Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Sedangkan silabus menurut Yulaelawati adalah seperangkat rencana serta pengaturan
pelaksanaan pembelajaran dan penilaian yang disusun secara sistematis, memuat tentang
komponen-komponen yang saling berkaitan dalam mencapai penguasaan kompetensi dasar.
Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan
penilaian yang disusun secara sistematis yang memuat komponen-komponen yang saling
berkaitan untuk mencapai penguasaan kompetensi dasar
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran atau tema tertentu yang mencakup Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, pencapaian kompetensi untuk
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
Langkah-langkah pengembangan silabus:
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Mengkaji SK dan KD mata
pelajaran sebagaimana tercantum pada Standar Isi.
2. Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran. Mengidentifikasi materi
pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian KD.
3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk
memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik dalam
rangka pencapaian KD.
4. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi. Indikator merupakan penanda
pencapaian KD. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
5. Menentuan Jenis Penilaian. Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan
berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dalam bentuk
tertulis.
6. Menentukan Alokasi Waktu. Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu. Alokasi waktu
merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD yang dibutuhkan oleh siswa
yang beragam.
7. Menentukan Sumber Belajar. Penentuan sumber belajar didasarkan pada SK dan KD
serta materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi.
Manfaat Silabus
Silabus bermanfaat sebagai pedoman pengembangan perangkat pembelajaran lebih
lanjut, mulai dari perencanaan, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan pengembangan
penilaian.
Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran lebih lanjut,
seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran dan
pengembangan sistem penilaian. Silabus merupakan sumber pokok dalam penyusunan
rencana pembelajaran, kaib rencana pembelajaran untuk satu Standar Kompetensi maupun
satu Kompetensi Dasar.
Silabus juga bermanfaat sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan
pembelajaran, misalnya kegiatan belajar secara klasikal, kelompok kecil, atau pembelajaran
secara individual. Demikian pula, silabus sangat bermanfaat untuk mengembangkan sistem
penilaian.
Isi Silabus
1. Identitas mata pelajaran
2. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
3. kompetensi inti,
4. kompetensi dasar
5. tema (khusus SD/MI/SDLB/Paket A/dll);
6. materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi;
7. pembelajaran,yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk
mencapai kompetensi yang diharapkan;
8. penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan pencapaian hasil belajar
9. alokasi waktu
10. sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau
sumber belajar lain yang relevan.
Prinsip Pengembangan Silabus
1. Ilmiah; Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus
benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan.
2. Relevan; Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam
silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan
spritual peserta didik.
3. Sistematis; Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi.
4. Konsistensi; Adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar, indikator,
materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5. Kecukupan; Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,
dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6. Aktual & Kontekstual; Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni
mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7. Fleksibel; Keseluruhan komponen silabus dapat mengako-modasi keragaman peserta
didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
masyarakat.
8. Menyeluruh; Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (Kognitif,
afektif, Psikomotor) atu sesuai degan esensi mata pelajaran masing-masing.
Penilaian dan pengisian angka rapor pada masa pandemi covid-19 menjadi
permasalahan serius, selain kegiatan pembelajaran itu sendiri. Khususnya terkait dengan
prinsip keadilan (equity) dan inklusivitas(inclusivity). Dalam situasi normal saja, penilaian
dan pemberian nilai untuk rapor (grading), sebagai bentuk akuntabilitas
programpembelajaran yang diselenggarakan guru/sekolah kepada pemangku kepentingan
pendidikan (seperti orangtua siswa dan pemerintah), merupakan permasalahan rumit bagi
guru. Terlebih pada masa pandemi, saat pembelajaran dan penilaian harus dilakukan dengan
jarak jauh secara daring, serta menimbang kondisi dan latar belakang siswa sangat beragam
baik secara ekonomi, budaya, maupun pendidikan keluarga.
Sebagian siswa yang hidup dengan keterbatasan ekonomi, siswa berkebutuhan khusus,
penyandang disabilitas, dan populasi terpinggirkan lainnya, selalu akan menghadapi
hambatan belajar di sekolah. Dalam situasi normal, banyak sekolah membangun skema/unit
pendukung yang dirancang untuk membantu siswa-siswa tersebut dalam mengatasi persoalan
yang dihadapi, khususnya dalam mengatasi hambatan pembelajaran. Namun, sebagian daya
dukungan itu tidak bisa digunakan dalam konteks pembelajaran jarak jauh. Sebagai contoh,
hambatan pembelajaran yang dihadapi siswa yang kurang beruntung secara ekonomi,
menjadi lebih tinggi dalam beberapa bulan terakhir sejak diselenggarakannya pendidikan
jarak jauh melalui metode daring. Banyak siswa tidak memiliki akses ke internet atau mereka
punya akses, tetapi jaringan internet yang tersedia tidak stabil. Masalah lain, yakni tidak
memiliki akses ke perangkat pembelajaran yang diperlukan, gawai yang memadai, seperti
telepon pintar (smartphone), tablet, atau komputer. Yang lain berjuang dengan kehilangan
pekerjaan di keluarga dan mungkin kekurangan pasokan kebutuhan dasar seperti makanan
dan kebutuhan pokok lainnya. Atau dalam kasus berbeda, siswa mungkin bertanggung jawab
untuk membantu mengajar adik-adiknya di samping pembelajaran mereka sendiri.
Peran dan kategori penilaian Penilaian tentu saja tidak akan bisa menyelesaikan
persoalan keadilan/equity ini, apalagi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Namun,
penilaian sesuai dengan fungsi utamanya, yaitu untuk mengumpulkan data dan informasi
hasil pembelajaran/pendidikan tentunya akan bisa memberikan bantuan dengan
menghadirkan data dan informasi yang kredibel melalui penyediaan instrumen penilaian yang
valid (sahih) dan reliable (bersifat reliabel). Data-data dan berbagai informasi hasil penilaian
(evidences) selanjutnya harus mampu digunakan guru sebagai umpan balik (feedback) guna
membantu siswa memperbaki kualitas belajarnya dan memahami konsep/materi yang sudah
diajarakan dengan benar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Penilaian secara umum dapat
dikategorikan sebagai penilaian standar, yang materi soal dan administrasinya disiapkan dan
dilaksanakan lembaga penilaian mandiri atau pihak luar sekolah (seperti ujian nasional,
INAP, AKSI, PISA, TIMSS, atau PIRLS) dan penilaian yang diselenggarakan guru/sekolah,
yang materi soalnya disiapkan sendiri oleh guru (teacher made test).
Selanjutnya, jika dilihat dari pemanfaatan hasilnya, penilaian dapat digolongkan
sebagai penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif sebenarnya merupakan
penilaian yang terintegrasi dengan proses pembelajaran, yakni data dan informasi hasil
penilaian yang diperoleh akan digunakan untuk membantu siswa dapat belajar dengan lebih
baik sehingga memahami dengan benar konsep dan materi yang sudah diajarkan sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Jadi dalam penilaian formatif guru tidak boleh berpikir tentang
nilai/angka atau melakukan judgement bahwa siswa berhasil atau gagal karena proses
pembelajaran masih berlangsung. Semangatnya ialah untuk memperbaiki kualitas
pembelajaran siswa. Sebaliknya pada penillaian sumatif, ialah saat keputusan tentang hasil
pembelajaran dibuat/dilakukan. Data-data dan berbagai informasi hasil penilaian (evidences)
yang terkait dengan tujuan pembelajaran yang diselenggarakan akan digunakan untuk
membuat keputusan hasil pembelajaran (assigning grade). Seberapa akurat bukti-bukti
tersebut mampu menjelaskan tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran, akan menentukan
nilai (grade) perolehan setiap individual siswa. Karenanya, tujuan pembelajaran/pendidikan
yang dibuat harus rigor (ketat, tegas dan akurat) sehingga mampu mendapatkan hasil yang
berkualitas.
Kualitas pembelajaran/pendidikan sangat ditentukan seberapa rigor tujuan
pembelajaran/pendidikan yang ditetapkan. Penilaian formatif dapat dilakukan setelah satu
unit atau dua unit pembelajaran selesai dilaksanakan, sedangkan penilaian sumatif dilakukan
setelah beberapa unit pembelajaran diajarkan. Dapat dilakukan pada pertengahan atau akhir
semester, tergantung luas dan kedalaman cakupan materi yang harus diajarkan sesuai dengan
tujuan pembelajaran/kurikulum. Penilaian formatif Sebagaimana dikemukakan di atas,
penilaian tidak akan mampu menyelesaikan persoalan keadilan/equity dan meningkatkan
kualitas pembelajaran siswa. Namun, penilaian akan dapat membantu menyelesaikan
hambatan dan keterbatasan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, yaitu melalui
penyediaan instrumen penilaian yang berkualitas yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran/pendidikan. Penilaian sumatif melalui format daring yang digunakan guru
selama pandemi ini diduga menyebabkan banyak siswa mengerjakan soal ujian dengan
menyontek, atau mendapatkan bantuan dari pihak keluarga (praktik
ketidakjujuran/dishonesty) sehingga kualitas data dan informasi hasil belajar yang diperoleh
kurang baik.
Dalam ilmu pengukuran, hal ini disebut threat to validity, ancaman terhadap
validitas. Akibatnya, keputusan kenaikan kelas dan kelulusan yang dibuat juga ikut
terpengaruh. Thomas R Guskey dalam Assessment and Grading in the Midst of a Pandemic
(Ed Week, 13 April 2020), menyatakan, dalam masa pandemi ini, penilaian sebaiknya
menitikberatkan pada umpan balik/feedback daripada skor/ grading. Penilaian sebaiknya
difokuskan pada penilaian formatif, yaitu bagaimana membantu siswa memahami konsep dan
materi dengan baik dan benar sehingga mereka mampu mencapai tujuan pembelajaran yang
ditetapkan. Ditegaskan Guskey, "If our focus is on feedback, then all assessments are
formative until students get it. When results show they get it, then the assessment becomes
summative." Jika penilaian ditekankan pada upaya mendapatkan umpan balik, sebaiknya
semua bentuk penilaian adalah formatif sampai siswa memahami konsep dan materi yang
diajarkan. Pada saat siswa sudah memahami, saat itu sudah bisa dikatakan sebagai penilaian
sumatif. Apabila penilaian formatif diselenggarakan dengan semangat untuk membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran, siswa pasti akan menghindari tindakan yang tidak terpuji,
tidak jujur. Namun, perlu ditekankan bahwa peran umpan balik/feedback guru dan bagaimana
teknis mendiskusikannya bersama setiap individu/siswa dengan beragam kondisi yang
mereka miliki akan sangat penting dan menentukan. Wallahualam.
MATERI
Menyusun Rencana Pembelajaran Jarak Jauh
Di Google Form kita juga dapat membuat kunci jawaban untuk jenis soal jawaban singkat,
pilihan ganda, kotak centang, dropdown, petak pilihan dan petak kotak centang. Ini
langkahnya:
Anda dapat memilih apakah orang bisa melihat pertanyaan yang tidak terjawab, jawaban
yang benar dan berapa nilai dari soal tersebut. Berikut caranya:
Saat ujian, kunci utamanya adalah fokus. Nah agar para siswa tetap fokus mengerjakan soal
selama ujian. Jika siswa kedapatan keluar dari kuis atau membuka tab lain, pengajar akan
mendapatkan pemberitahuan melalui email.
Dengan mode terkunci beberapa ekstensi dan pintasan keyboard dinonaktifkan. Perlu diingat
juga bahwa mode terkunci akan mengumpulkan alamat email siswa dan membatasi kuis ke
domain Anda saja.
Akun G Suite for Education, Chromebook yang dikelola oleh sekolah Anda untuk setiap
siswa diperlukan untuk memanfaatkan mode terkunci. Dan bisa juga menggunakan Chrome
OS 75 atau versi yang lebih baru.
Pengaturan ini juga akan memberi siswa suasana seperti di kelas dan memaksa siswa untuk
fokus pada soal.
- Pada laman Google Form klik ikon Titik Tiga, lalu klik Add-on
- Cari Formlimiter, install
- Klik izinkan untuk menampilkan script ke dalam akun goggle Anda
- Setelah itu akan muncul proses pengaturan di mana Anda bisa memasukkan batas waktu
dan tanggal soal dikerjakan
- Klik Save and Enable
- Jika soal sudah mencapai waktu yang ditentukan, maka soal akan tertutup dengan
sendirinya.
Sedangkan untuk membagikan hasil melalui Google Form bisa dengan cara ini: