M60673
M60673
• Pasien laki-laki usia 30 tahun dibawa ke IGD dalam keadaan kondisi tidak sadar oleh
keluarganya.
76.
C. III
SYOK
Syok Hipovolemik Syok kardiogenik Syok distributif Syok obstruktif
Kehilangan cairan tubuh yang Kegagalan pompa jantung 1. Syok anafilaktik Karena ada obstruksi
berlebihan 2. Syok sepsis
3. Syok neurogenik
3
SYOK
Syok Hipovolemik Syok kardiogenik Syok distributif Syok obstruktif
Kehilangan cairan tubuh yang Kegagalan pompa jantung 1. Syok anafilaktik Karena ada obstruksi
berlebihan 2. Syok sepsis
3. Syok neurogenik
4
SYOK
Syok Hipovolemik Syok kardiogenik Syok distributif Syok obstruktif
Kehilangan cairan tubuh yang Kegagalan pompa jantung 1. Syok anafilaktik Karena ada obstruksi
berlebihan 2. Syok sepsis
3. Syok neurogenik
5
Analisis soal
• Pasien laki-laki usia 30 tahun dibawa ke IGD dalam keadaan kondisi tidak sadar oleh keluarganya.
• Pada pemeriksaan TD menurun, nadi teraba cepat >120x/menit. Perkiraan kehilangan darah 30-40%.
Keyword
• Pasien usia 30 tahun diantar ke IGD oleh warga setelah terlibat KLL.
77.
B. Syok obstruktif
PNEUMOTHORAKS
Kondisi terdapatnya udara bebas dala rongga pleura, dapat primer (tidak ada riwayat penyakit / trauma), dan
sekunder (riwayat penyakit / trauma, biasanya disebakan pecahnya bullae akibat TB)
Klinis
• Sesak
• Riwayat trauma / penyakit sebelumnya
Pemeriksaan
• Inspeksi: Pengembangan dada tidak simetris
• Palpasi: fremitus menurun
• Perkusi: hipersonor
• Auskultasi: suara nafas menurun
• Kondisi syok obstruktif (pada tension pneumothoraks)
PNEUMOTHORAKS
Rontgen thoraks:
Tampak daerah lusen, tampak pleural line
Trakea, mediastinum terdorong ke sisi sehat
(tension pneumothoraks)
Tatalaksana
• WSD (pneumothoraks)
• Needle thoracosintesis (tension
pneumothoraks)
Kehilangan cairan tubuh yang Kegagalan pompa jantung 1. Syok anafilaktik Karena ada obstruksi
berlebihan 2. Syok sepsis
3. Syok neurogenik
10
SYOK
Syok Hipovolemik Syok kardiogenik Syok distributif Syok obstruktif
Kehilangan cairan tubuh yang Kegagalan pompa jantung 1. Syok anafilaktik Karena ada obstruksi
berlebihan 2. Syok sepsis
3. Syok neurogenik
11
SYOK
Syok Hipovolemik Syok kardiogenik Syok distributif Syok obstruktif
Kehilangan cairan tubuh yang Kegagalan pompa jantung 1. Syok anafilaktik Karena ada obstruksi
berlebihan 2. Syok sepsis
3. Syok neurogenik
12
Analisis soal
• Pasien usia 30 tahun diantar ke IGD oleh warga setelah terlibat KLL.
• Kesadaran menurun. Tanda vital TD 90/60 mmHg, HR 100x/menit, RR 30x/menit. Pemeriksaan fisik tampak jejas pada dada kanan, gerak dada kanan
tertinggal, perkusi hipersonor, suara nafas menjauh.
Tension pneumothoraks
komplikasi = syok obstruktif
Keyword
• Laki-laki usia 30 tahun diantar ke UGD oleh perawat puskesmas dengan keluhan sesak nafas setelah
disuntik oleh perawat.
• Telah diberikan suntikan epinefrin berkali- kali dengan dosis maksimal tetapi tensi tidak membaik.
78.
C. Diberikan vasopressin
SYOK
Syok Hipovolemik Syok kardiogenik Syok distributif Syok obstruktif
Kehilangan cairan tubuh yang Kegagalan pompa jantung 1. Syok anafilaktik Karena ada obstruksi
berlebihan 2. Syok sepsis
3. Syok neurogenik
15
SYOK
Syok Hipovolemik Syok kardiogenik Syok distributif Syok obstruktif
Kehilangan cairan tubuh yang Kegagalan pompa jantung 1. Syok anafilaktik Karena ada obstruksi
berlebihan 2. Syok sepsis
3. Syok neurogenik
16
SYOK
Syok Hipovolemik Syok kardiogenik Syok distributif Syok obstruktif
Kehilangan cairan tubuh yang Kegagalan pompa jantung 1. Syok anafilaktik Karena ada obstruksi
berlebihan 2. Syok sepsis
3. Syok neurogenik
17
Analisis soal
• Laki-laki usia 30 tahun diantar ke UGD oleh perawat puskesmas dengan keluhan sesak nafas setelah disuntik oleh perawat.
• Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 90/60 mmHg, HR 100x/menit, RR 28x/menit, suhu 37 C. Akral dingin.
• Telah diberikan suntikan epinefrin berkali- kali dengan dosis maksimal tetapi tensi tidak membaik.
Syok anafilaktik
Gagal epinefrin = Refrakter
Berikan vasopressor
Keyword
• Pasien datang dengan keluhan nyeri pada sendi bahu dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi
setelah pasien jatuh saat lari pagi.
• Pada pemeriksaan fisik regio humeri, krepitasi -, ROM terbatas karena nyeri.
79.
B. Reposisi
DISLOKASI SENDI
DISLOKASI SENDI
SENDI ARAH KELAINAN
Panggul Anterior Fleksi, eksorotasi, abduksi
Posterior Fleksi, endorotasi, adduksi
Bahu Anterior Eksorotasi, abduksi
Posterior Endorotasi, adduksi
Siku Posterior Tonjolan olecranon ke
posterior
Lutut Anteroposterior Deformitas
• Pada pemeriksaan fisik regio humeri, krepitasi -, ROM terbatas karena nyeri.
Dislokasi sendi
Prinsip tatalaksana = Reposisi
Keyword
• Pasien usia 67 tahun mengeluhkan nyeri dan tidak bisa menggerakkan tangannya
sejak 1 hari yang lalu.
• Pasien riwayat terjatuh di kamar mandi dengan kedua tangannya terlipat ke arah
dalam sehingga tampak tangan berbentuk spade (sekop pasir).
80.
B. Fraktur distal radius dengan angulasi ventral
FRAKTUR DISLOKASI
• Fraktur Montegia : Fraktur ulna bagian proximal dan disertai dislokasi Caput radii
• Fraktur Galleazi : Fraktur radius bagian distal disertai dislokasi radio ulna joint
bagian distal
Fraktur monteggia
Fraktur galleazi
FRAKTUR DISLOKASI
• Fraktur Colle’s : Fraktur radius satu inchi dari sendi pergelangan tangan fragmen
distal displacement ke postero lateral, bisa disertai atau tidak fraktur procecus
styloideus ulna. Terjadi “ Dinnerfork – Deformity” (garpu makan sore)
• Smith’s Fraktur : Fraktur Radius distal satu inchi dari sendi pergelangan tangan,
fragmen distal displacement ke anterior
Fraktur colles Fraktur smith
FRAKTUR DISLOKASI
Fraktur Supracondyler humeri :
• Tipe Extensi, frakmen distal displacement ke posterior
• Tipe Flexi, frakmen distal displacement ke anterior
Analisis soal
• Pasien usia 67 tahun mengeluhkan nyeri dan tidak bisa menggerakkan tangannya sejak 1 hari yang lalu.
• Pasien riwayat terjatuh di kamar mandi dengan kedua tangannya terlipat ke arah dalam sehingga tampak tangan berbentuk spade (sekop pasir).
Fraktur smith
Keyword
• Pasien terjatuh dengan posisi tangan menahan badan.
• Hasil rontgen didapatkan gambaran fraktur pada 1/3 proksimal ulna dan lepasnya
radioulnar joint.
81.
E. Fraktur Monttegia
FRAKTUR DISLOKASI
• Fraktur Montegia : Fraktur ulna bagian proximal dan disertai dislokasi Caput radii
• Fraktur Galleazi : Fraktur radius bagian distal disertai dislokasi radio ulna joint
bagian distal
Fraktur monteggia
Fraktur galleazi
FRAKTUR DISLOKASI
• Fraktur Colle’s : Fraktur radius satu inchi dari sendi pergelangan tangan fragmen
distal displacement ke postero lateral, bisa disertai atau tidak fraktur procecus
styloideus ulna. Terjadi “ Dinnerfork – Deformity” (garpu makan sore)
• Smith’s Fraktur : Fraktur Radius distal satu inchi dari sendi pergelangan tangan,
fragmen distal displacement ke anterior
Fraktur colles Fraktur smith
FRAKTUR DISLOKASI
Fraktur Supracondyler humeri :
• Tipe Extensi, frakmen distal displacement ke posterior
• Tipe Flexi, frakmen distal displacement ke anterior
Analisis soal
• Pasien terjatuh dengan posisi tangan menahan badan.
• Hasil rontgen didapatkan gambaran fraktur pada 1/3 proksimal ulna dan lepasnya radioulnar joint.
Fraktur montegia
• Fraktur Montegia : Fraktur ulna bagian proximal dan disertai dislokasi Caput radii
• Fraktur Galleazi : Fraktur radius bagian distal disertai dislokasi radio ulna joint bagian distal
Keyword
• Laki-laki mengalami patah tulang kaki kanan. Kemudian oleh keluarganya dibawa ke tukang urut,
setelah beberapa hari pada daerah patah tulang dikeluhkan bengkak dan nyeri.
• Pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh 38 C, TD 120/70 mmHg, RR 22 x/menit, RR 100 x/menit.
• Pada status lokalis didapatkan kemerahan, batas tidak tegas, dan bengkak.
82.
A. Osteomyelitis
OSTEOMYELITIS
• Peradangan pada tulang yang disebabkan oleh
infeksi (S au re us pal i n g s e r i n g) I nfe ks i
menyebar secara hematogen. Terbentuk
paling sering di bagian metafisis.
• Pemeriksaan fisik didapatkan suhu tubuh 38 C, TD 120/70 mmHg, RR 22 x/menit, RR 100 x/menit.
• Pada status lokalis didapatkan kemerahan, batas tidak tegas, dan bengkak.
Osteomyelitis
Keyword
• Laki-laki usia 55 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri pada lutut sebelah kanan.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan massa diameter 20 cm, padat, di distal femur.
83.
C. Osteoklastoma
TUMOR TULANG
Osteosarcoma Gambaran : codman triangle,
sunburst appearance, moth eaten
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan massa diameter 20 cm, padat, di distal femur.
Osteoclastoma
• Hasil foto xray abdomen terdapat gambaran step ladder dan hearring bone.
84.
C. Rehidrasi per infus dan NGT
ILEUS Gangguan pasase usus
Ileus obstruksi Ileus paralitik
Klinis: Tidak bisa BAB, mual, muntah, perut kembung,
nyeri perut Klinis: Tidak bisa BAB, kembung, tidak ada nyeri
Pemeriksaan Fisik: perut. Biasanya setelah operasi
• Bising usus meningkat sampai menurun
• Metalic sound Pemeriksaan Fisik:
• Borborigmi Bising usus menghilang.
• Hasil foto xray abdomen terdapat gambaran step ladder dan hearring bone.
Ileus obstruktif
Keyword
• Pasien usia 40 tahun datang ke klinik dengan keluhan sulit menelan yang memberat
2 minggu terakhir.
• Pasien mengatakan awalnya sulit menelan benda padat tetapi sekarang hanya bisa
memakan benda cair.
85.
C. Akalasia
AKALASIA
Sfingter esofagus tidak bisa relaksasi
Klinis:
• Kesulitan menelan
• Hanya bisa menelan makanan
lunak dan/cair
Pemeriksaan penunjang:
• Gambaran radiologi: Bird beak
appearance
Analisis soal
• Pasien mengatakan awalnya sulit menelan benda padat tetapi sekarang hanya bisa memakan benda cair.
AKALASIA
Klinis:
• Kesulitan menelan
• Hanya bisa menelan makanan lunak dan/cair
Pemeriksaan penunjang:
• Gambaran radiologi: Bird beak appearance
Keyword
• Laki-laki usia 36 tahun mengalami penurunan kesadaran sejak 1 hari yang lalu. Pasien saat ini
gelisah. Sejak 10 hari yang lalu, pasien demam, BAB (-).
86.
C. Gambaran radiolusen di subdiafragma
PNEUMOPERITONEUM
Penumpukan udara di peritoneum
Klinis:
• Nyeri lapang abdomen
• Perut kembung
Pemeriksaan penunjang:
• Gambaran radiologi: Football sign,
crescent shape
Analisis soal
• Laki-laki usia 36 tahun mengalami penurunan kesadaran sejak 1 hari yang lalu. Pasien saat ini gelisah. Sejak 10 hari yang lalu, pasien demam, BAB (-).
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/80 mmHg, HR 96x/menit, RR 36x/menit, T 39,6°C, pekak hati menghilang, bising usus hilang.
Pneumoperitoneum
Keyword
• Pasien usia 40 tahun, dengan riwayat tirah baring 2 minggu datang dengan keluhan
nyeri di betis kanan. Nyeri diperberat dengan gerakan dorsofleksi.
• Pada pemeriksaan fisis ditemukan betis kanan bengkak 4 cm lebih besar dari betis
kiri, dan kemerahan.
87.
D. Emboli pulmo
DEEP VEIN TROMBOSIS
• Kondisi yang diakibatkan karena gangguan aliran
darah (statis, kurang gerak, imobilisasi)
• Lokasi tersering di ekstremitas bawah
• Komplikasi tersering emboli paru
Klinis
1. Nyeri
2. Bengkak
3. Kemerahan
Tatalaksana
Antikoagulan (heparin)
Analisis soal
• Pasien usia 40 tahun, dengan riwayat tirah baring 2 minggu datang dengan keluhan nyeri di betis kanan. Nyeri diperberat dengan gerakan dorsofleksi (HOMAN
SIGN +).
• Pada pemeriksaan fisis ditemukan betis kanan bengkak 4 cm lebih besar dari betis kiri, dan kemerahan.
Klinis
1. Nyeri
2. Bengkak
3. Kemerahan
Keyword
• Laki-laki usia 56 tahun mengeluhkan tungkai bengkak disertai nyeri. Keluhan
terutama dialami saat duduk lama di kantor. Keluhan menghilang bila pasien
berbaring istirahat.
88.
C. Varicose Vein
Klinis:
• Kaki terasa berat
• Telangiektasia
• Bengkak
• Gatal
• Mudah berdarah
Tatalaksana
• Skleroterapi
Analisis soal
• Laki-laki usia 56 tahun mengeluhkan tungkai bengkak disertai nyeri. Keluhan terutama dialami saat duduk lama di kantor. Keluhan menghilang bila pasien
berbaring istirahat.
Varicose vein
Keyword
• Laki-laki usia 56 tahun merasakan nyeri kaki saat berjalan jauh. Semakin lama
keluhan dirasakan semakin hebat. Saat istirahat nyeri berkurang.
• Tidak didapatkan pulsasi arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior.
89.
A. Tromboangitis obliterans
THROMBOANGITIS OBLITERANS
Klinis
1. Usia >45 tahun
2. Keluhan terjadi di end arteri (ujung-ujung jari)
3. Claudicatio: nyeri saat istirahat
4. Ulkus/gangrene
Analisis soal
• Laki-laki usia 56 tahun merasakan nyeri kaki saat berjalan jauh. Semakin lama keluhan dirasakan semakin hebat. Saat istirahat nyeri berkurang.
• Tidak didapatkan pulsasi arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior.
Tromboangitis obliterans/
buerger disease
Keyword
• Laki-laki usia 16 tahun dibawa ke IGD RS karena tidak sadarkan diri setelah mengalami kecelakaan
lalu lintas.
• Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien tidak sadar, darah mengalir dari lubang hidung dan
mulutnya sehingga terdengar suara pernapasan seperti berkumur (gurgling). Dokter juga
melakukan maneuver jaw thrust dan pemasangan collar neck. Akan tetapi darah tetap mengalir
dari hidung dan mulut.
90.
C. Suction
Airway – Primary
Survey
C-spine protection:
Semirigid cervical collar
Obstruksi Jalan
Napas
Obstruksi Jalan
Napas
Obstruksi Jalan
Napas
Nasal canule
X NRM
Circulation – Perfusi
Jaringan
• Pada pemeriksaan fisik ditemukan pasien tidak sadar, darah mengalir dari lubang hidung dan mulutnya sehingga terdengar suara pernapasan seperti berkumur
(gurgling). Dokter juga melakukan maneuver jaw thrust dan pemasangan collar neck. Akan tetapi darah tetap mengalir dari hidung dan mulut.
Cairan = suction
Keyword
• Pasien diketahui mengalami benturan pada kepalanya.
• Pada pemeriksaan fisik diperoleh GCS 12, pasien tampak gelisah, dari telinga dan
hidungnya tampak keluar darah, terdapat bengkak pada daerah supraorbita dan
racoon eyes.
• Hasil foto CT Scan diperoleh gambaran convex dan terdapat diskontinuitas tulang
temporoparietal sinistra.
91.
B. Ruptur arteri meningeal media
CEDERA KEPALA
SDH (subdural EDH (epidural ICH (intracerebral SAH (subarachnoid
hematom) hematom) hemmorhage) hemmorhage)
Pecahnya bridging vein Pecahnya a. meningea Perdarahan di parenkim Pecahnya aneurisma
media
Refleks pupil menurun Lucid interval Defisit neurologis, Thunderclap headache,
ipsilateral penurunan kesadaran meningeal sign (+)
Crescent Biconvex/lentikular Hiperdensitas di Star sign, hiperdensitas
parenkim di sulcus, fisura, falx
cerebri
88
Analisis soal
• Pasien diketahui mengalami benturan pada kepalanya.
• Pada pemeriksaan fisik diperoleh GCS 12, pasien tampak gelisah, dari telinga dan hidungnya tampak keluar darah, terdapat bengkak pada daerah supraorbita dan
racoon eyes.
• Hasil foto CT Scan diperoleh gambaran convex dan terdapat diskontinuitas tulang temporoparietal sinistra.
Epidural hematoma
EDH (epidural
hematom)
Pecahnya a. meningea
media
Lucid interval
Biconvex/lentikular
Keyword
• Pasien datang dengan keluhan nyeri pada punggung yang sering timbul sejak 3
bulan lalu.
• Pasien sudah menopause sejak 7 tahun yang lalu.
• Riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi dan riwayat penyakit lain disangkal,
trauma juga disangkal oleh pasien.
• Pada pemeriksaan fisik ditemukan punggung pasien bungkuk. BMD T Test -3 SD.
92.
B. Osteoporosis
OSTEOPOROSIS
Osteroporosis merupakan penyakit tulang sistemik dimana terjadi penurunan massa
tulang dan perubahan microarcithectural tulang yang menyebabkan tulang menjadi
rapuh
Faktor risiko
1. Usia tua
2. Wanita
3. Defisiensi estrogen
4. Merokok
5. Penggunaan jangka lama steroid
6. Penggunaan jangka lama hormon tiroid
OSTEOPOROSIS
Klinis asimptomatik biasanya pasien datang dengan fraktur patologis (fraktur
dimana pada orang normal dengan beban tulang tersebut tidak terjadi
fraktur) atau kifosis (bungkuk)
Pemeriksaan
Bone Mineral Density / BMD
Normal ≥ -0,1
Osteopenia antara -0,1 sampai -2,5
Osteoporosis ≤ -2,5
Tatalaksana
1. Perubahan gaya hidup
2. Suplemen kalsium
3. Vitamin D
4. Estrogen
5. Paratyroid hormon
OSTEOPOROSIS
OSTEOPOROSIS
Analisis soal
• Pasien datang dengan keluhan nyeri pada punggung yang sering timbul sejak 3 bulan lalu.
• Pasien sudah menopause sejak 7 tahun yang lalu.
• Riwayat penyakit seperti diabetes, hipertensi dan riwayat penyakit lain disangkal, trauma juga disangkal oleh pasien.
• Pada pemeriksaan fisik ditemukan punggung pasien bungkuk. BMD T Test -3 SD.
Osteoporosis
• Pasien B jaringan otak keluar dari kepala namun masih bernapas lambat.
93.
C. Pasien C
TRIASE
TRIASE
• Merah (segera)
– Tidak akan bertahan tanpa terapi segera, punya kemungkinan selamat
• Kuning (observasi)
– Perlu observasi (& mungkin triase ulang). Sekarang stabil, tidak dalam bahaya
maut. Butuh perawatan. Dalam kondisi normal akan segera ditangani.
• Hijau (tunggu) “walking wounded”
– Butuh terapi setelah pasien kritis ditangani
• Putih (dismiss)
– Luka minor, tidak perlu penanganan dokter
• Hitam (expectant)
– Meninggal/luka sangat ekstensif sehingga tidak bisa selamat dengan terapi
yang tersedia
Analisis soal
• Pasien A datang dengan fraktur cruris dextra tertutup. (kuning)
• Pasien B jaringan otak keluar dari kepala namun masih bernapas lambat. (hitam)
• Pada saat pemeriksaan pasien terlihat pucat dan sulit bernafas, sesaat kemudian
pasien tidak sadar dan tidak teraba nadi carotis.
94.
C. CPR
Analisis soal
• Anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa ibunya ke IGD RS karena tersedak kelereng saat bermain dengan temannya.
• Pada saat pemeriksaan pasien terlihat pucat dan sulit bernafas, sesaat kemudian pasien tidak sadar dan tidak teraba nadi carotis.
95.
B. Atresia duodenum
ATRESIA DUODENUM
Tidak terbentuknya usus halus/Duodenum
Klinis:
• Perut distended
• Muntah bisa kehijauan atau tidak tergantung lokasi
• Sulit BAB
Pemeriksaan penunjang:
• Gambaran radiologi: Double bubble appearance
Tatalaksana:
• NGT untuk dekompresi → Awal
• Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit
• Pembedahan
Analisis soal
• Bayi 1 hari dibawa ibunya ke IGD dengan keluhan muntah berwarna kehijauan 1 jam lalu. Setelah lahir mekonium keluar sedikit, kemudian tidak keluar lagi.
ATRESIA DUODENUM
ATRESIA DUODENUM
Keyword
• Anak laki-laki usia 5 tahun diantar ayahnya ke Puskesmas dengan keluhan kencing
anak tidak lancar.
96.
C. Sirkumsisi elektif
KELAINAN UROLOGI PADA ANAK
Hipospadia Epispadia Fimosis Parafimosis Kriptokidismus
/ Undencencus
testis
OUE ventral OUE dorsal Preputium tidak dapat Preputium dapat Satu atau kedua testis
diretraksi diretraksi, dikembalikan tidak berada di kantung
lagi (-) skrotum, tetapi berada
di sepanjang jalur
desensus yang normal
Fimosis Parafimosis
Fimosis
• Hasil USG ginjal kiri normal, ginjal kanan robekan hingga ke kaliks renal.
97.
D. Ruptur ginjal grade IV
TRAUMA GINJAL
Analisis soal
• Korban kecelakan diantar oleh warga ke IGD RS. Pasien tidak sadarkan diri.
• Hasil USG ginjal kiri normal, ginjal kanan robekan hingga ke kaliks renal.
98.
E. Kriptokismus
KELAINAN UROLOGI PADA ANAK
Hipospadia Epispadia Fimosis Parafimosis Kriptokidismus
/ Undencencus
testis
OUE ventral OUE dorsal Preputium tidak dapat Preputium dapat Satu atau kedua testis
diretraksi diretraksi, dikembalikan tidak berada di kantung
lagi (-) skrotum, tetapi berada
di sepanjang jalur
desensus yang normal
Kriptokidismus
Kriptokidismus / Undencencus
Komplikasi = infertilitas testis
• Terdapat bula dengan kulit berwarna keputihan pada dada dan lengan yang terasa
sangat nyeri.
• BB pasien 50 kg.
99.
D. 1800 cc
LUKA BAKAR
Derajat 1 Derajat 2A
• Hanya • Epidermis dan
superficial sebagian
(epidermis) dermis
• Eritema • Bula eritema
• Nyeri • Sangat nyeri
Derajat 2B Derajat 3
• Epidermis dan • Terkena
dermis lebih seluruh
dalam dermis
• Bula pucat • Tampak hitam
• Tidak nyeri • Tidak nyeri
LUKA BAKAR
Formula Baxter:
4 ml x KgBB x %BSA
122
Analisis soal
• Laki-laki usia 18 tahun datang ke IGD setelah dada dan seluruh lengan kiri terbakar akibat ledakan gas.
• Terdapat bula dengan kulit berwarna keputihan pada dada dan lengan yang terasa sangat nyeri.
• BB pasien 50 kg.
• Tampak luka terbuka pada dada kiri dan tampak keluar gelembung udara. Perkusi hipersonor pada
dada kiri.
100.
A. Open pneumothoraks
PNEUMOTHORAKS
Kondisi terdapatnya udara bebas dala rongga pleura, dapat primer (tidak ada riwayat penyakit / trauma), dan
sekunder (riwayat penyakit / trauma, biasanya disebakan pecahnya bullae akibat TB)
Klinis
• Sesak
• Riwayat trauma / penyakit sebelumnya
• Sucking sound wound (pada open pneumothoraks)
Pemeriksaan
• Inspeksi: Pengembangan dada tidak simetris
• Palpasi: fremitus menurun
• Perkusi: hipersonor
• Auskultasi: suara nafas menurun
• Kondisi syok obstruktif (pada tension pneumothoraks)
PNEUMOTHORAKS
Rontgen thoraks:
Tampak daerah lusen, tampak pleural line
Trakea, mediastinum terdorong ke sisi sehat
(tension pneumothoraks)
Tatalaksana
• WSD (pneumothoraks, pada open
pneumothoraks = tampak gelembung)
• Needle thoracosintesis (tension
pneumothoraks)
Analisis soal
• Laki-laki usia 45 tahun diantar ke UGD karena kecelakaan lalu lintas 15 menit yang lalu.
• Tampak luka terbuka pada dada kiri dan tampak keluar gelembung udara. Perkusi hipersonor pada dada kiri.
Open pneumothoraks
Keyword
• Anak perempuan usia 1 tahun 10 bulan dibawa orang tuanya ke IGD RS karena batuk
berat selama 3 minggu ini. Orang tua psien mengatakan setiap batuk lama dan
diakhiri dengan muntah. Keluhan batuk disertai muntah.
• Riwayat imunisasi hanya BCG.
• Pada pemeriksaan fisik TD 90/60mmHg, HR 120x/menit, RR 60x/menit dan suhu 36
C, didapatkan perdarahan subkonjungtiva (+/+), bibir sianosis (+/+).
101.
C. Pertusis fase paroksismal
PERTUSIS
Definisi
Infeksi oleh Bordetella pertussis
Faktor risiko
Riwayat imunisasi DPT tidak lengkap atau tidak ada
Gambaran Klinis
Stadium katarrhal
Stadium paling infeksius, 1-2 minggu pertama. Berupa gejala prodromal menyerupai flu yang tidak khas.
Stadium paroksismal
Whooping cough (6-8 minggu berikutnya) inspirasi dalam diikuti batuk panjang berturut-turut dengan ciri
mengedan, di akhir batuk anak tampak sesak dan sianosis. Dapat terjadi perdarahan subkonjungtiva atau
enuresis/enkopresis
Stadium konvalesen
Intensitas batuk berkurang, kondisi anak membaik
Diagnosis
Pewarnaan gram dari swab tenggorokan
Pemeriksaan serologi
Tatalaksana
Bayi usia < 1 bulan azitromisin 10 mg/kgBB/hari dosis tunggal selama 5 hari
Bayi usia > 1 bulan azitromisin 10 mg/kgBB/hari dosis tunggal selama 5 hari
(jika anak usia > 6 bulan, 5 mg/kgBB/hari pada hari ke-2 sampai 5)
eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 14 hari
klaritromisin 15 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 7 hari
Setelah anak sembuh, tetap beri imunisasi DPT
Analisis soal
• Anak perempuan usia 1 tahun 10 bulan dibawa orang tuanya ke IGD RS karena batuk berat selama 3 minggu ini. Orang tua psien mengatakan setiap batuk
lama dan diakhiri dengan muntah. Keluhan batuk disertai muntah. (whooping cough)
• Riwayat imunisasi hanya BCG. (tidak imunisasi DPT) Pertusis
• Pada pemeriksaan fisik TD 90/60mmHg, HR 120x/menit, RR 60x/menit dan suhu 36 C, didapatkan perdarahan subkonjungtiva (+/+), bibir sianosis (+/+).
STADIUM PERTUSIS
Stadium katarrhal
Stadium paling infeksius, 1-2 minggu pertama. Berupa gejala
prodromal menyerupai flu yang tidak khas.
Stadium paroksismal
Whooping cough (6-8 minggu berikutnya) inspirasi dalam diikuti
batuk panjang berturut-turut dengan ciri mengedan, di akhir batuk
anak tampak sesak dan sianosis. Dapat terjadi perda ra ha n
subkonjungtiva atau enuresis/enkopresis
Stadium konvalesen
Intensitas batuk berkurang, kondisi anak membaik
Keyword
• Anak usia 3 tahun, datang dengan keluhan batuk sudah 2 hari. Orangtua pasien
mengatakan bahwa keluhan batuk pasien mirip dengan gonggongan anjing.
• Pada pemeriksaan didapatkan keadaan umum anak tampak lemah dan kurang
responsif, HR 126x/menit, RR 40x/menit, suhu 38,5°C, stridor dan retraksi subcostal.
102.
D. Nebulisasi racemix epinefrin
CROUP
Definisi
Infeksi virus RSV pada mukosa laring, trakea, dan bronkus edema
Disebut juga laringotrakeobronkitis akut
Gambaran klinis
Demam disertai distress napas
Stridor
Batuk mengonggong (barking cough)
Suara serak
Pemeriksaan penunjang
Rontgen servikal AP/lat steeple sign atau pencil sign
Diff count : shift to the right
Croup ringan : Tidak ada gejala croup berat, bisa rawat jalan dengan terapi simptomatik
Croup berat : Letargi, stridor saat istirahat, distress napas, harus rawat inap
• Pada pemeriksaan didapatkan keadaan umum anak tampak lemah dan kurang responsif, HR 126x/menit, RR 40x/menit, suhu 38,5°C, stridor dan retraksi subcostal.
CROUP
103.
A. Croup
CROUP
Definisi
Infeksi virus RSV pada mukosa laring, trakea, dan bronkus edema
Disebut juga laringotrakeobronkitis akut
Gambaran klinis
Demam disertai distress napas
Stridor
Batuk mengonggong (barking cough)
Suara serak
Pemeriksaan penunjang
Rontgen servikal AP/lat steeple sign atau pencil sign
Diff count : shift to the right
Croup ringan : Tidak ada gejala croup berat, bisa rawat jalan dengan terapi simptomatik
Croup berat : Letargi, stridor saat istirahat, distress napas, harus rawat inap
• Pemeriksaan TTV HR 150x/menit, RR 40x/menit SpO 2 90%, T 39 C. Pemeriksaan fisik wheezing (-) rhonki (-) stridor inspirasi (+) retraksi (+).
• Pada pemeriksaan fisik tampak liang telinga hiperemis disertai furunkel pada 1/3
luar liang telinga. Terdapat nyeri tekan tragus dan nyeri tarik aurikula.
104.
A. Staphylococcus aureus
KELAINAN TELINGA LUAR
Otitis Eksterna Otitis Eksterna Otitis Eksterna Otomikosis
Difusa Sirkumskripta Maligna/ Necrotizing
Etiologi Pseudomonas Staphylococcus Pseudomonas - Aspergilus sp.
aeruginosa aureus aeruginosa - Candida sp.
Faktor risiko Kemasukan air, trauma Riwayat DM, HIV, usia Hygiene kurang
berenang tua
Klinis Nyeri, keluar cairan, Nyeri, keluar cairan, Nyeri, keluar cairan, Gatal, keluar
radang sistemik, nyeri tekan tragus dan radang sistemik, cairan
nyeri tekan tragus saat membuka mulut, paresis nervus VII,
dan saat membuka membran timpani granulasi.
mulut, sulit dievaluasi
• Pada pemeriksaan fisik tampak liang telinga hiperemis disertai furunkel pada 1/3 luar liang telinga. Terdapat nyeri tekan tragus dan nyeri tarik aurikula.
OE sirkumskripta
Keyword
• Pasien usia 60 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri pada daun telinga kiri disertai
mulut mencong sejak 5 hari yang lalu. Pasien memiliki riwayat DM.
• Pada pemeriksaan otoskopi, didapatkan kanalis akustikus eksternus edema. Nyeri tekan tragus (+),
nyeri tari auricular (+). Pada pasien juga didapatkan paresis N. VII sinistra.
105.
B.
A. Otitis
Statuseksterna maligna
Epileptikus
KELAINAN TELINGA LUAR
Otitis Eksterna Otitis Eksterna Otitis Eksterna Otomikosis
Difusa Sirkumskripta Maligna/ Necrotizing
Etiologi Pseudomonas Staphylococcus Pseudomonas - Aspergilus sp.
aeruginosa aureus aeruginosa - Candida sp.
Faktor risiko Kemasukan air, trauma Riwayat DM, HIV, usia Hygiene kurang
berenang tua
Klinis Nyeri, keluar cairan, Nyeri, keluar cairan, Nyeri, keluar cairan, Gatal, keluar
radang sistemik, nyeri tekan tragus dan radang sistemik, cairan
nyeri tekan tragus saat membuka mulut, paresis nervus VII,
dan saat membuka membran timpani granulasi.
mulut, sulit dievaluasi
• Pada pemeriksaan otoskopi, didapatkan kanalis akustikus eksternus edema. Nyeri tekan tragus (+), nyeri tari auricular (+). Pada pasien juga didapatkan paresis N.
VII sinistra.
OE maligna
Keyword
• Pasien laki-laki usia 30 tahun di antar ke IGD karena mengalami tabrakan sesama
pengendara motor. Pasien mengatakan ketika kecelakaan, hidungnya terbentur
stang motor.
• Rhinoskopi ditemukan adanya deviasi septum dan perdarahan yang berasal dari
posterior.
106.
C. Sphenopalatina
EPISTAKSIS
EPITAKSIS ANTERIOR EPITAKSIS POSTERIOR
Sumber: Sumber:
• Plexus kiesselbach • Arteri sphenopalatina
• Arteri ethmoidalis anterior • Arteri ethmoidalis posterior
Lebih sering pada anak Sering ditemukan pada pasien
hipertensi, atherosclerosis,
kardiovaskuler
Berulang dan dapat berhenti Perdarahan hebat jarang
sendiri berhenti sendiri
EPISTAKSIS ANTERIOR
Etiologi :
Pada usia anak, penyebab ruptur arteri ethmoidalis anterior dan plexus kiesselbach.
Disebabkan oleh trauma.
Gejala :
Hidung berdarah dari salah satu sisi hidung, tidak ada darah di nasofaring dan berhenti
sendiri
EPISTAKSIS POSTERIOR
Etiologi :
Pada usia > 40 tahun, penyebab ruptur arteri ethmoid posterior, arteri sphenoid, plexus
woodruff. Disebabkan
oleh penyakit sistemik (hipertensi). Bila perdarahan anterior disebabkan oleh ruptur plexus
kiesselbach, arteri
ethmoid anterior.
Gejala :
Hidung berdarah tidak berhenti – henti, merasa menelan darah, Riwayat memiliki penyakit
sistemik, penggunaan aspilet, warfarin, heparin, penyakit hemofilia dll.
Analisis soal
• Pasien laki-laki usia 30 tahun di antar ke IGD karena mengalami tabrakan sesama pengendara motor. Pasien mengatakan ketika kecelakaan, hidungnya terbentur
stang motor.
• Rhinoskopi ditemukan adanya deviasi septum dan perdarahan yang berasal dari posterior.
Epitaksis posterior
Keyword
• Pasien dengan keluhan nyeri pada pipi yang hilang timbul sejak 5 minggu yang lalu.
Pasien juga mengeluh pilek mengeluarkan ingus kental kehijauan yang berbau tidak
sedap.
• Post nasal drip (+), nyeri tekan sinus maksilaris dextra dan sinitra (+).
107.
C. Rontgen Waters
SINUSITIS
Definisi
Inflamasi sinus paranasal akibat infeksi. Penyebab tersering bakteri Streptococcus pneumoniae, Haemophilus
influenza, dan Moraxella catarrhalis.
Klinis
• Anamnesis : gejala dan tanda ISPA, nyeri wajah yang diperberat dengan menunduk. Sekret purulent, hidung
tersumbat, Riwayat sakit gigi, post nasal drip
• Pemeriksaan fisik : nyeri tekan sinus (+), mukosa hiperemis, secret purulent, tes transiluminasi menunjukkan
cahaya berkurang.
• Post nasal drip (+), nyeri tekan sinus maksilaris dextra dan sinitra (+).
• Pada pemeriksaan didapatkan stridor inspirasi, penyempitan pita suara. Stridor juga
terjadi saat bayi sedang tidur terlentang.
108.
B. Laringomalasia
LARINGOMALASIA
Definisi
Kelainan kongenital dimana epiglottis lemah
• Menyebabkan sumbatan jalan nafas, no feeding intolerance, remisi pada umur 2 tahun
• Laringoskopi: epiglotis berbentuk omega
• Bila ada sumbatan nafas -> Intubasi
Analisis soal
• Seorang bayi usia 2 bulan dibawa ke rumah sakit dengan keluhan sering tersedak ketika menyusu.
• Pada pemeriksaan didapatkan stridor inspirasi, penyempitan pita suara. Stridor juga terjadi saat bayi sedang tidur terlentang.
Laringomalasia
Definisi
Kelainan kongenital dimana epiglottis lemah
109.
C. Dakriosistitis
GANGGUAN SISTEM LAKRIMAL
DAKRIODENITIS DAKRIOSISTITIS
• Radang pada glandula lakrimalis • Radang pada sakkus lakrimalis
• Sering pada anak-anak karena sumbatan ductus
• Gejala : nyeri dan bengkak nasolakrimalis
(S-shaped palpebra) di orbita • Gejala : nyeri dan bengkak di orbita
bagian temporal bagian temporal
• Anel test (+) • Regurgitasi test (+)
Analisis soal
• Anak usia 4 tahun dibawa ibunya ke poliklinik dengan keluhan mata merah sejak 3 hari yang lalu.
• Pada pemeriksaan didapatkan kongesti konjungtiva khususnya di kantus nasolakrimalis. Didapatkan tes regurgitasi (+).
Dakriosistitis
Keyword
Pasien datang ke poliklinik dengan keluhan mata kanan merah. Keluhan mata berair
dan nyeri disangkal. Pengelihatan menurun (-).
110.
B. Episkleritis
SKLERITIS EPISKLERITIS
Peradangan pada sklera Peradangan pada episklera
Etiologi Etiologi
Penyakit sistemik : Rhematoid Artritis, SLE, Infeksi
Gout, Sifilis, TB, Wegener, Polyartritis
nodusa
Gejala klinis Gejala Klinis
Mata merah, nyeri yang menyebar hingga Mata merah, nyeri ringan, visus turun.
kepala dan wajah, visus tidak turun. Pada pemberian fenilefrin 2,5% kemerahan
Pada pemberian fenilefrin 2,5% kemerahan hilang
tidak hilang
Tatalaksana Tatalaksana
• NSAID Artificial tears
• Steroid sistemik
Analisis soal
• Pasien datang ke poliklinik dengan keluhan mata kanan merah. Keluhan mata berair dan nyeri disangkal. Pengelihatan menurun (-).
• Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan VOD 20/20, konjungtiva hiperemis, injeksi episklera (+).
Episkleritis
Keyword
• Pasien usia 45 tahun datang ke dokter dengan bintik kekuningan di daerah putih
pada mata kanan, tanpa gatal dan nyeri. Visus dalam batas normal.
111.
B. Pinguekula
PINGUEKULA
Definisi
• Area penebalan konjungtiva bulbar yang berdampingan dengan limbus di
area fisura palpebra.
• Pinguecula kurang transparan bila dibanding konjungtiva normal pada
umumnya dan sering memiliki penampilan yang berlemak.
Klinis
• Benjolan di bagian putih mata
• Gatal (-)
• Nyeri (-)
• Visus normal
Pemeriksaan fisik
Bentuk pinguecula biasanya bilateral, segitiga, meninggi, berwarna putih ke-
kuning-an, berorientasi horizontal, dan terletak lebih sering di area nasal
daripada temporal. Pinguecula juga dapat muncul di konjungtiva mata
daerah nasal dan temporal secara bersamaan pada beberapa pasien
Analisis soal
• Pasien usia 45 tahun datang ke dokter dengan bintik kekuningan di daerah putih pada mata kanan, tanpa gatal dan nyeri. Visus dalam batas normal.
Pinguekula
Definisi
Area pene b a l a n ko n j u n gt i va b u l b a r ya n g
berdampingan dengan limbus di area fisura palpebra.
Keyword
• Anak laki laki usia 9 tahun dibawa ibunya karena timbul bercak merah di
matanya.
112.
A. Observasi
PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
Etiologi
Idiopatik, sebagian besar dikaitkan
dengan kondisi gang guan vas ku l e r
(hipertensi, konsumsi antikoagulan)
Terapi
Self limited, perdarahan akan diabsorbsi
dalam waktu 1-2 minggu
Analisis soal
• Anak laki laki usia 9 tahun dibawa ibunya karena timbul bercak merah di matanya.
Etiologi
Idiopatik, sebagian besar dikaitkan dengan kondisi gangguan
vaskuler (hipertensi, konsumsi antikoagulan)
Terapi
Self limited, perdarahan akan diabsorbsi dalam waktu 1-2
minggu
Keyword
• Pasien usia 22 tahun datang ke IGD setelah matanya terkena percikan detergen. Ia
mengeluh mata pedih, berair dan silau.
113.
C. Irigasi dengan NaCl 0,9% selama 15 menit
TRAUMA KIMIA MATA
Definisi
Trauma yang mengenai bola mata akibat terpaparnya bahan
kimia baik yang bersifat asam atau basa yang dapat merusak
struktur bola mata tersebut.
Etiologi
• Bahan bersifat asam (pH<7)
• Bahan bersifat basa (pH>7.6)
Pemeriksaan Penunjang
• Kertas lakmus → cek pH berkala
• Slit lamp → cek bagian anterior mata dan lokasi luka
• Tonometri → cek IOP
• Funduskopi direk dan indirek
Trauma Asam
• Bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi
koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan
kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak
tinggi maka tidak akan bersifat destruktif
• Biasanya kerusakan hanya pada bagian superfisial saja
• Bahan kimia bersifat asam → asam sulfat, air accu, asam
sulfit, asam hidrklorida, zat pemutih, asam asetat, asam
nitrat, asam kromat, asam hidroflorida
Trauma Basa
• Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi
proses saponifikasi, disertai dengan dehidrasi
• Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior
sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir
dengan kebutaan.
• Pada trauma basa akan terjadi penghancuran
jaringan kolagen kornea.
• Bahan kimia bersifat basa → NaOH, CaOH, amoniak,
Freon/bahan pendingin lemari es, sabun, shampo,
kapur gamping, semen, tiner, lem, cairan pembersih
dalam rumah tangga, soda kuat.
TATALAKSANA
• Irigasi → untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan bahan kimia dan
menormalkan pH mata → dengan larutan normal saline (atau yang setara) minimal 1
liter/mata selama minimal 15-30 menit.
• Double eversi kelopak mata → untuk memindahkan material
• Debridemen → pada epitel kornea yang nekrotik
• Steroid → mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutrofil
• Siklopegik → mengistirahatkan iris, mencegah iridosiklitis (atropine atau
scopolamin) → dilatasi pupil
• Antibiotik → mencegah infeksi oleh kuman oportunis
Analisis soal
• Pasien usia 22 tahun datang ke IGD setelah matanya terkena percikan detergen. Ia mengeluh mata pedih, berair dan silau.
TATALAKSANA
• Irigasi → untuk meminimalkan durasi kontak mata dengan bahan kimia dan menormalkan pH
mata → dengan larutan normal saline (atau yang setara) minimal 1 liter/mata selama minimal 15-
30 menit.
• Double eversi kelopak mata → untuk memindahkan material
• Debridemen → pada epitel kornea yang nekrotik
• Steroid → mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutrofil
• Siklopegik → mengistirahatkan iris, mencegah iridosiklitis (atropine atau scopolamin) → dilatasi
pupil
• Antibiotik → mencegah infeksi oleh kuman oportunis
Keyword
• Laki laki usia 37 tahun mengeluhkan pandangan mata kiri tiba tiba buram seperti
tertutup tirai.
114.
C. Ablasio retina
ABLATIO RETINA
Retinal detachment adalah pemisahan retina sensorik yakni lapisan fotoreseptor & jaringan
bagian dalam dari epitel pigmen retina di bawahnya.
Ablatio
Ablatio Retina Retina Traksi
Non-
Regmatogenosa
Ablatio Retina
eksudat/serosa
&hemoragik
ABLATIO RETINA
TRAKSI
• Pada ablasi ini, lepasnya jaringan retina terjadi akibat
tarikan jaringan parut pada badan kaca yang akan
mengakibatkan ablasi retina dan penglihatan turun tanpa
rasa sakit
• Ablatio retina akibat traksi adalah jenis tersering pada
retinopati diabetik proliferative
Tatalaksana :
• Vitrektomi pars plana
• Dapat digunakan tamponade gas, minyak silikon atau
scleral buckling
Analisis soal
• Laki laki usia 37 tahun mengeluhkan pandangan mata kiri tiba tiba buram seperti tertutup tirai.
Ablatio retina
Faktor risiko: myopia tinggi
Keyword
• Pasien laki-laki usia 50 tahun dengan keluhan mata kiri semakin buram sejak 1 tahun
yang lalu dan memberat 2 bulan terakhir, pasien memiliki riwayat hipertensi dan
gula darah yang tidak terkontrol.
• Mata merah (-), sakit (-), trauma (-), nyeri kepala (-). Pada pemeriksaan funduskopi
mata kiri didapatkan optic disc edema (+) cotton wool spot (+) AV crossing (+).
115.
A. Retinopati hipertensi
RETINOPATI
RETINOPATI HIPERTENSI RETINOPATI DIABETIK
Klinis : mata tenang, visus turun perlahan, Klinis : mata tenang, visus turun perlahan,
Riwayat hipertensi (+) floaters (+), Riwayat DM (+)
Funduskopi Funduskopi
Mikroaneurisma, cotton wool spot, copper • Nonproliperatif : mikroneurisma, dot
wiring, av crossing and blot hemorrhage, flame
hemorrhage, cotton wool spot
• Preproliperatif : soft and hard exudates
• Proliperatif dini : neovaskularisasi
• Proliperatif lanjut : perdarahan vitreus
(refleks fundus menghilang, tampak
perdarahan pada vitreus, mild RAPD ->
Tatalaksana vitrektomi)
Analisis soal
• Pasien laki-laki usia 50 tahun dengan keluhan mata kiri semakin buram sejak 1 tahun yang lalu dan memberat 2 bulan terakhir, pasien memiliki riwayat
hipertensi dan gula darah yang tidak terkontrol.
• Mata merah (-), sakit (-), trauma (-), nyeri kepala (-). Pada pemeriksaan funduskopi mata kiri didapatkan optic disc edema (+) cotton wool spot (+) AV crossing
(+).
Retinopati hipertensi
Keyword
• Pasien perempuan datang ke puskesmas dengan keluhan rambut rontok sejak 1
bulan lalu. Keluhan dirasakan setelah melahirkan anak pertama.
• Setiap hari rambut dirasakan semakin tipis. Pada pemeriksaan ditemukan rambut
tipis yang difus dan hair pull test(+).
116.
D. Telogen effluvium
Pembeda Telogen Efluvium Anagen Efluvium
Definisi Kerontokan rambut dalam fase telogen tanpa Kerontokan yang terjadi ketika folikel rambut berada
peradangan yang ditandai dengan kerontokan dalam fase aktif siklus pertumbuhannya, yakni fase
rambut anagen. Pada efluvium anagen, kerontokan dapat
yang difus, rambut dalam fase telogen yang terjadi sangat banyak, mencapai 90% dari seluruh
terlepas lebih banyak dari normal (150–400 rambut kepala, karena 90% rambut kepala pada
helai perhari), pada waktu menyisir, menyikat, suatu saat adalah folikel rambut anagen.
atau mencuci rambut.
Etiologi Endokrin, Disebabkan oleh zat apapun yang mempengaruhi
stress, aktivitas mitosis folikel rambut. Penyebab tersering
defisiensi vitamin, adalah obat sitostatika pada kemoterapi dan radiasi.
intoksikasi obat Penyebab lain, misalnya logam berat, tanaman,
serta penyakit sistemik juga telah dilaporkan.
H a s i l Hair pull test + Hitung telogen lebih dari 25%. Hair pull test + Rambut anagen memiliki ciri-ciri
Pemeriksaan Rambut telogen memiliki ciri-ciri kering, ujung lembab, bulbus berpigmen, berbentuk piramid dan
Penunjang bulbus berwarna putih, bulat, berbentuk seperti terdapat perlekatan sarung akar luar dan dalam.
gada (club), tanpa adanya perlekatan antara
sarung akar luar dan dalam.
Analisis soal
• Pasien perempuan datang ke puskesmas dengan keluhan rambut rontok sejak 1 bulan lalu. Keluhan dirasakan setelah melahirkan anak pertama.
• Setiap hari rambut dirasakan semakin tipis. Pada pemeriksaan ditemukan rambut tipis yang difus dan hair pull test(+).
Telogen effluvium
Keyword
• Anak laki-laki usia 8 tahun datang dengan keluhan keropeng pada daerah mulut
sejak 2 hari lalu. Awalnya berbentuk lepuh lalu pada hari yang sama pecah menjadi
keropeng.
117.
A. Mupirosin 2%
PIODERMA
Impetigo Krustosa Impetigo Bulosa
Etiologi: Streptococcus / Stafilokokus Etiologi Stafilokokus aureus
aureus
Klinis: Klinis:
o Krusta berwarna kuning seperti madu o Bula kendor, hipopion, nikolsky sign (-)
(Honey colored crust) yang menyebar o Predileksi di intertriginosa
secara oto-inokulasi
o Predileksi di wajah terutama sekitar
hidung
TATALAKSANA
• Bila banyak pus / krusta : kompres terbuka dengan kalikus 1/5000 atau
rivanol 1% atau povidon iodin diencerkan 10x
• Bila tidak tertutup pus / krusta: salep/krim asam fusidat 2%, mupirosin
krim 2%, neomisin, atau basitrasin
• Sistemik: Kloksasilin, amoksisilin, azitromisin selama minimal 7 hari
Analisis soal
• Anak laki-laki usia 8 tahun datang dengan keluhan keropeng pada daerah mulut sejak 2 hari lalu. Awalnya berbentuk lepuh lalu pada hari yang sama pecah
menjadi keropeng.
• Pada pemeriksaan didapatkan krusta berwarna kekuningan seperti madu di daerah perioral.
Impetigo krustosa
• Bila banyak pus / krusta : kompres terbuka dengan kalikus 1/5000 atau
rivanol 1% atau povidon iodin diencerkan 10x
• Bila tidak tertutup pus / krusta: salep/krim asam fusidat 2%,
mupirosin krim 2%, neomisin, atau basitrasin
• Sistemik: Kloksasilin, amoksisilin, azitromisin selama minimal 7 hari
Keyword
• Anak laki-laki usia 4 tahun dibawa berobat oleh ibunya dengan keluhan koreng pada
kaki. Awalnya bentuk pustul nanah kemudian pecah membentuk ulkus dangkal
tertutup krusta berwarna coklat kehitaman.
118.
C. Ektima
EKTIMA
Etiologi
• Stafilokokus aureus atau Streptokokus grup A
Klinis:
• Lesi berupa ulkus dangkal tertutup krusta
tebal dan lengket berwarna kuning
keabuan kotor. Bila krusta diangkat
tampak ulkus berbentuk punched out,
tepi ulkus meninggi, indurasi, berwarna
keunguan
• Predileksi di ektremitas bawah atau
daerah terbuka
Analisis soal
• Anak laki-laki usia 4 tahun dibawa berobat oleh ibunya dengan keluhan koreng pada kaki. Awalnya bentuk pustul nanah kemudian pecah membentuk ulkus
dangkal tertutup krusta berwarna coklat kehitaman.
Etiologi
• Stafilokokus aureus atau Streptokokus grup A
Klinis:
• Lesi berupa ulkus dangkal tertutup krusta tebal
dan lengket berwarna kuning keabuan kotor. Bila
krusta diangkat tampak ulkus berbentuk punched
out, tepi ulkus meninggi, indurasi, berwarna
keunguan
• Predileksi di ektremitas bawah atau daerah
terbuka
Keyword
• Pasien laki-laki usia 33 tahun datang dengan keluhan kutil pada telapak tangan
sejak 1 minggu.
119.
B. HPV tipe 1-4
VERUKA VULGARIS
Etiologi
• Human Papiloma Virus (HPV)
Klinis:
• Lesi papul berwarna kulit sampai keabuan dengan permukaan
verukosa. Jika permukaan rata disebut veruka plana.
• Dapat dijumpai di kulit, mukosa, kuku
• Jika digores timbul autoinokulasi (lesi baru) di sepanjang goresan
(fenomena Koebner)
Tatalaksana
• Kaustik dengan asam salisilat 20 – 40%, larutan AgNO₃ 25%
VERUKA VULGARIS
Veruka vulgaris
120.
D. Moluskum kontagiosum
MOLUSKUM
KONTAGIOSUM
Etiologi
• Molluscum contagiosum virus (pox virus)
Klinis:
• Lesi papul bentuk seperti kubah miliar, di tengahnya terdapat delle.
Bila dipijat akan keluar massa putih seperti nasi yang merupakan
badan moluskum.
• Pemeriksaan penunjang dengan pewarnaan Giemsa tampak badan
inklusi moluskum (Henderson-Paterson Bodies) di dalam sitoplasma.
Tatalaksana
• Kuretase
• Topikal : asam salisilat, asam trikloroasetat, kantaridin, podofilin
Analisis soal
• Anak laki-laki muncul beberapa benjolan diwajah nya dalam beberapa hari terakhir. Kadang teras gatal.
• Status dermatologi: papul multipel berbentuk dome shaped berwarna merah muda, permukaan mengilap, pada bagian tengah terdapat lekukan (delle). Ketika
benjolan dipencet keluar massa putih seperti keju.
Moluskum
kontagiosum
Klinis:
• Lesi papul bentuk seperti kubah miliar, di tengahnya terdapat delle. Bila
dipijat akan keluar massa putih seperti nasi yang merupakan badan
moluskum.
• Pemeriksaan penunjang dengan pewarnaan Giemsa tampak badan inklusi
moluskum (Henderson-Paterson Bodies) di dalam sitoplasma.
Keyword
• Pasien perempuan usia 15 tahun, BB 42kg muncul bintil-bintil kemerahan agak gatal di badan sejak
kemarin pagi disertai dengan demam, batuk pilek, sejak 2 hari yang lalu. Awalnya bintil hanya ada
di 1-2 saja di perut, lalu bertambah banyak menyebar ke punggung, dada, dan ekstrimitas.
• Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan macula eritem, beberapa papul eritem, vesikel bening,
beberapa tampak mongering membentuk krusta.
A p a t a t a l a k s a n a ya n g p a l i n g te p a t u n t u k k a s u s
tersebut…
121.
B. Asiklovir 5x800 mg 5 hari + parasetamol
INFEKSI VIRUS
Varicella Herpes Herpes
zoster simpleks
Etiologi Varicella Reaktivasi HSV Pemeriksaan Tzank test :
zoster Varicella multinucleated giant cell
zoster
Klinis Lesi Lesi berupa Lesi berupa
polimorfik vesikel, vesikel
Penyebaran berkelompok, dengan dasar
sentrifugal penyebaran eritema
dermatomal
Tipe
• 1 = oral
• 2 = genital
204
TATALAKSANA
• Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan macula eritem, beberapa papul eritem, vesikel bening, beberapa tampak mongering membentuk krusta.
Varicella
BB > 40kg = dosis dewasa
BB < 40kg = dosis anak
122.
C. Antibiotik topikal dan retinoid topikal
ACNE VULGARIS
Acne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun unit pilosebasea, dengan gambaran
klinis biasanya polimorfik yang terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa: komedo,
papul, pustul, nodul, dan jaringan parut. Komedo adalah lesi utama jerawat.
KLASIFIKASI ACNE VULGARIS
ACNE VULGARIS
Analisis soal
• Pasien usia 30 tahun berobat ke poli kulit dengan keluhan bintik kemerahan pada wajah sejak 2 bulan.
• Eflorosensi didapatkan makula eritem, vesikel, bula, purpura, dan erosi di wajah, dada, punggung,
tangan, dan tungkai. Pada mulut dijumpai krusta kehitaman dan erosi. Mata kongjungtivitis.
123.
B. TEN/NET
Steven Johnson Syndrome (SJS) Toxic Epidermolisis Necrosis
Pengertian merupakan sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir Penyakit akut dan kronis ditandai engan
di orifisium, dan mata dengan keadaan umum yang eritema, vesikel, bula, erosi,
bervariasi dari ringan hingga berat. epidermolisis yang LUAS
Factor resiko Mengkonsusmsi obat-obatan Imunodefisiensi Tahap lanjut dari SJS
Riwayat keluarga SJS
Pemeriksaan fisik Kelaianan kulit macula eritema EPIDERMOLISIS (bula kendur)
dengan bula TEGANG, purpura, lesi Lesi target (-)
target Onikolisis
Kelainan mukosa : bibir, genital Nikolski sign (+)
Kelainan mata : konjungtivitis
Nikolsky sign (-)
Predileksi GEneralisata Generalisata
• Eflorosensi didapatkan makula eritem, vesikel, bula, purpura, dan erosi di wajah, dada, punggung, tangan, dan tungkai. Pada mulut dijumpai krusta kehitaman
dan erosi. Mata kongjungtivitis.
• Pada pemeriksaan ditemukan patch eritema dengan skuama putih dan lesi satelit.
• Pada pemeriksaan ditemukan patch eritema dengan skuama putih dan lesi satelit.
Candidiasis
Keyword
• Pasien mengeluh gatal di dagu dan janggut sejak 1 minggu. Gatal dirasakan memberat ketika
berkeringat.
• Pemeriksaan dermatologis didapatkan lesi eritem dengan tepi aktif dan papul papul di atas lesi.
Pada pemeriksaan KOH didapatkan hifa.
125.
E. Mencukur janggut
INFEKSI JAMUR
Tinea Ptiriasis vesicolor Candidiosis cutis
Lesi eritema dengan tepi Lesi makula Makula eritema, basah
meninggi /Central healing hipopogmentasi dengan Lesi satelit
10% rambut skuama halus
20% kulit KOH: KOH: KOH:
dan kuku Ditemukan hifa sejati (hifa Hifa pendek, spora Pseudohifa dan
panjang bersekat dengan berkelompok/ spagheti blastospora
artrospora) and meatball
Tinea Korporis
Plak eritema berbatas tegas berskuama dengan tepi aktif (central healing).
Lokasi selain di kepala, selangkangan, tangan dan kaki.
Tinea Kruris
Lesi sama seperti tinea korporis.
Lokasi lesi di selangkangan dapat menjalar ke perineum dan bokong.
BERDASARKAN LOKASI
Tinea Barbae
Lesi sama seperti tinea korporis namun predileksi di dagu/ leher.
Tinea Manum
Lesi segmental berupa vesikel dengan skuama di tepi pada telapak tangan, punggung tangan, tepi
lateral tangan, atau jari.
Tinea Pedis
Paling sering tipe interdigital dimana terdapat eritema, skuama, maserasi, dan fisura. Dapat
disertai infeksi sekunder yang menyebabkan pruritus dan bau (athlete’s foot)
• Pemeriksaan dermatologis didapatkan lesi eritem dengan tepi aktif dan papul papul di atas lesi. Pada pemeriksaan KOH didapatkan hifa.
Tinea Barbae
Medikamentosa = antifungi
Non medikamentosa = jukur janggut
Keyword
• Pasien perempuan datang dengan keluhan gatal di dada kanan. Keluhan memberat
pada saat berkeringat.
• Status dermatologis didapatkan plak eritem, skuama halus, central healing (+).
126.
A. Terbinafin 1%
INFEKSI JAMUR
Tinea Ptiriasis vesicolor Candidiosis cutis
Lesi eritema dengan tepi Lesi makula Makula eritema, basah
meninggi /Central healing hipopogmentasi dengan Lesi satelit
10% rambut skuama halus
20% kulit KOH: KOH: KOH:
dan kuku Ditemukan hifa sejati (hifa Hifa pendek, spora Pseudohifa dan
panjang bersekat dengan berkelompok/ spagheti blastospora
artrospora) and meatball
Tinea Korporis
Plak eritema berbatas tegas berskuama dengan tepi aktif (central healing).
Lokasi selain di kepala, selangkangan, tangan dan kaki.
Tinea Kruris
Lesi sama seperti tinea korporis.
Lokasi lesi di selangkangan dapat menjalar ke perineum dan bokong.
BERDASARKAN LOKASI
Tinea Barbae
Lesi sama seperti tinea korporis namun predileksi di dagu/ leher.
Tinea Manum
Lesi segmental berupa vesikel dengan skuama di tepi pada telapak tangan, punggung tangan, tepi
lateral tangan, atau jari.
Tinea Pedis
Paling sering tipe interdigital dimana terdapat eritema, skuama, maserasi, dan fisura. Dapat
disertai infeksi sekunder yang menyebabkan pruritus dan bau (athlete’s foot)
• Status dermatologis didapatkan plak eritem, skuama halus, central healing (+).
Tinea corporis
Regional (di dada) = terapi
topical (terbinafin 1%)
Keyword
• Bayi usia 5 hari mengalami kelainan pada tulang punggungnya.
• Pada pemeriksaan ditemukan benjolan sebesar bola tenis pada vertebra regio L2-L4.
Benjolan masih tertutup oleh kulit dan disertai dengan shifting dullnes (+).
Daerah punggung
• Spina bifida occulta: Tertutup kulit
• Spina bifida aperta: Tidak tertutup kulit
• Meningocele: Sudah timbul benjolan
tertutup selaput tetapi belum ada kelainan
neurologis
• Meningomyelocele: Sudah ada benjolan
tertutup selaput disertai kelainan
neurologis
GANGGUAN FUSI NEURAL TUBE
Kelainan bawaan akibat gangguan penutupan tuba neural
Daerah kepala
Meningoencphalocele
Gangguan fusi neural tube pada daerah
kepala
Analisis soal
• Bayi usia 5 hari mengalami kelainan pada tulang punggungnya.
• Pada pemeriksaan ditemukan benjolan sebesar bola tenis pada vertebra regio L2-L4. Benjolan masih tertutup oleh kulit dan disertai dengan shifting dullnes (+).
• Sebelum nyeri kepala muncul pasien terus menerus melihat bintik cahaya.
PRIMER SEKUNDER
Infeksi
BILATERAL UNILATERAL Tumor
Trauma
TTH
MIGRAIN CLUSTER
235
TENSION TIPE HEADACHE
Nyeri kepala bilateral, rasa seperti diikat atau ditekan, lokasi frontal atau occipital
Tidak menganggu aktivitas
Tatalaksana
• Akut: Ibuprofen 3x800mg, Paracetamol
3x 1000 mg
• Profilaksis: Amitriptilin
MIGRAIN
Nyeri kepala unilateral, berdenyut. Disertai mual muntah, fotofobia, fonofobia.
Bisa disertai aura. (CLASSIC MIGRAIN)
Bisa tanpa aura. (COMMON MIGRAIN)
Tidak menganggu aktivitas
Tatalaksana
• Akut: Ergotamin atau sumatriptan
• Profilaksis: Amitriptilin
CLUSTER HEADACHE
Nyeri kepala hebat, unilateral di orbita, supraorbita, temporal atau kombinasi,
berlangsung 15-180 menit dan terjadi dengan frekuensi dari sekali tiap dua hari sampai
8 kali sehari.
Terapi Simptomatik
- Oksigen 100% 7-10 L/menit selama 10-15 menit
- Sumatriptan 10mg subcutan, intranasal
- Ergotamin 1mg spray
- Verapamil 80mg
Terapi Profilaksis
- Kortikostreroid prednison 30-100mg/ hari tappering off
- CCB : Verapamil , diltiazem
Analisis soal
• Pasien laki-laki usia 33 tahun mengeluhkan nyeri kepala sebelah kanan sejak seharian ini. Nyeri kepala terasa berdenyut disertai menjalar ke tengkuk.
Nyeri kepala juga disertai mual dan muntah sehingga mengganggu pekerjaan pasien. Fotofobia dan fonofobia (+).
• Sebelum nyeri kepala muncul pasien terus menerus melihat bintik cahaya. (AURA)
• Sesekali pasien dapat mengulang kata yang diucapkan oleh dokter saat
pemeriksaan.
129.
B. Afasia motor transkortikal
STROKE
Definisi
Defisit neurologis fokal yang terjadi mendadak, berlangsung > 24 jam dan
disebabkan oleh faktor vaskuler.
Klasifikasi
1. Stroke hemoragik → sakit kepala hebat, muntah, penurunan kesadaran,
tekanan darah tinggi (+)
2. Stroke iskemik → sakit kepala hebat, muntah, penurunan kesadaran,
tekanan darah tinggi (-)
STROKE
Stroke iskemik Stroke hemoragik
Etiologi Etiologi
Trombus atau emboli yang menyebabkan infark serebri Perdarahan intracerebral akibat pecahnya pembuluh darah
Klinis Klinis
1. Anamnesis: defisit neurologis akut (biasanya berupa 1. Anamnesis: defisit neurologis akut, disertai penurunan
hemiparesis) yang berlangsung lebih dari 72 jam. kesadaran, nyeri kepala, dan mual muntah. Biasanya
Kesadaran umumnya tidak menurun. Biasanya terjadi terjadi saat aktifitas.
saat istirahat. 2. PF: tanda-tanda lesi UMN, hipertensi
2. PF: tanda-tanda lesi UMN (hiperrefleks, refleks 3. Penunjang CT-Scan: daerah hiperdens di cerebrum
patologis positif), kekuatan motoris menurun.
3. Penunjang CT-Scan: hipodens parenkim cerebri
Tatalaksana Tatalaksana
1. Trombolitik (rt-PA) untuk pasien yang datang dalam 3 1. Bedah: evakuasi hematom
jam setelah onset dan tidak ada kontraindikasi (glukosa 2. Antihipertensi (target maksimal 25% MAP)
darah < 50 mg%, TD > 185/110 mmHg) 3. Diuretik osmotik (manitol)
2. Antikoagulan (stroke emboli)
3. Aspirin
4. Antihipertensi jika TD > 220/120 maka target
penurunan 15% MAP
TERMINOLOGI STROKE
Tipe TIA RIND Prolonged Complete Progressive
Durasi < 24 jam > 24 jam ( hingga Hingga 7 hari Variasi Variasi
3 hari)
245
AFASIA
Tidak bisa berbicara
• Sesekali pasien dapat mengulang kata yang diucapkan oleh dokter saat pemeriksaan.
130.
C. Miasthenia gravis
MYASTENIA GRAVIS
Kelemahan progresif karena antibodi terhadap resptor asetilkolin di neuro muscular junction
Klinis:
• Ptosis / Diplopia → diprovokasi dengan wartenberg test
• Sulit menelan
• Sesak napas
• Mengenai otot proksimal, paling sering dimulai dari otot
kelopak mata, otot menelan lalu meluas ke otot
pernapasan dan ekstremitas
Tatalaksana:
• Simtomatik : anti-kolinesterase : pyridostigmine (60-120 mg po
6x sehari maks)
• Imunosupresi : prednisolon : untuk relaps, dengan 5mg/2 hari,
naikkan 5mg/minggu
• Thymectomy : Jika usia < 50 tahun
Analisis soal
• Laki-laki datang ke klinik dengan keluhan kedua lengan terasa lemah. Kelemahan muncul terutama menjelang sore dan membaik setelah pasien
beristirahat. Pasien juga mengaku sulit membuka mata.
Myasthenia gravis
Klinis:
• Ptosis / Diplopia → diprovokasi dengan wartenberg test
• Sulit menelan
• Sesak napas
• Mengenai otot proksimal, paling sering dimulai dari otot kelopak mata, otot
menelan lalu meluas ke otot pernapasan dan ekstremitas
Keyword
• Perempuan datang dengan keluhan tiba-tiba lemah sejak 1 minggu ini. Keluhan ini disertai sulit
berbicara ketika pasien melakukan pekerjaannya sebagai penyiar radio. Keluhan dirasakan berat
ketika sore hari dan berkurang setelah pasien beristirahat. Ketika diberi asetilkolinesterase,
keluhan dirasakan mulai membaik.
131.
E. Neuromuscular junction
MYASTENIA GRAVIS
Kelemahan progresif karena antibodi terhadap resptor asetilkolin di neuro muscular junction
Klinis:
• Ptosis / Diplopia → diprovokasi dengan wartenberg test
• Sulit menelan
• Sesak napas
• Mengenai otot proksimal, paling sering dimulai dari otot
kelopak mata, otot menelan lalu meluas ke otot
pernapasan dan ekstremitas
Tatalaksana:
• Simtomatik : anti-kolinesterase : pyridostigmine (60-120 mg po
6x sehari maks)
• Imunosupresi : prednisolon : untuk relaps, dengan 5mg/2 hari,
naikkan 5mg/minggu
• Thymectomy : Jika usia < 50 tahun
Analisis soal
• Perempuan datang dengan keluhan tiba-tiba lemah sejak 1 minggu ini. Keluhan ini disertai sulit berbicara ketika pasien melakukan pekerjaannya
sebagai penyiar radio. Keluhan dirasakan berat ketika sore hari dan berkurang setelah pasien beristirahat. Ketika diberi asetilkolinesterase, keluhan
dirasakan mulai membaik.
Myasthenia gravis
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/80 mmHg, 80x/menit, RR 22x/menit, dan T 38,1 C.
Pada pemeriksaan neurologis didapatkan kaku kuduk (+), Laseque (+), dan Kernig (+).
Pemeriksaan Nonne-Pandy (+)
• Pemeriksaan cairan serebrospinal didapatkan hasil: warna agak kekuningan, terdapat limfosit,
peningkatan protein, dan glukosa yang rendah.
132.
B. Meningitis TB
MENINGITIS
Etiologi
Inflamasi lapisan meninges sistem saraf pusat, umumnya karena infeks
Klinis
• Anamnesis: Demam, nyeri kepala
• Pemeriksaan Fisik: Kaku kuduk, tanda rangsang meningeal positif (Burdzinski I, Burdzinski II,
Kernig)
• Pemeriksaan Penunjang: Analisa LCS
• Bakteri (paling sering S. pneumonia) : Warna keruh, leukosit tinggi (≥ 1000/mm3 ), banyak sel neutrofil, protein
meningkat, glukosa rendah
• Virus : Warna jernih, leukosit rendah (≤ 100/mm3 ), banyak sel limfosit, protein normal, glukosa normal
• Tuberkulosis :Warna xantokrom, jumlah leukosit variabel, banyak sel limfosit, protein mengingkat tapi tidak setinggi
bakteri, glukosa rendah
Tatalaksana:
• Sesuai patogen penyebab. Pada meningitis bakterial diberikan deksametason
ENSEFALITIS
Etiologi
Biasanya disebabkan virus atau TB
Klinis
Anamnesis: demam, kejang, penurunan kesadaran
Pemeriksaan Fisik: meningeal sign (-)
Penunjang: analisa LCS dan PCR untuk mengetahui penyebab
Tatalaksana
Terapi sesuai patogen.
Analisis soal
• Pasien demam sejak 3 minggu yang lalu disertai nyeri kepala. Pasien juga mengatakan bahwa pasien sering batuk-batuk sejak 3 bulan lalu.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/80 mmHg, 80x/menit, RR 22x/menit, dan T 38,1 C. Pada pemeriksaan neurologis didapatkan kaku kuduk (+),
Laseque (+), dan Kernig (+). Pemeriksaan Nonne-Pandy (+)
• Pemeriksaan cairan serebrospinal didapatkan hasil: warna agak kekuningan, terdapat limfosit, peningkatan protein, dan glukosa yang rendah.
Meningitis TB
Trias Meningitis: demam, nyeri
kepala, kaku kuduk + rangsang
meningeal (+)
Keyword
• Pasien datang ke IGD RS dengan keluhan sulit menelan dan membuka mulut.
• Pasien memiliki riwayat luka terbuka 2 minggu yang lalu akibat tertusuk paku sat berberes gudang.
• Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/80 mmHg, Nadi 92x/min, RR 30x/min, suhu 38.0°C.
• Pemeriksaan fisik didapatkan mulut trismus (+), dan tampak bekas luka terbuka pada plantar pedis dextra.
133.
B. Tetanus grade II; Tes Spatula
TETANUS
Etiologi : Clostridium tetani
Klinis:
1. Trismus
2. Opistotonus
3. Risus sardonicus
260
ALGORITMA PEMBERIAN ATS
Analisis soal
• Pasien datang ke IGD RS dengan keluhan sulit menelan dan membuka mulut. (Trismus)
• Pasien memiliki riwayat luka terbuka 2 minggu yang lalu akibat tertusuk paku (prone wound) sat berberes gudang.
• Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/80 mmHg, Nadi 92x/min, RR 30x/min, suhu 38.0°C.
• Pemeriksaan fisik didapatkan mulut trismus (+), dan tampak bekas luka terbuka pada plantar pedis dextra.
TETANUS
Keyword
• Anak usia 7 tahun dibawa neneknya ke dokter dengan keluhan lambat belajar. Ia
sudah 2x tidak naik kelas dan susah menerima pelajaran. Ketika di rumah pun
anaknya malas belajar.
134.
D. Retardasi mental ringan
RETARDASI MENTAL
Suatu keadaan dimana perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap,
ditandai oleh hendaya keterampilan selama masa perkembangan yang
mempengaruhi kecerdasan secara menyeluruh
Klasifikasi
• Ringan = IQ 50-69
• Sedang = IQ 35-49
• Berat = IQ 20-34
• Sangat berat = IQ <20
Analisis soal
• Anak usia 7 tahun dibawa neneknya ke dokter dengan keluhan lambat belajar. Ia sudah 2x tidak naik kelas dan susah menerima pelajaran. Ketika di
rumah pun anaknya malas belajar.
Retardasi
mental ringan
Klasifikasi
• Ringan = IQ 50-69
• Sedang = IQ 35-49
• Berat = IQ 20-34
• Sangat berat = IQ <20
Keyword
• Pasien usia 7 tahun diantar ibunya ke poliklinik dengan keluhan mata berkedip-
kedip sendiri disertai kepala dan bahu yang ikut terhentak saat pasien berkedip.
135.
C. Chronic tic disorder
TIC DISORDERS
TIC DISORDER
• Kedutan tiba-tiba, gerakan, atau suara yang dilakukan
orang berulang kali.
• Dilakukan secara involunter / tanpa disadari
• Pasien sadar memiliki kelainan ini
• Berdasarkan jenis kedutan
• Vocal
• Motorik
• Berdasarkan keterlibatan otot
• Sederhana
• Kompleks
DOC: Clozapine
Analisis soal
• Pasien usia 7 tahun diantar ibunya ke poliklinik dengan keluhan mata berkedip-kedip sendiri disertai kepala dan bahu yang ikut terhentak saat pasien berkedip.
136.
B. Pseudodemensia akibat depresi
• Diagnosis
DEPRESI • Mayor (3A)
• Anhedonia Minat hilang
• Faktor resiko: Wanita, usia • Anenergia Lesu
muda, lajang, tinggal • Afek depresif
• Minor
sendiri, tidak bekerja
• Harga diri menurun
• Patofisiologi: Serotonin, • Masa depan suram
epinephrine menurun • Rasa bersalah
• Konsentrasi menurun
Depresi Ringan (4A) 2 mayor + 2 minor • Gangguan makan
Depresi Sedang (4A) 2 mayor + 3/4 minor • Gangguan tidur
Depresi Berat (3B) 3 mayor + 4 minor(atau
ada ide bunuh diri)
• Ingin bunuh diri
• Berlangsung minimal 2 minggu
• Bisa disertai gejala psikotik atau tidak
Tatalaksana awal
Pseudodemensia e.c
depresi
Keyword
• Pasien datang dengan keluhan berdebar-debar, keringat dingin, dan takut
mendengar mendengar suara klakson mobil.
• Riwayat 8 bulan yang lalu mengalami kecelakaan mobil dan menewaskan istri serta
anaknya.
• Sejak saat itu, pasien sering teringat akan kejadian itu dan sering bermimpi buruk.
137.
C. PTSD dan fluoksetin
Gangguan Penyesuaian Gangguan Stress Akut PTSD
Akibat ada stressor (bukan Katastrofik : kondisi tidak Post trauma hebat
trauma hebat) nyaman yang timbul
mendadak
Onset > 1 bulan dan hilang Onset dalam hitungan jam, Onset 6 bulan pasca
dalam 6 bulan tidak lebih dari 3 hari trauma
Analisis soal
• Pasien datang dengan keluhan berdebar-debar, keringat dingin, dan takut mendengar mendengar suara klakson mobil.
• Riwayat 8 bulan yang lalu mengalami kecelakaan mobil dan menewaskan istri serta anaknya.
• Sejak saat itu, pasien sering teringat akan kejadian itu dan sering bermimpi buruk.
PTSD
Keyword
• Pasien usia 25 tahun diantar suaminya ke praktek dokter dengan keluhan sering
terbangun tiba-tiba saat malam hari. Saat terbangun dari tidurnya, pasien merasa
sesak nafas, berteriak, berdebar dan takut.
138.
B. Night terror
GANGGUAN TIDUR
Gangguan tidur Diagnostik
Insomnia Kesulitan masuk tidur atau
mempertahankan tidur
Hipersomnia Rasa kantuk berlebihan pada siang hari.
Kualitas tidur malam hari cukup
Narkolepsi Serangan tidur mendadak yang tidak dapat
dihindari
Somnabulisme Terus berjalan-jalan dalam tidur
Nightmares Terbangun karena mimpi dan ingat dengan
jelas mimpi tersebut
Nightterror Terbangun dengan panik dan tidak ingat
kejadian yang membangunkannya
INSOMNIA
Penyebab lain
• Perubahan jam tubuh karena begadang
• Gangguan organik
Jenis Insomnia Deskripsi Terapi
Diagnosis
• Adanya gangguan tertidur saat jam normal terjaga, sampai mengganggu kehidupan sosial dan
pekerjaan
• Terjadi setiap hari selama lebih dari satu bulan
Tatalaksana
• Cognitive Behavior Therapy Sleep Hygiene
• Stimulant Modafinil PO 200 mg, 1x1 pagi hari
NARKOLEPSI
Periode tidak mampu menahan untuk tidur, jatuh tertidur dalam 1 hari yang sama
Keluhan ini terjadi minimal 3 kali dalam 1 minggu selama 3 bulan Timbul
gejala minimal salah satu dari,
- Episode katapleksi yang berlangsung beberapa kali dalam1 bulan, yaitu
- Pada individu dengan penyakit sudah berlangsung lama → episode kehilangan tonus otot
secara tiba-tiba dalam hitungan detik atau menit, dengan kesadaran penuh dan dipresipitasi
oleh tertawa atau bercanda
- Pada anak atau individu dengan onset kurang 6 bulan → tampak menyeringai secara spontan
atau episode rahang terbuka dengan lidah terjulur atau hypotonus secara global, tanpa stimuli
emosional
- Hypocretin deficiency
- Nocturnal sleep polysomnography menunjukkan kriteria tertentu
Parasomnia → segala kondisi abnormal yang muncul saat
seseorang tidur (kecuali sleep apnea)
Nightmares
• Terbangun dari tidur akibat mimpi yang menakutkan
• Penderita dapat mengingat kejadian di mimpi tersebut
• Setelah kejadian pasien sadar penuh dan mampu mengenali lingkungan
SOMNABULISME
Night Terors
Night Terror • Adanya episode bangun dari tidur, berteriak karena panik, disertai
ansietas hebat, seluruh tubuh bergetar, dan hiperaktifitas otonomik
139.
C. Bulimia nervosa
GANGGUAN MAKAN
Anoreksia nervosa Bulimia nervosa PICA
Khas Mengurangi BB Preokupasi makan Makan zat-zat
dengan sengaja dan ketagihan anorganik (bukan
kemudian menyesali makanan, tidak
perbuatannya bernutrisi)
Kriteria 1. BB <15% dari Berusaha melawan Sering terjadi pada
seharusnya kegemukan: anak
2. Usaha -merangsang Dikaitkan dengan
menurunkan BB muntah gangguan mental
3. Distorsi body -menggunakan
image pencahar
+ makan tetap
banyak
BINGE EATING
• Kebiasaan makan melebihi orang normal dalam kurun waktu 2 jam
• Keinginan yang tidak dapat dibendung
• Mencakup: makan capat, hingga merasa kenyang, makan banyak
meskipun tidak lapar, menyendiri karena malu
• Terjadi minimal 1 minggu sekali selama 3 bulan
PICA
• Kecenderungan makan bahan anorganik (yang bukan makanan)
• Terjadi minimal dalam kurun waktu 1 bulan
• Dikaitkan dengan autism dan retardasi mental
Conniophagia Debu
Coprophagia Feses
Geophagia Tanah
Hyalophagia Kaca
Xylophagia Kayu
Trichophagia Rambut
Analisis soal
• Pasien perempuan usia 24 tahun sering dibilang gendut oleh teman-temannya.
• Dari anamnesis didapatlan pasien memiliki kebiasaan memasukan jari ke dalam mulut untuk muntah paksa ataupun minum obat-obatan pencahar
untuk mengeluarkan makanan yang sudah dimakan.
Bulimia nervosa
• Pasien merasa hal buruk akan terjadi jika ia tidak melakukan kebiasaannya itu.
140.
D. OCD tipe hoarding
OBSESSIVE-COMPULSIVE DISORDER
• Pikiran + Perbuatan yang berulang-ulang
• Jika tidak dilakukan akan cemas, dan setelah dilakukan masih merasa
tidak nyaman
Etiologi
• Genetik
• Organik : Korteks cingulate anterior
• Lingkungan: kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan seksual, trauma
Tatalaksana
• SSRI: Fluoxetine PO, 20 mg, 1x1 atau Setraline PO, 50 mg, 1x1
• Psikoterapi
Tipe Gangguan Obsesif kompulsif
• Pasien merasa hal buruk akan terjadi jika ia tidak melakukan kebiasaannya itu.
• Di RS pasien segera dioperasi lalu dirawat inap. Setelah dirawat 3 hari perawatan
pasien meninggal.
141.
A. VER sementara & VER lanjutan
VISUM ET REPERTUM
Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter atas permintaan tertulis penyidik yang berwenang,
mengenai hasil pemeriksaan medis terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau
diduga bagian tubuh manusia berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk
kepentingan peradilan.
Dasar Hukum
Pasal 133 KUHAP
Nilai VeR
1. KUHAP pasal 184: Alat bukti yang sah (keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk,
keterangan terdakwa), VeR tergolong surat
2. KUHAP pasal 186: Keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di depan sidang
3. KUHAP pasal 184 C: Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai suatu hal atas suatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya.
JENIS VISUM ET REPERTUM
VeR Sementara
• Dibuat karena korban memerlukan perawatan dan pemeriksaan lanjutan
• Kesimpulan: macam luka, penyebab terjadinya luka, memerlukan perawatan/tidak
• Berlaku 20 hari, dibuat 1x
VeR Lanjutan
• Dibuat jika pasien telah selesai dirawat
• Kesimpulan: jenis luka, jenis kekerasan, derajat luka
• Berlaku 20 hari, bisa dibuat lebih dari sekali
VeR Definitif
• Dibuat seketika pada korban yang tidak memerlukan perawatan atau VeR jenazah atau
VeR lanjutan paling akhir (luka sedang berat) Kesimpulan: sebab kematian, mekanisme,
perkiraan saat kematian
Analisis soal
• Laki-laki usia 35 tahun datang ke IGD RS diantar oleh polisi dengan luka tusuk di perut bagian bawah dengan membawa SPVR.
• Di RS pasien segera dioperasi lalu dirawat inap. Setelah dirawat 3 hari perawatan pasien meninggal.
142.
D. Livor mortis
TANATOLOGI
Tanda Kematian Tidak Pasti Tanda Pasti Kematian
Pernapasan berhenti (selama Livor mortis (lebam mayat)
10 menit)
Sirkulasi berhenti (selama 15 Algor mortis (penurunan suhu
menit) tubuh)
Kulit pucat Rigor mortis (kaku mayat)
Tonus otot menghilang dan Dekomposisi (pembusukan)
relaksasi
Pembuluh darah retina Adiposera (lilin mayat)
mengalami segmentasi
Pengeringan kornea Mumifikasi
TANATOLOGI
LIVOR MORTIS RIGOR MORTIS ALGOR MORTIS DEKOMPOSISI
Posisi: daerah terendah Urutan: dimulai dari Kecepatan penurunan Awal: warna kehijauan
tubuh sendi-sendi kecil suhu dipengaruhi suhu pada perut kanan
sekitar, kelembaban bawah
Waktu: Waktu: udara, posisi tubuh, Waktu:
1. Muncul dalam 20- 1. Muncul dalam 2 bentuk tubuh dan 1. M u n c u l 2 4 j a m
30 menit pasca j a m p a s c a pakaian. pasca kematian
kematian kematian
2. < 6 jam = hilang 2. < 12 jam = kaku
d e n g a n mayat belum
penekanan lengkap
3. > 6 jam = menetap 3. > 12 jam = kaku
mayat lengkap
4. Hilang berurutan
dalam 12 jam
berikutnya
308
309
Analisis soal
Seorang jenazah laki-laki usia 30 tahun dibawa polisi untuk diidentifikasi penyebab kematiannya. Pada pemeriksaan luar diperoleh lebam yang tidak
hilang dengan penekanan.
Livor mortis
Keyword
Seseorang ditembak dengan senjata api oleh polisi jenazah dibawa ke forensik. Hasil
pemeriksaan ditemukan luka tembak dengan diameter 8mm. Ditemukan luka dan kelim
tattoo.
143.
A. Dekat
TRAUMATOLOGI
Kekerasan Fisik
•Suhu
•Listrik
•Perubahan Tekanan Udara
•Akustik
•Radiasi
Kekerasan Mekanik
Kekerasan Kimiawi
•Asam kuat
•Basa kuat
Kekerasan Fisik
•Suhu
•Listrik
•Perubahan Tekanan Udara
•Akustik
•Radiasi
Jenis Karakteristik
Suhu tinggi (Luka Bakar) Gambaran luka bakar (tergantung gradenya)
Suhu rendah Frost bite, immersion foot, gambaran skin blister
(merah kehitaman seperti gangrene di daerah
yang terbuka)
Listrik 1. Electric mark
2. Joule burn
Petir 1. Electric mark
2. Aborescent mark
Barotrauma 1. Aural: gendang telinga pecah
2. Pulmoner: emfisema, pneumothoraks,
emboli paru
Kekerasan Mekanik
•Luka iris
•Luka tusuk
•Luka bacok
•Luka memar
•Luka lecet
•Luka robek
• Pada pemeriksaan ditemukan adanya luka robek berukuran 4x2cm dan memerlukan
penjahitan.
144.
D. 352KUHP
KLASIFIKASI LUKA
Luka ringan Luka sedang Luka berat
Pasal 352 (1) KUHP Pasal 351 (1) KUHP Pasal 351 (2) KUHP +
KUHP 90
321
KLASIFIKASI LUKA
KUHP 90
→jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi
harapan akan sembuh sama sekali, atau yang
menimbulkan bahaya maut;
→tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan
tugas
→jabatan atau pekerjaan pencarian;
→kehilangan salah satu panca indera;
→mendapat cacat berat;
→menderita sakit lumpuh;
→terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
→gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
322
Analisis soal
• Seorang perempuan datang diantar warga ke IGD setelah terkena pukulan oleh sekelompok preman saat sedang melerai perkelahian di pasar.
• Pada pemeriksaan ditemukan adanya luka robek berukuran 4x2cm dan memerlukan penjahitan.
145.
B. Still birth
ABORTUS
• Abortus (Menurut Hukum): Tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran, tanpa
melihat usia kandungannya.
• Abortus Provokatus Kriminalis: Tindakan pengguguran yang sengaja dilakukan untuk kepentingan pelaku.
Dasar Hukum
INFANTICIDE
Infanticide (Pembunuhan Anak Sendiri): Pembunuhan yang dilakukan oleh seorang ibu atas anaknya ketika
dilahirkan atau tidak berapa lama setelah dilahirkan karena takut ketauan bahwa ia telah melahirkan anak.
Pemeriksaan
1. Lahir hidup atau mati
2. Tanda perawatan
3. Penyebab kematian
Lahir hidup (live birth) : keluar atau dikeluarkannnya hasil konsepsi yang lengkap, yang setelah pemisahan,
bernapas atau menunjukkan tanda kehidupan lain, tanpa mempersoalkan usia gestasi, sudah atau belumnya tali
pusat dipotong dan plasenta dilahirkan.
Lahir mati (still birth) : kematian hasil konsepsi sebelum keluar atau dikeluarkan dari ibunya
Tanda Perawatan
1. Keadaan tubuh sudah bersih dari darah dan verniks kaseosa
2. Tali pusat telah terpotong dan diikat
3. Anak sudah berpakaian dan diberi susu
Maserasi (+) Maserasi (-)
Dada belum mengembang -> Dada sudah mengembang ->
diafragma belum turun ke sela diafragma turun ke sela iga 4-5
iga 4-5
Pemeriksaan makroskopik paru Pemeriksaan makroskopik paru
-> derik udara (+) -> derik udara (-)
Uji apung paru (-) Uji apung paru (+)
327
Analisis soal
• Seorang jenazah bayi perempuan BB 2800 gram, PB 48 cm, plasenta masih melekat, lanugo(+), panjang kuku melebihi panjang jari tangan dan kaki,
labia mayora sudah menutupi labia minora. Tes apung paru (-).
146.
D. Presumed consent
CONSENT
Expressed concent Pasien menunjukkan persetujuannya secara lisan dan
tertulis
Implied concent Pasien menunjukkan persetujuan dengan tingkah lakunya,
misal: mengangguk
Informed concent Persetujuan yang diberikan setelah diberi penjelasan
megnenai tindakan, tujuan, dan efek samping. Biasanya
untuk tindakan medis tertentu dan umumnya tertulis.
Presumed concent Dokter menganggap pasien memberi persetujuan,
meskipun pasien tidak menunjukkan baik secara expressed
atau implied (pasien tidak menolak, jadi dianggap
menerima
Mandatory concent Keadaan – keadaan yang mutlak dokter tidak boleh
melakukan apa-apa sebelum ada persetujuan
Analisis soal
• Pasien korban kecelakaan dibawa ke RS tanpa ada keluarganya dan dokter memutuskan untuk melakukan tindakan tanpa persetujuan dari
pasien.
Kondisi emergency =
presumed consent
Keyword
• Pasien datang ke puskesmas untuk pemeriksaan rutin gula darah.
• Pasien mengatakan penglihatan semakin kabur sehingga dokter mencurigai
komplikasi retinopati diabetikum. Dokter puskesmas merujuk ke dokter spesialis
mata di RSUD.
• Namun dokter puskesmas tetap merawat penyakit diabetes pasien.
147.
C. Collateral
PELIMPAHAN WEWENANG
Interval (titip pasien sementara)
Contoh:
Dokter A merujuk pasien ke dokter B dalam kurun waktu tertentu, nanti akan di kembalikan lagi ke dokter A
Kolateral (konsul)
Contoh :
Pasien hipertensi dirawat oleh dokter di Puskesmas kemudian dirujuk ke dokter spesialis di RS karena
mengalami stroke
Kolateral (konsul)
Contoh :
Pasien hipertensi dirawat oleh dokter di Puskesmas kemudian dirujuk ke dokter spesialis di RS karena mengalami stroke
148.
D. Disability limitation
Analisis soal
Pasien menderita Diabetes Mellitus tidak terkontrol sejak 10 tahun yang lalu, kemudian kaki pasien secara perlahan menghitam dan didiagnosis kaki
diabetikum sehingga harus di amputasi.
149.
A. Mandiri
POSYANDU
Analisis soal
Pada suatu posyandu didapatkan kegiatan diadakan 8 kali pertahun, jumlah kader 6 orang, capaian program pokok >50% sudah terdapat program
tambahan namun masih sederhana dan dana sehat <50%.
Posyandu purnama
Jika mengalami peningkatan =
posyandu mandiri
Keyword
Sebuah keluarga terdapat ayah, ibu dan 5 orang anak yang berusia antara 2-10 tahun, serta seorang
kakek dan nenek. Di suatu hari anak yang berusia 6 tahun menderita campak dan dalam selang 6 hari
kemudian 2 saudara lainnya menderita campak. Ayah, ibu, kakek dan nenek sudah pernah terkena
campak.
150.
D. 60%
MENGHITUNG FREKUENSI PENYAKIT
MENGHITUNG FREKUENSI PENYAKIT
Analisis soal
Sebuah keluarga terdapat ayah, ibu dan 5 orang anak yang berusia antara 2-10 tahun, serta seorang kakek dan nenek. Di suatu hari anak yang berusia
6 tahun menderita campak dan dalam selang 6 hari kemudian 2 saudara lainnya menderita campak (Total kasus: 3). Ayah, ibu, kakek dan nenek
sudah pernah terkena campak (populasi tidak berisiko)
Attack rate
Kasus baru / populasi berisiko
= 3/5 x 100%
= 60%