Anda di halaman 1dari 32

PENGARUH MINAT DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN REMAJA

TERHADAP MEMILIH JURUSAN

(Studi Kasus Pada Siswa/i SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai)

Dosen : Sarwoto, SE, MM.

Oleh

Ririn Fitria Dewi 21110184

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BINA KARYA

TEBING TINGGI

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Kepemimpinan
Program Studi S1 Manajemen di STIE Bina Karya Tebing Tinggi. Adapun judul dalam
Makalah ini adalah ” PENGAMBILAN KEPUTUSAN REMAJA TERHADAP MEMILIH
JURUSAN ”

Penulis berharap semoga makalah ini dapat dipahami oleh siapapun yang
membacanya,dan dapat bermanfaat untuk penulis maupun orang lain.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena keterbatasan pengetahuan, waktu, serta pengalaman penulis banyak kekurangan. Namun
penulis berusaha menyajikan Tugas ini dengan sebaik-baiknya.

Tebing Tinggi, 16 Mei 2022

Penulis

Ririn Fitria Dewi


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................xii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ xiii


BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................................1

B. Fokus Penelitian .................................................................................................................. 2


C. Tujuan Penelitian ................................................................................................................. 3
BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................................................... 4
1. Definisi Pengambilan Keputusan .......................................................................................... 4
2. Definisi Pemilihan Jurusan ................................................................................................... 5
3. Tujuan Pengambilan Keputusan...............................................................................................6

4. Dasar Pengambilan Keputusan Memilih Jurusan.....................................................................6

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan dalam Memilih Jurusan...........8

6.Pengertian Remaja...................................................................................................................10

7. Batasan Usia Remaja .......................................................................................................... 11


8. Ciri-ciri Remaja......................................................................................................................13

BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 14


1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Memilih Jurusan Di SMA
Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai ............................................................................................... 14
2. Langkah-Langkah Dalam Proses Pengambilan Keputusan Memilih Jurusan Di SMA Negeri
1 Tebing Tinggi Sergai ........................................................................................................... 17
3. Dasar Pengambilan Keputusan Memilih Jurusan Di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai..22
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 27
A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 27
B. Saran-saran ..................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................30
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Siswa SMA adalah siswa yang berada pada masa usia remaja. Masa remaja
merupakan masa dimana pengambilan keputusan meningkat. Pengambilan keputusan
memegang peran penting dalam masa remaja karena akan mempengaruhi kehidupan
remaja tersebut. Remaja sering memandang pengambilan keputusan disertai
kebingungan, ketidakpastian dan stress. Berpikir kritis dapat membantu seseorang
remaja dalam pengambilan keputusan, yaitu menggali makna suatu masalah secara lebih
mendalam, berpikiran terbuka terhadap pendekatan dan pandangan yang berbeda-beda
dan menetapkan untuk diri sendiri hal-hal yang akan diyakini atau dilakukan (Daniel
Keanting,1990).
Setiap saat seorang remaja, dalam proses pengambilan keputusannya atau
“Decision Making” akan berpengaruh terhadap hidupnya kelak maupun hidup orang
lain. “Decision Making” dilakukan mulai hal yang sederhana, seperti memilih warna
baju, memilih model pakaian, atau memilih menu makanan.

Misalnya seorang siswa yang berminat untuk masuk jurusan IPS akan tetapi
orang tua menilai jurusan IPA lebih bagus, di sinilah masalah yang sering dihadapi
remaja, bagaimana keputusan yang paling baik untuk diambil. Bagi siswa SMA kelas X,
penjurusan merupakan hal yang harus mereka alami ketika akan beranjak ke kelas XI.
Inilah tahap yang sangat strategis karena memilih jurusan berarti menentukan masa
depan. Mengenai pengambilan keputusan dalam pemilihan jurusan, Indri Savitri, S.Psi.
dari Lembaga Psikologi Terapan (LPT) Universitas Indonesia mengatakan,

"Ini khas remaja Indonesia karena tidak terdidik untuk mengambil keputusan sendiri"
(indomedia.com).

Pada kenyataannya, masih banyak siswa yang memilih suatu jurusan bukan
berdasarkan potensi, minat, dan bakat yang dimilikinya melainkan dipengaruhi oleh
pendapat orang tua, teman atau figur- figur yang diidolakan.

Pada penelitian skripsi oleh Aries Kusuma Dewi dari Program Studi Psikologi
Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Malang. Penelitian tahun 2009 ini berjudul “Faktor-Faktor yang Melatarbelakngi
Pengambilan Keputusan Memilih Program Studi di Perguruan Tinggi”. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
faktor kognitif, afektif, lingkungan sosial, dan perguruan tinggi mempengaruhi
pengambilan keputusan memilih program studi di perguruan tinggi. Faktor kognitif
memiliki persentase pengaruh sebesar 23.87%, faktor afektif sebesar 26.59%, faktor
lingkungan sosial sebesar 25.04%, dan faktor perguruan tinggi sebesar 24.38%,
sehingga totalnya adalah sebesar 99.9%. Berdasarkan hasil penelitian disarankan; 1)
alumni SMA yang akan memilih program studi hendaknya mengenali diri sehingga
program studi yang dipilih sesuai, serta mencari informasi tentang perguruan tinggi
dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal dan mengecek info yang
didapat, 2) bagi penyelenggara perguruan tinggi hendaknya memanfaatkan hasil
penelitian dengan melakukan evaluasi dan perbaikan sarana maupun pra sarana
sehingga dapat menarik alumni SMA untuk memilih berkuliah disana, 3)bagi peneliti
selanjutnya dengan topik penelitian yang sama diharapkan mengembangkan desain
penelitian dengan menambah variabel penelitian.

Pada dasarnya kemampuan remaja dalam mengambil keputusan memiliki


resiko yang sama dengan orang dewasa karena mempunyai dampak yang penting sesuai
dengan konsekuensinya. Masa remaja adalah saat meningkatnya pengambilan keputusan
mengenai masa depan yang akan dipilih, jurusan yang akan dipilih, apakah akan
melanjutkan belajar ke perguruan tinggi dan lain hal lainnya. Remaja muda cenderung
menciptakan pilihan-pilihan, memahami situasi dari berbagai sudut pandang,
memperkirakan konsekuensi dari suatu pandang, mempertimbangkan kredibilitas
sumber (Mann, Harmoni, & Power).
Pembagian jurusan di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai dibagi menjadi dua
yakni IPS dan IPA. Jurusan IPA dibagi menjadi tiga kelas sedangkan untuk jurusan IPS
sebanyak dua kelas. Selain itu banyak siswa/i lulusan dari SMA NEGERI 1 Tebing
Tinggi yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri/Swasta di Sumatera Utara. Salah
satunya di STIE Bina Karya Tebing Tinggi.
Dengan melihat konteks penelitian di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “PENGAMBILAN KEPUTUSAN REMAJA
DALAM MEMILIH JURUSAN (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai)”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan konteks penelitian di atas,maka peneliti akan memfokuskan ke dalam
beberapa masalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengambilan keputusan remaja dalam


memilih jurusan di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai?
2. Bagaimana langkah-langkah pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan di
SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai?
3. Bagaimana dasar pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan di SMA
Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengambilan keputusan
remaja dalam memilih jurusan di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai.

2. Mengetahui bagaimana cara pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan di


SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai.
3. Mengetahui dasar pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan di SMA
Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengambilan Keputusan dalam Memilih Jurusan


1. Definisi Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan merupakan ilmu dan seni yang harus dicari,
dipelajari, dimiliki, dan dikembangkan secara mendalam oleh setiap orang
(Dermawan,2004:2). Pengambilan keputusan merupakan suatu proses intelektual
yang bersifat dasar bagi perilaku manusia. Kita dapat mengatakan bahwa setiap
orang dalam kehidupannya merupakan seorang pengambil keputusan (decision
maker), sudah tentu dengan derajat dan arti yang berbeda-beda. Manusia adalah
makhluk pembuat keputusan, penentu atas sebuah pilihan dari beberapa pilihan.
Keputusan (decision) memiliki arti kata yang artinya pilihan (choice)
yaitu pilihan dari beberapa kemungkinan (Salusu,1996:51). Dapat dikatakan
bahwa keputusan merupakan hasil proses pemikiran yang berupa pemilihan satu
diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah
yang dihadapinya.
Pembuat keputusan (decision making) ialah proses memilih atau
menentukan berbagai kemungkinan di antara situasi-situasi yang tidak pasti.
Pembuat keputusan terjadi di dalam situasi yang meminta seseorang harus:
(Suharnan,2005:194)
a) Membuat prediksi atau gambaran ke depan
b) Memilih salah satu diantara dua pilihan atau lebih
c) Membuat perkiraan tentang banyaknya kejadian berdasarkan bukti-bukti
terbatas.
Menurut Suharnan, Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu
alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi (2005: 276).
Menurut Siagian, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis
terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan data dan fakta, penentuan yang
matang dari alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan menurut
perhitungan merupakn tindakan yang paling tepat (Syamsi, 2000: 5).
Menurut Wikipedia, pengambilan keputusan dapat dianggap sebagai
suatu hasil atau keluaran dari proses mental dan kognitif yang membawa pada
pemilihan suatu jalur tindakan diantara beberapa alternatif yang tersedia. Setiap
proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu pilihan final.
Pengambilan keputusan terjadi setiap saat sepanjang hidup manusia. Pengambilan
keputusan ialah proses memilih atau menentukan berbagai kemungkinan diantara
situasi-situasi yang tidak pasti.
Dari banyaknya definisi tentang pengambilan keputusan yang telah
dipaparkan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengambilan keputusan
merupakan suatu proses pemilihan alternatif yang terbaik dari beberapa alternatif
dengan sistematis dan dengan pertimbangan untuk digunakan sebagai cara
pemecahan masalah yang berfungsi untuk melakukan tindakan yang paling tepat.

2. Definisi Pemilihan Jurusan


Penjurusan merupakan upaya untuk membantu siswa dalam memilih jenis sekolah
atau program pengajaran khusus atau program studi yang akan diikuti oleh siswa dalam
pendidikan lanjutannya. Tujuan dari penjurusan siswa adalah agar siswa dapat
memperoleh informasi yang lengkap dan jelas tentang berbagai kemungkinan pilihan
yang ada bagi kelanjutan pendidikannya. Sehingga dengan upaya tersebut peserta didik
dapat memilih dengan tepat jenis sekolah atau program pengajaran khusus, atau program
studi yang ada itu sesuai dengan kemampuan dasar umum (kecerdasan), bakat, minat,
kecenderungan pribadi dan hal-hal yang dapat mempengaruhi kelanjutan pendidikannya
itu.

Perbedaan individual antara siswa di sekolah di antaranya meliputi perbedaan


kemampuan kognitif, motivasi berprestasi, minat dan kreativitas (Snow 1986). Lebih
lanjut Snow mengemukakan bahwa oleh karena adanya perbedaan individu tersebut,
maka fungsi pendidikan tidak hanya dalam proses belajar mengajar, tetapi juga meliputi
bimbingan/konseling, pemilihan dan penempatan siswa sesuai dengan kapasitas
individual yang dimiliki, rancangan sistem pengajaran yang sesuai dan strategi mengajar
yang disesuaikan dengan karakteristik individu siswa.

Oleh karena itu, sekolah memegang peranan penting untuk dapat


mengembangkan potensi diri yang dimiliki siswa. Kemungkinan yang akan terjadi jika
siswa mengalami kesalahan dalam penjurusan adalah rendahnya prestasi belajar siswa
atau dapat menyebabkan terjadinya kegamangan dalam aktualisasi diri. Tak jarang siswa
tidak mengerti alasan pemilihan jurusan tersebut, hendak kemana setelah tamat sekolah
dan apa cita-citanya.

Pengambilan keputusan dalam memilih jurusan pada umumnya dikaitkan dengan


masalah dan tujuan. Tujuan yang akan dicapai oleh seseorang menjadikan seseorang
membuat perencanaan dalam setiap keputusan yang diambilnya. Pencapaian tujuan
merupakan konsep yang dikaitkan dengan masa depan. Artinya, tujuan yang hendak
dicapai oleh seseorang merupakan sesuatu yang akan diraih dan diperjuangkan.

Jadi, pengambilan keputusan dalam memilih jurusan ialah proses pemilihan


jurusan yang mana yang cocok dan tersedia di sekolah yang akan dipilih untuk ditindak
lanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah dengan tindakan yang
dianggap paling tepat yang berguna sebagai pengarahan haluan dalam kehidupan
seseorang seperti jenis pekerjaan, nilai yang dianut serat kepribadian yang dimilikinya.

3. Tujuan Pengambilan Keputusan


Tujuan atas pengambilan keputusan dapat dibedakan menjadi dua , yaitu sebagai
berikut (Syamsi, hal:7) :
a) Tujuan yang bersifat tunggaL

Tujuan ini terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu
masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak ada kaitannya dengan maslah
lain.
b) Tujuan yang bersifat ganda
Tujuan ini terjadi apabila keputusan yang dihasilkan itu menyangkut lebih dari
satu masalah, artinya satu keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua
masalah atau lebih yang sifatnya kontradiktif atau tidak bersifat kontradiktif.

4. Dasar Pengambilan Keputusan Memilih Jurusan


George R. Terry menyebutkan 5 dasar (basis) dalam pengambilan keputusan,
yaitu:

a. Intuisi.

Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi adalah pengambilan keputusan yang


berdasarkan perasaan yang sifatnya subyektif. Dalam pengambilan keputusan
berdasarkan intusi ini, meski waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif
pendek, tetapi keputusan yang dihasilkan seringkali relatif kurang baik karena seringkali
mengabaikan dasar-dasar pertimbangan lainnya.

b. Pengalaman.

Banyak kejadian terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan dalam memilih


jurusan, seseorang mengingat-ingat apakah kasusu seperti ini sebelumnya pernah terjadi.
Selain belajar dari pengalaman dirinya sendiri, biasanya remaja juga akan belajar dari
pengalaman orang lain yang terjadi dan dijadikan dasar dalam memilih jurusan.
c. Wewenang.

Dalam kenyataanya, remaja tidak mendapat pendidikan untuk mengambil


keputusan sendiri, masih banyak siswa yang memilih suatu jurusan bukan berdasarkan
kemampuan, potensi, minat , dan bakat yang dimilikinya. Dalam proses pengambilan
keputusan mereka, juga menimbulkan ketidakpastian, kebingungan, stres, serta tekanan
fisik dan mental. Banyak remaja yang masih belum mengerti dengan baik tentang apa
yang akan diputuskan, baik secara pengetahuan yang kurang atau kesalahpahaman dalam
memberikan makna pilihan, sehingga pengambilan keputusan ini menjadi seperti beban
bagi remaja itu sendiri. Remaja membutuhkan nasehat untuk membantu mereka dalam
mengambil keputusan dalam hidup mereka, sehingga orang tua perlu melibatkan anak
dalam pengambilan keputusan yang tepat.

d. Fakta.

Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat memberikan


keputusan yang sehat, solid dan baik. Dengan fakta, tingkat kepercayaan terhadap
pengambil keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang dapat menerima keputusan yang
dibuat itu dengan rela dan lapang dada.

e. Rasional.

Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan yang dihasilkan


bersifat objektif, logis, lebih transparan dan konsisten untuk memaksimumkan hasil atau
nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau
sesuai dengan apa yang diinginkan. Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku
sepenuhnya dalam keadaan yang ideal.

Pada pengambilan keputusan secara rasional terdapat beberapa hal sebagai berikut:

1) Kejelasan masalah: tidak ada keraguan dan kekaburan masalah.

2) Orientasi tujuan: kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.

3) Pengetahuan alternatif: seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya.

4) Preferensi yang jelas: alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.

5) Hasil maksimal: pemilihan alternatif terbaik berdasarkan atashasil ekonomis yang


maksimal.
Keputusan memilih jurusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna.
Masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional.
Dalam memilih jurusan ,remaja akan memperhitungkan positif dan negatifnya keputusan
tersebut bagi dirinya.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan memilih jurusan


Menurut Teerry faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan,
yaitu:
a. Hal-hal yang berwujud maupun yang tidak berwujud yang emosional maupun yang
rasional perlu diperhitungkan dlam pengambilan keputusan.

b. Setiap keputusan harus dapat dijadikan bahan untuk mencapai tujuan setiap keputusan
jangan berorientasi pada kepentingan pribadi, teteapi harus lebih mementingkan
kepentingan.

c. Jarang sekali pilihan yang memuaskan, oleh karena itu buatlah alternatif-alternatif
tandingan.
d. Pengambilan keputusan merupakan tindakan ini harus diubah menjadi tindakan fisik.
e. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan waktu yang cukup lama
f. Dierlukan pengambilan keputusan yang praktis untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik.
g. Setiap keputusan hendaknya dilembagakan agar diketahui keputusan itu benar.
h. Setiap keputusan merupakan tindakan permulaan dari segi kegiatan mata rantai
berikutnya.

Menurut Kotler dkk (2000) proses pengambilan keputusan individu dipengaruhi


oleh beberapa faktor diantaranya faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi dan
faktor psikologis.

a. Faktor Kebudayaan
Faktor ini mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam
terhadap pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan. Budaya
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri dengan belajar. .Di
dalam pendidikan banyak ditemukan bahwa masyarakat banyak yang
beranggapan bahwa sekolah menengah atas lebih mampu untuk melanjutkan ke
jenjang perguruan tinggi daripada sekolah menengah kejuruan yang s
eringkali dianggap sebagai latihan ketrampilan untuk siap kerja.
Sekolah menengah kejuruan pun bisa melanjutkan ke perguruan tinggi ,
karena perguruan tinggi juga menyediakan berbagai pilihan jurusan alternatif.
Sehingga anggapan masyarakat tersebut seringkali mempengaruhi remaja
dalam membuat keputusan ketika memilih jurusan.
a) Faktor Sosial
Faktor ini meliputi kelompok acuan, keluarga, peran dan status sosial
individu dan lingkungan sosial individu.
1) Kelompok Acuan
Kelompok acuan adalah kelompok sosial yang menjadi acuan bagi
seseorang(bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya
yang mana orang tersebut berinteraksi terus-menerus dengan orang tersebut
sehingga dalam pengambilan keputusan memilih jurusan remaja mungkin
terpengaruh oleh kelompok acuan tersebut. ( Kotler dkk)
2) Faktor Keluarga

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, keluarga diartikan sebagai ibu,


bapak, dengan anak-anaknya, satuan kekerabatan yang sangat mendasar di
masyarakat. Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam
masyarakat. Keluarga merupakan group yang terbentuk dari hubungan laki- laki
dan perempuan. Bisa dikatakan bahwa keluarga dalam bentuk murni merupakan
satu kesatuan sosial yang terdiri dari suami, istri, dan anak-anak yang belum
dewasa.
3) Peran dan Status Sosial
Posisi seseorang dalam kelompok ini dapat ditentukan berdasarkan peran
dan status. Peran (role) adalah tingkah laku yang dihubungkan dengan suatu posisi
tertentu. Tiap-tiap peranan membuat tingkah laku yang berbeda juga, namun
begitu sesuai dan tidaknya perilaku dalam suatu situasi tergantung dengan
individu yang menjalankan peran tersebut. Maka dari itu masing- masing peran
diasosiasikan dengan sejumlah harapan mengenai tingkah laku apa yang sesuai
dan dapat diterima oleh peran tersebut (role expectation). Peran adalah perilaku
yang ditentukan dan diharapkan karena suatu posisi tertentu yang dimiliki oleh
seseorang.
4) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial adalah lingkungan dimana remaja berinteraksi dengan


orang-orang di sekitar luar rumahnya, Lingkungan sosial yang membawa
pengaruh besar bagi remaja adalah lingkungan tetangga, lingkungan kerja,
lingkungan organisasi, yang sangat mempengaruhi remaja dalam memilih jurusan.
a) Faktor Pribadi
Pribadi seseorang juga mempengaruhi keputusan remaja dalam memilih
jurusan seperti gaya hidup dan konsep diri yang bersangkutan.
1. Konsep diri (self concept)

Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang
diri kita ini boleh bersifat psikologi, sosial, fisik. Konsep diri adalah apa yang
difikirkan dan dirasakan tentang dirinya sendiri.(Rakhmat,1994:112)
2. Gaya Hidup
Gaya hidup dapat dikatakan sebagai pola hidup individu selama
kehidupannya yang diungkapkan dalam kegiatan, minat, dan pendapat individu.
Gaya hidup menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana dia hidup,
menggunakan uangnya, dan memanfaatkan waktu yang dia miliki. Sehingga
bagaimana remaja memandang dirinya, bagaimana pola hidup yang dijalaninya
akan mempengaruhi keputusan dalam memilih jurusan yang ia inginkan.

b) Faktor Psikologis
Dalam faktor psikologis, yang mempengaruhi keputusan ialah motivasi,
persepsi proses belajar, kepercayaan dan sikap.
1. Motivasi
Menurut Suryabrata, motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang
yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas guna pencapaian suatu tujuan.
Dalam pengertian ini motif bukanlah hal yang dapat diamati, akan tetapi dapat
diketahui karena adanya suatu aktivitas itu yang dapat dilihat dan disaksikan.

Teori motivasi Maslow, Abraham Maslow menjelaskan bahwa kebutuhan


manusia tersusun dalam sebuah hirarki, dari yang mendesak sampai yang paling
mendesak. Sesuai dengan urutan pentingnya, kebutuhan tersebut adalah
kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan rasa aman (safety needs),
kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan penghargaan (exteem needs), dan
kebutuhan aktualisasi diri.
2. Persepsi
Moskowitz dan Orgel, 1969 dalam (Walgito, 2003) persepsi merupakan proses
yang intergated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa persepsi itu proses pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu
sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan aktifitas yang intergated dalam diri
individu
3. Belajar
Belajar adalah suatu proses yang meliputi motorik, berfikir dan emosi. Belajar
merupakan proses dimana suatu perilaku ditimbulkan, diubah atau diperbaiki
reaksi atas rangsangan atau situasi yang terjadi.
4. Sikap
Sikap adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang atau perasaan
biasa-biasa saja (netral) dai seseorang terhadap sesuatu. “sesuatu” itu bisa berupa
benda, kejadian, situasi, orang atau kelompok. Sikap dinyatakan dalam tiga
dominan ABC, yaitu affect, behavior, dan cognition. Affect adalah perasaan yang
timbul (senang/tidak senang), behavior adalah perilaku yang mengikuti perasaan itu
(mendekat/menghindar), dan cognition adalah penilaian terhadap objek sikap
(bagus/tidak bagus).
6. Pengertian Remaja

Remaja disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin yang artinya


“tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan” (Ali,2008:9). Istilah
adolescence mempunyai arti yang lebih luas lagi, mencakup kematangan
mental, emosional sosial dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh piaget, dengan
mengatakan bahwa:
Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu
berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi
merasa dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan berada dalam
tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi
dalam masyarakat, dewasa mempunyai banyak afektif, kurang lebih
berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelektual
yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir
remaja ini memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan
sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang
umum dari periode perkembangan ini (Ali,2008:9).

Remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa
dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional
(Santrock,2003:26). Adolescence memiliki arti yang luas mencakup kematangan
mental, emosional, sosial dan fisik (Ali,2008:9). Konsep dari Hall yang
menyatakan bahwa remaja merupakan masa pergolakan yang dipenuhi oleh
konflik dan perubahan suasana hati (Santrock,2007:6).
Dari penjelasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa masa
remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dimana
pada masa tersebut terjadi proses pematangan fisik, psikologis dan berada pada
tingkatan hak yang sama dengan orang dewasa.
7. Batasan Usia Remaja
WHO menetapkan batas usia 10 sampai 20 tahun sebagai batasan usia
remaja. WHO membagi kurun usia tersebut dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-
14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.
Menurut Kartono (1990), dibagi tiga yaitu :
1. Remaja Awal (12-15 Tahun)

Pada masa ini, remaja mengalami perubahan jasmani yang sangat pesat dan
perkembangan intelektual yang sangat intensif sehingga minat anak pada dunia luar
sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun
sebelum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya. Selain itu pada masa ini remaja
sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.

2. Remaja Pertengahan (15-18 Tahun)

Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja ini
timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah
sendiri.Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan
terhadap pemikiran filosofis dan etis.

Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal maka pada rentan usia
ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja
menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah
laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati
dirnya.

3. Remaja Akhir (18-21 Tahun)

Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah mengenal dirinya dan ingin
hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai
memahami arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah mempunyai
pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditemukannya.

Hurlock berpendapat bahwa usia remaja adalah 13 atau 14 tahun -18 tahun. Masa
remaja dibagi menjadi 2 periode yaitu awal masa remaja dan akhir masa remaja. Awal
masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun- 16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja
bermula dari usia 16 atau 17 tahun - 18 tahun (Hurlock,1999:13).

Menurut Thornburg (1982) penggolongan remaja dibagi 3 tahap, yaitu: remaja


awal (13-14 tahun), remaja tengah (15-17 tahun), remaja akhir (18-21 tahun).

Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun


sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria
(Ali,2008:9).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa masa


remaja dimulai pada saat anak matang secara seksual maupun psikologis, rata-rata
batasan usia remaja berkisar antara usia 13 hingga 21 tahun.

8. Ciri-ciri Remaja
Menurut Santrock (2003), ciri utama remaja meliputi pertumbuhan fisik yang
pesat, kesadaran diri yang tinggi, dan selalu tertarik untuk mencoba sesuatu yang baru.
Remaja bukanlah masa berakhirnya terbentuk kepribadian akan tetapi merupakan salah
satu tahap utama dalam pembentukan kepribadian seseorang. Remaja banyak
meluangkan waktunya bersama teman-teman sebaya. Disamping itu, remaja mulai
banyak menerima informasi dari media massa yang sudah mulai dikenal dan dekat
dengan mereka. Oleh karenanya, remaja menjadi individu yang terbuka terhadap hal-hal
baru. Banyaknya informasi yang diterima membuat remaja melakukan pemrosesan
informasi secara lebih mendalam.

Menurut Gunarsa (1990:218), ada beberapa ciri- ciri umum remaja, diantaranya
yaitu:

a. Kegelisahan
b. Pertentangan
c. Keinginan mencoba segala sesuatu
d. Menghayal dan Berfantasi
e. Aktifitas Kelompok
BAB III
PEMBAHASAN

Dalam bab pembahasan ini, penulis membahas hasil penelitian yang berhasil
didapat dari lapangan dan menjawab fokus penelitian yang diajukan dalam
penelitian ini.

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Memilih


Jurusan Di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai
Menutur Kotler dkk (2000) proses pengambilan keputusan individu,
dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor
psikologis.Dalam prakteknya ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan remaja dalam memilih jurusan di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai,
diantaranya adalah faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis. Menurut Kotler
faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam terhadap
pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan. Dari hasil penelitian di SMA
Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai ternyata faktor kebudayaan tersebut sama sekali tidak
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan. Faktor-
faktor mempengaruhi remaja dalam memilih jurusan di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi
Sergai dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengambilan
keputusan memuluh jurusan

Faktor Faktor Faktor


Sosial Pribadi Psikologis

Kelompok Faktor Faktor


Acuan Keluarga Sosial
Gambar 1.4
Faktor-faktor yang mempengarui memilih jurusan

Dari bagan diatas maka faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan


memilih jurusan di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai dapat dijelaskan sebagai
berikut:

a. Faktor Sosial
Faktor ini meliputi faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, dan
lingkungan sosial individu.
1. Kelompok Acuan (Reference Group)
Kelompok acuan adalah kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang
(bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya.
Dalam pengambilan keputusan memilih jurusan, kelompok acuan berperan serta
mempengaruhi subjek sebelum kuputusan dibuat. Adanya hubungan yang dekat
dengan teman, wali kelas, guru sekolah dan saudara dekat turut berpengaruh dalam
pengambilan keputusan memilih jurusan. Sehingga dalam pengambilan keputusan
memilih jurusan remaja akan dipengaruhi oleh kelompok acuan tersebut. Seperti
yang terjadi pada subjek yang banyak dipengaruhi oleh teman, saudara dekat, guru,
dan walikelasnya sendiri.

2. Faktor Keluarga
Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat.
Faktor keluarga berperan sangat penting dalam proses pengambilan keputusan
memilih jurusan. Seseorang tidak bisa lepas dari pengaruh keluarga. Remaja
membutuhkan nasehat untuk membantu mereka dalam mengambil keputusan dalam
hidup mereka. Sehingga dalam mengambil keputusan memilih jurusan remaja
sering dipengaruhi oleh anggota keluarga khususnya orang tua.
Peran orang tua sangat penting dalam mendukung anak menentukan pilihan dan
jalan hidup mereka. Itu sebabnya, sering dikatakan bahwa pada saat anak tumbuh
remaja, posisi orang tua bukan lagi orang tua seperti dulu tapi lebih sebagai teman.
Orang tua bisa menjadi tempat curhat dan konsultasi yang nyaman, tanpa harus
cemas kalau-kalau mereka tidak punya hak suara. Orang tua perlu memastikan
saja, apa motivasi anak memilih jurusan yang dia inginkan. Mengajak anak
menganalisa motivasi dan alasan, akan lebih menguntungkan karena anak akan
mencoba menerapkan cara berpikir analitis yang serupa ketika memilih dan
memilahjurusan yang lain.
3. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial terdiri dari orang-orang baik individual maupun kelompok
yang berada di sekitar manusia. Lingkungan sosial ini bisa berupa orang tua,
saudara-saudara, kerabat dekat, teman sebaya, serta lingkungan pendidikan atau
lingkungan sosial yang lebih besar yaitu lingkungan tetangga, lingkungan kerja,
lingkungan organisasi, yang sangat mempengaruhi remaja dalam memilih jurusan.
Lingkungan sosial seperti lingkungan tetangga ternyata sangat mempengaruhi
remaja dalam pengambilan keputusan memilih jurusan. Melihat tetangga yang
sukses menjadi inspirasi subjek untuk mengikuti jejak mereka sehingga mereka
ingin menjadi sukses seperti tetangga tersebut.
b. Faktor Pribadi
Konsep diri (self concept) adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita.
Persepsi tentang diri ini, boleh bersifat psikologi, sosial, dan fisik. Konsep diri
adalah apa yang difikirkan dan dirasakan tentang dirinya sendiri.4 Konsep diri (self
concept) bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman
yang terus menerus dan berubah-ubah.
Konsep diri yang dibentuk masing-masing subjek berpengaruh sangat besar dalam
pengambilan keputusan memilih jurusan. Konsep diri yang mereka bentuk ialah
merasa pandai berhitung namun lemah dalam hal menghafal materi dan juga
sebaliknya. Sehingga kelemahan- kelemahan tersebut membuat subjek berfikir
keras sebelum mengambil keputusan.
c. Faktor Psikologis
Motivasi adalah faktor yang sangat mempengaruhi subjek dalam pengambilan
keputusan memilih jurusan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa masing-masing subjek
mempunyai motivasi yang kuat ketika akan membuat keputusan. Motivasi yang mereka
tunjukkan adalah adanya keinginan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi
dibidang yang mereka minati. Dalam pengambilan keputusan tersebut, semua subjek
lebih mengarah pada orientasi masa depan. Masa depan pendidikan maupun bidang
pekerjaaan yang mereka inginkan berpengaruh sangat besar sebelum keputusan akhir
dibuat.

Pada kenyataannya siswa akan mendapatkan prestasi belajar yang baik apabila
ada motivasi yang berasal dari dirinya sendiri maupun dorongan dari luar dirinya.
Motivasi sangat diperlukan bagi setiap siswa karena siswa akan bersemangat dalam
belajar apabila ada perhatian dari orang tua maupun guru. Motivasi adalah syarat mutlak
untuk belajar. Jika seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang
luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semula tak terduga.

Motivasi juga diartikan satu variabel penyelang yang digunakan untuk


menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan,
mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran.\

Dari hasil penelitian di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai, diketahui bahwa
bimbingan dan konseling sama sekali tidak mempengaruhi subjek dalam mengambil
keputusan memilih jurusan. Bahkan dari hasil wawancara semua subjek mengaku tidak
pernah konsultasi ke guru bimbingan .dan konseling terkait pemilihan jurusan. Dari sini
terlihat bahwa bimbingan dan konseling belum mengoptimalkan peran dan fungsinya
dalam membantu siswa mengatasi permasalahan terkait pendidikan khususnya pemilihan
jurusan.

2. Langkah-Langkah Dalam Proses Pengambilan Keputusan Memilih


Jurusan Di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai

Setiap keputusan yang kita ambil pada dasarnya merupakan perwujudan


kebijakan yang telah digariskan. Oleh karena itu, analisis proses pengambilan
keputusan memilih jurusan pada hakikatnya sama saja dengan analisis proses kebijakan.
Dalam pelaksanaan pengambilan keputusan memilih jurusan terdapat beberapa langkah
yang perlu ditempuh untuk menghasilkan keputusan yang sesuai dan tepat. Panji
Anoraga menyebutkan proses pengambilan keputusan memilih jurusan ada beberapa
langkah yakni meliputi: menetapkan tujuan, mengidentifikasi permasalahan,
mengembangkan sejumlah alternatif, penilaian dan pemilihan alternatif, melaksanakan
keputusan, evaluasi dan pengendalian.

Dalam prakteknya langkah-langkah dalam peoses pengambilan keputusan


memilih jurusan di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai memiliki cara yang sama
dengan yang dipaparkan oleh Panji Anoraga dalam teorinya. Langkah- langkah tersebut
dapat dilihat pada bagan dibawah ini
Langkah-Langkah Dalam Proses
Pengambilan Keputusan Memilih
Jurusan

Mengide Mengemb Penilaian Evaluasi


Meneta Melaksan
ntifikasi angkan da dan
pkan akan
Permasa Sejumlah Pemilihan
n Pengenda
Tujuan lahan Alternatif Alternatif Keputusan lian

Gambar 1.5

Langkah pengambilan keputusan

Dari bagan diatas maka langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan


memilih jurusan di SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai dapat dijelaskan sebagai
berikut:

a. Menetapkan Tujuan

Dalam setiap pengambilan keputusan memilih jurusan seharusnya kita sudah


memiliki tujuan jelas yang akan mengarahkan langkah kita, apakah ingin melanjutkan
pendidikan lebih tinggi yang sesuai minat kita, prospek kerja yang lebih baik, apakah
sesuai dengan bakat dan minat ataukah karena ikut-ikutan teman sekelompok dll.
Dalam setiap kita melangkahkan kaki, sangat penting bagi kita untuk mempunyai
tujuan yang jelas. Adanya tujuan yang jelas akan membuat langkah kita semakin
terarah. Dengan adanya tujuan akan membuat kita mempunyai target kedepan yang
ingin kita raih. Dengan begitu, waktu dan tenaga yang dikeluarkan tidak akan
terbuang dengan sia-sia. Dari semua subjek yang telah diwawancara, dalam
pengambilan keputusan memilih jurusan tersebut semua subjek telah memiliki tujuan
yang jelas yakni lebih mengarah ke pemilihan karir kedepan.

Dalam pengambilan keputusan memilih jurusan semua subjek memiliki tujuan


yang telah mereka rancang yakni pemilihan pendidikan lebih tinggi sesuai bakat dan
minat sehingga akan mengantarkan mereka pada karir yang diinginkan. Dalam hal ini
kesemua subjek sudah mempunyai gambaran kelak akan kuliah jurusan apa dan
bekerja dimana. Sehingga pemilihan jurusan IPA atau IPS ini mengikuti keinginan
mereka kedepannya. Dengan begitu, akan membuat langkah mereka semakin terarah.
b. Mengidentifikasi Permasalahan
Proses pengambilan keputusan memilih jurusan umumnya dimulai setelah
permasalahan diidentifikasi. Permasalahan merupakan kondisi dimana adanya
ketidaksamaan antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Pada
dasarnya banyak sekali masalah yang dihadapi remaja dalam memutuskan sesuatu

Dalam pengambilan keputusan memilih jurusan ini semua subjek dihadapkan pada
permasalahan yang berbeda satu sama lain. Permasalahan yang muncul meliputi
merasa kurang pandai dalam hal berhitung namun merasa tidak mampu jika harus
hafalan. Sehingga kedudukan antara jurusan IPA dan IPS sama. Selain itu terdapat
permasalahan lain yakni subjek menginginkan masuk IPA namun pendidikan dibangku
kuliah yang mereka minatijustru berada dibawah naungan IPS.
Memilih jurusan pada dasarnya merupakan sebuah proses yang sudah dimulai
sejak masa anak-anak. Kesempatan, stimulasi, pengalaman apa saja yang diberikan
pada anak sejak kecil secara optimum dan konsisten, itu akan menjadi bekal, modal
dan fondasi minat dan bakatnya. Makin banyak dan luas pengalamannya, makin
anak tahu banyak tentang dirinya, tapi makin sedikit pengalamannya, makin sedikit
juga pengetahuan anak tentang dirinya. Oleh karena itu untuk meminimalisir
munculnya kebingungan ketika hendak memilih jurusan, seorang siswa perlu mencari
informasi secara detail mengenai jurusan yang diminati. Sebelum memilih jurusan,
hendaknya anak punya informasi yang luas dan detail, mulai dari ilmunya, mata
pelajarannya, pengajarnya, komunitas sosialnya, kegiatan jurusannya, pendidikan
selanjutnya, alternatif profesi kerjanya, dsb.
Alangkah baiknya jika orang tua, guru disekolah ataupun wali kelas bisa
membantu anak mencari informasi mengenai masing-masing jurusan dan
membiarkan anak melihat plus minusnya secara kongkrit. Diskusikan secara terbuka
faktor apa saja yang jadi potensi kendala dan bagaimana strategi solusinya. Dengan
demikian, akan tercipta komunikasi yang terbuka dan positif sehingga anak bisa
mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya sendiri.

c. Mengembangkan Sejumlah Alternatif


Setelah permasalahan dapat diidentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah
mengembangkan serangkaian alternatif untuk menyelesaikan permasalahan yang
muncul. Remaja membutuhkan lebih banyak kesempatan untuk melatih dan
membahas pengambilan keputusan yang realistis. Dalam mencari solusi dari setiap
permasalahan yang muncul, remaja masih memerlukan bimbingan orang lain
dalam pengambilan keputusannya baik itu dari orang tua, guru, maupun teman.
Remaja membutuhkan nasehat untuk membantu mereka dalam mengambil
keputusan dalam hidup mereka, sehingga orang tua perlu melibatkan anak dalam
kegiatan mengambil keputusan yan tepat..Dalam pengambilan keputusan memilih
jurusan ini, masing-masing subjek mengalami berbagai masalah. Masalah yang
muncul tersebut kemudian dianalisis untuk dicari solusinya. Dari hasil analisis
permasalahan yang muncul akhirnya didapat solusi dari permasalahan. Bagi
siswa yang merasa tertinggal ketika mengikuti proses belajar mengajar dikelas,
maka alternatif yang mereka tempuh ialah mengikuti kegiatan bimbingan belajar
diluar jam sekolah. Sedangkan bagi siswa yang merasa kurang yakin terhadap
kemampuannya, maka disini adalah tugas dari orang tua, guru, wali kelas dan
semua elemen untuk mendorong keyakinannnya bahwa siswa mampu mengatasi
setiap permasalahan yang muncul. Orang tua seharusnya mengarahkan anak ketika
memilih jurusan dan mendukung setiap keputusan yang dipilih oleh anak.
Motivasi dari guru juga sangat penting bagi siswa karena guru lebih banyak waktu
menghadapi siswa dalam belajar sehingga dengan begitu guru dapat memberikan
motivasi yang dapat mendorong siswa untuk mencapai prestasi dan semangat
dalam belajar
a. Penilaian dan Pemilihan Alternatif
Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi
terhadap masing-masing alternatif yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah
alternatif yang terbaik. Biasanya remaja cendrung mengambil keputusan
dengan perasaan bingung dan cemas, sehingga dalam pemilihan alternatif
tersebut remaja perlu bimbingan dari orang lain yang lebih berpengalaman.
Pada dasarnya kemampuan remaja dalam mengambil keputusan memiliki
konsekuensi yang sama dengan orang dewasa karena mempunyai dampak yang
penting sesuai dengan resikonya.

Setelah masing-masing subjek mampu mengidentifikasi


permasalahannya masing-masing dan mencari solusi dari tiap permasalahan,
maka keputusan pun akhirnya dibuat. Disini masing-masing subjek telah
memutuskan jurusan apa yang mereka ambil setelah memalui berbagai
pertimbangan.
4

Tak dapat dipungkiri bahwa untuk memilih suatu jurusan dibutuhkan


pertimbangan yang matang serta kemampuan untuk mengenali kelebihan dan
kekurangan diri. Seiring dengan eksplorasi minat dan bakat, anak pun perlu di
arahkan untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab atas pilihannya. Anak
perlu diajarkan untuk mandiri dan mampu memotivasi diri sendiri, disiplin, dan
serius belajar sebagai perwujudan dari komitmen atas pilihan hidupnya. Jika
menjumpai kendala, tidak mudah putus asa apalagi berhenti di tengah jalan atau
ganti haluan. Ketika siswa telah memutuskan pilihannya maka guru sebaiknya
membantu menyiapkan mental anak didik dalam berbagai bentuk latihan dan
tempaan, agar mereka tidak hanya siap materi namun juga siap mental
menghadapi tekanan dan tantangan yang akan dihadapi.
b. Melaksanakan Keputusan
Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan
tersebut kemudian harus diterapkan. Walaupun mungkin remaja tersebut merasa
asing dengan keputusan yang harus di buatnya tetapi mereka mencoba untuk
menemukan dan mengeluarkan jati diri mereka serta menemukan arti dan
tujuan hidup mereka. Ada yang merasa mampu menjalani keputusannya, ada
yang merasa justru lebih santai dilingkungan barunya, ada yang merasa harus
lebih bekerja kerasa agar tidak tertinggal bahkan ada yang merasa kurang pede
berada dilingkungan barunyakarena tertinggal dari teman-temannya.
Menghadapi permasalahan yang seperti itu, orang tua seharusnya
bersedia menjadi tempat diskusi bagi anak. Ketika anak berada dilingkungan
barunya, maka hanya akan terdapat dua kemungkinan, yaitu yang pertama anak
mampu beradaptasi dengan lingkungan baru tersebut atau yang kedua anak
merasa kesulitan beradaptasi dengan lingkungan barunya. Disini menjadi tugas
orang tua untuk mendorong dan memotivasi anak dalam menghadapi
permasalahannya. Dengan demikian, akan tercipta komunikasi yang terbuka
dan positif, sehingga anak merasakan dukungan dan komitmen orang tua.
Dengan cara ini anak diharapkan tergugah untuk menjaga komitmen dan lebih
bertanggung jawab terhadap apapun pilihannya dan mampu mengatasi setiap
kendala yang dihadapinya.
c. Evaluasi dan Pengendalian
Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu
saja menganggap bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme
sistem pengendalian dan evaluasi perlu dilakukan agar apa yang diharapkan
4

dari keputusan tersebut dapat terealisir.

Setelah masing-masing subjek memberikan keputusan final dan mulai


menjalani aktifitas di lingkuangan yang baru, masing- masing subjek perlu
melakukan evaluasi untuk mengetahui perkembangan pribadinya masing-
masing. Evaluasi perludilakukan untuk mengukur apakah keputusan yang telah
di ambil tersebut sudah sesuai apa belum. Sehingga ketika keputusan tersebut
hasilnya tidak sesuai dengan yang di harapkan, kita dapat segera melakukan
perbaikan sesegera mungkin.
Dari paparan data ditemukan bahwa bagi yang sanggup beradaptasi di
lingkungan yang baru maka prestasi belajarnya meningkat. Sedangkan
beberapa prestasi belajarnya justru menurun dikarenakan pengaruh dari faktor
eksteren individu tersebut seperti terlalu sibuk ikut ekstrakulikuler sehingga
jadi jarang belajar ketika dirumah. Seharusnya orang tua turut membantu anak
dalam mengatur waktunya selama kegiatan belajar mengajar baik dilembaga
formal maupun non formal. Remaja seringkali merasa asik dengan dunianya
sendiri sehingga terkadang menyebabkan ia menjadi lupa waktu. Maka menjadi
tugas orang tua untuk mengkontrol setiap kegiatan anak agar kegiatan diluar
jam sekolah tidak menganggu jam belajarnya.

Dalam pengambilan keputusan pemilihan jurusan sebaiknya siswa


memilih jurusan sesuai dengan bakat dan minatnya. Jika seorang siswa memilih
jurusan sesuai dengan bakat dan minatnya, maka dirinya akan mampu
bertahan dalam menghadapi kesulitan-kesulitan selama proses belajar
mengajar. Namun jika ia tidak memiliki bakat dan minat dalam jurusan yang
dipilih, maka hal tersebut akan membuat prestasi belajarnya justru semakin
menurun

3. Dasar Pengambilan Keputusan Memilih Jurusan Di SMA Negeri 1


Tebing Tinggi Sergai

Seperti yang telah dijelaskan bahwa pengambilan keputusan dalam


memilih jurusan ialah proses pemilihan jurusan apakah IPA, IPS atau Bahasa
untuk ditindak lanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah yang
merupakan tindakan yang dianggap paling tepat yang berguna sebagai
pengerahan haluan hidup seseorang seperti jenis pekerjaan, nilai yang dianut serta
kepribadian yang mengembannya.
4

Secara teori, dasar pengambilan keputusan menurut George R. Terry ada


lima dasar9, yaitu:

a. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi


Keputusan memilih jurusan yang diambil berdasarkan intuisi atau
perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan
faktor kejiwaan lain. Seperti memilih jurusan sesuai fikirannya sendiri tanpa
mempertimbangkan kemampuan diri sendiriPengambilan Keputusan Rasional
Keputusan memilih jurusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya
guna. Dalam memilih jurusan remaja akan memperhitungkan positif dan
negatifnya keputusan tersebut bagidirinya.

b. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta


Istilah fakta disini perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi.
Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian
dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam memilih jurusan.

c. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman


Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan memilih
jurusan, seseorang mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah
terjadi. Selain belajar dari pengalaman dirinya sendiri biasanya remaja juga akan
belajar dari pengalaman orang lain yang dijadikan dasar dalam memilih jurusan.

d. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang


Pada kenyataannya, masih banyak siswa yang memilih suatu jurusan bukan
berdasarkan potensi, minat, dan bakat yang dimilikinya. Mereka menyerahkan
penjurusan sepenuhnya kepada orang tua. Remaja sering memandang pengambilan
keputusan dengan disertai kebimbangan, ketidakpastian, dan stress. Mereka
membutuhkan nasehat untuk membantu mereka dalam mengambil keputusan dalam
hidup mereka.
4

Namun dalam prakteknya, keputusan yang baik dan tepat adalah


keputusan yang diambil dengan dasar pemikiran yang rasional, bukan semata-
mata berdasarkan rasa suka dan tidaknya. Pada dasarnya kemampuan remaja
dalam mengambil keputusan memiliki konsekuensi yang sama dengan orang
dewasa karena mempunyai dampak yang penting sesuai dengan resikonya.

Keputusan memilih jurusan yang bersifat rasional berkaitan dengan


daya guna. Masalah – masalah yang dihadapi merupakan masalah yang
memerlukan pemecahan rasional. Dalam memilih jurusan remaja akan
memperhitungkan positif dan negatifnya keputusan tersebut bagi dirinya.
Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat
objektif. Pada pengambilan keputusan secara rasional ini terdapat beberapa hal,
sebagai berikut.

1) Kejelasan masalah, tidak ada keraguan dan kekaburan masalah


2) Orentasi tujuan, kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.
3) Pengetahuan alternatif, selaruh alternatif diketahui jenisnya dankonsekiensinya.
4) Preferensi yang jelas, alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.
5) Hasil maksimal, pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil yang maksimal

Dari hasil wawancara, ditemukan bahwa setiap subjek menggunakan


landasan berfikir yang rasional dalam mengambil keputusan memilih jurusan.
Masing-masing subjek mampu menganalisis kekurangan dan kelebihan dari
keputusan yang mereka buat. Mereka mampu mengambil keputusan rasional
yang bersifat lebih objektif. Dalam pengambilan keputusan memilih jurusan
tersebut, kesemua subjek telah melalui berbagaitahap dan langkah-langkah untuk
menghasilkan keputusan yang baik. Sehingga ketika langkah-langkah tersebut
telah berhasil dilewati, maka keputusan yang mereka hasilkan akan lebih bersifat
objektif. Dalam pengambilan keputusan tersebut masing-masing subjek telah
mengetahui tujuan yang ingin mereka capai, masalah-masalah yang mereka
hadapi, mampu menemukan alternatif pemecahan masalah, mampu menerapkan
keputusan yang mereka buat dan mampu melakukan proses evaluasi terhadap
keputusan yang telah mereka buat.
1) Hasil maksimal, pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil yang
maksimal
Dari hasil wawancara, ditemukan bahwa setiap subjek menggunakan landasan berfikir
yang rasional dalam mengambil keputusan memilih jurusan. Masing-masing
subjek mampu menganalisis kekurangan dan kelebihan dari keputusan yang
mereka buat. Mereka mampu mengambil keputusan rasional yang bersifat lebih
objektif. Dalam pengambilan keputusan memilih jurusan tersebut, kesemua subjek
telah melalui berbagai tahap dan langkah-langkah untuk menghasilkan keputusan
yang baik. Sehingga ketika langkah-langkah tersebut telah berhasil dilewati, maka
keputusan yang mereka hasilkan akan lebih bersifat objektif. Dalam pengambilan
keputusan tersebut masing-masing subjek telah mengetahui tujuan yang ingin
mereka capai, masalah-masalah yang mereka hadapi, mampu menemukan
alternatif pemecahan masalah, mampu menerapkan keputusan yang mereka buat
dan mampu melakukan proses evaluasi terhadap keputusan yang telah mereka
buat.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan mengenai
pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan di SMA Negeri 1 Tebing
Tinggi Sergai sebagai berikut:
1) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Dalam
Memilih Jurusan
a. Faktor Sosial, yang meliputi:
1) Kelompok Acuan (reference group)
Hubungan yang dekat dengan teman, wali kelas, guru
sekolah dan saudara dekat turut mempengaruhi siswa dalam
pengambilan keputusan memilih jurusan.
2) Faktor Keluarga
Keluarga berperan sangat penting dalam mempengaruhi
siswa ketika memilih jurusan seperti orang tua dan saudara
kandung.
3) Lingkungan Sosial
Melihat adanya tetangga yang sukses membuat remaja
ingin sukses juga seperti mereka sehingga hal tersebut turut
mempengaruhi remaja dalam mengambil keputusan.

b. Faktor Pribadi
Konsep diri yang dibentuk masing-masing subjek berpengaruh
sangat besar dalam pengambilan keputusan memilih jurusan. Konsep diri
yang mereka bentuk ialah merasa pandai berhitung namun lemah dalam
menghafal materi dan juga sebaliknya.
c. Faktor Psikologis
Motivasi menjadi hal yang utama dalam pengambilan keputusan
memilih jurusan. Dalam hal ini masing-masing subjek lebih berorientasi
pada pemilihan karir kedepan.

2) Langkah-Langkah Dalam Proses Pengambilan Keputusan Untuk


Memilih Jurusan
a. Menetapkan Tujuan
Dalam pengambilan keputusan memilih jurusan semua subjek
memiliki tujuan yang jelas yakni pemilihan karir kedepan setelah mereka
lulus.
b. Mengidentifikasi Permasalahan
Permasalahan yang muncul meliputi merasa kurang pandai dalam
hal berhitung namun merasa tidak mampu jika harus hafalan. Selain itu
terdapat permasalahan lain yakni subjek menginginkan masuk IPA namun
pendidikan dibangku kuliah yang mereka minati justru berada dibawah
naungan IPS. Mengembangkan Sejumlah Alternatif
Adanya beberapa permasalahan membuat siswa menemukan
beberapa alternatif solusi yakni ikut bimbingan belajar diluar jam sekolah
dan membangun keyakinan dalam diri bahwa mereka mampu bertanggung
jawab terhadap keputusan yang mereka buat.
c. Penilaian dan Pemilihan Alternatif
Disini masing-masing subjek telah memutuskan jurusan apa yang
mereka ambil setelah melalui berbagai pertimbangan.
d. Melaksanakan Keputusan
Setelah menetapkan keputusan dan mulai menjalani konsekuensi
dari pilihannya tersebut, beberapa subjek merasa mampu menjalani
tanggung jawabnya dan ada juga yang merasa harus lebih bekerja keras
agar tidak tertingal dari teman-temannya
e. Evaluasi dan Pengendalian
Setelah dilakukan evaluasi ditemukan bahwa bagi yang sanggup
beradaptasi maka prestasi belajarnya meningkat. Sedangkan beberapa
prestasi belajarnya justru menurun dikarenakan pengaruh dari faktor
eksteren individu tersebut seperti terlalu sibuk ikut ekstrakulikuler.

3) Dasar Dalam Pengambilan Keputusan Untuk Memilih Jurusan


Dalam proses pengambilan keputusan memilih jurusan ini, kesemua subjek
yang diwawancara menggunakan dasar berfikir yang rasional. Masing-masing
subjek mampu menganalisis kekurangan dan kelebihan darikeputusan yang mereka
buat. Mereka mampu mengambil keputusan rasional yang bersifat lebih objektif.
Dalam pengambilan keputusan tersebut masing-masing subjek telah mengetahui
tujuan yang ingin mereka capai, masalah-masalah yang mereka hadapi, mampu
menemukan alternatif pemecahan masalah, mampu menerapkan keputusan yang
mereka buat dan mampu melakukan proses evaluasi.
B. Saran-saran
Hasil penelitian ini juga perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak
untuk tujuan yang memaksimalkan hasil penelitian. Diantaranyaadalah
1. Bagi SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai
Sebaiknya semua elemen yang ada disekolah seperti guru, wali kelas dan
guru Bimbingan & Konseling saling bekerja sama memberikan informasi
tentang penjurusan kepada siswa. Sehingga dengan adanya informasi yang
lengkap tersebut diharapkan siswa dapat mengambil keputusan dalam
memilih jurusan dengan tepat sesuai kemampuan, bakat dan minatnyaBagi
Guru Bimbingan dan Konseling

Sebaiknya guru Bimbingan & Konseling lebih mengoptimalkan peran dan


fungsinya dalam membantu siswa/i menggali potensi, bakat dan minatnya
masing-masing. Misalnya dengan cara mengadakan konseling individu
atau kelompok, bekerja sama dengan konselor untuk mengadakan tes
inteligensi, dan memanfaatkan jam pelajaran Bimbingan & Konseling
untuk memberikan informasi terkait penjurusan dan karir menjadi bentuk
yang menyenangkan tanpa mengurangi nilai moral dan sosial yang
terkandung dalam tema layanan yang diberikan.
2. Bagi Siswa SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai
Untuk siswa SMA Negeri 1 Tebing Tinggi Sergai hendaknya juga turut
aktif mencari informasi terkait dengan penjurusan. Seperti misalnya
konsultasi ke guru Bimbingan & Konseling atau wali kelas tentang
jurusan- jurusan yang ada. Sehingga dengan informasi yang didapatkan
tersebut diharapkan siswa dapat memilih jurusan yang tepat sesuai bakat
dan minatnya.
3. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut
mengenai pemilihan jurusan dengan menggunakan teknik penelitian
kuantitatif, sehingga diharapkan populasi yang dijadikan sebagai sample
dapat lebih banyak dan mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dan
lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Aries Kusuma. 2009. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Pengambilan Keputusan


Memilih Program Studi di Perguruan Tinggi.. Skripsi, Program Studi Psikologi Jurusan
Bimbingan Konseling dan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Malang. Pembimbing: (I) Drs. Alwisol, M.Pd, (II) Drs. M. Bisri M.Si
Desmita.2008. Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Rosda Karya., hlm. 198
Fuji Rahayu Wilujeng(2018) CARA MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG TEPAT UNTUK
MEMILIH JURUSAN DAN PERGURUAN TINGGI YANG TEPAT PADA SISWA SMA
DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) .Universitas Bunda
Mulia ( http://journal.ubm.ac.id/ )
http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=52&prang=LOUSIA%2c+ASTRID
http://eprints.umg.ac.id/621/3/12.%20BAB%20II.pdf
https://ruangguruku.com/batasan-usia-remaja/
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1853/5/128600237_file5.pdf
https://osf.io/y2nk9/download/?format=pdf#:~:text=Dasar%20dalam%20Pengambilan%20K
eputusan,fakta%2C%20wewenang%2C%20dan%20rasional
Kotler, P., Ang, S. H., Leong, S. M., & Tan, C. T. (2000). Manajemen Pemasaran Perspektif
Asia. Terjemah Oleh Fandy Tjiptono. Yogyakarta: Andi., hlm.200
Kotler, P., Ang, S. H., Leong, S. M., & Tan, C. T. (2000). Manajemen Pemasaran Perspektif
Asia. Terjemah Oleh Fandy Tjiptono. Yogyakarta: Andi., hlm.202
Risnida Muzdalifah¹ Nor Fatmah²(2019) Persepsi Remaja terhadap Peran Orangtua dalam
Pengambilan Keputusan Memilih Jurusan di Perguruan Tinggi
(http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI Terindeks DOAJ: 2541-2965)
Tyasasi, Cicik (2014) Pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan: Studi kasus
pada siswa SMK Negeri 2 Malang. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Anda mungkin juga menyukai