LAPORAN
Disusun Oleh :
Firafsi Laluwia S 140210150039
Liana Cinthya 140210150041
Andhika Putra Pratama 140210150043
Nadhifa Raihanah 140210150075
Ghina Uli Felicia 140210150095
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN KIMIA
PROGRAM STUDI S1 KIMIA
JATINANGOR
2017
ABSTRAK
i
ABSTRACT
ii
KATA PENGANTAR
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Identifikasi Masalah ........................................................................ 3
1.3. Maksud dan Tujuan ......................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
1.5. Metodologi Percobaan ..................................................................... 5
1.6. Waktu dan Penelitian....................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 6
BAB III METODE PERCOBAAN .............................................................. 14
3.1. Alat dan Bahan .............................................................................. 14
3.1.1. Alat .............................................................................................. 14
3.1.2. Bahan ........................................................................................... 14
3.2. Prosedur ......................................................................................... 15
3.2.1. Lisis Sel ....................................................................................... 15
3.2.2. PCR ............................................................................................. 15
3.2.3. Analisis Hasil PCR dengan Elektroforesis Agarosa .................... 16
3.2.4. Pemurnian dengan Presipitasi Etanol .......................................... 17
3.2.5. Pemotongan menggunakan enzim HinF1 ................................... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 19
4.1. Tabel Hasil Pengamatan ................................................................. 19
4.1.1. Lisis Sel ....................................................................................... 19
4.1.2. PCR ............................................................................................. 20
4.1.3. Analisis Hasil PCR dengan Elektroforesis Agarosa .................... 21
4.1.4. Pemurnian dengan Presipitasi Etanol .......................................... 22
iv
4.1.5. Pemotongan menggunakan enzim HinF1 .................................... 24
4.2 Perhitungan ...................................................................................... 24
4.3. Pembahasan ..................................................................................... 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 49
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 49
5.2 Saran ................................................................................................ 49
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 50
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1978).
pada organisme yang berbeda, seperti bakteri, hewan, dan tumbuhan. Produk
1
dari bioteknologi modern, misalnya insulin, kloning domba Dolly, antibodi
DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan berfungsi
lokasi DNA ini, yaitu: DNA nukleus berbentuk linear dan berhubungan sangat
gula pentosa (deoksiribosa), gugus fosfat, dan pasangan basa. Satu sel memiliki
DNA yang merupakan materi genetik dan akan diturunkan pada keturunannya
DNA dapat diisolasi, baik pada manusia maupun tumbuhan. Isolasi DNA
merupakan langkah tepat untuk mempelajari DNA. Prinsipnya ada dua, yaitu :
akan berada di bagian bawah tabung dan molekul ringan akan berada pada
bagian atas tabung. Tehnik sentrifugasi dilakukan oleh mesin yaitu mesin
menunjukkan dua macam fraksi yang terpisah, yaitu supernatan di bagian atas
2
untuk mengendapkan suatu komponen dari campuran. Langkah-langkah isolasi
PCR merupakan suatu teknik sangat kuat dan sangat sensitif dan dapat
terjadinya isolasi dan karakteristik gen-gen, mempelajari secara rinci fungsi dan
PCR?
3
3. Apakah fragmen DNA hasil PCR dapat dianalisis dengan metode
etanol?
Hinf1?
berkaitan dengan analisis PCR-RFLP pada gen 16S rDNA untuk menyusun
teknik PCR.
4
1.4. Manfaat Penelitian
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
antara ketiga lokasi DNA ini, yaitu: DNA nukleus berbentuk linear dan
basa nitrogen. Satu sel memiliki DNA yang merupakan materi genetik dan
DNA merupakan langkah tepat untuk mempelajari DNA. Prinsipnya ada dua,
6
yang mempunyai berat molekul besar akan berada di bagian bawah tabung
dan molekul ringan akan berada pada bagian atas tabung. Teknik sentrifugasi
pemecahan sel (lisis sel) dan pencernaan protein, serta mengendapan DNA
(Page, 1997).
Prinsip dasar PCR itu sederhana. Sesuai namanya, ini adalah reaksi
menerus ini dilakukan oleh protein spesifik yang dikenal sebagai polimerase,
enzim yang mampu menyatukan blok DNA individu untuk membentuk untaian
memerlukan pasokan blok bangunan DNA, yaitu nukleotida yang terdiri dari
empat macam basa, seperti adenin (A), timin (T), sitosin (C) dan guanin (G).
Mereka juga membutuhkan fragmen kecil DNA, yang dikenal sebagai primer,
yang dengannya mereka memasang blok bangunan serta molekul DNA yang
lebih panjang untuk dijadikan templat untuk membangun untai baru. Jika ketiga
bahan ini dipasok, enzim akan membuat salinan template yang pasti. PCR
7
adalah metode yang digunakan untuk memperoleh banyak salinan untai tertentu
dari asam nukleat. Ini adalah sarana untuk secara selektif memperkuat segmen
DNA tertentu. Segmen ini mungkin mewakili sebagian kecil dari campuran
DNA yang besar dan kompleks mis. ekson tertentu dari gen manusia. Hal ini
96 °C. Pada suhu ini, DNA polimerase E.Coli hancur, sehingga enzim harus
diisi ulang dengan enzim segar baru setelah tahap pemanasan setiap siklus
kimia pada tahun 1993). PCR didasarkan pada kemampuan DNA polimerase
untuk menyintesis untai DNA baru yang melengkapi templat dari DNA. Teknik
ini berdampak pada banyak area kloning molekuler, genetika, biologi molekular
mensintesis untai DNA baru yang melengkapi templat dari DNA. Teknik ini
(Kavya, 2015).
DNA, membuat banyak salinan dari segmen DNA tertentu dengan cepat dan
8
akurat [1]. Ia mampu mengambil sejumlah kecil DNA atau bahkan molekul
reaksi selesai, mungkin ada 230 salinan dari setiap molekul DNA awal.
karya. Tapi reaksi PCR dapat menyelesaikan banyak putaran replikasi dan
menghasilkan miliaran salinan fragmen DNA hanya dalam beberapa jam. Basa
menambahkan dNTP dari 5' ke 3'side, membaca templat dari sisi 3 'ke 5', basa
9
Gambar 2. 1 Basics of PCR Cycling.
Teknik PCR didasarkan pada proses sebuah sel yang digunakan untuk
mereplikasi untai DNA baru. Komponen integral adalah DNA template (berisi
wilayah yang akan disalin). Bahkan molekul DNA tunggal pun bisa dijadikan
template. Fragmen yang dibutuhkan agar bisa direplikasi adalah urutan dua
daerah nukleotida pendek di kedua ujung kawasan yang diminati. Kedua urutan
menempel pada template di situs pelengkap mereka dan bertindak sebagai titik
10
awal untuk menyalin. Sintesis DNA pada satu primer diarahkan ke arah yang
nukleotida bebas yang digunakan untuk membangun untai DNA baru dan
membawa muatan listrik. Muatan listrik DNA adalah negatif, sehingga jika
molekul DNA ditempatkan pada medan listrik, DNA akan bermigrasi ke kutub
positif. Kecepatan migrasi molekil DNA pada proses elektroforesis suatu gel
tertentu tergantung pada bentuk dan ukurannya. Gel-gel ini biasanya terbuat
bentuk molekul linier hanya dalam satu bentuk konformasi. Dalam bentuk yang
sama, makin kecil ukuran DNA maka makin cepat migrasinya. Untuk
keadaan linier. Proses PCR menghasilkan DNA linier. Daya pisah ukuran
molekul DNA juga ditentukan oleh komposisi gel (prosentase agarosa dan
11
poliakrilamida semakin tinggi, maka semakin tinggi daya pisah gel hingga
kimia ini dibuat dalam satu kondisi pereaksi, yaitu loading buffer pH 8,0.
gel dengan senyawa yang dapat menyebabkan DNA dapat dilihat seperti
dengan ukuran yang berbeda dapat dilihat dengan jelas di bwah penyinaran
ultraviolet setelah penambahan EtBr, hali ini karena EtBr dapat berinterkalasi
DNA tersebut dengan posisi pita dari fragmen-fragmen DNA standar (Maksum
et al., ).
informasi genetik berupa DNA yang dimiliki, tidak terlokalisasi dalam tempat
khusus (nukleus). DNA pada bakteri berbentuk sirkuler, panjang dan biasa
kecil dan sirkuler yang tergabung menjadi plasmid (Al Hanif, 2009).
12
Dinding sel sangat berguna bagi bakteri dalam pertumbuhan dan
peptida yang terdiri dari empat atau lima asam amino, yaitu L-alanin, D-alanin,
asam glutamat, dan lisin atau asam diaminopimelat (Lestari & Hartati, 2017).
selnya, bakteri dibedakan menjadi dua macam, yaitu bakteri gram positif dan
pembungkus sel, yaitu membran luar, lapisan tengah yang merupakan dinding
sel atau lapisan murein, dan membran plasma dalam sehingga dapat
Bakteri gram negatif mempunyai kandungan lipid yang lebih tinggi [ada
dinding selnya dan lipid pada umumnya larut dalam alkohol dan aseton. Contoh
13
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1.1. Alat
mL steril, tabung master mix, tabung mikro 0,5 mL, dan waterbath.
3.1.2. Bahan
hasil lisis, cuplikan hasil reaksi PCR, dNTP, enzim 100 DNA polymerase
37,5 unit, etanol p.a ± 100 mL, etanol 70% ± 400 mL, natrium asetat 3M
14
3.2. Prosedur
yang cair di kondisi yang optimum yaitu dengan diinkubasi pada suhu
selama 1 jam pada suhu 50ᴼC- 55ᴼC dan dilakukan inaktivasi pada suhu
3.2.2. PCR
positif, dan kontrol negatif. Ketiga sampel ini ditambahkan dengan master
µM dengan volume masing-masing 1,0 µL, dNTP 10mM 1,0 µL, Taq
polymerase 5U/µL 0,25 µL, buffer PCR 10X 5,0 µL, MgCl2 25mM 2,5
15
selama 1-3 detik. Kemudian, ketiga tabung dimasukkan ke dalam mesin
PCR yang sudah diset. PCR dilakukan sebanyak 30 siklus dengan tahapan
pada 94℃ selama 1 menit, annealing atau penempelan primer pada suhu
50℃ selama 1 menit, elongasi pada suhu 72℃ selama satu menit,
ᴼC. Larutan dari gel agarosa yang telah dingin dituangkan ke dalam gel
tray dan didiamkan selama ± 30 menit dan ditutup bagian atasnya dengan
memakai tisu. Setelah gel agarosa mengeras dibuka pembentuk sumur dan
elektroforesis yang telah berisi buffer TAE dan dalam keadaan yang
terendam. Setelah gel agarosa siap, sampel dibuat dari 10 L produk PCR
(3 tabung) dan 2 L loading dye dan 2L gel red. Dan marker dibuat dari
menit dengan kecepatan 7000 rpm. Selanjutnya sumur –sumur diisi, yaitu
16
sumur 1 berisi marker, sumur 2 berisi kontrol +, sumur 3 berisi DNA
sampel dan sumur 4 berisi kontrol negatif. Lalu, penutup chamber dipasang
1400 mA. Lalu, hasil dari tahap ini disinari dengan sinar UV seri 9814-
312 nm. Hasilnya dibandigkan dengan kontrol positif, kontrol negatif dan
marker.
ditambahkan etanol p.a sebanyak 2 kali produk PCR 0.1 kali volume
didekantasi dan pelet dikeringkan pada udara terbuka agar semua etanol
menguap. Setelah pelet kering, pelet tambahkan 20µL NFW. Setelah itu,
17
3.2.5. Pemotongan menggunakan enzim HinF1
18
BAB IV
mikropipet
mikropipet
7000 rpm
L NFW
19
50ᴼC- 55ᴼC
10 menit
4.1.2. PCR
- ditambahkan 29 µL NFW
20
4.1.3. Analisis Hasil PCR dengan Elektroforesis Agarosa
oven sempurna
memakai tisu
21
- disentrifugasi selama 1 menit dengan Larutan tercampur
Marker - dipipet 5 L
312 nm
- dilihat pitanya
mikro 1,5 µL
22
sebanyak 2 kali produk PCR 0.1
pH 7
selama 30 menit
23
4.1.5. Pemotongan menggunakan enzim HinF1
µL
restriksi sebanyak 2 µL
sebanyak 1 µL
volume total 20 µL
elektroforesis agorasa
4.2 Perhitungan
4.2.1 Penentuan Konsentrasi Awal
24
70 𝑛𝑔
- Konsentrasi = 5 𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 = 14 𝑛𝑔/𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟
70 𝑛𝑔
- Konsentrasi = 10 𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 = 7 𝑛𝑔/𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟
70 𝑛𝑔
- Konsentrasi = 10 𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 = 7 𝑛𝑔/𝑚𝑖𝑘𝑟𝑜𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟
25
4.3. Pembahasan
Tujuan percobaan ini adalah mengisolasi DNA bakteri dengan cara lisis sel,
in vitro dengan teknik PCR, menganalisis fragmen DNA hasil PCR dengan
metode presipitasi alkohol, dan menganalisis hasil rektriksi produk PCR dengan
enzim HinF1. Jenis bakteri yang digunakan pada percobaan ini adalah bakteri
dari produk fragmen DNA dalam jumlah banyak dari sumber DNA yang
jumlahnya sangat kecil, yang tanpa proses ini akan sulit diidentifikasi.
spesifik secara in vitro yang dibatasi oleh dua buah oligonukleotida (primer).
Sumber DNA yang digunakan untuk PCR adalah berasal dari bakteri E.
coli. Pada percobaan ini fragmen DNA mitokondria yang digunakan adalah 16S
rRNA. 16S rRNA merupakan bagian subunit terkecil dari ribosom prokariot.
urutannya sangat lestari (conserved) dan urutan yang bervariasi di daerah lain di
antara jarak filogenetik yang luas sehingga dapat digunakan untuk identifikasi
26
dan penentuan hubungan evolusi, maka daari itu dipilih 16sRNA sebagai
Filum : Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Familia : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
27
transformasi dan ekspresi protein. Strain ini tidak mengekspresikan T7 RNA
polimerase. Top 10 tidak membawa gen untuk RNA polimerase T7 dan hanya
sesuai untuk ekspresi dari promotor yang dikenali oleh RNA polimerase E.coli,
misalnya lac, tac, trc, ParaBAD, PrhaBAD dan juga promotor T5.
Langkah pertama yang dilakukan adalah isolasi DNA dari bakteri E.coli.
Strategi untuk melakukan lisis sel, yaitu pahami organisasi sel organisme
sumber DNA, pahami struktur dan komposisi membran sel dan dinding sel,
pahami cara memecahkan yang efektif dan aman untuk reaksi selanjutnya,
lindungi DNA hasil lisis dari aktivitas nuklease selama proses lisis, dan
hilangkan kemungkinan adanya inhibitor untuk reaksi PCR pada sumber DNA.
peptidoglikan untuk itu buffer lisis yang digunakan juga harus tepat agar efektif
dan cepat untuk melisis dan aman untuk reaksi PCR. Nuklease dapat
yang dapat menginhibisi DNA polimerase, jika ada harus dihilangi dengan cara
pencucian, jika masih terdapat inhibitor DNA polimerase, maka proses replikasi
Langkah pertama yang dilakukan untuk lisis sampel DNA bakteri, yaitu
isolat bakteri Top 10 yang sudah ditumbuhkan pada media padat pada kondisi
28
optimum dipipet sebanyak 200 μL, pengambilan DNA bakteri dilakukan
170L NFW (nuclease free water). Buffer lisis yang digunakan adalah
campuran dari Tris HCL 0,5 M pH 8,5; EDTA 0,01M ; 5% Tween 20; dan
daerah 8,5 agar aktivitas enzim proteinase K optimum karena setiap enzim
Nuklease yang terdapat dalam sel pada bagian lisosom ketika membran sel
enzim yang terdapat pada lisosom akan keluar termasuk nuklease. Nuklease
cara membentuk khelat dengan Mg2+, Mg2+ merupakan pusat aktif enzim
29
DNA hasil lisis sehingga menghasilkan produk PCR yang multifragmen.
Mg2+ pada enzim DNA polimerase. Jadi, EDTA yang terkandung dalam
Enzim ini bekerja spesifik pada substrat berupa asam amino yang bermuatan
positif, bermolekul besar, dan mempunyai gugus oil seperti tirosin. Enzim
protenase K akan memecah ikatan peptida pada protein yang terdapat dalam
membran oganel sel lainnya. Enzim akan memecah langsung protein sel,
tetapi akan memecah protein intrinsik atau intregritas apabila protein ini telah
Pada saat seluruh buffer lisis bekerja, Tween 20 akan merusak integritas
fosfolipid dan protein hidrofobik, selain itu Tween-20 juga akan merusak lem
30
Potongan-potongan protein periferal dan integral serta Tween-20 yang
mengikat lipid pada gugus hidrofobiknya akan membentuk emulsi. Emulsi ini
harus diperhatikan, surfaktan yang digunakan harus tidak boleh merusak DNA
atau enzim pada proses PCR selanjutnya. SDS merupakan surfaktan yang
efektif untuk melisis lipid, tetapi tidak aman untuk proses PCR selanjutnya,
Setelah itu diinkubasi pada suhu 50-55°C di water bath. Suhu ini
Inkubasi ini bertujuan agar membran sel dan membran mitokondria yang telah
enzim taq DNA polimerase lebih lanjut. tag DNA polimerase yang berfungsi
31
tadi akan memotong-motong ikatan peptida asam-asam amino apoenzim DNA
DNA akan larut pada air karena memiliki gugus fosfat yang menyebabkan
14.000 rpm, pada suhu 40C selama 3 menit untuk memisahkan supernatan
Setelah tahap lisis bakteri selesai maka akan diperoleh template DNA
fragmen DNA. Pada tahap ini digunakan tiga jenis sampel pada tabung yang
berbeda, yaitu: sampel hasil lisis sel bakteri E. Coli TOP 10F’, kontrol positif
(templat DNA E. Coli TOP 10F’), dan kontrol negatif (nuclear free water).
32
sampel tidak mengandung DNA atau pengotor lainnya sehingga akan
dalam ketiga tabung ini berfungsi sebagai templat DNA yang akan
Pada percobaan ini primer yang digunakan yaitu primer UniB1 dan
untuk membatasi bagian DNA yang akan diamplifikasi dan memiliki gugus
hidroksi (-OH) bebas pada ujung 3’ yang diperlukan untuk proses elongasi
DNA. Primer ini akan menempel secara spesifik dengan templat DNA yang
banyak urutan GC (GC rich). Suatu primer dapat didesain secara manual
primer perlu digunakan suhu yang cukup tinggi agar meminimalisir terjadinya
33
misspriming yakni kesalahan penempelan primer pada fragmen DNA yang
Enzim ini merupakan hasil pemurnian dari baketri termofil ekstrim Thermus
aquaticus. Suhu optimum dari enzim ini adalah 80°C sehingga relatif
Untuk panjang fragmen DNA < 2 kb diperlukan 1,25 – 2 unit/ 50μL campuran
reaksi, sedangkan untuk fragmen DNA > 2kb diperlukan 3 unit/50μL. Pada
34
polimerase bekerja maksimal. Kation Mg2+ bertindak sebagai kofaktor yang
gugus fosfat pada dNTP bersifat lebih positif dan gugus hidroksil pada ujung
3’ akan lebih mudah menyerang gugus fosfat pada dNTP dan terbentuk ikatan
larut dengan dNTP (senyawa antara). Dalam proses PCR konsentrasi MgCl 2
Kemudian master mix yang sudah berisi komponen PCR dalam tabung
7000 rpm pada suhu 4°C agar semua komponen tercampur dengan merata.
tabung berbeda yakni tabung 1 untuk sampel hasil lisis, tabung 2 untuk
itu dimasukan templat DNA hasil lisis pada tabung 1, DNA E. coli TOP10F’
pada tabung 2, dan nuclear free water (NFW) pada tabung 3. Volume pada
35
tiap-tiap tabung harus sebanyak 50 maka dari itu ditambahkan 29 nuclear free
tiap tahapan replikasi DNA. Suhu tiap tahapan diatur sedemikan rupa sebagai
berikut:
agar jumlah fragmen DNA hasil PCR cukup untuk dianalisis pada tahap
berikutnya. Maka dari itu siklus PCR diatur sebanyak 25 siklusdan proses
PCR dilakukan kurang lebih selama 3 jam. Setelah set-up selesai ketiga
tabung tadi dimasukan ke dalam mesin PCR dan proses PCR dimulai. Berikut
Pada tahap ini DNA untai ganda berubah menjadi DNA untai tunggal
maka suhu yang diperlukan untuk denaturasi lebih tinggi dan waktu yang
36
dibutuhkan lebih lama akibat kuatnya ikatan hidrogen yang mengikat kedua
pasangan basa ini. Suhu denaturasi yang terlalu tinggi dan waktu yang terlalu
lama akan menurunkan aktivitas DNA polimerase yang akan berdampak pada
efisiensi PCR. Selain itu juga dapat merusak DNA templat. Sedangkan suhu
yang terlalu rendah dan waktu yang terlalu singkat dapat menyebabkan proses
Pada tahap ini primer akan menempel secara spesifik pada templat DNA
yang komplemen secara antiparalel. Termal melting (Tm) adalah suhu dimana
pada suhu 30-60oC selama 30 detik sampai 1 menit. Terdapat suatu formula
Suhu annealing adalah 5oC lebih rendah dari Tm. Suhu annealing ini
pada ujung 3' DNA template sehingga proses selanjutnya dapat berjalan.
untai ganda yang dikatalisis oleh enzim DNA polimerase dan dibantu oleh
dNTP secara spesifik. DNA untai ganda ini kemudian akan mengalami
37
denaturasi, penempelan primer, dan elongasi sehingga terbentuk kembali
DNA untai ganda yang baru. Begitu seterusnya hingga amplikon yang
setelah siklus keempat dan DNA nontarget (long product) akan meningkat
secara linier. Suhu yang digunakan pada tahap elongasi berada sedikit di
bawah suhu optimum bagi enzim Taq DNA polimerase.Suhu optimum bagi
memiliki muatan listrik negatif akan ditempatkan pada medan listrik kutub
makin rendah laju migrasinya. Berat molekul suatu fragmen DNA dapat
38
Elektroforesis gel terdiri dari elektroforesis gel agarosa dan
dan tebal lempeng gel. Semakin tinggi konsentrasi agarosa yang digunakan,
dari larutan buffer yang mengandung tris-asetat 0,04 M dan EDTA 0,001 M
pH 8,0. Tris-asetat 0,04 M berfungsi sebagai pemberi suasana asam dan untuk
berfungsi sebagai pelindung DNA dari aktivitas enzim nuklease yang dapat
39
menyebabkan DNA mengalami lisis menjadi fragmen - fragmen dengan
agarosa hangat atau mencapai suhu larutan sekitar 50-60°C karena pada suhu
ini, masih dalam bentuk larutan dan tidak membentuk gel. Kemudian
dimasukkan penyumbat dan pembentuk sumur gel. Gel red berfungsi untuk
yang telah berisi buffer TAE 1x sampai gel terendam seluruhnya agar
40
yang berfungsi sebagai elektrolit yang memiliki ion - ion penghantar listrik
PCR, dan kontrol negatif yang akan dimasukkan ke dalam sumur gel agarosa.
Sebanyak 5µL marker dan 1µL gel red dicampurkan dengan menggunakan
marker atau standar dimana terdapat fragmen DNA yang ukurannya telah
produk hasil PCR, 2µL loading dye, dan 2µL gel red yang berfungsi sebagai
produk hasil PCR, 2µL loading dye, dan 2µL gel red sebagai sampel yang akan
sebanyak 10µL kontrol negatif produk hasil PCR, 2µL loading dye, dan 2µL
gel red. Untuk pembuatan larutan sampel pada tabung 3, kontrol negatif, dan
dimasukkan sampel atau produk hasil PCR sebanyak 14µL, dan ke dalam
dengan tepat. Jika mikropipet terlalu dalam dapat merusak sumur gel dan
membuat sumur pecah, jika tidak terlalu dalam maka sampel sebagian akan
41
keluar dari sumur dan menganggu proses elektroforesis. Setelah itu, penutup
chamber dipasang dan alat di set up pada tegangan 80 volt selamat 45 menit.
Tegangan yang digunakan tidak boleh terlalu tinggi karena akan menurunkan
sehingga produk hasil PCR bisa dibandingkan. Marker DNA adalah segmen
DNA yang spesifik dan sudah diketahui ukurannya. Loading dye berfungsi
sebagai pemberat agar produr PCR tidak keluar dari sumur, memonitor
mobilitas elektroforesis, dan memberi warna pada pita DNA. Loading dye
terdiri dari bromfenol biru dan xylene sianol untuk visualisasi perpindahan
agar tidak keluar, dan EDTA untuk mengikat ion logam dan menghambat
logam yang berikatan dengan nukleat. Gel red berfungsi untuk mempermudah
karena adanya elektron yang tereksitasi ke tingkat energi lebih tinggi, namun
kondisi ini tidak stabil sehingga elektron akan kembali ke keadaan dasar yang
memiliki energi lebih rendah dan membebaskan sejumlah energi berupa sinar
42
terkena sinar ultraviolet, gel red akan mengalami fluorosensi dengan warna
oranye jika terikat ke molekul DNA. Ada juga ethidium bromida yang memiliki
sifat yang sama dengan gel red tetapi memilki toksisitas tinggi. Selain itu, gel
red lebih sensitif daripada ethidium bromida. Kontrol positif digunakan untuk
melihat apakah kondisi elektroforesis berjalan. Jika tidak ada pita di kontrol
primer annealing, dan waktu ekstensi. Kontrol negatif digunakan untuk melihat
negatif menunjukkan adanya kontaminasi, jika pita lebih kecil dari kontrol
positif atau sampel, kemungkinan terdapat kontaminasi primer dimer dan jika
pita lebih besar atau sama dengan kontrol positif atau sampel, kemungkinan
sumur yang terdapat pada gel agarosa dan diletakkan di kutub negatif yang
sudah direndam dengan buffer TAE 1x dan ketika dialiri arus listrik DNA
akan bergerak ke kutub positif. Laju migrasi DNA pada medan listrik
panjang dan berat DNA. Fragmen DNA berukuran kecil akan bermigrasi lebih
43
karena merupakan panjang gelombang ideal untuk melihat pita. DNA
pengusunnya yaitu basa guanin dan sitosin serta basa adenin dan timin. Gel
red akan masuk pada sela-sela ikatan hidrogen melalui bagian atas dan bawah
untai DNA. Sehingga saat dipancarkan sinar UV akan memberikan pita yang
terlihat jelas. Pita ini menunjukkan ukuran posisi relatif DNA. Jika digunakan
sinar yang intensitasnya lebih tinggi dapat merusak DNA dan tidak akan
diamati. Di bawah sinar UV, kontrol positif memberikan hasil positif yang
ditandai dengan munculnya pita yang paling jelas dan pada kontrol negatif
44
Gambar 4. 3 Elektroforesis Hasil amplifikasi PCR
DNA berada pada 480 pb. Hal ini meunjukkan bahwa rDNA yang didapat
bukanlah rDNA 16S yang memiliki 1.400 pb. Hal-hal yang mempengaruhi
Saat proses lisis sel DNA tidak terisolasi dengan baik, sehingga
denaturasi
PCR dengan presipitasi etanol. Hasil PCR dimasukkan ke dalam tabung mikro
45
1,5 µL. Etanol p.a ditambahkan ke dalam cuplikan hasil PCR sebanyak dua kali
satu malam pada suhu -20oC. Setelah di inkubasi, kemudian di sentrifugasi pada
dan endapannya dicuci dengan etanol 70% dingin sebanyak lima kali volume.
Lalu disentrifugasi kembali pada suhu 4oC dengan kecepatan ~ 12.000 rpm
dibuang dengan cara di dekantasi dan pelet dikeringkan pada udara terbuka agar
semua etanol menguap. Setelah pelet kering, lalu ditambahkan 20µL NFW.
dengan enzim Hinf 1 untuk menganalisis hasil restriksi produk PCR. Produk
PCR hasil presipitasi ditambahkan buffer restriksi 2μL yang berfungsi untuk
46
Setelah itu, fragmen DNA ditambahkan enzim Hinf 1 sebanyak 2μL. Enzim
Hinf 1 merupakan enzim restriksi yang berfungsi untuk memotong DNA pada
dengannya. Enzim restriksi akan mengenali dan memotong DNA hanya pada
steril sampai volume 20μL sebagai pelarut fragmen DNA. Setelah itu,
menurunkan framen DNA dan seluruh pelarut yang masih menempel pada
dinding tabung. Lalu, campuran diinkubasi pada alat master cycler selama 2
jam pada suhu 37°C agar enzim restriksi Hinf 1 dapat bekerja secara optimal.
Suhu 37°C merupakan suhu optimal bekerjanya suatu enzim. Setelah 2 jam,
UV. Pada sumur 1 merupakan marker dengan ukuran DNA yang telah
kontrol tanpa restriksi dari sampel yang terdapat hasil pita elektroforesis hasil
amplifikasi PCR.
47
Marker yang digunakan pada percobaan ini adalah genaid 100pb DNA
Ladder. Marker ini memiliki 12 garis fragmen DNA untai ganda. Marker tipe
ini cocok untuk mengukur fragmen DNA dari 100-3000bp. Marker 100bp DNA
digunakan harus memiliki fragmen DNA dengan beragam ukuran agar hasil
bahwa terdapat 3 pita pada sampel. Ukuran pita DNA hasil restriksi sebanyak
2 pita karena terdapat pemotongan fragmen DNA oleh enzim restriksi pada
daerah D-loop (sisi restriksi) berbeda dengan hasil pcr biasa yang
menghasilkan 1 pita.
48
BAB V
5.1 Kesimpulan
DNA bakteri E. coli dapat diisolasi dengan metode lisis sel. DNA
dengan metode elektroforesis gel agarosa. Fragmen DNA hasil PCR dapat
5.2 Saran
49
Penggunaaan master mix seharusnya satu kelompok, satu master mix.
DAFTAR PUSTAKA
Herman, R.F and N. Pack. 1978. Analytical Biochemistry. Second edition. John
wiley and sons. Newyork..
Kavya, S. R,. 2015. PCR Technique with its Application. Research and
Reviews: Journal of Microbiology and Biotechnology.
Lestari, P.B & Hartati, T.W. 2017. Mikrobiologi Berbasis Inkuiry. Cetakan 1.
Penerbit Gunung Samudera. Malang.
Maksum, I.P., Sriwidodo., Gaffar, S., Hasan, K., Subroto, T., Soemitro, S.
Teknik Biologi Molekular.
McKee, T and J.R McKee. 1999. Biochemistry. Second edition. McGrow Hill.
Boston.
50
Page, D.S. 1997. Prinsip-Prinsip Biokimia. Diterjemahkan oleh soedana.
Erlangga. Jakarta.
Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta.
Toha, A.H.A. 2001. Deoxyribo Nucleac Acid : Keanekaragaman, Ekspresi,
Rekayasa dan Efek Pemanfaatannya. Alfabeta. Bandung.
51