa, seperti jasa
b. Pembatalan
pasien atau keluarga pasien. Apabila hal ini terjadi terhadap pasien
Maka dari itu, informed consent Pulang Atas Permintaan Sendiri dalam
113
Ibid
114
Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, hlm. 63
65
perjanjian terapeutik memiliki 2 fungsi. Fungsi pertama adalah sebagai alat
bukan lagi tanggung jawab penyedia layanan. Fungsi kedua adalah sebagai
yang mana pembatalan ini dilakukan secara sepihak oleh penerima layanan
Perjanjian
Tindakan pasien untuk memberi penolakan atas tindakan medis yang akan
dilakukan merupakan sepenuhnya hak pasien. Namun, ada kalanya tindakan ini
memutuskan untuk pulang, jika terjadi suatu hal yang tidak diinginkan, maka
pasien akan menuntut dokter ataupun rumah sakit. Pasien merasa bahwa apa
pasien. Dalam hal ini, penulis meninjau akibat hukum bagi pasien rumah sakit
Ketika dokter memberikan tindakan medis, tentu saja tidak selalu berjalan
mulus dan lancar. Akibatnya, sering terjadi miskonsepsi antara pasien dengan
66
dokter terkait upaya penyembuhan penyakitnya. Pasien sering kali menganggap
dan perawatan kepada pasien, maka pasien atau keluarga dapat meminta
gugat hukum. Seperti yang kita ketahui, yang dimaksud dengan tanggung gugat
hukum merujuk kepada posisi seseorang atau badan hukum yang harus
membayar suatu bentuk kompensasi atau ganti rugi setelah adanya peristiwa
hukum.116
115
Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan, hlm. 14
116
Deny Palalangan, Tanggung Gugat Perusahaan Penerbangan Terhadap Kehilangan
Barang Bagasi Penumpang,
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexetsocietatis/article/download/15580/15118,
Diakses 24 April 2022 Pukul 22.40 WIB
117
Ibid, hlm. 15
67
yaitu:118
diperjanjikan;
dilakukan.
yang berkaitan dengan kesalahan atau kelalaian yang dilakukan dokter adalah
unsur ketiga, sebab dalam perjanjian terapeutik yang harus dipenuhi oleh dokter
bentuk ganti rugi yang dapat diberikan dokter atau rumah sakit kepada pasien
adalah berupa ongkos, rugi, dan bunga yang dideritanya. 119 Selain itu, ganti rugi
Kesehatan, yaitu bahwa setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan
atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan dan dilaksanakan sesuai dengan
orang lain yang berada di bawah pengawasan dokter, tindakan tersebut hanya
tersebut merugikan pasien, maka dokter wajib memberikan ganti rugi kepada
118
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa: Jakarta, 1987, hlm. 45
119
Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
120
Pasal 55 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan
68
pasien sebagai bentuk pertanggungjawabannya.
tetapi, dalam hal ini pasien ada kalanya mengalami kesulitan untuk
terjadi karena pasien tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai terapi
dan diagnosa dokter mengenai penyakit yang di alaminya. Menyadari hal ini,
pasien. Adapun cara lain untuk menyelesaikan permasalahan ini yaitu dengan
menggunakan doktrin Res ipsa loquitor. Artinya, titik tolak doktrin ini adalah
The thing speaks for it self, yaitu fakta-fakta sudah berbicara sendiri sehingga
yang menyebabkan kerugian terhadap pasien, maka pasien atau keluarga pasien
pasien yang mengalami kerugian berupa bentuk ganti rugi ongkos ataupun uang.
Akan tetapi, bentuk ganti rugi ini tidak dapat diterapkan terhadap pasien yang
pulang atas permintaan sendiri. Hal ini dikarenakan, seperti yang telah
69
sudah menandatangani lembaran khusus (informed consent) secara sadar dan
mengenai penyakit dan segala konsekuensi baik atau buruknya. Secara hukum,
apabila pasien atau keluarga ingin menuntut dokter atau rumah sakit karena
consent digunakan oleh dokter atau rumah sakit sebagai alat bukti berakhirnya
consent Pulang Atas Permintaan Sendiri, maka pada saat itu juga mereka sudah
etik profesi dokter maka gugatan hukum yang ditujukan kepada dokter atau
informed consent Pulang Atas Permintaan Sendiri, dokter atau rumah sakit telah
informasi terkait penyakit pasien dan tindakan terapeutik yang sudah diberikan.
70
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ahmadi Miru dan Sakka Pati, 2011, Hukum Perikatan (Penjelasan Makna
Pasal 1233 -1456 BW), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
A.K Syahmin, 2006, Hukum Kontrak Internasional, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Angrayni Lysa, 2014, Diktat Pengantar Ilmu Hukum, Suska Press, Riau
Asikin Zainal, 2012, Pengantar Ilmu Hukum, cet. 1, PT. Raja Grafindo,
Jakarta
Badrulzaman Mariam Darus (a), 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra
Aditya Bakti, Bandung
Endang Kusuma Astuti, 2009, Perjanjian Terapeutik Dalam Upaya
Pelayanan Medis Di Rumah Sakit, Citra Aditya Bakti, Bandung
Ibrahim Johnny, 2006, Teori dan Metodelogi Penelitian Hukum Normatif,
Bayu Publishing, Malang
Lumenta Benyamin, 1979, Pasien, Citra dan Perilaku, Penerbit Kanisius,
Jakarta
Marzuki Peter Mahmud, 2013, Penelitian Hukum (edisi Revisi), Kencana
Prenada Media Group, Jakarta
Nasution Bahder Johan, 2005, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban
Dokter, PT. Rineka Cipta, Jakarta
Notoatmodjo Soekidjo, 2008, Sosiologi Untuk Kesehatan, Salemba
Medika, Jakarta
Prodjodikoro Wirdjono, 2000, Azas-Azas Hukum Perjanjian, CV. Mandar
Maju, Bandung
Subekti, 1987, Hukum Perjanjian, PT. Intermassa, Jakarta
Sudikno Mertokusumo, 1986, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberti,
Yogyakarta
Zainuddin Ali, 2019, Metode Penelitian hukum, cet. 11, CV. Sinar Grafika,
Jakarta
Zahir Rusyad, 2018, Hukum Perlindungan Pasien, Setara Press, Malang
71
B. Peraturan Perundang-Undangan
Liza Wati, dkk, Kejadian Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) di
RSUD Raja Ahmad Thabib Provinsi Kepulauan Riau, Jurnal Menara Medika,
Edisi September 2021, Vol. 4, No.1
M. Firza Syahlefi Lubis dan Aisyah Simanjorang, Faktor Yang
Memengaruhi Kejadian Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) Pada Pasien
Rawat Inap di RSU Madani Kota Medan, Jurnal Rekam Medic, Edisi Februari
2018, Vol.1, No.2
Mega Warni Harahap, dkk, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan
Pulang Atas Permintaan Sendiri Pasien Di Rumah Sakit Kota Pinang, Jurnal
Kajian Kesehatan Masyarakat, Edisi November 2019 - April 2020, Vol. 1, No. 2
Seta Prakoso, Analisis Opportunity Cost Pasien Pulang Paksa Di Instalasi
Rawat Inap RSU Haji Surabaya, Thesis Magister Universitas Airlangga, 2013
D. Internet
72
Fungsi, https://rspkriopanting.bangkaselatankab.go.id/profile/detail/179-
definisi-tugas-dan-fungsi, Diakses 16 Februari 2022, Pukul 21.20 WIB
Teknosehat, Hukum Kesehatan di Rumah Sakit,
https://hukumkes.wordpress.com/2008/03/15/hospital-liability/, Diakses 16
Februari 2022, Pukul 19.45 WIB
73