Kebijakan Dan Arah Pengembanfan Program Manajemen Risiko
Kebijakan Dan Arah Pengembanfan Program Manajemen Risiko
Melakukan daring dulu, jika ada yang meragukan, akan dilakukan secara online, jika terpaksa
dilakukan site visit.
Data-data hasil audit dan verifikasi dimasukkan ke dalam siding Komisi PMR bukan hanya verifikator
saja namun yg Ahli juga ikut memutuskan.
Pelaksanaan harus terus-menerus, dan konsisten. Wajib melaporkan hasil audit internal. Paling
sedikit setiap 6 bulan sekali. Melaporkan perubahan data apabila ada perubahan atau insiden yang
terjadi.
Pengaduan konsumen akan meningkatkan nilai risiko.
Tidak bersifat mengikat. Biasanya diminta oleh buyer/ brand owner atau sukarela dari produsen. Ada
sertifikat/ approval ijin, dll. Ada pengakuan.
Prinsip audit: hal-hal yang dipegang. Proses audit harus memiliki integritas teguh, aturan harus
diikuti dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Penyajian apa adanya harus dilaporkan dan professional.
Sama dengan system PDCA = Plan (persiapan), Do (pelaksanaan), Check (Pelaporan), Action
(Penyelesaian)
Standar bisa dikombinasikan (IFS, ISO 22000, BRC, FFSC, SQF, dll).
Dokumen rencana audit dalam 1 periode sesuai dengan aspek, ktriteria, durasi.
Tidak semua departemen harus semua diaudit, bisa dicicil dalam 1 tahun.
Temuan negative banyak-banyak juga gpp, justru semakin jujur semakin terbuka, merupakan
reporting sebagai reminder dari bpom, diapresiasi oleh BPOM.
Mengacu ke 19011.
Mem-floorkan tujuan audit, metode, jenis temuan.
Segala sesuatu yg sesuai standar sudah dipenuhi atau belum.
Verifikasi terhadap standar dan kinerja. Informasi yang diverifikasi adalah bukti.
Untuk third party, dijadikan dasar untuk penentuan non-conformities temuan positif
1S = show me, buktikan mana evidencenya
Regulation = Prosedur QP 6
P = Telah terjadi kesalahan penimbangan (seharusnya 100 g namun hanya 80 g) pada ingredients
code X112
L = di bagian formulasi
R = SPEC-EXT-09