0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
11 tayangan3 halaman
Dokumen tersebut memberikan panduan praktik klinis tentang fraktur di Rumah Sakit Muhammadiyah Tuban. Ringkasannya adalah: (1) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, (2) Diagnosis fraktur didasarkan pada anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti rontgen, (3) Pengobatan fraktur meliputi stabilisasi dan rujukan ke layanan sekunder.
Dokumen tersebut memberikan panduan praktik klinis tentang fraktur di Rumah Sakit Muhammadiyah Tuban. Ringkasannya adalah: (1) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, (2) Diagnosis fraktur didasarkan pada anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti rontgen, (3) Pengobatan fraktur meliputi stabilisasi dan rujukan ke layanan sekunder.
Dokumen tersebut memberikan panduan praktik klinis tentang fraktur di Rumah Sakit Muhammadiyah Tuban. Ringkasannya adalah: (1) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, (2) Diagnosis fraktur didasarkan pada anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti rontgen, (3) Pengobatan fraktur meliputi stabilisasi dan rujukan ke layanan sekunder.
RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 1 of 3 MUHAMMADIYAH TUBAN
PANDUAN PRAKTEK KLINIS Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
Direktur 02 Januari 2022 Rumah Sakit Muhammadiyah Tuban
dr. Yenie Surveyanti
NBM : 1.083.505 1. Pengertian Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial. Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar. 2. Anamnesis Keluhan : 1. Adanya riwayat trauma (terjatuh, kecelakaan, dll) 2. Nyeri 3. Sulit digerakkan 4. Deformitas 5. Bengkak 6. Perubahan warna 7. Gangguan sensibilitas 8. Kelemahan otot 3. Pemeriksaan Fisik 1. Inspeksi (look) Adanya deformitas dari jaringan tulang, namun tidak menembus kulit. Anggota tubuh tdak dapat digerakkan. 2. Palpasi (feel) Teraba deformitas tulang jika dibandingkan dengan sisi yang sehat. Nyeri tekan. Bengkak. Mengukur panjang anggota gerak lalu dibandingkan dengan sisi yang sehat. 3. Gerak (move) Umumnya tidak dapat digerakkan
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesa sesuai dengan kriteria penyakit
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kriteria penyakit 3. Pemeriksaan penunjang yang mendukung 5. Diagnosis Kerja ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan HIPERTENSI KRISIS
No. Dokumen No Revisi Halaman
RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 2 of 3 MUHAMMADIYAH TUBAN
Foto polos: umumnya dilakukan pemeriksaan dalam proyeksi AP dan lateral. Pemeriksaan radiologi lainnya sesuai indikasi dapat dilakukan pemeriksaan berikut, antara lain: radioisotope scanning tulang, tomografi,artrografi, CT-scan, dan MRI. 2. Pemeriksaan darah rutin dan golongan darah. 8. Terapi 1. Semua fraktur dikelola secara emergensi. 2. Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain yang dapat mengancam jiwa. 3. Pasang cairan untuk mengantisipasi kehilangan darah yang tidak terlihat misalnya pada fraktur pelvis dan fraktur tulang panjang 4. Lakukan stabilisasi fraktur dengan spalk, waspadai adanya tanda-tanda kompartemen syndrome seperti odema, kulit yang mengkilat dan adanya nyeri tekan. 5. Rujuk segera ke layanan sekunder 9. Edukasi 1. Penjelasan diagnosa, diagnosa banding, pemeriksaan Penunjang 2. Penjelasan rencana tindakan, lama tindakan, resiko dan komplikasi 3. Penjelasan alternative tindakan 4. Pennjelasan perkiraan lama rawat 5. Informed consent 10. Prognosis Prognosis umumnya bonam, namun quo ad fungsionamnya adalah dubia ad bonam.Hal ini bergantung kepada kecepatan dan ketepatan tindakan yang dilakukan.
11. Tingkat Evidens -
12. Tingkat Rekomendasi - 13. Penelaah Kritis - 14. Indikator Medis - 15. Referensi Chairuddin, R. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Fraktur HIPERTENSI KRISIS
No. Dokumen No Revisi Halaman
RUMAH SAKIT 02/KOMDIS/I/2022 0 Page 3 of 3 MUHAMMADIYAH TUBAN