Anda di halaman 1dari 21

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN

TERORISME DI INDONESIA
BNPT

ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts


Definisi Terorisme
Tindak Pidana Terorisme adalah segala perbuatan ya
ng memenuhi unsir – unsur tindak pidana sesuai den
gan ketentuan dalam undang – undang

Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan keke


rasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan s
uasanan teror atau rasa takut secara meluas, menim
builkan korban yang bersifat massal dan atau menim
bulkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek v
ital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik
atau fasilitas internasional dengan motif ideologi , poli
tik atau gangguan keamanan

Sumber : UU RI No.5 tahun 2018 tentang Perubahan a


tas UU No. 15 tentang Penetapan PP Pengganti UU No.
1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme menjadi UU
Ekstremisme ?
PP 77 TH 20 Sebuah keyakinan dan atau
21 tindakan yang menggunakan cara”
RAN PE kekerasan atau ancaman kekerasan
ekstrem dengan tujuan mendukung
atau melakukan aksi terorisme.
PEMICU EKSTREMISME
Opprtunity Factor:
Push Factor: Ajakan untuk jihad mer
Kondisi kondusif dl ubah tatanan Negara /
m Konteks struktur Khilafah Islamiyah mel
al alui terorisme

kondisi Sosial Pull Factor:


Kesenjangan ekonomi, marginalisasi d Latar belakang dan motiv
an diskriminasi, tata kelola pemerinta asi individu, pola pikir ya
han buruk, lemahnya penegakan huk ng memposisikan diri indi
um, konflik berkepanjangan, serta rad vidu sebagai korban, keke
ikalisasi dalam lembaga pemasyarakat cewaan kolektif, distorsi t
an. erhadap pemahaman tert
entu.
Intoleran

Radikal terorisme
TAHAPAN
PEMAHAMAN
MENUJU
Ekstremisme
TERORISME

Terorisme
KELOMPOK RENTAN TERPAPAR RADIKAL TERORISME
1. Memiliki akses terhadap informasi yang bermuatan ra
dikal terorisme
2. Memiliki hubungan dengan orang/kelompok yang ter
indikasi memiliki paham radikal terorisme
3. Memiliki paham keagamaan yang sempit dan menga
rah pada paham radikal terorisme
4. Memiliki kerentanan aspek ekonomi, psikologi, dan/b
udaya, sehingga mudah dipengaruhi paham radikal t
erorisme
• Proses menjadi Teroris

“Perekrutan pelaku dan persiapan aksi, surv


ey sasaran dan beraksi

Permasalahan dengan aparat, sebagai trigger factors, bu


daya masculine dan orientasi jangka pendek sebagai op
The Terrorist Act portunity factors

Pemisahan diri dari masyarakat, pembinaan keterampilan dan pema


ntapan mental jihad (peran pemimpin dominan), budaya collective
Moral Enggagement sebagai opportunity factors.

Penegasan mereka dan kita: Hitam dan putih. Sepakat untuk melawan dan men
Cultivation Stages gganti system (khilafah) dan melawan pihak yang dipersalahkan

Menawarkan bergabung dengan kelompok radikal untuk memperbaiki hidup melalui khalifah Islamiya
h serta lapangan kerja (pull factors)
Narasi ekstrim sebagai push factors:masalah kerusakan moral, ketidakadilan, masalah Poso dan Ambon
Displacement of Aggresion .
Pimpinan kelompok syariat Islam dan melawan pemerintah (Push Factors). Budaya low ancertainty avoi
dance sebagai opportunity factors.
Terjadi kebimbangan atas ketidakadilan yang dialami, mulai mencari kambing hitam, tidak yakin dengan k
emapanan system yang ada.
Presenting The Ideology

Masalah sosial: pengangguran, masalah ekonomi, keterbelakangan pendidikan, broken home dan kenakalan remaja.
Search For Meaning Dimensi budaya sebagai opportunity factors: High power distance.
POLA PENYEBARAN RADIKALISME

Arena/Sarana

- Tempat ibadah
- Lembaga pendidikan
Metode - Majelis pengajian Ekslus
- Beasiswa/pesntren grat if
is
- Tawaran Lapangan Kerj
a
- Dakwah
- Online 10.000 situs
Hub. Keluarga (Exta
nt Family )

Klg inti (nuclear famim


y)

di luar Keluarga

Extant Family (Ikatan Keluarga)


PERKEMBANGAN TERORISME GLOBAL
DAN DI INDONESIA

ISIS 2013:
ABUBAKAR AL-
Jamaah Islamiah BAGDADI
thn 1993-Abd.
Sungkar & A JAT tahun 2008-ABB
AL-QAIDAH (AQ)
Masduki
1988 – OSAMA
BIN LADIN
1991 2008
JAT
PERJANJIAN TERBAGI
RENVILLE 2
1948 Neo JI: Pelatihan di
Semarang 2020: Para
Wijayanto

JAD-ABB & Oman


DI/NII - MMI tahun 2000-ABB (ISIS) JAS-Ust. Muh. Achwan.
1949-
Kartosuwiryo
2000 2014
1970an
POINT PENTING DALAM PERUBAHAN
DALAM REVISI UU TERORISME NO 5 TAHUN 2018
PELATIHAN MILITER
SETIAP ORANG YANG DENGAN SENGAJA MENYELENGGARAKAN, MEMBERIKA
N, ATAU MENGIKUTI PELATIHAN MILITER, PELATIHAN PARAMILITER, ATAU PEL
ATIHAN LAIN, BAIK DI DALAM NEGERI MAUPUN DI LUAR NEGERI, DENGAN M
ORGANISASI TERORISME AKSUD MERENCANAKAN, MEMPERSIAPKAN, ATAU MELAKUKAN TINDAK PIDA
SETIAP ORANG YANG DENGAN SENGAJA MENJADI ANGGOTA ATAU M NA TERORISME ATAU IKUT BERPERANG DI LUAR NEGERI UNTUK TINDAK PIDA
EREKRUT ORANG UNTUK MENJADI ANGGOTA KORPORASI YANG DITET NA TERORISME, DIPIDANA PALING SINGKAT 4 TAHUN DAN PALING LAMA 15
APKAN PENGADILAN SEBAGAI ORGANISASI TERORISME. TAHUN. DENGAN PASAL INI, MAKA WNI YANG SELAMA INI BANYAK MENGIKU
TI PELATIHAN DI SURIAH BISA DIJERAT PIDANA.

PENANGKAPAN
PENGHASUTAN
PENANGKAPAN PASAL INI MENGATUR POLISI MEMILIKI WAKTU Y
PASAL INI MENGATUR, SETIAP ORANG YANG MEMILIKI ANG LEBIH LAMA UNTUK MELAKUKAN PENANGKAPAN TERHADAP
HUBUNGAN DENGAN ORGANISASI TERORISME DAN D TERDUGA TERORIS SEBELUM MENETAPKANNYA SEBAGAI TERSANG
ENGAN SENGAJA MENYEBARKAN UCAPAN, SIKAP ATA KA ATAU MEMBEBASKANNYA. JIKA SEBELUMNYA POLISI HANYA M
U PERILAKU, TULISAN, ATAU TAMPILAN DENGAN TUJU EMILIKI WAKTU 7 HARI, KINI BISA DIPERPANJANG SAMPAI 21 HARI
AN UNTUK MENGHASUT ORANG ATAU KELOMPOK OR
ANG UNTUK MELAKUKAN KEKERASAN ATAU ANCAMA
N KEKERASAN YANG DAPAT MENGAKIBATKAN TINDAK
PIDANA TERORISME, DIPIDANA PALING LAMA 5 TAHU
N. BNPT
BNPT BETUGAS MERUMUSKAN, MENGOORDINASIKAN, DAN MELAKSANAKAN KEB
IJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME DI
BIDANG :
• KESIAPSIAGAAN NASIONAL,
• KONTRA RADIKALISASI
• DERADIKALISASI.
TUGAS POKOK BNPT MENU
RUT UU NO. 5 Merumuskan, mengoordinasikan,
dan melaksanakan kebijakan,
TAHUN 2018 (PASAL 43G) strategi, dan program nasional
penanggulangan terorisme di
Merumuskan, mengoordinasikan, dan bidang kerja sama
melaksanakan kebijakan, strategi, dan internasional.
program nasional penanggulangan te
rorisme
di bidang kesiapsiagaan nasional, ko
ntra radikalisasi, dan deradikalisasi.
BNPT menjadi pusat analisis dan
pengendalian krisis yang berfun
gsi sebagai fasilitas bagi
Presiden untuk menetapkan
kebijakan dan langkah penangan
Mengoordinasikan antar penegak an krisis, termasuk pengerahan s
hukum dalam penanggulangan teror umber daya dalam menangani te
isme. rorisme.

Mengoordinasikan program
pemulihan korban
Pendekatan Komprehensif dalam Penanggulangan Terorisme

PENCEGAHAN
( Soft Approach ) PENEGAKAN HUKUM
( Hard Approach )
Kontra radikalisasi Deradikalisasi
Pasal 43C Pasal 43D Rakor Penegakan Hukum
 Kontra Narasi;  Identifikasi dan Penilaian; Anev Gakum Prinsip:
Kesiap siagaan
 Rehabilitasi;
Nasional
 Kontra Propaganda; Operasi Aparat Intelijen Koordinasi lintas sektoral
 Reedukasi; Pembinaan Kemampuan Supremasi Hukum
 Kontra Ideologi.  Reintegrasi Sosial. Aparat Gakum Penghormatan HAM
Perlindungan Apgakum, saksi, dengan melibatkan
Kesiapsiagaan Nasional korban Komnas HAM
Pasal 43B
 Pemberdayaan masyarakat;
 Peningkatan kemampuan aparatur;
 Perlindungan, peningkatan sarana
dan prasarana; KERJASAMA INTERNASIONAL
 pengembangan kajian terorisme; Bilateral, Regional dan
 pemetaan wilayah rawan paham Multilateral
radikal terorisme
PERPRES 07 TH 2021: RAN PE

Pengertian: serangkaian
giat yg dilakukan scr sist Pilar RAN PE:
ematis dan terencana ut - Pilar Pencegahan
k mencegah dan menan - Pilar Penegakan hukum
ggulangi ekstremisme be - Pilar Kemitraan : Domes
rbasis kkrsan yg bengara tik dan Internasional
h pada terorisme

Langkah-langkah RAN PE:


- Koor antar K/L dlm Pencegahan dan penanggulangan
- Partisipasi dan sinergisitas K/L, masy sipil maupun mitr
a
- Peningkatan kapasitas SDM
- Pengawasan, deteksi dan cegah dini
- Prmulihan korban, perlindungan infrastruktur dan obvit
Visi BNPT:

Negara dan masyarakat aman dari ancaman


VISI MISI BNPT maupun tindak pidana terorisme
Misi
Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh warga dari ancaman maupun tindak pi
dana terorisme, melalui:
1. Implementasi kebijakan penanggulangan terorisme teri
ntegrasi secara harmonis berbasis penelitian;
2. Melakukan tindakan pre-emptif dan preventif dalam m
encegah terjadinya tindak pidana terorisme;
3. Optimalisasi penegakan hukum dan penanganan krisis
secara cepat dan tepat dalam meminimalisasi dampak
dari tindak pidana terorisme;
4. Melakukan pemulihan korban tindak kejahatan secara
optimal;
5. Deradikalisasi terhadap tersangka, terdakwa, terpidana,
dan narapidana terorisme dan orang atau kelompok ya
ng sudah terpapar paham radikal terorisme;
6. Kerja sama internasional dalam penanggulangan teroris
me;
7. Meningkatkan pelaksanaan reformasi birokrasi yang pr
ofessional.
KONTRA RADIKALISASI
Masyarakat Pelibatan :
 Unsur Pemerintah  Tokoh Adat
 Tokoh Agama  Tokoh Pemuda
Simpatisan Tokoh Pendidkan
  LSM, Media
Pendukung  Tokoh Masyarakat  Dll
Milita
n PEMBINAAN (DERADIKALISASI)
Inti
DI DALAM LAPAS DI LUAR LAPAS

Napi Teroris tersebar di L Sasaran : Potensi radik


APAS al, mantan Napi Teroris
keluarga & jaringan.

Tahapan :
- Identifikasi
Tahapan : - Bina Was Bang
- Identifikasi - Bina Agama
- Rehabilitasi -Bina Kewirausahaan
- Reedukasi
- Resosialisasi
SASARAN MATERI

 Tahap Identifikasi
DI LUAR 1.Potensi Terorisme
LAPAS 2.Mantan Napi Teroris  Pembinaan Keagamaan
3.Keluarganya
 Pembinaan Kebangsaan
4.Jaringannya
 Pembinaan Kemandirian

DI DALAM
LAPAS • Pemeriksaan
Narapidana
• Penyidikan
Terorisme
• Tahanan

Pusat
Deradikalisasi
BNPT
 TAHAP REHABILITASI
(Keras Damai) PROSES
TAHAP RESOSIALISASI  TAHAP RE-EDUKASI
PENGADILAN
(Wasbang dan Agama)
MODEL PENTAHELIX DALAM PENANG
GULANGAN TERORISME
Model Pentahelix dalam penanggulangan terorisme
merupakan model pencapaian tujuan kelembagaan
yang dilaksanakan dengan kerjasama dan kolaborasi
secara multipihak yang melibatkan unsur pemerintah,
akademisi, pelaku usaha, media, dan komunitas/masya
rakat termasuk pelaku seni dan budaya.
Menggunakan seluruh potensi nasional dalam mem
bentuk kekuatan nasional melawan ideologi radikal te
rorisme guna menjaga generasi saat ini dan generasi
yang akan datang
sebagai bentuk kesadaran bahwa tantangan dalam
menghadapi terorisme berada pada semua lini sehing
ga penetrasi dan diseminasi kebijakan harus dilakukan
kepada semua pihak.
Perlunya muatan pesan keagamaan dalam moderasi beragama. Dalam
memperkuat muatan moderasi beragama, terdapat beberapa pesan das
ar yang dapat digaungkan, diantaranya adalah:
• Memajukan kehidupan umat manusia: diwujudkan dalam sikap hidup
amanah, adil, serta menebar kebajikan dan kasih saying terhadap

PENGUATAN
sesama manusia
• Menjunjung tinggi keadaban mulia: menjadikan nilai-nilai moral
universal dan pokok ajaran agama sebagai pandangan hidup dengan
berpijak pada jati diri Indonesia

MODERASI • Menghormati harkat martabat kemanusiaan: menguatamakan sikap


memanusiakan manusia atas dasar kesetaraan hak dan kewajiban
sebagai WNI

BERAGAMA
• Memperkuat nilai moderat: mempromosikan danmengejawantahkan
pengamalan cara pandang, sikap, dan praktek keagamaan moderat.
• Mewujudkan perdamaian: menebar kebajikan dan kedamaian, mengatasi
konflik dengan prinsip adil dan berimbang serta berpedoman pada
konstitusi
• Menghargai kemajemukan: menerima keberagaman sebagai anugerah
dan bersikap terbuka terhadap perbedaan
• Menaati komitmen berbangsa: menjadikan konstitusi sebagai panduan
kehidupan umat beragama dalam berbangsa dan bernegara serta mena
ati hukum dan kesepakatan bersama

Anda mungkin juga menyukai