Anda di halaman 1dari 10

III.

BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember2019 sampai dengan bulan April

2020 di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampungyang terletak pada 5˚22’04,5”LS dan 105˚14’42,7”BT dengan

ketinggian 106 m dpl. Penelitian ini merupakan penelitian musim kelima dan

merupakan penelitian olah tanah berkelanjutan. Pada musim tanam ke-1 lahan ini

sudah digunakan untuk penelitian komoditas jagung pada bulan Desember 2016-

Februari 2017 menggunakan perlakuan sistem olah tanah dan pemupukan,

kemudian pada musim tanam ke-2 yang dilakukan pada bulan April 2017-Juni

2017 komoditas yang digunakan yaitu tanaman kacang hijau dengan perlakuan

yang sama. Pada musim tanam ke-3 pada bulan Februari 2018-Juni 2018

menggunakan komoditas jagung dengan perlakuan sistem olah tanah dan

pemupukan, pada musim ke-4 pada bulan September 2018 - Desember 2018

menggunakan komoditas kacang hijau dengan perlakuan sistem olah tanah dan

pemupukan. Pada musim tanam ke-5 yang akan dilakukan pada bulan Oktober

2019- Januari 2020 menggunakan komoditas jagung dengan perlakuan sistem

olah tanah dan pemupukan dengan dosis pupuk majemuk NPK 400 kg ha-1, pupuk

urea 200 kg ha-1, dan kompos 5 Mg ha-1. Analisis respirasi tanah dan sampel
25

tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah,Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut cangkul, sabit,

selang, botol film, toples penyungkup, timbangan, plastik, termometer tanah,

buret, kertas label, alat tulis, dan alat-alat yang digunakan dalam analisis di

laboratorium.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut sampel tanah,

benih jagung varietas bisi-18,NPK dengan dosis (15:15:15) 400 kg ha-1, , pupuk

Urea 200 kg ha-1, pupuk kandang ayam 5 Mg ha-1, KOH 0,1 N, HCl 0,1 N,

aquades, methyl orange, dan bahan lain untuk analisis C-Organik dan pH tanah.

Tabel 1. Kandungan Hara Bahan Pupuk Kandang Ayam


Pupuk C% N% P% K% C/N pH
Kandang 41,82 1,80 2,12 1,54 22,97 6,7
Ayam (Sangat (Sangat (Sangat (Sangat (Tinggi) (Agak
Tinggi) Tinggi) rendah) tinggi) masam)
(Balai Penelitian Tanah, 2009)

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

yang disusun secara faktorial 2x2. Faktor pertama yaitu sistem olah tanah (T),

yang terdiri dari pengolahan tanah minimum (T0) dan pengolahan tanah intensif

(T1). Faktor kedua yaitu perlakuan pemupukan (P), yang terdiri dari tanpa

pemupukan (P0) dan aplikasi pemupukan (P1) dengan menggunkaan campuran


26

pupuk kandang ayam 5 mgha-1, pupuk majemuk NPK (15: 15: 15) 400 kg ha-1,

dan pupuk urea 200 kg ha-1.

Berdasarkan kedua faktor perlakuan, maka ditentukan empat kombinasi perlakuan

yaitu sebagai berikut :

1. T0P0 = Olah Tanah Minimum + Tanpa pemupukan

2. T0P1 = Olah Tanah Minimum + Aplikasi pupuk (NPK 400 kg ha-1 + Urea 200

kg ha-1 + Kandang ayam 5 Mg ha-1)

3. T1P0 = Olah Tanah Intensif + Tanpa pemupukan

4. T1P1 = Olah Tanah Intensif + Aplikasi pupuk (NPK 400 kg + Urea 200 kg +

Kandang ayam 5 Mg ha-1)

Keterangan: NPK Ponska: 15,54% N, 12,44 % P2O5, 12,42% K2O; Urea: 45%N.

2,5 m

T0P0 T0P1 T1P0 T1P1


2,5
m
T1P1 T1P0 T0P0 T0P1

Blok 1 Blok 2

T0P1 T0P0 T1P1 T1P0

T1P0 T1P1 T0P1 T0P0

Blok 3 Blok 4
Keterangan: T0 = Olah tanah minimum
T1 = Olah tanah intensif
P0 = Tanpa pemupukan
P1 = Aplikasi pemupukan
Gambar 2. Tata letak percobaan

3.4 Pelaksanaan Penelitian


27

3.4.1 Persiapan lahan

Penelitian yang dilakukan menggunakan dua sistem olah tanah, yaitu pengolahan

tanah intensif dan pengolahan tanah minimum. Lahan yang akan digunakan

terdapat 16 percobaan dengan ukuran 2,5 m x 2,5 m. Pada petak pengolahan

intensif tanah akan diolah dengan sempurna dan akan dilakukan pembalikkan

tanah menggunakan cangkul sampai tanah menjadi gembur, yang kemudian

membersihkan gulma dan sisa-sisa tanaman sebelumnya. Pada petak pengolahan

tanah minmum, dilakukan pembersihan gulma dan sisa tanaman sebelumnya, dan

tanah diolah seperlunya atau secara terbatas.

3.4.2 Penanaman

Penanaman jagung dilakukan dengan jarak 30 cm x 60 cm. Setiap petak

percobaan terdapat 5 baris dan di setiap baris tanam berisi 7 lubang tanam,

sehingga dalam satu petak percobaan terdapat 35 lubang. Penanaman dilakukan

apabila setelah selesai pembersihan dan pengolahan tanah. Pada perlakuan olah

tanah minimum dilakukan dengan cara ditugal kemudian diberi benih jagung

sebanyak 3 biji. Olah tanah secara konvensional dilakukan dengan cara

mencangkul tanah lalu digemburkan, dan selanjutnya setelah diolah ditugal dan

diberi benih jagung sebanyak 3 biji.

3.4.3 Pemupukan
28

Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang ayam, pupuk NPK, dan pupuk urea.

Pemupukan dilakukan dengan cara membuat larikan dengan jarak 10 cm dari

tanaman, kemudian pupuk disebarkan secara merata pada larikan tersebut. Pupuk

majemuk NPK diaplikasikan sebanyak 2 kali, pemupukan pertama dilakukan pada

saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam menggunakan pupuk NPK dengan

dosis 300 kg ha-1 + pupuk Urea 100 kg ha-1 + pupuk kandang ayam 5 Mg ha-1.

Pemupukan kedua dilakukan pada fase vegetatif maksimum yaitu satu bulan

setelah pemupukan pertama menggunakan pupuk NPK dengan dosis 100 kg ha-1 +

pupuk Urea 100 kg ha-1. Pupuk yang digunakan pada pemupukan pertama yaitu

NPK 187,5 g plot-1, dan urea 62,5 g plot-1, serta kompos 3,125 g plot-1. Sedangkan

kebutuhan untuk pemupukan kedua yaitu pupuk majemuk NPK 62,5 g plot-1 dan

Urea 62,5 g plot-1.

3.4.4 Pemeliharaan

3.4.4.1 Penyiraman

Penyiraman jagung dilakukan setiap pagi dan sore hari, namun apabila terjadi

hujan maka tidak dilakukan penyiraman. Penyiraman bertujuan untuk menjaga

kelembapan tanah sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal dan

penyiraman menggunakan selang semprot.

3.4.4.2 Penyiangan Gulma


29

Penyiangan gulma dilakukan seperlunya apabila gulma sudah dianggap tidak

menganggu pertumbuhan tanaman jagung. Penyiangan dilakukan dengan

menggunakan sabit, cangkul, dan gunting. Pada saat olah tanah minimum

penyiangan gulma dilakukan secara manual yaitu dengan cara memotong atau

menggunting gulma yang ada menggunakan sabit, kemudian gulma dibiarkan di

petak percobaan. Sedangkan pada olah tanah intensif penyiangan gulma

dilakukan dengan cara dikoret menggunakan cangkul dan serasah gulma tersebut

dikeluarkan dari petak percobaan.

3.4.4.3 Penjarangan

Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST. Penjarangan

dilakukan dengan cara memotong bagian batang bawah tanaman jagung yang

tepat berada di permukaan tanah dengan menggunakan gunting sehingga tersisa

satu tanaman yang sehat. Tujuan penjarangan yaitu agar tanaman jagung dapat

tumbuh dengan baik.

3.4.4.4 Pembubunan

Pada olah tanah intensif pembubunan dilakukan pada saat tanaman berumur 4

minggu setelah tanam. Pembubunan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang

sehingga tanaman tidak mudah rebah dan unsur hara berada dekat dengan

perakaran sehingga penyerapan unsur hara lebih baik.

3.4.5 Panen
30

Pemanenan tanaman jagung dilakukan saat berumur 100-115 hari setelah tanam

dan dipastikan sudah kering. Kriteria jagung siap panen bisa dilihat dari ciri

tongkol atau kelobot mulai mengering, biji keras dan mengkilap, dan biji jagung

keras apabila ditekan jagung tersebut tidak membekas atau keras.

3.4.6 Analisis Tanah

Analisis tanah yang dilakukan yaitu C-Organik, kadar air tanah, dan pH tanah

yang dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas

Lampung. Pada pengukuran suhu tanah dilakukan di lahan percobaan dengan

menggunakan alat termometer tanah.

3.5 Variabel Pengamatan

3.5.1 Variabel Utama

Variabel utama pada penelitian ini adalah respirasi tanah dengan Metode

Modifikasi Verstaete (mg jam-1 m-2) (Anas, 1989), diukur sebelum dilakukan olah

tanah, selanjutnya setelah olah tanah (3 hari setelah olah tanah), setelah

pemupukan (10 HST), vegetatif maksimum (40 HST), dan panen (106 hari).

Pengukuran respirasi tanah dilakukan dengan Metode Modifikasi

Verstraete(Anas, 1989). Pengukuran respirasi tanah dilakukan pada saat sebelum

olah tanah, 3 harisetelahtanam, 10 harisetelahtanam,40 harisetelahtanam (fase

vegetatif maksimum), dan panen. Pengukuran respirasi dilakukan dengan cara

diantara baris tanaman jagung pada saat pagi dan sore hari. Langkah selanjutnya

yaitu dalam pengambilan sampel untuk pengukuran CO2 atau respirasi tanah
31

menggunakan botol film yang berisi 10 ml larutan KOH 0,1 N dan diletakkan

diatas tanah dalam keadaan terbuka di setiap petak percobaan. Kemudian ditutup

menggunakan toples penyungkup. Toples dibenamkan ke dalam tanah kurang

lebih 1 cm dan pinggirannya dibumbun dengan tanah supaya CO2 yang keluar.

Langkah yang sama pada perlakuan kontrol, botol film yang sudah beriisi 10 ml

larutan KOH 0,1 Ndan diletakkan diatas tanah yang permukaanya datar yang

sebelumnya telah ditutup dengan plastik. Selanjutnya ditutup dengan toples

penyungkup. Pengukuran dilakukan selama 2 jam. Setelah 2 jam toples

penyungkup tersebut dibuka dan botol yang berisi larutan KOH segera ditutup

supaya tidak terjadi kontaminan CO2 dari lingkungan sekitar.

3.6 Analisis Laboratorium

Dengan menggunakan metode verstraete sampel KOH yang telah mengikat CO2

dari lapangan lalu dianalisis di laboratorium dengan cara titrasi. Sebelum

dilakukan proses titrasi botol yang berisi KOH dipindahkan ke dalam erlenmeyer

dan ditambahkan 2 tetes penolptalin (berubah warna menjadi merah muda),

selanjutnya dititrasi dengan menggunakan 0,1 N HCl hingga warna merah muda

tersebut hilang. Volume HCl yang digunakan untuk titrasi tersebut dicatat.

Kemudian larutan tersebut ditambahkan 2 tetes methyl orange (berubah warna

menjadi kuning), dan dititrasi kembali dengan menggunakan HCl sampai warna

kuning berubah menjadi pink. Volume HCl yang digunakan dalam proses titrasi

tersebut dicatat. Jumlah HCl yang digunakan pada tahap titrasi kedua ini

berhubungan langsung dengan jumlah CO2 yang difiksasi oleh KOH. Pada setiap
32

1 petak percobaan mewakili KOH sampel dan KOH blanko, maka terdapat 32

sampel KOH di pagi hari dan 32 di sore hari.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

1. Reaksi pengikatan CO2

2KOH + CO2 K2CO3 + H2O

2. Perubahan warna merah muda menjadi tidak bewarna (fenol ftalein)

K2CO3 + HCl KCl + KHCO3

3. Perubahan warna kuning menjadi merah muda kembali (metil orange)

KHCO3 + HCl KCl + H2O + CO2

1 me HCl ∞ 1 me CO2

3.6.1 Perhitungan Respirasi Tanah

Perhitungan respirasi tanah yaitu:

( a−b ) × t ×12
C−CO 2=
T × π × r2

Keterangan :

C-CO2 = mg jam-1 m-2

a = ml HCl sampel (setelah ditambahkan metyl orange)

b = ml HCl blanko (setelah ditambahkan metyl orange)

t = normalitas (N) HCl

T = waktu ( jam)

r =jari-jari tabung toples (m).


33

3.6.2 Variabel Pengamatan dan Pengambilan Sampel

Pada penelitian ini variabel utamanya adalah: Respirasi tanah (Modifikasi Metode

Verstraete) (mg jam-1 m-2). Sedangkan pada variabel pendukung penelitian ini

adalah :

1. C-Organik (%) (Metode Walkley and Black)

2. pH tanah (Metode Elektrometik)

3. Kadar air tanah (%) (Metode Gravimetri)

4. Suhu Tanah (oC) (Termometer Tanah).

5. Bobot Brangkasan

6. Bobot Pipilan Setelah Panen

3.7 Uji Statistika

Uji statistika dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang telah

diberikan. Data yang diperoleh seperti respirasi tanah, C-Organik, pH tanah, kadar

air tanah, suhu tanah bobot brangkasan, dan bobot pipilan setelah panen diuji

homogenitas ragam dengan uji Bartlett, aditivitas data dengan uji Tukey. Jika

asumsi terpenuhi akan dilakukan analisis ragam. Hasil rata-rata nilai tengah dari

data yang diperoleh diuji dengan uji BNT taraf 5%. Untuk mengetahui hubungan

antara respirasi tanah dengan C-Organik, pH tanah, kadar air tanah, suhu tanah

bobot brangkasan, dan bobot pipilan setelah panen dilakukan uji korelasi.

Anda mungkin juga menyukai