Anda di halaman 1dari 4

MAKALAH SOSIOLOGI KOMUNIKASI

“Menggali Adat Perkawinan Kampung Naga Selawu Tasikmalaya”

Disusun Oleh :
Aditya Vhio 10080018347
Chika S Kusumah 10080018348
Handian Miftahudin 10080018349

Tugas Sosiologi Komunikasi Aziz Taufik Hirzi

Pada Kuliah Semester II 2019


Fakultas Ilmu Komunikasi
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kegiatan studi pustaka ini merupakan salah satu tugas dibidang mata kuliah Sosiologi
Komunikasi yang bertujuan memperoleh informasi dari beberapa sumber. Kampung Naga
adalah salah satu kampung adat yang masyarakatnya masih memegang teguh adat tradisi
secara turun menurun. Mereka menolak budaya luar jika hal itu dapat merusak adat tradisi dari
nenek moyang mereka. Tetapi, sejarah dan asal-usul kampung ini tidak memiliki titik temu.
Tidak ada dokumen-dokumen atau arsip sejarah yang menjelaskan secara keseluruhan kapan,
siapa, dan apa latar belakang berdirinya kampung ini. Masyarakat Kampung Naga pun
menyebut sejarah kampungnya sendiri dengan sebutan “Pareum Obor”. “Pareum” apabila
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, yaitu mati, gelap. Dan obor itu sendiri berarti
penerangan, cahaya, lampu. Jika diterjemahkan secara singkat yaitu, Matinya penerangan.
Maksudnya mereka tidak mengetahui asal usul kampungnya.

1.2 Tujuan

Mengenal dan mengetahui perkawinan adat kampung naga di Tasikmalaya

1.3 Metode

Metode dalam penyusunan malakah ini adalah dengan cara studi pustaka dari beberapa
sumber media cetak dan media elektronik
PEMBAHASAN

Sistem pernikahan di masyarakat kampung naga bersifat eksogami dalam artian


pernikahan bisa berlangsung keluar dan kedalam masyarakat. Misalkan antara pemuda kampung
naga dengan pemudi di luar kampung naga, maupun sebaliknya. Dalam pernikahan di
masyarakat kampung naga tidak ada sistem perjodohan, karena berpijak pada petuah sesepuh
bahwa jodo, pati, bagja cilaka, rahasiah Allah (jodoh, mati, bahagia, sengsara, rahasia Allah),
sespuh bekata bagi laki-laki silahkan cari perempuan, bagi perempuan silakan cari laki-laki, baik
berbeda suku, berbeda bahasa, atau warna kulit tidak jadi masalah asalkan satu agama yaitu
muslim.
Upacara pernikahan di kampung naga bisa dikatakan cukup sederhana tidak ada istilah
undangan, hanya kabar dari mulut kemulut, acara akad nikah di langsungkan di mesjid kampung,
setelah itu ada syukuran dari pihak keluarga mempelai. Masyarakat kampung naga percaya
bahwa kelanggengan suatu pernikahan tidak bisa di jamin oleh kemeriahan pesta. Masyarakat
kampung naga tidak ada yang melakukan pernikahan polgami atau pernikahan lebih dari 1 dalam
waktu yang satu waktu ada dalam aturan adatnya bahwa “hiji teu seep, sapuluh teu wareg”
maksudna satu istri pun tidak habis, dan sepuluh tidak akan cukup. Untuk masalah tempat tinggal
setelah menikah, diserahkan kepada pasangan yang bersangkutan, tidak ada paksaan untuk
tinggal di area kampung naga, atau keluar area, apabila seseorang ingin masuk ke dalam
masyarakat adat kampung naga harus tunduk dan patuh pada aturan adat yang ada di masyarakat.

Adat perkawinan Sunda di Kampung Naga Tasikmalaya upacara perkawinan adat bagi
masyarakat kampung naga adalah upacara yang dilaksanakan setelah selesainya akad nikah.
Ada pun beberapa tahap upacara sebagai berikut:

 Upacara sawer
 Nincak endog ( menginjak telur)
 Buka pintu
 Ngariung
 Ngampar
 Munjangan

Pada tahapan adat perkawin yang pertama dilakukan ialah upacara sawer dilaksanakan setelah
akad nikah. Dalam upacara sawer ini pasangan pengantin dibawa ketempat penyaweran, tepat
dimuka pintu. Mereka dipayungi dan tukang sawer berdiri dihadapan kedua pengantin
tersebut.

Penyawer melakukan ijab kobul, dilanjutkan dengan melantunkan syair sawer, ketika
melantukan syair sawer penyawer menyelingnya dengan menaburkan beras, irisan kunir, dan
uang logam kearah pengantinnya. Kebanyakan anak anak yang mengambil uang logam yang
disawerkan dibelakang pengantin tersebut. Isi dalam syair sawer tersebut ialah berupa nasihat
kepada pengantin baru tersebut.

Setelah upacara sawer dilaksanakan tahap berikutnya adalah upacara nincak endog ( menginjak
telur). Telur disimpan diatas golodog (tangga sebelum menuju rumah) dan mempelai laki-laki
menginjaknya. Kemudian mempelai perempuan mencuci kaki mempelai laki-laki dengan air
kendi. Setelah itu mempelai perempuan masuk kedalam rumah, sedangkan mempelai laki-laki
berdiri dimuka pintu untuk melaksanakan upacara buka pintu.

Dalam upacara buka pintu terjadi tanya jawab antara kedua mempelai yang diwakili oleh
masing masing pendampingnya dengan cara dilantunkan dengan adanya nada. Sebagai
pembuka mempelai laki-laki mengucapkan salam “ Assalammu’alaikum Wr. Wb” kemudian
dijawab oleh mempelai perempuan “ Waalaikumsalam Wr. Wb”.

Anda mungkin juga menyukai