Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ANALISIS LINGUISTIK KONSTRANTIF PADA BAHASA Indonesia

DAN BAHASA MINANGKABAU

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Linguistik Konstrantif

Dosen Pembimbing: Siti Maslakhah, S. S., M. Hum.

Disusun oleh kelompok 8 Bahasa Minangkabau

PBSI C 2019

Risty Handayani (19201244001)

M. Aminudin (19201244009)

Sherly Bintari Putri (19201244011)

Ananda Tacla Insani (19201244015)

Alfin Mahardika (19201244039)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2022
Fonologi

Fonologi dalam arti yang luas fokus mempelejari bunyi bahasa secara umum. Termasuk juga
mempelajari perbedaan makna. Misalnya mempelajari tentang kajian fonetik dan fonemik
yang akan diulas di objek kajian fonologi di bawah. Seperti yang kita ketahui tentang
pengertian fonologi sebagai ilmu bahasa yang mengkaji tentang bunyi. Ditinjau dari objek
kajian fonologi diambil dari istilah asalnya Fonologi diambil dari kata Phone yang bermakna
bunyi. Istilah logi diambil dari bahasa logos yang berarti ilmu yang kemudian lahirlah dua
bentuk fonem yang terdiri dari fonetik dan fonemik.

Begitu juga dengan bahasa Minangkabau dan bahasa Indonesia. Bahasa Minangkabau atau
Melayu dialek Minang sebuah bahasa yang merupakan anak bahasa dari Melayu. Berikut
akan dijabarkan perbedaan atau kekontrasan bahasa Minangkabau dan bahasa Indonesia
apabila dilihat dari suku kata fonologinya.

No. Kosakata
1. ambo, awak, denai, aden
2. ang, kau
3. inyo, wa'no
4. awak, kito
5. wa'ang
6. pajatu
7. iko
8. itu
9. siko
10. sinan
11. sia, siapo
12. a, apo
13. dima, dimano
14. bilo
15. ba'a, baapo, co'a
16. bukan, indak
17. sado
18. rami, banyak
19. babarapo, babara
20. sakenek, sakociak, saketek
21. lain
22. ciek, satu
23. duo
24. tigo
25. ampek, ompek
26. limo
27. gadang, godang, basa, bosa
28. panjang
29. leba
30. taba
31. barek, borek
32. kenek, ketek, kaciak, kociak
33. pendek
34. sampik
35. tipih
36.. padusi
37. lalaki
38. urang, ughang
39. anak
40. bini
41. suami
42. amak, omak
43. apak
44. hewan
45.. ikan
46. buruang, unggeh
47. anjiang
48. kutu
49. ula
50. caciang
51. pohon
52. rimbo
53. dahan
54. buah
55. biji
56. daun
57. urek
58. kulik kayu
59. bungo
60. rumpuik
61. tali
62. kulik
63. dagiang
64. darah
65. tulang
66. lamak, lomak
67. talua, tolua
68. tanduak
69. ikua
70. bulu
71. rambuik
72. kapalo
73. talingo
74. mato
75. hiduang
76. muluik,muncuang
77. gigi
78. lidah
79. kuku
80. kaki
81. tapak kaki
82. lutuik
83. tangan
84. sayok
85. paruik,poruik
86. tambusu
87. tangkuak, tongkuak
88. pinggang
89. susu
90. jantuang
91. hati
92. maminum
93. mamakan
94. manggigik
95. maisok
96. maludah
97. mamuntah
98. maambuih
99. ba'angok
100. galak
101. maliek
102. mandanga,mandonga
103. mangarati,mangaroti
104. bapikia
105. mancium
106. takuik
107. lalok, tidua
108. iduik
109. mati
110. mambunuah
111. bacakak, batumbuak, bagaluik
112. baburu
113. mamukua, malantuang
114. mangarek, mamotong
115. mambalah
116. manusuak
117.. mancorek
118. manggali
119. baranang
120. tabang
121. bajalan
122. datang
123. babariang
124. duduak
125. tagak
126. babelok
127. jatuah
128. mambari, maagiah
129. mamacik, mamogang
130. marameh
131. manggusuak
132. mambasuah
133. maapuih
134. maegang
135. mandorong,manolak
136. malempa, mancampak
137. mangikek, mangabek, mangobek
138. manjaik
139. maetong
140. bakato
141. banyanyi, badendang
142. bamain
143. mangambang
144. mangalia
145. mambaku
146. mambangkak
147. matoari
148. bulan
149. bintang
150. aiaaie
151. ujan
152. sungai, sei, batang aia
153. danau
154. lauik
155. garam
156. batu
157. pasia, kasiak
158. dabu
159. bumi
160. awan
161. kabuik
162. langik
163. angin
164. salaju
165. es
166. asok
167. api
168. abu
169. baka
170. jalan
171. gunuang
172. merah, sirah
173. ijau
174. kuniang
175. putiah
176. itam
177. malam
178. ari
179. tahun
180. angek
181. dingin, sajuak
182. panuah
183. baru
184. lamo
185. rancak, elok
186. buruak
187. busuak
188. kumuah
189. luruih
190. bulek
191. tajam
192. tumpua
193. licin
194. basah
195. kariang
196. batua
197. dakek
198. jauah
199. suok
200. kida
201. di
202. dalam
203. jo
204. jo
205. kok, jikok
206. karano, dek
207. namo

Dari data suku kata yang kami temukan di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa terdapat
beberapa kekontrasan antara bahasa Minangkabau dan bahasa Indonesia, seperti kekontrasan
pada gugus konsonan dan bunyi diftong pada kedua bahasa tersebut. Berikut hasil analisis
yang dapat kami jabarkan:

Jumlah bunyi yang kami temukan yang terdapat pada bahasa minang kurang lebih berjumlah
29 yang terdiri dari 17 konsonan (b,c,d,f,g,h,j,k,l,n,m,p,r,s,t,u,w,), 6 vocal (a,i,u,e,e’,o,O), dan
4 diftong yaitu /ua/, /uih/, uik/, /uah/.
1. Jumlah bunyi yang terdapat pada bahasa Minangkabau berjumlah 29 bunyi yang
terdiri dari 17 konsonan (b,c,d,f,g,h,j,k,l,n,m,p,r,s,t,u,w,), 6 vocal (a,i,u,e,e’,o,O), dan
4 diftong yaitu /ua/, /uih/, uik/, /uah/.

2. Kekontrasan gugus konsonan bahasa Minangkabau dengan bahasa Indonesia


 Dalam bahasa Minangkabau ditemukan 46 gugus konsonan dengan pola gugus dua
konsonan, yaitu /ba/, /bu/, /ca/, /ci/, /da/, /de/, /di/, /du/, /ga/, /gi/, /gu/, /he/, /hi/, /ja/,
/ji/, /ju/, /ka/, /ki/, /ke/, /ko/, /ku/, /la/, /le/, /li/, /lu/, /na/, /ni/, /no/, /ma/, /mo/, /mu/,
/pa/, /pe/, /pi/, /po/, /pu/, /ra/, /ri/, /ru/, /sa/, /si/, /su/, /ta/, /ti/, /tu/, dan /wa/.
Sedangkan data gugus konsonan bahasa Indonesia berjumlah 18, yang berpola dua
gugus konsonan yaitu /bi/, /bu/, /gi/, /h/, /he/, /k/, /ka/, /la/, /li/, /m/, /ma/, /ru/, /sa/,
/ta/, dan /tu/.
 Gugus konsonan /ba/, posisi dalam kata: awal dan tengah. Contoh: babarapo, batuo,
basuak, baburu, dan tabang,. Perbandingan dengan bahasa Indonesia: dalam bahasa
Indonesia, terdapat juga gugus konsonan /ba/ dengan posisi dalam kata pada awal
seperti pada kata basah dan baru.
 Gugus konsonan /bu/, posisi dalam kata: tengah. Contoh: rambuik, dan kabuki. Pada
gugus konsonan /bu/ tidak terdapat perbandingan dengan bahasa Indonesia.
 Gugus konsonan /ca/, posisi dalam kata: awal. Contoh: caciang. Pada gugus
konsonan /ca/ tidak terdapat perbandingan dengan bahasa Indonesia.
 Gugus konsonan /ci/, posisi dalam kata: awal. Contoh: ciek. Pada gugus konsonan
/ci/ tidak terdapat perbandingan dengan bahasa Indonesia.
 Gugus konsonan /da/, posisi dalam kata: awal dan tengah. Contoh: dagiang dan
Gadang. Perbandingan dengan bahasa Indonesia: dalam bahasa Indonesia, terdapat
juga gugus konsonan /da/ dengan posisi dalam kata pada awal seperti pada kata
dahan.
 Gugus konsonan /de/, posisi dalam kata: awal dan tengah. Contoh: denai dan aden.
Pada gugus konsonan /de/ tidak terdapat perbandingan dengan bahasa Indonesia.
 Gugus konsonan /di/, posisi dalam kata: awal. Contoh: dimano. Pada gugus
konsonan /di/ tidak terdapat perbandingan dengan bahasa Indonesia.
 Gugus konsonan /du/, posisi dalam kata: awal dan tengah. Contoh: duduak, padusi,
tanduak, hiduang, dan iduik. Pada gugus konsonan /du/ tidak terdapat perbandingan
dengan bahasa Indonesia.
 Gugus konsonan /ga/, posisi dalam kata: awal dan tengah. Contoh: gadang, galak,
dan bagaluik. Perbandingan dengan bahasa Indonesia: dalam bahasa Indonesia,
terdapat juga gugus konsonan /ga/ dengan posisi dalam kata pada tengah seperti
pada kata pinggang.
 Gugus konsonan /gi/, posisi dalam kata: tengah. Contoh: dagiang. Pada gugus
konsonan /gi/ tidak terdapat perbandingan dengan bahasa Indonesia.
 Gugus konsonan /gu/, posisi dalam kata: awal. Contoh: gunuang. Pada gugus
konsonan /gu/ tidak terdapat perbandingan dengan bahasa Indonesia.
 Gugus konsonan /hi/, posisi dalam kata: awal. Contoh: hiduang. Pada gugus
konsonan /hi/ tidak terdapat perbandingan dengan bahasa Indonesia.
 Gugus konsonan /ja/, posisi dalam kata: awal dan tengah. Contoh: jantuang, jatuah
dan panjatu. Perbandingan dengan bahasa Indonesia: dalam bahasa Indonesia,
terdapat juga gugus konsonan /ja/ dengan posisi dalam kata pada tengah seperti
pada kata tajam.
 Gugus konsonan /ji/, posisi dalam kata: tengah. Contoh: anjiang. Pada gugus
konsonan /pi/ tidak terdapat perbandingan dengan bahasa Indonesia.
 Gugus konsonan /ju/, posisi dalam kata: tengah. Contoh: sajuak. Pada gugus
konsonan /ju/ tidak terdapat perbandingan dengan bahasa Indonesia.
 Gugus konsonan /na/, posisi dalam kata: awal dan akhir. Contoh: namo dan sinan.
Pada gugus konsonan /na/ tidak terdapat perbandingan dengan bahasa Indonesia.
 Gugus konsonan /ni/, posisi dalam kata: akhir. Contoh: bini. Pada gugus konsonan
/ni/ tidak terdapat perbandingan dengan bahasa Indonesia.
 Gugus konsonan /no/, posisi dalam kata: akhir. Contoh: karano dan dimano. Pada
gugus konsonan /no/ tidak terdapat perbandingan dengan bahasa Indonesia.
 Gugus konsonan /pa/, posisi dalam kata: awal, tengah dan akhir. Contoh: paruik,
pasia, panajtu, panuah, kapalo, dan malempa. Pada gugus konsonan /pa/ tidak
terdapat perbandingan dengan bahasa Indonesia.
 Gugus konsonan /pi/, posisi dalam kata: tengah. Contoh: bapikia. Perbandingan
dengan bahasa Indonesia: dalam bahasa Indonesia, terdapat juga gugus konsonan
/pi/ dengan posisi dalam kata pada awal dan tengah seperti pada kata pinggang.
 Gugus konsonan /po/, posisi dalam kata: akhir. Contoh: siapo dan bapo.
Perbandingan dengan bahasa Indonesia: dalam bahasa Indonesia, terdapat juga
gugus konsonan /po/ dengan posisi dalam kata pada awal dan tengah seperti pada
kata pohon.
 Gugus konsonan /pu/, posisi dalam kata: awal dan tengah. Contoh: putiah, rumpuik
dan mampuik. Pada gugus konsonan /pu/ tidak terdapat perbandingan dengan
bahasa Indonesia.
 Gugus konsonan /ta/, posisi dalam kata: awal. Contoh: taba, tanduak, tapak, tagak,
tangkuak, dan talingo. Perbandingan dengan bahasa Indonesia: dalam bahasa
Indonesia, terdapat juga gugus konsonan /ta/ dengan posisi dalam kata pada awal
dan tengah seperti pada kata tali.
 Gugus konsonan /ti/, posisi dalam kata : awal dan tengah. Contoh: tigo, tipik dan
putiah. Pada gugus konsonan /ti/ tidak terdapat perbandingan dengan bahasa
Indonesia.
 Gugus konsonan /to/, posisi dalam kata: tengah dan akhir. Contoh: matorai, kito,
mato, dan bakato. Pada gugus konsonan /to/ tidak terdapat perbandingan dengan
bahasa Indonesia.
 Gugus konsonan /tu/, posisi dalam kata: awal, tengah dan akhir. Contoh: tumpua,
jatuah dan panjatu. Perbandingan dengan bahasa Indonesia: dalam bahasa
Indonesia, terdapat juga gugus konsonan /tu/ dengan posisi dalam kata pada akhir
seperti pada kata batu dan kutu.
 Gugus konsonan /wa/, posisi dalam kata: awal. Contoh: waang dan wano. Pada
gugus konsonan /wa/ tidak terdapat perbandingan dengan bahasa Indonesia.

3. Kekontrasan diftong bahasa Minangkabau dan bahasa Indonesia


 Dalam bahasa Minangkabau ditemukan diftong seperti dalam bahasa Indonesia
sehingga kata-kata yang dalam bahasa Indonesia diucapkan dengan diftong dalam
bahasa Minangkabau. Pada kata yang telah kami cari ditemukan 4 diftong diftong,
yaitu /ua/, /uih/, uik/, /uah/.
- Diftong dalam bahasa Minangkabau diucapkan /ua/ seperti pada kata: tumpul
menjadi /tumpua/ dalam bahasa Minangkabau.
- Diftong dalam bahasa Minangkabau diucapkan /uih/ seperti pada kata: lurus
menjadi /luruih/ dalam bahasa Minangkabau.
- Diftong dalam bahasa Minangkabau diucapkan /uik/ seperti pada kata: rambut
menjadi /rambuik/ dalam bahasa Minangkabau.
- Diftong dalam bahasa Minangkabau diucapkan /uah/ seperti pada kata: jauh
menjadi /jauah/ dalam bahasa Minangkabau.

4. Kekontrasan pola gugus konsonan bahasa Betawi dan bahasa Indonesia


Jumlah pola gugus konsonan lebih banyak terdapat dalam bahasa Minangkabau
dibandingkan dengan bahasa Indonesia. Begitu pun dengan diftong, yang malah
didominasi oleh bahasa Minangkabau. Hal ini dapat terjadi karena sifat bahasa
Minangkabau hampir sama dengan bahasa Melayu dan bisa dikatakan bahwa bahasa
Minangkabau merupakan anak dari bahasa Melayu. Hal itulah yang menjadikan
kekontrasan bahasa Minangkabau dengan bahasa Indonesia bisa lebih didominasi oleh
bahasa Minangkabau, meskipun bahasa Indonesia terbuka terhadap masuknya unsur
serapan dari bahasa lain, terutama bahasa Melayu.

SINTAKSIS

1. Komponen Kalimat
Maksud dari komponen kalimat ialah unsur-unsur yang membentuk kalimat. Jenis
pengelompokan unsur-unsur ini adalah secara kategori gramatika;, fungsi gramatikal,
dan peran gramatikal.
2. Kategori Gramatikal
Kategori gramatikal ialah pengelompokan unsur-unsur kalimat berdasarkan sintaksis
yang terdiri dari kata, frase, dan klausa.
a. Klasifikasi Kata Menurut Sintaksis
Menurut fungsinya kata dapat dibagi kedalam kelas utama dan kata
tugas. Yang termasuk kelas utama adalah kata oenda, kata kerja, kata sifat,
kata keterangan, dan kata bilangan; sedangkan yang termasuk kata tugas
adalah kata sambung, kata depan, kata sandang, dan kata seru.
b. Frase
Frase ialah bentuk yang terdiri dari satu kat~ atau Jebih yang mempunyai
fungsi gramatikal dalam kalimat. Ada lima jenis frase dalam, yaitu frase
nomina, frase Verba, frase ajektiva, frase lokatif, dan. franumeral.
1) Frase nomina
Frase nomina terdiri. dari kata benda yang bisa diikuti atau tidak
diikuti oleh penanda nomina.
 Frase nomina itu dapat terdiri dari kata benda saja atau
gabungan kata benda sepert kata kata /buruang/. /kuciang/,
/sawah jo ladang/ ama? Jo apa?/ dalam kalimat berikut:
- /Buruang tabang/ “burung terbang”
- /Ikan iduy dalam aiy/ “ikan hidup dalam air”
- /Kuciang mangeong/ “kucing mengeong”
 Frase nomina juga dapat terdiri dari kata ganti orang, seperti
/aden/, /ino/, dan /awak/ dalam kalimat-kalimat berikut:
- /aden pai ka pasa/ “saya pergi ke pasar”
- /ino lalok/ “dia tidur”
- /awak ka pai ka ladang/ “kita akan pergi ke ladang”
 Frase nomina juga dapat terdiri dari kata ganti tanya, seperti /a
a/, /baraa/, /siaa/, /di maa/ dalam kalimat berikut:
- /aa karjonyo/ “apa kerjanya”
- /baraa bali karambid tu cie?/ “berapa beli kelapa itu sebuah”
- /Sisa apak nyo/ “Siapa ayahnya.”
 Frase nomina juga dapat terdiri dari kata ganti penunjuk seperti
kata-kata /iko/ dan /itu/ dalam kalimat berikut:
- /iko meja/ “Ini meja”
- /itu kudo/ “itu kuda”
 Frase nomina juga dapat terdiri dari norrien verba, seperti kata-
kata /makan/, /manulih/ dalam kalimat-kalimat berikut:
- /makan aparlu untuak iduy/ “makan perlu untuk hidup”
- /baraja elok katiko mudo/ “Belajar lebih baik ketika masih muda”
 Frase nomina juga dapat ditandai oleh kata sandang yang
mendahului kata benda seperti dalam kalimat-kalimat berikut:
- /si dulah pai ka padang/ “Si Dulah pergi ke Padang”
- /Nyonya munir pai ka pasa/ “Ibu munir pergi ke pasar”
- /mang pakiah sadang mambaja/ “Paman sedang membajak”
 Frase nomina juga dapat ditandai oleh kata bilangan atau kata
bantu bilangan yang rnendahului kata benda seperti dalam
kalimat-kalimat beri· kut:
- /duo baleh buliln sataun/ 'Dua belas bulan setahun.
- /Satangkai bungo di ateh meja/ “setangkai bunga di atas meja”
 Frase nomina juga dapat ditandai oleh kata sifat yang
mengikuti kata benda seperti dalam kalimat-kalimat berikut:
- /Baju putiah dilakek kannyo/ “ Baju putoh dipakainya”
- /ayam sirah dibabingnyo/ “ayam merah disembelihnya”
2) Frase verba
Dalam PUEBI vrase verba harus membunyai kata kerja sebagai
dasar, dapat tanpa obyek (KK transitif) dan dapat berobyek (KK
intransitif).
Dalam sebuah frase verba, kata kerja itu dapat didahului oleh kata
keterangan waktu seperti /ka/ 'akan ', /aluri/ 'bel urn', /alah/ atau /lah/
'telah ', dan /sada/ 'sedang.'
Selain daripada diikuti oleh sebuah obyek, sebuah kata kerja
pada suatu frase verba dapat pula diikuti oleh sebuah kata keterangan
seperti halnya:
(/ka/, /alah/, /sadang/, /alun/) +KK+KB+Kket (/lay/) - FV
Contoh:

- /adik lalok/ “adik tidur”


- /kudo balari/ “Kuda berlari”
- /inyo manggali sumua/ “Dia menggali sumur”
- /pamburu itu manembak ruso/ “Pemburu itu menembak rusa”
- /kudo tu balari kancang/ “Kuda itu berlari dengan kencang”
- /urang sakik tu alun bisa duduak lay/ “orang sait itu belum bisa
duduk”
kata kerja /lalo?/ 'tidur' dan /balari/ 'berlari' pada kalimat di atas
merupakan kata kerja intransitif. Sebaliknya kata kerja /maf'lali/
'menr:gali' dan /manemba?/ 'menembak' adalah kata kerja transitif.
kata /kancang// 'kencang' pada kalimat /kudo tu balari kancang'//
adalah kata keterangan sebab kata itu menerangkan kata kerja, bukan
menerangkan kata benda.

3) Frasa Ajektiva
Frase ajektiva harus mempunyai kata sifat sebagai dasar. Frase
ajektiva ini dapat terdiri dari sebuah kata sifat saja dan dapat pula
terdiri dari gabungan kata keterangan dan kata sifat. Kata keterangan
/palia'f'// 'paling', /labiah/ 'lebih', /kurang'// 'kurang', dan /agak/ 'agak'
selalu mendahului kata sifat, sedangkan kata /bana/ 'benar' selalu
mengikuti kata sifat. · Kata /bana/ 'benar' yang didahului oleh kata
/iyo/ atau awalan /sa-/ menyatakan arti 'betul-betul.' Kata /sange/
'sangat' dapat mendahului atau mengikuti kata sifat. Kata keterangan
yang terletak di muka dan di belakang kata sifat tidak dapat dipakai
bersama-sama dalam satu FA.

(/labiah/paliang/kurang/ agak/sangek/inyo bana/ bana-


bana/ saban/) + KS  FA.

KS + (/sangek/ bana/)  FA

Contoh:

- /anak tu rajin/ “anak itu rajin”


- /hari kalam/ “hari gelap’
- /samba tu kurang lamak/ “sambal itu kurang enak”
- /badan nyo agak kuruyh/ “badannya agak kurus”
- /adiaknyo panday bana/ “adiknya pandai benar”
- /adiaknyo panday sangek/ “adiknya sangat pandai”

c. Klausa
Klausa adalah sebuah kalimat atau bahagian dari sebuah kalimat yang
mempunyai sebuah subyek dan sebuah predikat. Klausa yang bisa berdiri
sendiri disebut klausa bebas atau klausa utama. Klausa bebas ini bisa
merupakan suatu kalimat atau bahagian yang utama dari suatu kalimat yang
memllunyai subyek dan predikat sendiri. Sedangkan klausa yang tak bisa
berdiri sendiri disebut klausa terikat dan klausa ini selalu merupakan bahagian
dari suatu kalirnat yang dirnulai dengan /nan/.
Klausa bebas atau utama:
- /urang tu guru/ “orang itu guru”
- /apak minum kopi/ “ayah minum kopi”
- /kuciang tu gilo/ “kucing itu gila”

Klausa terikat:
- /ino minum te nandi dalem galeh/ “Dia minum the di dalam
gelas”
- /lauak nan apak tangkok lah mati/ “ikan yang sudah bapak
tangkap mati”
3. Fungsi Gramatikal
Secara sintaksis sebuah kalirnat mempunyai beberapa macam fungsi gramatikal
yaitu subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap.

a. Subjek
Subyek kalimat merupakan bahagian utama kalimat itu yang menjadi pokok
pembicaraan. Subyek selalu terdiri dari frase nomina seperti contoh dalam
kalirnat berikut:
/inyo guru/ “dia guru”
/kini rabaka/ “sekarang rabu”
/iko meja/ “ini meja”
b. Predikat
redikat dari suatu kalimat merupakan bahagian kedua dari kalimat itu yang
berfungsi menerangkan subyek. Predikat menerangkan apa yang dilakukan
oleh subyek, apa, siapa, bagaimana, atau berapa jumlah subyek itu. Predikat
bisa terdiri dari FN, FV, FA, FL, dan FNu.

c. Objek
Objek adalah bagian kalimat yang mengikuti verba transitif atau yang
melengkapi objek verba transitif. Objek ada dua macam yaitu objek langsung
dan dan tak langsung seperti pada kalimat dibawah.
/Dosen iko mamberi adiak tugas/ “dosen itu memberi adik tugas”
/Amak mamasak nasi kuciang untuak apak/ “Amak memasak nasi
kucing untuk bapak”

d. Keterangan
Keterangan memberikan kejelasan tentang kapan, dimana dan bagaimana
peristiwa diutarakan dalam kalimat itu, seperti contoh:
- /Adiak mambaco buku rabuk luso/ “Adik membaca buku rabu
kemarin”
- /Tina tak datang karano sakia/ “Tina tidak datang karena sakit”
e. Pelengkap
Pelengkap adalah unsur kalimat yang melengkapi predikat verbal, seperti
contoh di bawah ini:
- /apak badagang sepatu/ “bapak berdagang sepatu”
- /Adiak balari laju/ “Adik berlari cepat”
4. Kalimat Transformasi
Kalimat transformasi ialah suatu kalimat yang telah berubah dari suatu tipe ke
tipe yang baru. Perubahan ini dapat terjadi dari kalimat dasar menjadi kalimat
majemuk dan dari lealimat aktif menjadi kalimat inglear, tanya, pasif, perintah, dan
tak lengleap.
a. Kalimat tunggal
Kalimat tunggal ialah kalimat yang mempunyai sebuah subyek dan sebuah
predikat. Kalimat ini dapat berobah menjadi kalimat ingkar, tanya, pasif,
perintah, dan tak lengkap dan merupakan kalimat-kalimat transformasi seperti
kalimat setara, bertingkat atau setara bertingkat,
1) Tanya
Kalimat tanya ialah suatu kalimat yang menghendaki jawaban.
Kalimat ini bisa mempunyai lagu tanya naik atau turun. Kalimat tanya
juga dapat ditandai dengan adanya kata-kata tanya seperti /aa/'apa', '
/siaa/ 'siapa', /maa/ 'mana', /baraa/ 'berapa', /maflaa/ 'menppa', fba?af
'bapimana', /nan maa/ 'yang mana', /bilo/ 'kapan', /pabilo/ 'apabila', /ka
maa/ 'ke mana', dan /dimaa/ 'di mana.' Tekanan utama terletak pada
kata tanya itu. Pada kalimat tanya yang tidak memakai kata tanya,
tekanan utama terletak pada kata tentang apa yang akan ditanyakan.
Sedangkan susunan dari subyek dan predikat biJa berlainan dari
susunan subyek dan predikat pada kalimat dasar.
Kalimat tanya dapat terjadi dari kalimat dasar yang diberi
intonaii tanya di akhir kalimat.
Kalimat dasar Kalimat tanya
/kini rabaka/ “sekarang rabu” /kini rabaka?/ “sekarang hari
rabu?”
/Inyo makan/ “dia makan” /inyo makan/ “dia makan?”
/apak sakik/ “ayah sakit” /apak sakik/ “ayah sakit?”

Kalimat tanya bisa terjadi dari kalimat dasar yang predikatnya


dipindahkan ke depan subyeknya sedangkan intonasi di akhir kalimat
turun.
Kalimat dasar Kalimat tanya
/kini rabaka/ “sekarang rabu” / rabaka kini?/ “sekarang hari
rabu?”
/Inyo makan/ “dia makan” / makan inyo / “makankah dia?”
/apak sakik/ “ayah sakit” / sakik apak / “sakitkah ayah?”
/talua tu ampek/ “telur itu empat /ampek talua tu/ “empat buah
buah” telur itu?”

Pada kalimat tanya yang memakai kata tanya, tekanan terletak


pada katta tanya, kecuali dalam kalimat tanya yang kata tanyanya
diikuti oleh kata bantu bilangan dan tekanan jatuh pada kata bantu
bilangan itu.
Kata tanya Kalimat tanya
/aa/ “apa” /ari aa kini/ “hari apa ini?”
/siaa/ “siapa” /siaa namo adiak kau/ “siapa
nama adikmu?”
/maa/ “mana” /urang maa inyo/ “orang mana
dia?”
/baraa/ “berapa’ /baraa piriang sawah ang/
“berapa piring sawah engkau?”
/baka/ “bagaimana” /baka lo inyo tu/ “bagaimana
pula dia itu”
/ka mana/ “kemana” /ka mana inyo jalan/ “kemana ia
berjalan?”
/di maa/ “di mana” /di maa ang tingga/ “dimana
engkau tinggal”
/bilo/ “kapan” /bilo apak tibo/ “kapan ayah
tiba?”

2) Pasif
Kalimat pasif ialah kalimat yang subyeknya dikenai perbuatan yang
dimaksudkan kata kerja pada predikat kalirnat itu. Kata kerja dari
kalimat ini bisa berawalan /di·/, /ba-/, /ta-/, atau /no-/. Kata /de? / 'oleh'
beserta pelaku dapat ditarnbahkan kepada setiap kalimat pasif yang
kata utarna predikatnya tidak mempunyai.morfem terputus /ka. . .an/.
Pelaku pada kalimat pasif berasal dari subyek kalirnat aktif.
 Awalan /di-/
Awalan /di-/ pada kalimat pasif menggantikan awalan /maN-/
yang terdapat pada kata kerja utama dari predikat dalam
kalimat aktif. Sedangkan "pelaku ooleh didahului oleh /dek/
'oleh' pada kalimat pasif ini.
Pasif : /Pintu itu sadang dibukak dek adiak/

“pintu itu sedang dibuka adik)

Aktif : /adiak sadang mambukak pintu tu/

“adik sedang membuka pintu itu.”

 Awalan /ta-/
Awalan /ta-/ pada kalimat pasif menggantikan awalan /maN-/
yang terdapat pada kata kerja utama dari predikat dalam
kalimat aktif. Perbuatan yang dimaksud oleh kata kerja yang
berawalan /ta-/ itu berarti tidak disengaja. Kalimat ini harus
mempunyai /dek/ 'oleh' jika pelaku disebutkan.
Pasif : /surek tu lah tacabiank (de? den)/
'Surat itu sudah terobek oleh ku.'
Aktif : /den lah mamcabiak surek tu/
 Awalan /nyo-/
Awalan /no-/ pada kalimat pasif menggantikan awalan /maN-/
yang terdapat pada kata kerja utama dari predikat dalam
kalimat aktif. Kata /dek/ 'oleh' beserta pelaku boleh
ditambahkan di akhir kalimat pasif yang kata kerjanya
berawalan /nyo-/.
Pasif : /kamar tu lah nyi sabu dek pasuruah kantua/
“Kamar itu sudah disapu oleh pesuruh kantor”
Aktif : / Pasuruah kantor sudah manyapu kamar tu/
“pesuruh kantor sudah menyapu kamar itu”
3) Perintah
Kalimat perintah ialah suatu kalimat yang diucapkan oleh
seseorang untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu yang
dikehendaki oleh orang yang menyuruh itu. Subyek dalam kalimat ini
bisa dihilangkan. Akhiran /-lab/ terletak pada akhir kata yang
diutamakan dalam kalimat ini dan berfungsi untuk menghaluskan atau
menegaskan arti.
/makanlah nasi tu dek ang/ “makanlah nasi itu”
/datanglah ka siko/ “Datanglah ke mari”
/Ndak usahlah tigo urang/ “tidak usahlah tiga orang”
b. Kalimat Setara
Kalimat setara adalah suatu ka!Unat majemuk yang terdiri dari
gabungan dua buah klausa utama atau lebih. Kalimat ini dapat terdiri dari atas
gabungan dua buah kaliplat dasar· atau lebih yang subyeknya sama tetapi
predikatnya berbeda, dua buah kalimat dasar atau lebih yang subyeknya
berbeda tetapi Predikatnya sama dan dua buah kalimat dasar atau lebih yang
subyeknya dan predikatnya sama-sama berbeda.
Kalimat majemuk yang terjadi dari penggabungan dua buah kalimat
dasar yang subyeknya sama, tetapi preclilcitnya berbeda.

(FN+FV) (FN+.FV)  FN -+ FV + Jo + FN
(/amak makan/) + (amak minum) /amak makan jo minum/
Ibu makan + ibu minum Ibu makan dan minum
(FN+ FN) + (FN+ FN).  FN + FN + FN + iyopulo
/inyo pegaway/ + /inyo wartawan/ /inyo pegawai wartawan iyo pulo/
Dia pegawai + dia wartawan Dia pegawai dan wartawan

c. Kalimat Bertingkat
 Kalimat bertingkat adalah kalimat majemuk yang terjadi dari
gabungan utu klausa utama dengan satu atau lebih klausa
terikat.
(FNl + FN2) +. (FN1 + FN3)  FN1 + nan + FN3+ FN2
/urang tu jadi wali nagari/ /urang nanpaimpin masarakat tu jadi
/urang tu pamimpin masarakat/ wali nagari/

‘orang itu jadi kepala desa’ ‘orang yang memimpin masyarakat


‘orang itu pemimpin masyarakat’ itu jadi kepala desa’

 Klausa utama yang terdiri dari FN 1. + FN2 dan klausa terikat


yang terdiri dari FN1 +FA
(FN1 + FN2) + (FN1 +FA)  FN1 + nan + FA + FN2
/urang tu aji/ /urang nan panday tu aji/
/urang tu panday/

‘orang itu haji’ ‘orang yang pandai itu haji’


‘orang itu pandai’

 Klausa utama yang terdiri dari FN 1 + FV dan k.lausa terikat


yang terdiri dari FN 1 + FA a tau k.lausa utama FN 1 + FA dan
k.lausa terikat FN1 + FV:
(FN1 + FV) + (FN1 +FA)  FN1+nan+FA+FV
/anak tu makan/ /anak nan rancak tu makan/
/anak tu rancak/

‘anak itu makan’ ‘anak cantik itu makan’


‘anak itu cantik’

MORFOLOGI BAHASA MINANGKABAU


Bahasa Minangkabau mempunyai fonem-fonem berikut :5 fonem vokal / i, a, u, e, o / ,
20 fonem konsonan / p, b, m, w, t, d, n, l, r, s, c, j, y, f, k, g,T7, o, 9 , h / dan 6 fonem
diftong / i ö, u ö, aw, ay, uy, e ö/.
a. Fonem-fonem Vokal
Fonem-fonem vokal terdiri darkvokal tinggi depan /i/, tengah depan / e /, bawah
sentral / a /, tengah belakang / o /, dan tinggi belakang / u /.
b. Fonem-fonem Konsonan
Fonem-fonem konsonan bahasa Minangkabau terdiri dari konsonan labial / p, b, m, w /,
alveolar It, d, s, n, l, r / , palatal / c, j, y, fi / , velar / k g, n, ö / dan glotal / h, /.
Sesuai dengan prinsip fonologi dalam kerangka teori yang mengatakan bahwa urutan-
urutan bunyi yang umum berpengaruh terhadap interpretasi fenomis dari bunyi atau
urutan-urutan yang diragukan, maka urutan-urutan vokal yang diikuti 110/
diinterpretasikan sama dengan urutan-urutan / uy _/, / aw / , / ay / dan karenanya fonem
schwa / / dalam urutan-urutan / ib / , / ub / , / eö / merupakan sebuah konsonan luncur
(glide) seperti / w / dan / y /•
c. Diftong
Diftong dalam Bahasa Minangkabau adalah: / ib, ua, aw, ay, uy, ea/.
d. Prosodi
Prosodi tidak dibicarakan dalam bagan ini tetapi ditempatkan pada bagian sintaksis
karena banyak hubungannya dengan struktur kalimat

A. Morfem
Sebuah morfem dalam Bahasa Minangkabau bisa terdiri dari satu silabe, dua silabe,
tiga silabe, atau empat silabe; tetapi tidak ada morfem yang bersuku lebih dari empat.
Contoh-contoh:
1) Morfem bersuku satu: / nan / 'yang' / ei / 'hei', / jam / 'jam', / -an / (Ebuah
akhiran), / ba- / (sebuah awalan).
2) Morfem bersuku dua: / i - no / 'ia', / su-req / 'surat', /gun-tiöq/ 'gunting', [basi- /
(sebuah awalan).
3) Morfem bersuku tiga: / ka-pa-tan / 'kemarin', / te-la-pao / 'telapak', / p-re-nah l,
"prilaku', / 'senggulung'.
4) Morfem bersuku empat: / ma-ra-pu-lay / 'mempelai', / ka-la-la-wa / 'kelelawar', /
ka-titi-ti-ran / 'burung ketitiran', / ka-li-ma-yiÖ/ 'sebanp ulat'.

B. Klasifikasi Kata
Secara morfemis, kata-kata Bahasa Minangkabau dibagi atas dua macam, yaitu kata
yang terdiri dari satu morfem (mono-morfem) dan kata yang terdiri dari lebih dari
satu morfem (poli-morfem)
1) Kata Mono-Morfem
Sebuah morfem yang dapat berdiri sendiri tanpa tambahan morfem lain disebut
kata mono-morfem, seperti ado / 'ada', / maa / 'mana', /wa?an / 'engkau laki-laki', /
bendi / 'dokar', / saki9 / 'sakiť, /e109 / 'baik', / karajo / 'kerja', /de9 / 'karena.
2) Kata Polimorfem
Dałam Bahasa Minangkabau kata-kata berikut adalah kata polimorfem : /gulo/
'gula' menjadi /gulo-gulo/ 'gula-gula' /kudo/ 'kuda' menjadi /kudo-
kudo/ 'kuda-kuda' łgali/ 'geli' menjadi /gali-gali/ 'geli' /lari/ 'lari
menjadi /lari-lari

C. Proses Morfologis
1) Imbuhan dan distrib
Bahasa Minangkabau mempunyai imbuhan dalam bentuk awalan, sisipan,
akhiran, dan imbuhan terputus. Penyisipan merupakan proses afiksasi yang tidak
produktif dan kenyataannya hanya terjadi dalam pembentukan beberapa kata yang
amat terbatas.
a. Awalan
Dalam Bahasa Minangkabau terdapat bentuk-bentuk awalan sebagai berikut: /
ba-l /, / ba-2 / , / maN- /, / paN- / , /pa- / , Ita- / , / no / , /di /, Isa- / , / ka- / , /
baku- /, dan /basi- /. Juga terdapat gabungan awalan yang ter diri dari awalan-
awalan di atas seperti: / ba-pa- /, Ita-pa- / , / maN-pa-/, /di-pa-/ / sa-pa-/.
b. Sisipan
Di dalam Bahasa Minangkabau terdapat lima sisipan, yaitu /-il-/, /-al-/, /-ar-/,
/-am-/, dan /-in-/. Sisipan ini hanya dapat disisipkan pada beberapa kata saja
dan karenanya tidak produktif.
1. Sisipan /-il-/
sisipan /-il-/ dapat disisipkan pada kata kerja /tunkuy?/ 'tungkup'dan
/tantan/ 'tantang' tanpa mengubah kelas kata itu dan mengandung arti
'keadaan'.
2. Sisipan /-al-/
Sisipan /-al-/ dapat disisipkan pada kata/gambuÔn/ 'gembung', /gitP/
'gelitik', dan /gesoh/ 'geser' yang berarti 'banyak' atau 'banyak kali'.
3. Sisipan /-ar-/
Sisipan /-ar-/ terdapat pada kata /garigi/ 'gerigi' dan /tarali/ 'terali'
yang dibentuk dari kata benda /gigi/ 'gigi' dan /tali/ 'tali' tanpa mengubah
kelas kata dan berarti 'banyak', seperti: /garigi/ 'gerigi' igi/ /tarali/
'terali'ali/
4. Sisipan /-am-/
Sisipan /-am-/ terdapat dalam kata /tamurun/ 'temurun' dan /kamu
DO/ 'kemuning' yang masing-masing berasal dari kata kerja /turun/ 'turun'
dan kata sifat /kuniÖT7/ 'kuning.' Dalam hal ini kedua kata jadian ini
menjadi kata benda.
5. Sisipan /-in-/
Dari kata kerja /tadah/ 'menampung' terbentuk kata kerja jadian /taqadah/
'terbuka ke atas.'
c. Akhiran
Akhiran dalam Bahasa Minangkabau ada empat yakni /-an/, /-Kan/, /-i/ dan /-
lah). a. Akhiran /-an/. Akhiran /-an/ dapat ditambahkan pada KK, KB dan KS
yang membuat kata tersebut menjadi KB deritvatlf
KK-/-an/ (lihat 2.5.4. s.d. 2.5.7.)
Contoh:
/pakay/ 'pakai' /pakayan/
'pakaian'
/buay/ 'buai' /buayan/
'buaian'
/tapih/ 'tapis' /tapisan/
'tapisan'
/jahi?/ 'jahit' /jahitan/
'jahitan'
/lompe?/ 'lompat' /lompatan/
'lompatan'
1. Akhiran /-Kan/
Akhiran /-Kan/ dapat ditambahkan pada KK, KB, KBil, dan KS yang menjadikan
kata erakhiran dengan /-Kan/ ini imperatif.
KK-/-Kan/ > KK inflektif imperatif
Contoh:
/ambiô 9/ 'ambil' /ambiô QKan/ 'ambilkan'
/jalan/ 'jalan' /jalanKan/ 'jalankan'
/taruyh/ 'terus' /taruyhKan/ 'teruskan'
/lompe9/ 'lompat' /lompeQKan/ 'lompatkan'
2. Akhiran /-i/
Akhiran /-i/ dapat ditambahkan pada KK, KB, dan KS yang menjadikan KK menjadi
KK inflektif transitif dan KB dan KS menjtdi KK derivatif imperatif.
KKł-/-i/ > KK inflektif transitif
/duduÔ?/ 'duduk /duduô?i/
duduki'
/lalo?/ 'tidur' /lalo?i/
'tiduri'
/masuô?/ 'masuk' /masuÔ?i/
'masuki'
/tutuy?/ 'tutup' /tutuy?i/
'tutupi'

3. Akhiran /-lah/
Akhiran -lah/ dapat ditambahkan pada klas kata utama
Contoh:
/pai/ 'pergi' /pailah/ 'pergilah'
/manihKan/ 'maniskan'/manihKanlah/ 'maniskanlah'

/limo/ 'lima' /limolah/ 'sebaiknya


lima'
/ambo/ 'saya' /ambolah/ 'sebaiknya
saya'

d. Imbuhan Terputus
Bahasa Minangkabau mempunyai tiga imbuhan terputus /ka an/, /ka . . . FIO/
dan /paN . . . an/.
1. Imbuhan terputus /ka. . .an/
Imbuhan terputus /ka. . .an/ dapat dikaitkan pada KK dan KKet yang
menjadikan KK dan KKet ini KB derivatif. Imbuhan ini juga dapat di
kaitkan pada KS yang menjadikan KS menjadi KB atau KS2 tergantung
pada pemakaiannya dalam kalimat.
Contoh:
[ka. . .an/-KK > KB
/tiduö/ 'tidur' /katiduran/ 'tempat tidur'
/duduÖ 9/. 'duduk' /kadudu0 9an/ 'kedudukan'
2. Imbuhan terputus /ka. . .ňo/
Imbuhan terputus /ka. . .ňo/ dapat dikaitkan pada KB dan beberapa kata
penunjuk jumlah atau kelompok seperti /saluruÔh/ 'sehiłruh', /sarumpun/
'serumpun', /saunguÔ?/ 'setumpuk,' dan /sakaruôn/'sekarung.
/ka. . . ňo/
/ duo / 'dua' / Kaduono / 'Keduanya'
/tujuôh/ 'tujuh' /katujuôhňo/ 'ketujuhnya'
/saluruÔh/ 'seluruh' /kasuluruôhňo/ 'keselurhhnya'
/sakaruÔn/ 'sekarung' /kasakaruônňo/ 'seluruh isi karung/
/saunguÔ / 'setumpukan' /kasaunguôfiło/ 'seluruh tumpukan'
9

3. Imbuhan terputus /paN. . .an/


Imbuhan terputus /paN. . .an/dapat dikaitkan pada KK, KS, dan KB.
Imbuhan ini menjadikan KK, KS, dan KBI ini menjadi KB derivatif yang
berarti hasil pekerjaan, sifat, atau alat KB

2) Reduplikasi
Reduplikasi ialah proses pembentukan kata dengan perulangan kata dasar.
Reduplikasi dalam Bahasa Minangkabau dapat dibagi atas tiga bagian: reduplikasi
sempurna, reduplikasi tidak sempurna, dan reduplikasi berimbuhan
a. Reduplikasi Sempurna
Reduplikasi sempurna dalam Bahasa Minangkabau terdapat dengan KB, KK,
dan KS. Reduplikasi pada KK dan KS berarti intensitas pekerjaan dan sifat,
dengan bilangan berarti kelompok dan menjadikannya KKet.
KB
/kudo-kudo/ 'permainan kuda-kuda atau bagian dari atap rumah'
/api-api/ 'korek api'
/itu-itu/ 'itu itu juga/
/meja-meja/ 'banyak meja atau meja mainan’
KK
b. Reduplikasi Tidak Sempurna
1. Dengan perubahan vokal pada kata kedua
Contoh :
/compaą- 'compang-
campiôrł/ camping'
/bolaq-balô/ 'mundar-
mandir'
/mora9-marP/ 'morat-mariť
/kuta9-katiÔȚ/ 'kutak-katik'
2. Dengan perubahan atau penambahan konsonan pada kata kedua
Contoh
/iruaq- 'hirik-pikuk'
pikuô?/
/kacaw- 'kacau-balau'
balaw/
/eren- hereng-
genderł/ gendeng'
/tungan- 'tunggang-
langal?/ langgang'
3. Yang tidak beraturan
Contoh.
/simpan-siun/ 'simpang-siur'
/sikucapan-sikucapeh/ 'sikucapang-sikucapeh'
/kincan-kincuy9 / 'tergesa-gesa'
/turun-temurun/ 'turun-temurun'
c. Reduplikasi dengan imbuhan
a. /maN-/ -KKI-R > KK2
Reduplikasi dengan awalan /maN-/ berarti melakukan pekerjaan berulang kali.
Contoh :
/maimbaw- 'memanggil-
imbaw/ manggil'
/mancoreÖQ- 'menggores-
coreÖQ/ gores
b. /maN-/ -R > KK2

Anda mungkin juga menyukai