BAB I
PENDAHULUAN
1
LAPORAN SURVEI BUDAYA ORGANISASI
SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
setiap unit kerja ditetapkan pejabat eselon III untuk menjadi agen perubahan yang
diharapkan akan mendorong proses percepatan perubahan di masing-masing unit
kerjanya. Selanjutnya RAPI menjadi nilai dasar bagi seluruh jajaran di Sekretariat
Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI dalam melaksanakan tugas dan perannya.
Sesuai dengan Rencana Aksi Program Manajemen Perubahan Tahun 2016
khususnya perubahan pola pikir dan budaya kinerja (mental aparatur) adalah
melaksanakan survei internal RAPI. Untuk itu kegiatan survei harus segera
dilaksanakan.
2
LAPORAN SURVEI BUDAYA ORGANISASI
SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Reformasi
Permulaan Reformasi di Indonesia terjadi pada saat krisis ekonomi pada tahun
1997 dan pada tahun 1998 berkembang menjadi krisis multidimensi. Kondisi tersebut
mengakibatkan adanya tuntutan kuat dari segenap lapisan masyarakat terhadap
pemerintah untuk segera diadakan reformasi dalam tatanan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Reformasi ini mengharapkan agar pemerintah bisa lebih baik lagi dari
pemerintahan sebelumnya. Seperti halnya Sedarmayanti (2009:67), yang mengatakan
bahwa reformasi merupakan proses upaya sistematis, terpadu, konferensif, ditujukan
untuk merealisasikan tata pemerintahan yang baik (Good Governance). Oleh karena
itu, basis utama reformasi ditujukan kepada pemerintah. Berbicara pemerintahan yang
lebih baik, berarti tidak lepas dari sistem birokrasi. Dengan demekian supaya harapan
reformasi bisa terwujud, maka harus dilakukannya refromasi birokrasi.
2.2 Birokrasi
Menurut Hegel dalam Sulistio & Budi (2009: 07), mengungkapkan bahwa
birokrasi adalah institusi yang menduduki posisi organik yang netral dalam struktur
sosial dan berfungsi sebagai penghubung antara negara yang memanifestasikan
kepentingan umum dan masyarakat sipil yang mewakili kepentingan khusus dalam
masyarakat. Blau dalam Pasolong (2008:7), 12 mengatakan bahwa birokrasi
merupakan organisasi yang dirancang untuk menyelesaikan tugas-tugas administratif
dengan cara mengkoordinasi pekerjaan banyak orang secara sistematis.
Senada dengan pendapat diatas menurut Muhaimin dalam Sulistio & Budi
(2009: 08), mengatakan bahwa birokrasi adalah keseluruhan aparat pemerintah, baik
sipil maupun militer yang bertugas membantu pemerintah ( untuk memberikan
pelayanan publik) dan menerima gaji dari pemerintah karena statusnya itu. Sementara
itu Blau dan Page dalam Santosa (2008:2), mengatakan bahwa birokrasi sebagai
3
LAPORAN SURVEI BUDAYA ORGANISASI
SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
sebuah tipe dari suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas
administratif yang besar dengan cara mengkoordinasikan secara sistematik dari
pekerjaan banyak orang.1 Berdasarkan beberapa pendapat tersebut penulis
menyimpulkan bahwa birokrasi merupakan suatu sistem dalam menjalankan
organisasi pemerintahan.
1
Unila, sumber diakses kembali dari digilib.unila.ac.id/10253/13/BAB%20II.pdf. 3 Maret 2017
2
www.menpan.go.id, diakses 3 Maret 2017
4
LAPORAN SURVEI BUDAYA ORGANISASI
SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
f. Pola Pikir (Mind-set) dan budaya kerja (Culture-Set), Pola pikir (mind-set) dan
budaya kerja (culture-set) birokrat belum sepenuhnya mendukung birokrasi yang
efisien, efektif dan produktif, dan profesional. Selain itu, birokrat belum benar-
benar memiliki pola piker yang melayani masyarakat, belum mencapai kinerja
yang lebih baik (better performance), dan belum berorientasi pada hasil
(outcomes).
5
LAPORAN SURVEI BUDAYA ORGANISASI
SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
6
LAPORAN SURVEI BUDAYA ORGANISASI
SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
7
LAPORAN SURVEI BUDAYA ORGANISASI
SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
penelitian ini dibagi dalam dua bagian pertanyaan yang memuat budaya organisasi
(RAPI) yaitu bagaian pertama merupakan pertanyaan berupa essay yang diajukan
kepada responden dan bagian kedua berupa pertanyaan dengan 4(empat) pilihan
jawaban pertanyan dimulai dari jawaban Tidak Pernah yang diberikan bobot 1(satu),
Kadang-kadang yang diberikan bobot 2(dua), Sering yang diberikan bobot 3(tiga), dan
Sangat Sering yang diberikan bobot 4(empat). Selain itu responden dimintasaran dari
ide dan pendpatnya untuk perbaikan organisasi ke depan.
8
LAPORAN SURVEI BUDAYA ORGANISASI
SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam pembahasan pada bab ini akan dibagi menjadi tiga bagian sesuai
dengan survei yang telah dilakukan yaitu pertama karakteristik responden, kedua
pengetahuan terhadap budaya organisasi, dan ketiga pelaksanaan budaya organisasi.
4.1 Karakteristik Responden
Survei budaya organisasi (RAPI) sesuai mandat dari reformasi birokrasi, maka
Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI membentuk Tim survei yang
ditugaskan untuk melakukan kegiatan tersebut. Survei ini diharapkan bisa mengetahui
pengetahuan dan pemahaman pegawai Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR
RI terhadap budaya organisasi (RAPI). Obyek survei terdiri dari pejabat Eselon II
sampai dengan Eselon IV, Pejabat fungsional, dan staff pada unit organisasi.
Karakteristik responden memuat jabatan, pangkat/golongan, masa kerja, jenis
kelamian, dan pendidikan terakhir. Karakteristik ini diharapkan bisa sebagai
representatif dari seluruh pegawai Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI.
Responden berdasarkan karakteristik jabatan yang sedang diemban dalam grafik
berikut :
Grafik 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan (Persen)
9
LAPORAN SURVEI BUDAYA ORGANISASI
SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Karakteristik responden tidak hanya dilihat dari jabatan saja, tapi responden juga
dilihat berdasarkan pangkat/golongan sebagai berikut :
Grafik 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pangkat/Golongan (Persen)
10
LAPORAN SURVEI BUDAYA ORGANISASI
SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
11
LAPORAN SURVEI BUDAYA ORGANISASI
SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Berdasarkan grafik 4. Terlihat bahwa responden didominasi oleh pegawai negeri sipil
yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 58 persen atau sebanyak 53 orang, pegawai
negeri sipil yang berjenis kelamin perempuan sebesar 38 persen atau sebanyak 35
orang, dan responden yang tidak menjawab sebesar 3 persen atau sebanyak 3 orang.
Selain karakteristik yang telah diuraikan di atas, penelitian juga memuat karakteristik
pendidikan terakhir pegawai negari sipi Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR
RI sebagai berikut :
Grafik 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir (Persen)
12
LAPORAN SURVEI BUDAYA ORGANISASI
SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
13
LAPORAN SURVEI BUDAYA ORGANISASI
SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Nilai Kriteria
3.50-4.00 Sangat Baik
3.00-3.50 Baik
2.50-3.00 Cukup Baik
0.00-2.50 Buruk
Sedangkan hasil penelitian terhadap penerapan budaya organisasi disajikan dalam
grafik berikut :
Grafik 7. Nilai Penerapan Budaya Organisasi
14
LAPORAN SURVEI BUDAYA ORGANISASI
SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Reformasi birokrasi merupakan upaya pemerintah untuk bisa mewujudkan
clean government dan good government. Prinsip-prinsip tersebut dimuat dalam
delapan area perubahan yang salah satunya adalah perubahan budaya kerja (Culture-
Set). Perubahan tersebut diharapkan bisa sepenuhnya mendukung birokrasi yang
efisien, efektif , produktif, dan profesional. Oleh karena itu, Sekretariat Jenderal dan
DPR RI membuat nilai-nilai dasar bagi PNS sebagai budaya kerja yaitu religius,
akuntabilitas, professional, dan integritas yang disingkat menjadi RAPI. Hasil
penelitian terkait RAPI sebagai budaya kerja diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Pegawai negeri sipil Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian DPR RI mayoritas
sudah mengetahui dan memahami terhadap nilai-nilai dasar PNS sebagai budaya
organisasi. Persentase pegawai yang telah mengetahui RAPI sebagai budaya
organisasi sebesar 76 persen. Dari pegawai yang mengetahui dipecah menjadi
pegawai yang memahami dan tidak memahami. Hasil perhitungan statisti
menunjukkan bahwa pegawai yang memahami sebesar 47 persen dan tidak
memahami sebesar 29 persen.
b. Penerapan budaya organisasi di bidang religius, akuntabilitas, dan integritas
memperoleh nilai lebih dari 3,00, maka ketiga bidang tersebut sudah masuk
dalam kriteria baik. Sedangkan nilai profesionalisme memperoleh nilai 2,97 yang
berarti hanya mencapai kriteria cukup baik. Namun, Jika nilai dilihat dari rata-rata
keseluruhan penerapan budaya organisasi memperoleh nilai sebesar 3,23, maka
penerapan budaya organisasi secara keseluruhan mencapai criteria baik.
5.2 Saran
Dari hasil survei yang telah dilakukan diperoleh masukan bagi pemangku kebijakan
agar sosialisasi RAPI sebagai budaya kerja organisasi lebih ditingkatkan lagi. Selain
ada sanksi bagi yang melanggar kode Etik, pegawai mengharapkan ada penghargaan
bagi pegawai yang telah menerapkan budaya organisasi dengan tentunya alat ukur
yang jelas.
15
LAPORAN SURVEI BUDAYA ORGANISASI
SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Daftar Pustaka
Kemenpan dan RB. 2010. Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025. Jakarta :
Kemenpan dan RB.
Sedarmayanti. 2009. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Bandung: CV
Mandar Maju.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito
Sugiyono. 2008. Motode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung
:Alfabeta
Walpole, Ronald E. 1988.Pengantar Statistika. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
16
17