Validasi merupakan syarat utama untuk memastikan kualitas dan reliabilitas dari
hasil analisis (ICH, 2005). Metode analisis yang reliabel merupakan persyaratan
yang harus dipenuhi untuk memenuhi standar nasional dan internasional pada
semua bidang pengukuran. Laboratorium pengukuran yang diakui secara
internasional, dalam pengukurannya harus menggunakan metode tervalidasi,
memiliki prosedur kontrol kualitas internal, mengikuti program proficiency testing,
dan terakreditasi ISO/ IEC 17025 (Thompson, et al. 2002.
Pengertian
Validasi metode adalah suatu proses atau tindakan untuk memastikan apakah
prosedur analisis yang dipakai untuk pengujian sesuai dengan
spesifikasinya. Hasil dari validasi metode dapat digunakan untuk menilai
kualitas, reliabilitas dan konsistensi hasil, dimana ini merupakan bagian integral
dari praktek analisis yang baik.
Parameter
1. Spesifitas/ selektivitas
Presisi
Akurasi
Thompson, et al. (2002) dan ICH, (2005) memberikan beberapa metode untuk
mendapatkan parameter akurasi, yaitu :
Linieritas
Preparasi Sampel
Metode-Metode Ekstraksi
Ekstraksi cair-cair.
Prinsip teknik ekstraksi cair-cair adalah adanya perbedaan kelarutan analit dalam
dua pelarut yang tidak saling campur. Ekstaksi cair-cair tidak hanya dipakai untuk
ekstraksi suatu senyawa organic tapi juga untuk senyawa-senyawa logam.
Campuran dua pelarut bisa menghasilkan campuran azeotrop. Dalam ekstraksi
cair-cair campuran ini perlu dihindari karena campuran ini tidak memisah. Teknik
ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya adalah perlu waktu yang lebih
lama, sulitnya untuk diatomatisasi dan memerlukan volume pelarut yang murni
dalam jumlah besar.
Tablet dan kapsul terdiri dari zat aktif dan bahan pengisi. Mayoritas bahan dalam
sediaan ini adalah bahan pengisi, bahan pelican, bahan penghancur dan lain-lain,
terlebih jika dosis zat aktif kecil. Bahan-bahan tersebut ada yang menyerap energi
sinar UV, ada juga juga yang tidak menyerap. Jika zat aktif tidak larut secara
sempurna dalam air, maka alternatif untuk melakukan ekstraksi adalah dengan
metanol atau etanol.
Dalam tablet salut gula, bahan pelapisnya yang berupa gula modifikasi seperti
hidroksipropilmetilselulosa. Kandungan pelapisnya dalam tablet tersebut adalah
sekitar 3% dan bahan tersebut tidak mempengaruhi pembacaan pada daerah UV.
Pewarna dalam tablet mempunyai potensi mengganggu analisis, karena warna
dapat mengabsorpsi radiasi UV/visible. Pewarna biasanya merupakan golongan
dye organometilik atau metil oksida yang larut dalam beberapa pelarut tertentu.
Oleh karena itu warna harus bisa dihilangkan sebelum analisis dengan
menambahkan clarifying agent.
Pada suspensi dan larutan, dye (merupakan salah satu golongan pewarna) yang
digunakan adalah yang larut dalam air, seperti klorofil, karotenoid dan antosian.
SPE (Solid Phase Extraction) dengan resin penukar ion merupakan salah satu teknik
yang efektif untuk mengatasi masalah anionik dan kationik dyes. Sediaan itu juga
mengandung pengawet dan antioksidan, seperti senyawa fenol dan
benzalkonium klorida. Bahan tersebut sangat kuat mengabsropsi sinar UV.
Suspensi mengandung surfaktan seperti PEG, CMC Na, tidak terlalu mengganggu
absorpsi sinar UV, hanya saja menimbulkan masalah pada prosedur ekstraksi
cair-cair (LLE).
Garam asam lemak natrium atau kalium, surfaktan kationik dan non ionic
biasanya digunakan dalam sediaan krim dan salep. Seperti diuraikan di atas,
bahan-bahan tersebut tidak mengganggu absorpsi sinar UV karena sifat
krommofornya yang sangat lemah. Namun asam lemak akan mengganggu sistem
kromatografi dengan mengkontaminasi kolom RP HPLC, jika tidak dihilangkan.
Kream dan salep mengandung banyak minyak trigliserida yang harus dihilangkan
sebelum analisis. Ekstraksi kream dengan methanol dapat menghilangkan sedikit
interferensi tersebut.
Prinsip ekstraksi fase padat adalah analit yang disimpan dalam cartridge
kemudian diberikan pelarut dengan kekuatan elusi yang lemah sebanyak
beberapa kali elusi dan kemudian terakhir dielusi dengan pelarut dengan
kekuatan elusi yang kuat. Pelarut dengan kekuatan elusi yang kuat didasarkan
kepada interkasinya dengan analit yang akan diekstraksi. Secara umum tahap
aplikasi SPE dalam analisis ada 4 atau 5 tahap, dimana tujuan dan perlakuan
setiap tahap berbeda (gambar 6). Teknik ekstraksi fase padat ini sangat berguna
untuk memisahkan analit dari matriksnya dengan selektifitas yang besar.
Modifikasi mekanisme pemisahan dalam ekstraksi fase padat dapat dilakukan
dengan mengganti komposisi dan jenis pelarut yang dipakai untuk elusi. Teknik
ini sangat luas dipakai dalam analisis sampel biologis dan sampel lingkungan.
1. Fase padat dari teknik ini tidak campur/ larut dengan pelarut dan setelah
sampel diaplikasikan ke dalam cartridge, analit dapat dicuci dari
interferensinya dengan cara melewatkan/ mencuci cartridge dengan
pelarut tertentu yang kekuatan elusinya dapat dimodifikasi.
2. Senyawa kimia dari fase padat dapat divariasikan sehingga akan
didapatkan karakter pemisahan yang berbeda dan ini dapat dioptimasi.
3. Tidak akan terjadi emulsi seperti halnya pencampuran dua pelarut dalam
ekstraksi cair-cair
4. Sampel dengan volume besar dapat ditampung dalam cartridge dan
kemudian dapat dilakukan prekonsentrasi
5. Hanya memerlukan sedikit pelarut untuk melakukan elusi
6. Ekstraksi dapat dilakukan dengan sistem batch atau dengan cara simultan
memakai banyak cartridge
Analisis Obat Asma (Turunan Ksantin, Salbutamol dan Ketotifen)
Salbutamol
Metode HPLC dikembangkan oleh Jain, et al. (2011) untuk penetapan kadar
salbutamol dengan doksifilin dalam sediaan tablet. Sistem kromatografi yang
dipakai adalah ODS (5µm, 150 mm x 4,6 mm) dan asetnitril/dapar KH2PO4 (40:60,
v/v, pH 3 dengan OPA= o-ptalaldehid), dan kecepatan fase gerak 0,5 mL/ menit
dengan deteksi pada lamda 225 nm. Waktu retensi (tR) untuk salbutamol dan
doksifilin berturut-turut adalah 3,14 ± 0,015 menit dan 5,73 ± 0,06 menit.
Shaik et al (2010) metode enzimatik, berdasarkan oksidasi salbutamol oleh
enzim Horse radish peroxide (HRP) dan kemudian decoupling oleh reagen
pengomplek. Ada 3 reagen yang digunakan yaitu 3-Methylbenzothiazoline-2-one
hydrazone/ MBTH (metode 1), Aniline (metode 2) dan 4 – Aminoantipyrine
(metode 3). Hasil reaksi kompleks menghasilkan serapan maksimum pada
panjang gelombang 450 nm, 480 nm dan 490 nm. Oksidasi menghasilkan
senyawa elektrofolik dari reagen coupling, sehingga terjadi subtitusi elektrofilik
pada salbutamol membentuk komplek warna yang stabil.
Ketotifen
Turunan Ksantin
Golongan dari metil ksantin adalah kafein (1, 3,7-metil ksantin), teobromin (3,7-
metil ksantin) dan teofilin (1,3-metil ksantin). Ketiga jenis ini berada di dalam
kopi, teh, mate, coklat, minuman kola. Kelarutan dari golongan metil ksantin
berbeda-beda. Kafein mudah larut dalam air panas dan kloroform, sedangkan
teobromin dan teofilin tidak larut. Teobromin lebih sedikit larut dibandingkan
kafein.
Metode-metode penetapan kadar
Analisis metil ksantin sangat penting dalam bidang nutrisi/ gizi dan klinis.
Beberapa teknik atau metode yang dapat diaplikasikan adalah spektrofotometri
UV, gravimetric, kjeldahl, KLT, kromatografi gas, HPLC, CE dan teknik lain.
Spektrofotmetri UV
KLT
Kromatografi Gas
Penggunaan teknik kromatografi gas untuk analisis golongan metil ksantin tidak
memerlukan proses derivatisasi. Hal ini disebabkan karena sifat thermostabil
dari golongan metil ksantin dan sublimation point juga tidak tinggi.
Kromatografi gas digunakan untuk analisis kafein dalam sampel minuman ringan
menggunakan kolom non polar, sistem injeksi splitless dan deteksi dengan FID.
Analisis kandungan kafein dari beberapa jenis teh dengan metode ini didapatkan
bahwa teh hijau 83-128 ppm, teh oolong 40-70 ppm, teh hitam 36-51 ppm, kopi
321-493 ppm dan minuman kola 28-92 ppm.
HPLC
Scot. et al., 1984 melaporkan penetapan campuran golongan metil ksantin dalam
sampel biologi (saliva) menggunakan HPLC (C18, acetonitrile/tetrahydrofuran/50
mM acetate buffer, pH 4.0, (4:1:95, v/v) dan 280 nm). Sampel diekstraksi dengan
menggunakan campuran pelarut chloroform/isopropanol extract (85:15, v/v). Lo
Coco, et al. 2007; Thomas, et al. 2004, dan Risner 2008 dalam sampel makanan
dengan perbedaan pada komposisi fase gerak.
Bispo, et al. 2002, juga melaporkan penetapan kadar golongan metil ksantin
secara simultan dengan metode HPLC dalam sampel minuman ringan dan urin
manusia. Sistem kromatografi (C18, metanol:air:asam asetat (20:75:5, v/v/v) dan
273 nm).
CE
Aplikasi teknik ini untuk penetapan kadar metil ksantin dalam sampel makanan.
Sistem yang dipakai adalah fase diam adalah silica kapiler dapar borat 20 mM pH
9.6, tegangan 22 KV, dan deteksi λ 254 nm dengan waktu analisis 10 menit.
Jenis teknik CE yang dapat diaplikasikan untuk penetapan kadar metil ksantin
dalam sediaan biologis adalah CZE (Capillary Zone Electrophoresisi) dan MKCE
(Micellar Electrokinetics Capillary Electrophoresis). Pada metode MKCE dapar
yang dapat dipakai adalah glisin pH 10.5 dan surfaktan natrium laurel sulfat.
Waktu analisis dengan metode MKCE ini adalah 18 menit.
Argentometri
Iodometri
Metode iodometri untuk penetapan kadar golongan metil ksantin didasarkan
pada reaksi I2 dengan kafein dalam suasana asam membentuk C8H10O2N4.
HI.I4 senyawa tidak larut. Metode ini juga dapat diaplikasikan untuk teobromin.
Timbang seksama sejumlah sampel setara kurang lebih 500mg kofein, larutkan
dalam air secukupnya. Encerkan dengan air sampai 100ml, saring jika perlu. Ambil
5ml larutan, tambahkan 10ml larutan iodat-iodida 0,1N dan 5ml asam klorida
3,5%, campur dan tutup. Diamkan 20’ pada tempat terlindung cahaya pada 20 °C.
sentrifuse 3-5’. Ambil 10ml larutan, titrasi dengan natrium tiosianat 0,1N dengan
indikator larutan kanji.
TBA
Metode TBA diaplikasikan pada penetapan kadar kafein karena sifat basa dari
kafein yang lemah, lebih lemah dari air. maka solven yang digunakan bukan air
(asam asetat glacial) dan titran asam perklorat.
Timbang seksama + 170mg, larutkan dalam 5ml asam asetat glasial P, hangatkan
jika perlu. Dinginkan, tambahkan 10ml anhidrida asetat P dan 20ml toluena P.
Titrasi secara potensiometri dengan asam perklorat 0,1N. (FI IV) Tiap ml asam
perklorat 0,1N setara dengan 19,42 mg kofein.
Analisis Obat Jantung (Furosemid, Captopril dan Amlodipin)
Kaptoril
Kaptopril, (2S)-1-[(2S)-2-Methyl-3-sulphanylpropanoyl]pyrrolidine-2-carboxylic
acid merupakan obat antihipertensi golongan ACE inhibitor. Derivat prolin ini
merupakan ACE inhibitor pertama yang digunakan, efeknya adalah vasodilatasi
dan berkurangnya retensi garam dan air.
Spektra UV
Larutkan 0,150 g sampel dalam 30 mL air. Larutan dititrasi dengan I 2 0,05 M. Titik
akhir ditentukan secara potensiometrik.
Metode titirimetrik yang lain yaitu titrasi oksidimetri dengan menggunakan titran
2,3 dikloro-5,6-disiano-1,4-benzoquinon (DDQ) pada media asam asetat ahidrat.
Titrasi dilakukan secara potensiometrik menggunakan elektroda platinum (el-
Brashy, 1995)
Alkalimetri
Titrasi kaptopril juga dapat dilakukan dengan menggunakan titran NaOH. Hal ini
disebabkan karena adanya gugus asam karboksilat dari kaptopril. Titrasi secara
potensiometri tidak ditemukan adanya interferensi dari eksipien dalam tablet
(Ribeiro et al., 2003).
Metode didasarkan pada reaksi kaptopril dengan kalium iodat dalam medium
HCl. Amaranth digunakan sebagai indikator untuk mendeteksi titik akhir dari
titrasi dalam lapisan berair. Yodium terbentuk selama titrasi diekstraksi ke dalam
CCl4 dan kemudian ditentukan secara spektrofotometri pada 510 nm.
Spektrofotometri Vis NBD-Cl (Haggag et al., 2008)
Reagen NBD-Cl dengan captopril, larutan uji yang berwarna kuning dibaca
absorbansinya pada panjang gelombang 420 nm.
Penetapan kadar kaptopril dengan metode ini didasarkan pada reaksi reduksi
Br2 (dari sistem campuran bromat-bromid) oleh kaptopril. Sisa Br2 yang tidak
bereaksi membentuk kompleks dengan natrium flourescein. Hasil komplek
dibaca pada panjang gelombang 436 nm.
Kaptopril mempunyai struktur dengan kromofor yang miskin oleh karena itu
perlu dilakukan derivatisasi dengan reagen untuk menambah gugus kromofor
yaitub O-Ptaladehid. Pemisahan dilakukan pada kolom ODS, air:asetonitril:TCA
(85:15:0,1) kecepatan 1 mL/ menit dan λ 345 nm. Reagen lain yang dapat
digunakan adalah p-a-dibromoacetophenone(p-BPB), derivatif dibaca pada
panjang gelombang 257 nm (Jinsong et al., 2001).
Furosemid
Sejumlah 10 mL larutan obat furosemid dengan kadar 2-20 mg FRU secara akurat
dimasukkan kedalam erlenmeyer 100 mL, tambahkan 10 mL 2 M HCl dan dititrasi
dengan campuran bromat-bromida (5 mM KBrO3) menggunakan 2 tetes indikator
metil orange sampai hilangnya warna indikator. Lakukan titrasi blanko. Volume
titrasi blanko dikurangi volume titran yang dibutuhkan untuk titrasi furosemid.
Pengukuran indirect