Anda di halaman 1dari 71

ANALISIS KUALITAS SOAL UJIAN SEKOLAH MATA

PELAJARAN MATEMATIKA PEMINATAN DI SMA YADIKA


12 DEPOK TAHUN AJARAN 2021/2022

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi

Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjana

NAMA : ACHMAD RIFQI NUR SYAMSI

NPM : 201713500133

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2022
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Nama : Achmad Rifqi Nur Syamsi

NPM : 201713500133

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Program Studi : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : Analisis Kualitas Soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran

Matematika Peminatan di SMA Yadika 12 Depok Tahun

Ajaran 2021/2022

Telah diperiksa dan disetujui untuk disajikan

Pada tanggal …………………

Pembimbing Materi Pembimbing Teknik

Tatan Zainal Mutakin, M.Pd. Indah Mayang Purnama, S.Pd.

2
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Achmad Rifqi Nur Syamsi

NPM : 201713500133

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Program Stusi : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : Analisis Kualitas Soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran

Matematika Peminatan di SMA Yadika 12 Depok Tahun

Ajaran 2021/2022

Panitia Ujian

Ketua : Prof. Dr. H. Sumaryoto ………………….

Sekretaris : Tatan Zainal Mutakin, M.Pd. ………………….

Anggota :

No. Nama Tanda Tangan

1. Tatan Zainal Mutakin, M.Pd.

2. Indah Mayang Purnama, S.Pd.

3.

3
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Achmad Rifqi Nur Syamsi

NPM : 201713500133

Program Studi : Pendidikan Matematika

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi atau tugas akhir dengan judul Analisis

Kualitas Soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika Peminatan di SMA

Yadika 12 Depok Tahun Ajaran 2021/2022 beserta seluruh isinya adalah

benar-benar hasil karya saya. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan

dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam

masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau

sanksi apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan

atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya sesuai dengan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional Bab VI Pasal 25 ayat dan Bab XX Pasal 70. Demikian

pernyataan ini saya buat untuk dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan.

Jakarta, Februari 2022


Yang menyatakan,

Achmad Rifqi Nur Syamsi

4
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik,

dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir atau skripsi

dengan judul Analisis Kualitas Soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika

Peminatan di SMA Yadika 12 Depok Tahun Ajaran 2021/2022 tepat pada

waktunya. Tidak lupa juga penulis haturkan shalawat serta salam kepada

junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan pengikut-Nya

yang telah membawa risalah hingga akhir zaman.

Pada kesempatan ini, izinkan penulis untuk menyampaikan rasa hormat

dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan ikhlas memberikan

bantuan dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada:

1. Kedua orang tua tercinta Ibu Nunung dan Bapak Rijal serta adik tersayang

Achmad Sabarudin Anwar. Alhamdulillah, terima kasih atas segala kasih

sayang, cinta, doa, dan semangat yang telah kalian berikan.

2. Bapak Tatan Zaenal Mutakin, M.Pd.selaku dosen pembimbing materi yang

telah membimbing terlaksananya penelitian.

3. Ibu Indah Mayang Purnama, S.Pd. selaku dosen pembimbing teknik yang

telah membimbing teknik penulisan skripsi.

4. Bapak Prof. Dr. H. Sumaryoto selaku Rektor Universitas Indraprasta PGRI.

5. Bapak Tatan Zaenal Mutakin, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indraprasta PGRI.

5
6. Bapak Huri Suhendri, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Indraprasta PGRI.

7. Ibu Nurhayati, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan

Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Indraprasta PGRI.

8. Ibu Indah Mayang Purnama, M.Pd. selaku Dosen Penasihat Akademik Kelas

RB tahun 2017, Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indraprasta PGRI.

9. Bapak/Ibu dosen Pendidikan Matematika Universitas Indraprasta PGRI yang

tidak bisa disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi esensi ucapan

terima kasih penulis kepada Bapak/Ibu atas ilmu yang telah diberikan.

10. Teman-teman mahasiswa khususnya teman-teman pendidikan matematika

kelas RB 2017 yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,

baik dari segi isi, bentuk, maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan

saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak akan penulis terima dengan

tangan terbuka serta sangat diharapkan. Semoga kehadiran skripsi ini memenuhi

sasarannya.

Jakarta, Juni 2022

Achmad Rifqi Nur Syamsi

6
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………
LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………
ABSTRAK………………………………………………………..………
LEMBAR MOTTO………………………………………………………...
KATA PENGANTAR……………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………...
DAFTAR TABEL………………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………...
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………
A. Latar Belakang…………………………………………...
B. Identifikasi Masalah……………………………………..
C. Fokus Masalah…………………………………………...
D. Rumusan Masalah………………………………………..
E. Tujuan Penelitian………………………………………...
F. Kegunaan Penelitian……………………………………..
G. Sistematika Penulisan……………………………………

BAB II LANDASAN TEORI………………………………………...


A. Landasan Teori…………………………………………..
B. Penelitian yang Relevan…………………………………
C. Kerangka Berpikir……………………………………….

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………….

7
A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………
B. Desain Penelitian…………………………………………
C. Variabel Penelitian……………………………………….
D. Subjek dan Objek Penelitian……………………………..
E. Metode Pengumpulan Data………………………………
F. Instrumen Penelitian……………………………………..
G. Teknik Analisis Data…………………………………….

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………


A. Hasil Penelitian…………………………………………...
B. Pembahasan……………………………………………….

BAB V SIMPULAN DAN SARAN…………………………………..


A. Simpulan…………………………………………………
B. Saran……………………………………………………..

DAFTRA PUSTAKA…………………………………………………….
LAMPIRAN………………………………………………………………

8
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses yang tidak akan berhenti

hingga akhir hayat seseorang. Tiga bagian yang sangat penting dalam

pendidikan adalah kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian.

Kurikulum merupakan jabaran dari tujuan pendidikan yang menjadi acuan

dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu proses

yang ditujukan agar peserta didik dapat belajar melalui perencanaan dan

pengaturan lingkungan, sarana, dan prasarana yang mendukung

terwujudnya kegiatan belajar. Penilaian merupakan kegiatan yang

dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat ketercapaian kurikulum.

Konsep pendidikan menurut Bloom (Daryanto, 2001: 1), pada

dasarnya mencakup tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir atau aspek

intelektual. Ranah afektif berkaitan dengan aspek emosional atau

berkenaan dengan sikap, nilai, dan perasaan. Sedangkan ranah psikomotor

berkaitan gerakan anggota badan atau berkenaan dengan aspek

keterampilan yang melibatkan otot dan syaraf.

Pendidikan dapat diperoleh melalui jalur non formal, formal, dan

informal. Ketiga jalur pendidikan tersebut merupakan sebuah

kesinambungan dan saling melengkapi satu sama lain. Salah satu jalur

9
pendidikan yang memberikan banyak kontribusi dalam menyalurkan

pengetahuan adalah jalur pendidikan formal yaitu sekolah. Sekolah

melalui guru membekali peserta didik dengan berbagai pengetahuan yang

tertuang dalam setiap mata pelajaran. Guru sebagai fasilitator bagi peserta

didik memiliki peranan yang besar dalam mengantarkan peserta didik

memperoleh hasil belajar yang baik. Dalam memenuhi peranannya

tersebut, guru perlu memahami dan menguasai tentang evaluasi

pembelajaran.

Evaluasi merupakan salah satu komponen penting dan tahap yang

harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran

(Zainal Arifin, 2012: 2). Evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan akhir

yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran

tercapai. Selain itu evaluasi juga dapat membantu guru untuk mengukur

dan menilai kemampuan belajar peserta didik.

Mata pelajaran matematika memiliki tujuan tertentu. Tujuan

matematika menurut Kemendikbud 2013, antara lain:

1. Meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya kemampuan tingkat

tinggi peserta didik.

2. Membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu

masalah secara sistematik.

3. Memperoleh hasil belajar yang tinggi.

4. Melatih peserta didik dalam mengkomunikasikan ide-ide, khususnya

dalam menulis karya ilmiah, dan

10
5. Mengembangkan karakter peserta didik.

Tujuan tersebut perlu dicapai dengan baik. Pencapaian dapat

dilakukan apabila semua pihak telah melakukan tugasnya dengan baik,

baik guru, peserta didik, maupun sekolah. Agar tujuan dapat tercapai,

evaluasi perlu dilakukan guna meningkatkan kualitas masing-masing

pihak demi tercapainya tujuan bersama.

Dalam mengevaluasi hasil belajar peserta didik, guru dapat

melakukannya melalui teknik tes. Teknik tes merupakan teknik yang

sering digunakan oleh guru dalam bentuk ulangan harian, ujian tengah

semester, dan ujian akhir semester. Menurut M. Ngalim Purwanto (2010:

33) tes hasil belajar adalah tes yang mampu digunakan untuk menilai hasil

pelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada peserta didiknya. Tes

yang baik tentunya dapat memberikan gambaran yang tepat mengenai

hasil belajar peserta didiknya. Dengan kata lain tes yang baik haruslah tes

yang berkualitas.

Tes menurut waktunya dapat dibagi menjadi tes formatif dan

sumatif. Tes formatif merupakan tes yang dilaksanakan selama proses

pembelajaran masih berlangsung atau setelah suatu topik atau pokok

bahasan telah selesai dipelajari, seperti ulangan harian. Tujuan dari tes ini

adalah untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap

pokok bahasan yang telah dipelajari. Sedangkan, tes sumatif merupakan

tes yang dilaksanakan setelah melewati satu periode pengajaran tertentu,

seperti ujian akhir semester. Tes ini bertujuan untuk mengetahui

11
keberhasilan peserta didik dalam program tertentu pada setiap akhir

program pembelajaran.

Pada salah satu tes sumatif, seperti ujian akhir semester, bentuk

soal pada tes adalah pilihan ganda. Tes pilihan ganda merupakan tes yang

memiliki beberapa alternatif jawaban. Peserta didik memilih salah satu

jawaban yang tepat dari setiap soal dan mengisikan pada lembar jawab.

Setelah terjawab, maka penilaian dapat dilakukan dan nilai yang berwujud

angka dapat mengidentifikasi hasil belajar peserta didik. Kualitas soal

perlu diketahui karena jika kualitas soal belum diketahui, cenderung

terdapat kesalahan pada penafsiran hasil tes. Hal ini akan berdampak pada

biasnya informasi dari tes mengenai kemampuan belajar peserta didik

yang sesungguhnya.

Bloom dalam Saido, dkk (2015: 15) mengklasifikasikan ranah

kognitif atau intelektual menjadi 6 level, yaitu pengetahuan, pemahaman,

aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Level ini mengidentifikasikan level

proses berpikir dari Lower Order Thinking Level (LOTL) hingga Higher

Order Thinking Level (HOTS). 3 level pertama yaitu pengetahuan,

pemahaman, aplikasi masuk ke dalam Lower Order Thinking Skills

(LOTS). Sedangkan 3 level terakhir yaitu analisis, sintesis dan evaluasi

masuk ke dalam Higher Order Thinking Skills (HOTS). Dalam soal PAS

peserta didik diuji dalam proses berpikir mereka untuk memahami,

mengingat serta menganalisis. Sehingga tes PAS termasuk dalam ranah

kognitif.

12
Analisis kualitas tes adalah tahap yang dapat ditempuh untuk

mengetahui derajat kualitas tes baik keseluruhan tes maupun butir soal

yang merupakan bagian dari tes (Zainal Arifin. 2012: 246). Derajat

kualitas tes yang dikaji dari butir soal dapat diketahui melalui analisis butir

soal. Analisis butir soal merupakan kegiatan mengkaji butir-butir

pertanyaan dalam tes apakah sudah memenuhi syarat sebagai tes yang

berkualitas (Anas Sudijono. 2012: 370). Dari analisis butir soal ini dapat

diidentifikasikan butir soal mana yang baik dan tidak baik serta butir soal

mana yang dapat masuk ke dalam bank soal, direvisi, atau dibuang.

Analisis pada umumnya dilakukan melalui dua cara, yaitu analisis

kualitatif (qualitatif control) dan analisis kuantitatif (quantitatif control).

Pada prinsipnya analisis butir soal secara kualitatif dilaksanakan

berdasarkan kaidah penulisan soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap).

Penelaahan ini biasanya dilakukan sebelum soal digunakan atau diujikan.

Aspek yang diperhatikan dalam penelaahan secara kualitatif mencakup

aspek materi, konstruksi, bahasa atau budaya, dan kunci jawaban. Analisis

butir soal secara kuantitatif dapat dihitung melalui beberapa aspek yaitu

validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran. (Zainal Arifin.

2012: 246-280).

Berdasarkan studi pendahuluan, analisis yang telah dilakukan oleh

guru masih dominan terbatas pada isi materi soal, sehingga informasi

mengenai kualitas dan kelayakan soal ujian belum diketahui secara

optimal. Sehubung dengan hal tersebut, maka diperlukan sebuah penelitian

13
yang berkaitan dengan analisis butir soal ujian agar diketahui kelayakan

dan kualitas soal ujian tersebut secara maksimal dan menyeluruh. Oleh

karena itu, peneliti memutuskan untuk mengadakan sebuah penelitian

dengan judul “Analisis Kualitas Soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran

Matematika Peminatan di SMA Yadika 12 Depok Tahun Ajaran

2021/2022”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa

identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Analisis butir soal yang dilakukan oleh sebagian guru hanya

berdasarkan isi materi soal, sehingga informasi mengenai kualitas dan

kelayakan soal ujian belum maksimal.

2. Butir soal yang tidak berkualitas tidak mampu mengukur ketercapaian

pembelajaran dengan baik.

3. Adanya kekeliruan pada hasil ukur ketercapaian pembelajaran dapat

menyebabkan kesalahan tindak lanjut dalam pembelajaran.

4. Kualitas butir soal pilihan ganda pada Ujian Sekolah Mata Pelajaran

Matematika Peminatan belum diketahui.

C. Batasan Masalah

Dengan adanya masalah yang muncul, penelitian ini terbatas pada

analisis kualitas soal ujian sekolah mata pelajaran matematika peminatan

14
di SMA Yadika 12 Depok Tahun Ajaran 2021/202. Penelitian ini akan

menganalisis kualitas soal pilihan ganda menggunakan teori pengukuran

yang terdiri dari validitas, reliabilitas, indeks tingkat kesukaran, dan indeks

daya pembeda.

D. Rumusan Masalah

Sesuai dengan batasan masalah di atas, maka dapat rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kualitas soal ujian sekolah mata pelajaran matematika

peminatan di SMA Yadika 12 Depok Tahun Ajaran 2021/2022 ditinjau

dari validitasnya?

2. Bagaimana kualitas soal ujian sekolah mata pelajaran matematika

peminatan di SMA Yadika 12 Depok Tahun Ajaran 2021/2022 ditinjau

dari reliabilitasnya?

3. Bagaimana kualitas soal ujian sekolah mata pelajaran matematika

peminatan di SMA Yadika 12 Depok Tahun Ajaran 2021/2022 ditinjau

dari indeks tingkat kesukarannya?

4. Bagaimana kualitas soal ujian sekolah mata pelajaran matematika

peminatan di SMA Yadika 12 Depok Tahun Ajaran 2021/2022 ditinjau

dari daya pembedanya?

15
E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui kualitas soal ujian sekolah mata pelajaran

matematika peminatan di SMA Yadika 12 Depok Tahun Ajaran

2021/2022 ditinjau dari validitasnya.

2. Untuk mengetahui kualitas soal ujian sekolah mata pelajaran

matematika peminatan di SMA Yadika 12 Depok Tahun Ajaran

2021/2022 ditinjau dari reliabilitasnya.

3. Untuk mengetahui kualitas soal ujian sekolah mata pelajaran

matematika peminatan di SMA Yadika 12 Depok Tahun Ajaran

2021/2022 ditinjau dari indeks tingkat kesukarannya.

4. Untuk mengetahui kualitas soal ujian sekolah mata pelajaran

matematika peminatan di SMA Yadika 12 Depok Tahun Ajaran

2021/2022 ditinjau dari indeks daya pembedanya.

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam menganalisis

kualitas soal pilihan ganda demi meningkatkan mutu soal. Penelitian ini

juga diharapkan dapat memberi umpan balik terhadap proses belajar

mengajar hingga dapat menghasilkan output yang lebih baik.

16
G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tinjauan pustaka yang berkaitan dengan analisis

kualitas soal ujian sekolah mata pelajaran matematika peminatan di SMA

Yadika 12 Depok Tahun Ajaran 2021/2022.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi penjelasan variabel penelitian, metode pengumpulan

data, waktu dan tempat penelitian, serta teknik analisis data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi pemaparan hasil penelitian sesuai dengan batasan

masalah yang ditentukan.

Bab V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian.

17
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Hakikat Evaluasi Pembelajaran

a. Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Proses pembelajaran dan evaluasi dalam kelas merupakan

kedua hal yang saling terikat. Pada proses pembelajaran perlu

diadakan evaluasi pembelajaran. Hal tersebut untuk mengetahui

sejauh mana tujuan proses pembelajaran telah dicapai dan

bagaimana proses pembelajaran tersebut selama berlangsung.

Menurut Ngalim (2012: 3) evaluasi merupakan suatu proses yang

sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan tentang

sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah dapat dicapai

oleh peserta didik. Evaluasi dilakukan secara terencana dan

berkesinambungan dengan tujuan untuk memperoleh informasi

atau data yang akan dijadikan sebagai suatu kesimpulan terkait

ketercapaian proses pembelajaran.

Menurut Sudjana (2009: 3) evaluasi merupakan suatu

proses penentuan nilai pada objek tertentu dengan menggunakan

kriteria tertentu. Dalam evaluasi pendidikan, proses penentuan nilai

ini diberlakukan pada peserta didik. Sedangkan kriteria-kriteria

yang dibangun adalah kriteria berdasarkan tujuan pembelajaran

18
dari masing-masing mata pelajaran yang telah ditempuh peserta

didik dalam periode waktu tertentu. Pengukuran membandingkan

hasil pengamatan dengan kriteria, asesmen menjelaskan dan

menafsirkan hasil pengukuran, sedangkan evaluasi merupakan

penetapan nilai atau implikasi pada perilaku (Mardapi, 2008:1). Ini

dimaksudkan bahwa pengukuran dilakukan terlebih dahulu.

Kemudian diadakan penilaian dan evaluasi.

Sukardi (2009: 81) mengungkapkan bah valuasi merupakan

proses di mana para evaluator menggali informasi yang diperlukan

tentang peserta didik, untuk menentukan bagaimana penguasaan

seorang peserta didik terhadap pembelajaran yang telah dilakukan

dalam kelompok atau kelas. Evaluator haruslah benar-benar serius

dalam menemukan informasi, hal ini untuk mempermudah dalam

mengukur sejauh mana keberhasilan yang telah dilakukan dalam

proses pembelajaran.

Selain itu, Sudjino (2011: 2) menyatakan bahwa evaluasi

pendidikan merupakan sebuah proses dalam penentuan nilai

pendidikan sehingga mutu dan hasil pendidikan dapat diketahui.

Proses tersebut berarti dalam evaluasi dilakukan tidak hanya

sesaat, tetapi berkala demi mengetahui perkembangan program

pendidikan yang sedang berjalan dan tidak hanya dilakukan satu

kali saja karena hasil evaluasi dapat dilakukan untuk menentukan

19
tindakan selanjutnya. Keputusan tindakan yang akan diambil

berdasarkan pada hasil evaluasi yang didapat.

Evaluasi untuk peserta didik yang diberikan tes merupakan

tes yang mengukur tiga ranah pendidikan. Menurut Bloom

(Daryanto, 2001: 1), pada dasarnya mencakup tiga domain, yaitu

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sonmez (2017: 348) lebih jauh

menjabarkan kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman,

aplikasi/penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. PTS dan PAS

termasuk dalam ranah kognitif karena mengetes pengetahuan

peserta didik atau kemampuan berpikir peserta didik yang

menyentuh pengetahuan dan pemahaman. Ranah afektif

merupakan ranah yang berhubungan dengan perasaan atau emosi,

seperti kedisiplinan, lapang dada saat kalah dalam lomba dan

bermain secara jujur. Sedangkan, ranah psikomotorik merupakan

ranah yang berhubungan dengan gerakan anggota tubuh atau

keterampilan.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi

pembelajaran merupakan sebuah proses yang dilakukan secara

sistematis untuk mengetahui sejauh mana pencapaian peserta didik

dalam proses pembelajaran. Evaluasi dapat digunakan untuk

mengukur aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik.

20
b. Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Dalam ranah pendidikan, evaluasi penting dilakukan guna

mencapai tujuan pendidikan. Hasil evaluasi dapat dijadikan acuan

untuk menentukan tindakan apa yang harus dilakukan guna

mengembangkan dan memperbaiki program atau pembelajaran

yang sedang berlangsung.

Evaluasi dapat dilakukan dengan cara tes dan non-tes

(Nurgiyantoro, 2011: 6). Teknik non-tes berisi

pertanyaan-pertanyaan yang tidak memiliki jawaban benar ataupun

salah. Teknik ini biasanya dilakukan dengan tidak menguji peserta

didik, tetapi dilakukan dengan cara observasi, mengisi angket, atau

memeriksa dokumen (Sudjino, 2011:76). Sedangkan, teknik tes

merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh

contoh tingkah laku seseorang yang menggambarkan

kemampuannya dalam bidang tertentu (Djiwandono, 2008: 1).

Evaluasi dilaksanakan dengan tujuan untuk menilai suatu

program kegiatan dan menggunakan hasil tersebut untuk

mengambil langkah selanjutnya. Evaluasi tersebut memiliki timbal

balik dan memiliki fungsi, termasuk dalam bidang pendidikan.

Hasil yang diperoleh peserta didik mencerminkan apa yang telah

dicapainya dan dapat menjadi gambaran tentang proses

pembelajaran yang sedang berjalan. Sehingga dapat digunakan

untuk mengambil langkah atau tindakan untuk selanjutnya.

21
c. Jenis Tes berdasarkan Fungsi Evaluasi

Dalam melaksanakan evaluasi, terdapat 2 cara yaitu dengan

cara tes dan non tes. Dalam bidang pendidikan, tes merupakan hal

yang biasa dilakukan untuk memperoleh hasil dalam rangka

melakukan evaluasi pendidikan di dalam kelas. Tes ini dilakukan

untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar peserta didik

dalam bentuk angka. Tes memiliki beberapa jenis dan salah

satunya terdapat jenis tes berdasarkan fungsi dan tujuan. Menurut

Nurgiyantoro (2011: 111-116), jenis tes berdasarkan fungsi dan

tujuan terdapat tes kemampuan awal, tes diagnostik, tes formatif,

dan tes sumatif.

1) Tes Kemampuan Awal

Tes kemampuan awal merupakan tes yang dilaksanakan

pada awal kegiatan suatu program atau pembelajaran yang

yang diikuti oleh peserta didik dalam lembaga pendidikan dan

tes ini dibagi menjadi 3, yaitu pretes, tes prasyarat, dan tes

penempatan (Nurgiyantoro, 2011: 111). Pretes merupakan tes

yang diadakan sebelum peserta didik memulai proses belajar

dalam suatu mata pelajaran. Tes prasyarat merupakan tes yang

diadakan untuk menguji peserta didik sebelum memasuki

pendidikan tertentu. Hal ini untuk mengetahui kemampuan

peserta didik sebelum mengikuti pendidikan tersebut.

Sedangkan tes penempatan merupakan tes yang digunakan

22
untuk menempatkan peserta didik dalam kelompok belajar

sesuai dengan kemampuannya.

2) Tes Diagnostik

Tes diagnostik merupakan tes yang diadakan sebelum

atau selama kegiatan belajar berlangsung dengan tujuan untuk

mengetahui kesulitan yang dialami peserta didik (Nurgiyantoro,

2011: 113). Kesulitan yang dialami oleh peserta didik

merupakan informasi yang dapat digunakan untuk menentukan

kegiatan pembelajaran selanjutnya. Jadi, tes ini berfungsi untuk

mengetahui hambatan yang dialami peserta didik sekaligus

untuk membantu membimbing peserta didik yang mengalami

kesulitan melalui kegiatan pembelajaran.

3) Tes Formatif

Tes formatif merupakan sebuah tes yang dilaksanakan

selama kegiatan pembelajaran masih berlangsung dan

dilakukan pada akhir satu pokok bahasan (Nurgiyantoro, 2011:

115). Tes ini dalam sekolah biasanya dalam bentuk ulangan

harian.

4) Tes Sumatif

Tes sumatif merupakan tes yang dilaksanakan pada

akhir suatu program pendidikan saat seluruh kegiatan

pembelajaran selesai jadi tes ini dilaksanakan setelah beberapa

bab atau pokok bahasan selesai (Nurgiyantoro, 2011:116). Tes

23
ini biasanya dalam bentuk ulangan tengah semester dan

ulangan akhir semester. Fungsi dari tes ini adalah untuk

menentukan keberhasilan belajar peserta didik.

d. Tes Pilihan Ganda

Terdapat beberapa jenis tes guna mendapatkan hasil yang

dapat digunakan untuk mengukur kemampuan peserta didik. Salah

satu tes tersebut adalah tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda banyak

dilakukan sebagai sarana pengukuran obyektif (Baghaei dan

Amrahi, 2011: 193). Tes ini disajikan dengan jawaban-jawaban

singkat sebagai kemungkinan jawaban dan terdapat satu jawaban

tepat. Sudjino (2011: 133-5) menyatakan bahwa ada beberapa

keunggulan tes pilihan ganda, antara lain:

1) Jika penyusunannya baik dan benar, validitas pilihan ganda

tinggi,

2) Dibanding tes uraian, tes pilihan ganda memiliki reliabilitas

yang tinggi,

3) Petunjuk lebih mudah dimengerti,

4) Lebih mudah dikoreksi daripada tes uraian,

5) Tes pilihan ganda dapat digunakan berulang kali selama masih

valid dan tidak bocor,

6) Pengoreksi tes pilihan ganda dapat bertindak secara objektif,

7) Tes pilihan ganda dapat dikoreksi orang lain selain guru,

24
8) Butir-butir soal tes pilihan ganda lebih mudah dianalisis, baik

dari segi kesukaran daya pembeda, pengecoh, maupun validitas

dan reliabilitas.

Selain itu terdapat kelebihan lain pada soal pilihan ganda.

Menurut Croft (2015: 1), soal pilihan ganda merupakan soal yang

sangat efektif. Hal tersebut karena pilihan ganda dapat mengetes

berbagai topik materi dalam sebuah tes, dibanding dengan tes esai

yang memerlukan jawaban-jawaban panjang. Isi atau materi yang

akan dites dapat terangkum dalam satu wadah. Selain itu, masalah

waktu juga dapat lebih efisien.

2. Analisis Butir Soal

a. Validitas Butir Soal

Sugiyono (dalam jurnal Suharto, 2018: 3) menyatakan

bahwa, validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan

suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap

butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud

dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki

validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan

yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal

dinyatakan dalam bentuk korelasi sehingga untuk mendapatkan

validitas suatu butir soal digunakan rumus korelasi. Untuk soalsoal

bentuk objektif, biasanya diberikan skor 1 (untuk jawaban benar),

25
atau skor 0 (untuk jawaban salah), sedangkan skor totalnya

diperoleh dari menjumlahkan skor tiap butir yang membangun

perangkat tes tersebut sehingga diperoleh data interval.

Menurut Solichin (2017: 203) penganalisisan terhadap tes

hasil belajar dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama,

penganalisisan yang dilakukan dengan jalan berpikir secara

rasional atau penganalisisan dengan menggunakan logika (logical

analysis). Kedua, penganalisisan yang dilakukan dengan

mendasarkan diri kepada kenyataan empiris, di mana

penganalisisan dilakukan dengan menggunakan empirical analysis.

Validitas rasional dapat juga dipahami sebagai

penganalisisan tes hasil belajar secara rasional yang memiliki daya

ketepatan mengukur (logical validity). Ketika menentukan apakah

tes hasil belajar sudah memiliki validitas rasional ataukah belum,

maka perlu dilakukan suatu penelusuran dari dua segi, yaitu dari

segi isinya (content) dan dari segi susunan atau konstruksinya

(construct). Validitas isi adalah validitas yang ditilik dari segi isi

tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar, artinya bahwa

sejauh manakah tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar

peserta didik isinya telah dapat mewakili secara representatif

terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya

diujikan atau diteskan.Validitas konstruksi dilakukan dengan cara

menggelar diskusi panel yang membahas susunan butir-butir soal

26
atau item yang membangun tes tersebut serta aspek-aspek berpikir

(aspek kognitif, afektif dan psikomotorik) dalam Kompetensi

Dasar (KD).

Validitas empirik adalah ketepatan mengukur yang

didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empirik (validitas yang

bersumber atas dasar pengamatan di lapangan). Dalam menentukan

validitas empirik ini dapat dilakukan melalui dua langkah, pertama

dari segi daya ketepatan meramalnya (predictive validity) dan daya

ketepatan bandingannya (concurrent validity). Validitas ramalan

dari suatu tes adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa

jauhkan sebuah tes telah dapat dengan secara tepat menunjukkan

kemampuannya untuk meramalkan apa yang bakal terjadi pada

masa mendatang. Seperti halnya validitas ramalan, maka untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan yang searah antara tes yang

pertama dengan tes berikutnya, dapat digunakan teknik analisis

korelasional product moment dari Karl Pearson, yaitu: jika korelasi

antara variabel X (tes pertama) dengan variabel Y (tes berikutnya)

adalah positif dan signifikan, maka tes tersebut dapat dinyatakan

sebagai tes yang telah memiliki validitas bandingan.

Validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur

yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak

terpisahkan dari tes sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa

yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut. Karenanya

27
validnya suatu tes akan sangat tergantung pada validitas yang

dimiliki oleh masing-masing butir item yang membangun tes

tersebut. Sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang

tinggi atau dapat dinyatakan valid, jika skor-skor pada butir item

yang bersangkutan memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah

dengan skor totalnya. Dalam bahasa “statistik” dapat pula

dinyatakan: “ada korelasi positif yang signifikan antara skor item

(variabel bebas atau independent)

b. Reliabilitas Butir Soal

Reliabel merupakan kata sifat dan reliabilitas merupakan

kata benda. Kata “reliabel” diartikan dapat dipercaya. Secara

umum sebuah tes dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil

yang tetap apabila dites berkali-kali. Secara umum dapat diartikan

sebagai sejauh mana suatu alat ukur dapat diyakini memberikan

informasi yang konsisten dan tidak mendua tentang karakteristik

peserta tes yang diujikan. Jika dikaitkan dengan tes hasil belajar,

Anas Sudjiono (dalam jurnal Varian, 2018: 14) berpendapat bahwa,

“Sebuah tes hasil belajar dapat dinyatakan reliabel (reliable)

apabila hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan

menggunakan tes tersebut secara berulang kali terhadap subyek

yang sama, senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama atau

sifatnya ajeg dan stabil”. Untuk menghitung besarnya reliabilitas

28
digunakan beberapa metode, yaitu; test-retest methods (Stabilitas),

paralel (ekuivalen), solit-salf methods (belah dua), dan internal

consistency. Metode yang sering digunakan yakni internal

consistency. Metode ini didasarkan pada homogenitas atau korelasi

antar skor jawaban pada setiap butir soal. Jika korelasi rerata antar

butir soal tinggi, maka reliabilitasnya juga tinggi. Jika korelasi

mendekati nol, maka internal konsistensinya nol pula dan

reliabilitasnya rendah.

Menurut Mahzalia (2018: 27) tujuan pengukuran reliabilitas

adalah untuk mengetahui tingkat ketelitian reliabilitasnya tinggi

atau rendah. Jika reliabilitasnya tinggi maka tes tersebut telah

memberikan hasil pengukuran yang konsisten dan dapat dipercaya.

Sedangkan jika reliabilitasnya rendah maka tes tersebut

mengundang keraguan peserta didik dalam menjawab soal.

Semakin tinggi reliabilitas sebuah tes maka tes tersebut semakin

berkualitas. Menurut Gronlund dalam jurnal R. Ahmad Nur Kholis

mengatakan bahwa, ada empat faktor yang mempengaruhi

reliabilitas tes, yaitu: panjang tes (length of test); sebaran skor

(spread of scors); tingkat kesukaran (difficulty level); dan

obyektifitas (objectivity).

29
c. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Menurut Jusrianto (2018: 4) tingkat kesukaran (difficulty

level) suatu butir soal adalah proporsi atau persentase subjek yang

menjawab tes tertentu dengan benar. Angka yang menunjukkan

sukar atau mudahnya suatu butir soal dinamakan indeks kesukaran

(p) terletak antara 0 dan 1. Sedangkan Menurut Suprananto (dalam

jurnal Pendidikan, 2018: 39) menyatakan bahwa, tingkat kesukaran

soal adalah peluang menjawab benar suatu soal pada tingkat

kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk

indeks. Menurut Bagiyono (2017: 2) menyatakan bahwa

menganalisis tingkat kesukaran butir soal artinya mengkaji

butir-butir soal dari segi kesukarannya sehingga dapat diperoleh

butir-butir soal yang termasuk kategori mudah, sedang dan sukar.

Tingkat kesukaran butir soal diperoleh dari kesanggupan atau

kemampuan peserta pelatihan dalam menjawab butir soal tersebut,

bukan dilihat dari segi pengajar dalam melakukan analisis pada

saat penyusunan soal.

Bugiyono (2017: 3) juga menyatakan bahwa menganalisis

tingkat kesukaran butir soal artinya mengkaji butir-butir soal dari

segi kesukarannya sehingga dapat diperoleh butir-butir soal yang

termasuk kategori mudah, sedang dan sukar. Tingkat kesukaran

butir soal diperoleh dari kesanggupan atau kemampuan peserta

pelatihan dalam menjawab butir soal tersebut, bukan dilihat dari

30
segi pengajar dalam melakukan analisis pada saat penyusunan soal.

Tingkat kesukaran butir soal evaluasi hasil belajar dapat diketahui

dari besar kecilnya angka yang melambangkan tingkat kesukaran

dari butir soal tersebut, yang dinyatakan dengan istilah angka

indeks kesukaran butir soal (difficulty index), yang umumnya

dilambangkan dengan huruf P, yaitu singkatan dari kata proportion.

Angka indeks kesukaran butir soal tersebut besarnya berkisar

antara 0,00 sampai dengan 1,00. Jika suatu butir soal mempunyai

angka indeks kesukaran sebesar 0,00 (P = 0,00), berarti butir soal

tersebut termasuk dalam kategori butir soal yang terlalu sukar,

karena seluruh peserta pelatihan tidak ada yang dapat menjawab

butir soal tersebut dengan benar. Sebaliknya, apabila suatu butir

soal mempunyai angka indeks kesukaran butir 1,00 (P = 1,00),

maka artinya butir soal tersebut adalah termasuk dalam kategori

butir soal yang terlalu mudah, karena seluruh peserta pelatihan

dapat menjawab butir soal tersebut dengan benar.

Menurut Ratna Wati (2015: 2) taraf kesukaran soal

didefinisikan sebagai soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu

mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak

merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha

memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan

menyebabkan peserta didik menjadi putus asa dan tidak

31
mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar

jangkauannya.

d. Daya Pembeda Butir Soal

Menurut Bagiyono (2017: 4) daya pembeda butir soal

adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan kelompok

dalam aspek yang diukur sesuai dengan perbedaan yang ada dalam

kelompok itu. Salah satu tujuan analisis daya pembeda butir soal

adalah untuk menentukan mampu tidaknya suatu butir soal

membedakan antara peserta pelatihan yang berkemampuan tinggi

dengan peserta pelatihan yang berkemampuan rendah. Daya

pembeda pada dasarnya dihitung atas dasar pembagian peserta

pelatihan ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok Atas yaitu

kelompok yang tergolong pandai, dan kelompok bawah, yaitu

kelompok peserta didik yang tergolong tidak pandai. Dalam

hubungan ini, jika sebuah butir soal memiliki angka indeks

diskriminasi butir soal dengan tanda positif, hal ini merupakan

petunjuk bahwa butir soal tersebut telah memiliki daya pembeda,

dalam arti bahwa peserta yang termasuk kategori pandai lebih

banyak yang dapat menjawab dengan benar terhadap butir soal

yang bersangkutan, sedangkan peserta yang termasuk kategori

tidak pandai lebih banyak yang menjawab salah.

32
Dalam kegiatan analisis kualitas tes dan butir soal terdapat

manfaat daya pembeda butir soal sebagaimana penulis kutip

berdasarkan pendapat Natar (dalam jurnal Manajemen dan

Pendidikan Islam, 2017: 198) antara lain:

1) Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data

empiriknya. Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir

soal dapat diketahui apakah butir soal itu baik, direvisi, atau

ditolak.

2) Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat

mendeteksi/membedakan kemampuan peserta didik, yaitu

peserta didik yang telah memahami atau belum memahami

materi yang diajarkan guru. Apabila suatu butir soal tidak dapat

membedakan kedua kemampuan peserta didik itu, maka butir

soal itu dapat dicurigai “kemungkinannya” seperti kunci

jawaban butir soal itu tidak tepat; butir soal itu memiliki dua

atau lebih kunci jawaban yang benar; kompetensi yang diukur

tidak jelas; pengecoh tidak berfungsi; materi yang ditanyakan

terlalu sulit, sehingga banyak peserta didik yang menebak;

sebagian besar peserta didik yang memahami materi yang

ditanyakan berpikir ada yang salah informasi dalam butir

soalnya.

33
B. Penelitian yang Relevan

Terdapat penelitian yang bertema sama dengan penelitian kualitas

butir soal pilihan ganda ini. Karim (2018) dari Universitas Indraprasta

PGRI melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kualitas Soal

Perlombaan Matematika Tingkat SMA. Hasil penelitiannya adalah

terdapat 6 soal yang tidak valid, tingkat daya pembeda soal cukup baik,

memiliki tingkat kesukaran sedang dan sukar, serta memiliki tingkat

reliabilitas yang sangat baik.

Penelitian relevan lainnya dilakukan oleh Herlambang (2015).

Penelitian Herlambangberjenis kuantitatif dan sumber datanya adalah

lembar jawab ulangan tengah semester peserta didik kelas VII di SMP N 2

Wonosari tahun ajaran 2014/2015. Penelitian tersebut berfokus pada

kualitas butir soal dengan analisis Indeks Daya Kesukaran, Indeks Daya

Pembeda dan Efektivitas Pengecoh. Hasıl penelitian tersebut menyatakan

bahwa:

1. Tingkat kesukaran soal yang termasuk sangat sulit berjumlah 1 butir

(2,2%), sulit berjumlah 12 butir (26,7%), sedang berjumlah 1 butir

(2,2%), mudah berjumlah 13 butir (28,9%) dan sangat mudah

berjumlah 18 butir (40%);

2. Tingkat pembeda yang layak terdapat 20 butir (44,4%) dan soal tidak

layak terdapat 25 butir (55,6%);

34
3. Butir dengan soal pengecoh yang baik berjumlah 4 butir (8,9%), cukup

berjumlah 7 soal (15,6%), kurang berjumlah 15 butir (33,3%), dan

tidak baik berjumlah 19 butir (42,2%).

Novytasari (2018) juga menganalisis butir soal dengan analisis

kualitatif dan kuantitatif pada soal ulangan umum bahasa Perancis SMA N

9 Yogyakarta. Analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui validitas isi.

Terdapat 1 butir soal yang layak (2,5%) dan ada 25 butir soal (62,5%)

yang dinyatakan membutuhkan revisi, sedangkan terdapat 14 butir soal

(35%) yang dinyatakan gugur. Dengan demikian validitas isi pada soal

pilihan ganda tersebut cukup baik, karena terdapat 2,5% butir soal yang

kadar validitasnya tinggi, 62,5% butir soal yang kadar validitasnya sedang,

dan 35% yang kadar validitasnya rendah. Analisis kuantitatif dilakukan

untuk mengetahui reliabilitas, indeks daya kesukaran, indeks daya

pembeda, dan efektifitas pengecoh. Kadar reliabilitas pada penelitian ini

menunjuk pada kekonsistenan soal, bukan pada kesahihannya. Reliabilitas

Alpha-Cronbach soal kelas X tergolong sedang, yaitu sebesar 0,601.

Sementara itu reliabilitas Alpha-Cronbach soal kelas XI tergolong tinggi,

yaitu sebesar 0,795.

C. Kerangka Berpikir

Tujuan, proses, dan evaluasi pembelajaran merupakan komponen

yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Untuk mencapai tujuan

pembelajaran, tidak hanya dibutuhkan proses pengajaran di dalam kelas

35
yang baik namun juga evaluasi pembelajaran yang tepat. Proses evaluasi

dilaksanakan guna mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran telah

tercapai.

Salah satu proses evaluasi di sekolah adalah dengan tes. Soal-soal

pada tes tersebut belum dianalisis secara kuantitatif sehingga belum

diketahui kualitas soal dan dikhawatirkan akan memberi informasi yang

bias pada hasil belajar peserta didik yang sesungguhnya. Dengan adanya

masalah tersebut, analisis terhadap butir soal diperlukan. Kualitas butir

soal adalah hal yang penting guna mengetahui mutu dan hasil belajar. Alur

analisis butir soal dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1
Kerangka Berpikir

36
Analisis butir soal untuk mengetahui kualitas butir soal pilihan

ganda pada penelitian ini fokus pada empat aspek. Empat aspek tersebut

adalah validitas, reliabilitas, Indeks Tingkat Kesukaran (ITK), dan Indeks

Daya Pembeda (IDP). Indeks tingkat kesukaran bertujuan untuk

mengetahui apakah butir soal terlalu sulit atau mudah bagi peserta didik.

Indeks daya pembeda bertujuan untuk membedakan peserta didik yang

pintar dan kurang pintar.

37
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di SMA Yadika 12 Depok. Waktu

penelitian dimulai dari Bulan Oktober 2021 sampai Bulan Mei 2022.

Alokasi waktu penelitian dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1
Alokasi Waktu Penelitian

Bulan
Kegiatan
Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Pengesahan judul
Pengesahan
proposal
Menganalisis
butir soal
Mengevaluasi dan
merevisi

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif

kuantitatif. Menurut Martono (2010: 16), penelitian deskriptif bertujuan

untuk menggambarkan karakter suatu variabel, kelompok atau gejala

sosial yang terjadi di masyarakat dengan menjelaskan secara verbal

(dengan kalimat atau numerik menggunakan persentase). Penelitian ini

akan menjelaskan kualitas soal ujian sekolah mata pelajaran matematika

peminatan di SMA Yadika 12 Depok Tahun Ajaran 2021/2022 Data akan

38
diolah menggunakan program Microsoft Excel agar diperoleh informasi

yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan tingkat kualitas soal ujian

ditinjau dari segi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya

pembeda,. Dari hasil tersebut, peneliti akan mendeskripsikan bagaimana

kualitas butir soal pilihan ganda berdasarkan parameter kemudian

mengambil kesimpulan. Desain yang digunakan pada penelitian ini dapat

dilihat pada gambar 2.

Gambar 2
Desain Penelitian

39
C. Variabel Penelitian

Menurut Arikunto (2010:161) variabel adalah objek penelitian atau

apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.Variabel pada penelitian

ini adalah kualitas soal ujian sekolah mata pelajaran matematika

peminatan di SMA Yadika 12 Depok Tahun Ajaran 2021/2022 ditinjau

dari validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

D. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah peserta kualitas soal ujian

sekolah mata pelajaran matematika peminatan di SMA Yadika 12 Depok

Tahun Ajaran 2021/2022 yang berjumlah 58 orang, sedangkan objek pada

penelitian ini adalah hasil ujian sekolah mata pelajaran matematika

peminatan di SMA Yadika 12 Depok Tahun Ajaran 2021/2022.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini

adalah dokumentasi. Metode dokumentasi menurut Arikunto (2006:231)

yaitu mencari data mengenai variabel yang berupa catatan, transkrip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan

sebagainya.Peneliti akan menggunakan teknik ini karena data yang

diambil bersifat tertulis, yaitu berupa soal dan kunci jawaban ujian sekolah

mata pelajaran matematika peminatan tahun ajaran 2021/2022 serta lembar

jawaban peserta ujian.

40
F. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2010: 79) instrumen adalah alat ukur yang

digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi

karakteristik variabel secara objektif. Instrumen penelitian adalah alat

bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya

mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan

dipermudah. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini

adalah soal dan kunci jawaban ujian sekolah mata pelajaran matematika

peminatan di SMA Yadika 12 Depok Tahun Ajaran 2021/2022 beserta

jawaban peserta ujian.

G. Teknik Analisis Data

Untuk mengolah data mentah yang telah peneliti peroleh dari

tempat penelitian, peneliti menganalisisnya berdasarkan teori-teori yang

ada dan menggunakan Microsoft Excel beserta formula yang peneliti

aplikasikan guna menganalisisnya. Untuk tes hasil belajar umumnya

dipertimbangkan klasifikasinya yaitu:

1. Validitas Butir Soal

Ada beberapa jenis validitas pengukuran yaitu validitas isi,

validitas konstruk, dan validitas kriteria. Analisis validitas yang

digunakan pada penelitian ini adalah validitas konstruk dengan

menggunakan Microsoft Excel. untuk menghitung validitas item soal

41
pilihan ganda terdapat rumus salah satunya adalah menggunakan

rumus rpbi sebagai berikut:

Keterangan:

rpbi : Koefisien korelasi biserial

Mp : Rerata skor dari subjek yang menjawab betul

Mt : Rerata skor total

St : Standar deviasi dari total proporsi

p : Proporsi subjek yang menjawab benar

q : Proporsi subjek yang menjawab salah

Berdasarkan rumus tersebut, dasar pengambilan keputusan

validitas pada penelitian ini adalah:

a. Jika , maka butir soal berkorelasi

terhadap skor total yang berarti butir soal dinyatakan valid.

b. Jika , maka butir soal tidak

berkorelasi terhadap skor total yang berarti butir soal dinyatakan

tidak valid.

Penentuan kategori dari validitas instrumen yang mengacu

pada pengklasifikasian validitas yang dikemukakan oleh Guilford

(1956: 145) dapat dilihat pada tabel 2.

42
Tabel 2
Interpretasi Validitas

Validitas Interpretasi Validitas

0,81 - 1,00 Sangat Tinggi

0,61 - 0,80 Tinggi

0,41 - 0,60 Sedang

0,21 - 0,40 Rendah

0,00 - 0,20 Sangat Rendah

2. Reliabilitas Butir Soal

Reliabilitas (Sudjana, 2010: 16) adalah ketetapan atau keajegan

alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat

penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang relatif sama.

Sebuah tes dikatakan dapat dipercaya apabila hasil yang dipakai oleh

tes itu konstan atau tetap. Tidak menunjukkan perubahan-perubahan

yang berarti. Suatu instrumen dikatakan reliabel jika koefisien

korelasinya . Instrumen soal pilihan ganda dapat

dianalisis reliabilitasnya menggunakan rumus KR 20 sebagai berikut:

Keterangan:

43
ri : Reliabilitas internal

k : Jumlah item soal

pi : Proporsi subjek yang menjawab benar di setiap item soal

qi : Proporsi subjek yang menjawab salah di setiap item soal

: Varians total

Berdasarkan rumus tersebut, dasar pengambilan keputusan

validitas pada penelitian ini adalah:

a. Jika , maka soal dikatakan

reliabel.

b. Jika , maka soal dikatakan tidak

reliabel.

3. Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau

kemampuan peserta didik dalam menjawabnya, bukan dilihat dari

sudut guru sebagai pembuat soal. Bebarapa dasar pertimbangan dalam

menentukan proporsi jumlah soal ketegori mudah, sedang dan sukar.

Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesulitan soal

pilihan ganda adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut

(Arikunto, 2015: 225):

Keterangan:

44
TK : Tingkat kesukaran

B : Banyak subjek yang menjawab benar

J : Jumlah subjek

Klasifikasi hasil perhitungan angka indeks kesukaran soal

dapat dilihat pada tabel 3

Tabel 3
Interpretasi Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran Interpretasi

TK < 0,30 Terlalu Sukar

Sedang
0,30 TK 0,70

TK > 0,70 Terlalu Mudah

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan juga

yang tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak akan

merangsang peserta didik untuk berpikir tingkat tinggi dan tidak

mempertinggi usaha peserta didik dalam pemecahannya. Begitu juga

dengan soal yang terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik putus

asa menyerah dan dalam mengerjakannya.

4. Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda suatu soal tes ialah bagaimana kemampuan soal

itu untuk membedakan peserta didik-peserta didik yang termasuk

kelompok pandai (upper group) dengan peserta didik-peserta didik

45
yang termasuk kelompok kurang (lower group). Cara menentukan

banyaknya jumlah kelompok atas atau bawah adalah:

a. Perhatikan total responden atau peserta didik yang mengikuti tes.

b. Jika jumlah peserta didik lebih dari 30 orang, maka ambil 27% -

33% dari setiap kelompok atas maupun bawah.

c. Jika jumlah peserta didik setidaknya hanya 30 orang, maka ambil

50% dari setiap kelompok atas maupun bawah.

Daya pembeda suatu soal tes dapat dihitung dengan

menggunakan rumus seperti berikut:

Keterangan:

D : Daya pembeda

JA : Banyak peserta kelompok atas

JB : Banyak peserta kelompok bawah

BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Klasifikasi hasil perhitungan indeks daya pembeda soal dapat

dilihat pada tabel 4.

Tabel 4
Interpretasi Daya Pembeda

46
Daya Pembeda Interpretasi

Sangat Baik
DP 0,40
Baik
0,30 DP 0,40
Kurang Baik
0,20 DP < 0,30

DP < 0,20 Jelek

47
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Validitas

Pengujian validitas tes menggunakan rumus Point Biserial

dengan bantuan Microsoft Excel. Hasil perhitungan validitas tes

tersebut selanjutnya dibandingkan dengan pada

taraf signifikansi 5%. Jumlah peserta tes yang mengikuti Ujian

Sekolah Mata Pelajaran Matematika Peminatan Tahun Ajaran

2021/2022 adalah 58 peserta didik. Pada taraf 5% dan

, menunjukkan nilai sebesar 0,259. Apabila

maka butir soal tersebut dinyatakan

valid. Sebaliknya, jika maka butir

soal yang bersangkutan dinyatakan tidak valid.

Berdasarkan hasil analisis soal Ujian Sekolah Mata

Pelajaran Matematika Peminatan Tahun Ajaran 2021/2022 terdapat 37

soal atau sebesar 92,5% dinyatakan valid dan 3 soal dinyatakan tidak

valid. Penjabaran butir soal berdasarkan pengujian validitas dapat

dilihat pada tabel 5 dan 6.

48
Tabel 5
Hasil Uji Validitas

No Nilai r Kategori Nomor Butir Jumlah Presentase


1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 10, 11,
12, 14, 15, 16,
17, 18, 19, 20,
1 Valid 21, 22, 23, 24, 37 92,5%
25, 26, 27, 28,
29, 30, 31, 33,
34, 35, 36, 37,
38, 39, 40

2 Tidak Valid9, 13, 32 3 7,5%

Jumlah 40 100%

Gambar 3
Distribusi Hasil Uji Validitas

Tabel 6
Klasifikasi Butir Soal Valid

49
No Nilai r Kategori Nomor Jumlah Presentase
Butir
1 0,81 - 1,00 Validitas 4, 11, 15 3 8,1%
Tinggi
2 0,61 - 0,80 Validitas 1, 2, 5, 8, 19 51,4%
Sedang 10, 14, 17,
18, 19, 20,
21, 22, 23,
24, 27, 29,
31, 33, 38
3 0,41 - 0,60 Validitas 3, 6, 7, 12, 15 40,5%
Rendah 16, 25, 26,
28, 30, 34,
35, 36, 37,
39, 40
Jumlah 37 100%

Gambar 4
Klasifikasi Butir Soal Valid
2. Reliabilitas

Pengujian reliabilitas pada soal Ujian Sekolah Mata

Pelajaran Matematika Peminatan Tahun Ajaran 2021/2022 dilakukan

secara manual dengan bantuan program Microsoft Excel dan

menggunakan rumus KR 20. Hasil dari perhitungan

50
tersebut, kemudian diinterpretasikan dengan

kriteria jika ≥ 0,70 maka soal dapat dikatakan

memiliki reliabilitas yang tinggi.

Berdasarkan hasil perhitungan, soal tersebut memiliki

reliabilitas sebesar 0,867, sehingga dapat disimpulkan bahwa soal

Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika Peminatan Tahun Ajaran

2021/2022 memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.

3. Tingkat Kesukaran

Perhitungan indeks kesukaran dilakukan dengan program

Microsoft Excel Hasil perhitungan indeks kesukaran tersebut

diinterpretasikan dalam tiga kriteria yaitu: soal dengan P 0,00 sampai

0,30 adalah soal yang tergolong terlalu sukar, soal dengan P 0,31

sampai 0,70 adalah soal yang tergolong sedang, dan soal dengan P

0,71 sampai 1,00 adalah soal yang tergolong terlalu mudah.

Berdasarkan hasil perhitungan terdapat 6 butir soal atau

sebesar 15% yang termasuk dalam soal yang terlalu sukar, 12 butir soal

atau sebesar 30% tergolong dalam soal sedang, dan sebanyak 22 soal

atau 55% termasuk dalam soal yang terlalu mudah. Penjabaran butir

soal berdasarkan tingkat kesukaran dapat diliat pada tabel 7.

Tabel 7
Hasil Uji Tingkat Kesukaran

51
No Nilai TK Kategori Nomor Butir Jmlh Presentase

Terlalu 3, 7, 25, 32, 39, 15%


1 TK < 0,30 6
Sukar 40
0,30 4, 6, 9, 13, 23, 30%
2 TK Sedang 27, 29, 30, 33, 12
0,70 34, 35, 38
1, 2, 5, 8, 10, 11, 55%
12, 14, 15, 16,
Terlalu
3 TK > 0,70 17, 18, 19, 20, 22
Mudah
21, 22, 24, 26,
28, 31, 36, 37
Jumlah 40 100%

Gambar 5
Distribusi Hasil Uji Tingkat Kesukaran

4. Daya Pembeda

Daya pembeda dihitung menggunakan bantuan program

Microsoft Excel. Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah 58 peserta

didik. Karena jumlah peserta lebih dari 30, maka untuk menghitung

daya pembeda terlebih dahulu dibagi dalam 27% kelompok atas dan

52
27% kelompok bawah. Cara mengetahui daya pembeda dengan

mengurangkan hasil proporsi peserta yang menjawab benar pada

kelompok atas dibagi banyaknya peserta kelompok atas dengan hasil

proporsi peserta yang menjawab benar pada kelompok bawah dibagi

banyaknya peserta kelompok bawah. Berikut hasil perhitungan daya

pembeda.

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda dengan

bantuan program Microsoft Excel menunjukkan 5 butir soal atau

sebesar 12,5% memiliki daya pembeda jelek, 8 soal atau sebesar 20%

memiliki daya pembeda kurang baik, 15 butir soal atau sebesar 37,5%

memiliki daya pembeda soal yang baik, dan 12 butir soal atau sebesar

30% memiliki daya pembeda yang sangat baik. Penjabaran butir soal

berdasarkan tingkat kesukaran dapat diliat pada tabel 8.

Tabel 8
Hasil Uji Daya Pembeda
No Nilai DP Kategori Nomor Butir Jumlah Presentase

1 DP Sangat 4, 11, 22, 23, 27, 12 30%


0,40 Baik 29, 31, 33, 35,
38, 39, 40
2 0,30 Baik 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 15 37,5%
9, 10, 12, 15, 16,
DP 25, 30, 34
0,40
3 0,20 Kurang 13, 14, 17, 18, 8 20%
DP < Baik 19, 20, 21, 24,
0,30
4 DP < Jelek 26, 28, 32, 36, 37 5 12,5%
0,20
Jumlah 40 100%

53
Gambar 6
Distribusi Hasil Uji Daya Pembeda

5. Rekapitulasi Kualitas Soal

Interpretasi terhadap kualitas butir soal diadaptasi dari skala

Likert sebagai berikut.

a. Apabila butir soal memenuhi tiga kriteria soal yang baik yaitu

validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda yang baik, maka

butir soal tersebut dapat dikatakan sebagai soal yang sangat baik

dan dapat disimpan ke dalam bank soal.

b. Apabila butir soal memenuhi dua dari tiga kriteria soal yang baik

yaitu validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda yang baik,

maka butir soal tersebut dapat dikatakan sebagai soal yang baik

yang belum bisa disimpan ke dalam bank soal. Soal tersebut perlu

direvisi sampai memenuhi ketiga kriteria soal yang baik.

c. Apabila butir soal memenuhi dua dari tiga kriteria soal yang baik

yaitu validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda yang baik,

54
maka butir soal tersebut dapat dikatakan sebagai soal yang kurang

baik yang belum bisa disimpan ke dalam bank soal. Soal tersebut

perlu direvisi sampai memenuhi ketiga kriteria soal yang baik.

d. Apabila butir soal tidak memenuhi ketiga kriteria soal yang baik

yaitu validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda yang baik,

maka butir soal tersebut dapat dikatakan sebagai soal yang tidak

baik dan harus dibuang atau tidak bisa disimpan ke dalam bank

soal.

e. Selain syarat berbasis butir, maka tes secara keseluruhan harus

reliabel dengan ketentuan yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Berdasarkan hasil analisis, terdapat 10 butir soal atau 25%

yang berkualitas sangat baik, soal yang berkualitas baik berjumlah 16

butir soal atau sebesar 40%, 13 butir soal atau 32,5% termasuk dalam

soal yang memiliki kualitas kurang baik, dan terdapat 1 butir soal atau

2,5% yang memiliki kualitas tidak baik. Penjabaran rekapitulasi butir

soal berdasarkan kualitas butir soal dapat dilihat pada tabel 9 dan 10.

Tabel 9
Rekapitulasi Kualitas Butir Soal
Butir
Tingkat Daya Tindak
Soal Validitas Interpretasi
Kesukaran Pembeda Lanjut
Nomor
Terlalu
1 Valid Baik Baik Revisi
Mudah
Terlalu
2 Valid Baik Baik Revisi
Mudah
Terlalu
3 Valid Baik Baik Revisi
Sukar
Simpan
Sangat
4 Valid Sedang Sangat Baik Dalam
Baik
Bank Soal

55
Terlalu
5 Valid Baik Baik Revisi
Mudah
Simpan
6 Valid Sedang Baik Sangat Baik Dalam
Bank Soal
Terlalu
7 Valid Baik Baik Revisi
Sukar
Terlalu
8 Valid Baik Baik Revisi
Mudah
9 Tidak Valid Sedang Baik Baik Revisi
Terlalu
10 Valid Baik Baik Revisi
Mudah
Simpan
Terlalu Sangat
11 Valid Baik Dalam
Mudah Baik
Bank Soal
Simpan
Terlalu
12 Valid Baik Baik Dalam
Mudah
Bank Soal
Kurang
13 Tidak Valid Sedang Kurang Baik Revisi
Baik
Terlalu Kurang
14 Valid Kurang Baik Revisi
Mudah Baik
Terlalu
15 Valid Baik Kurang Baik Revisi
Mudah
Terlalu
16 Valid Baik Baik Revisi
Mudah
Terlalu Kurang
17 Valid Kurang Baik Revisi
Mudah Baik
Terlalu Kurang
18 Valid Kurang Baik Revisi
Mudah Baik
Terlalu Kurang
19 Valid Kurang Baik Revisi
Mudah Baik
Terlalu Kurang
20 Valid Kurang Baik Revisi
Mudah Baik
Terlalu Kurang
21 Valid Kurang Baik Revisi
Mudah Baik
Terlalu Sangat
22 Valid Baik Revisi
Mudah Baik
Simpan
Sangat
23 Valid Sedang Sangat Baik Dalam
Baik
Bank Soal
Terlalu Kurang
24 Valid Kurang Baik Revisi
Mudah Baik
Terlalu
25 Valid Baik Baik Revisi
Sukar

56
Terlalu
26 Valid Jelek Kurang Baik Revisi
Mudah
Simpan
Sangat
27 Valid Sedang Sangat Baik Dalam
Baik
Bank Soal
Terlalu
28 Valid Jelek Kurang Baik Revisi
Mudah
Simpan
Sangat
29 Valid Sedang Sangat Baik Dalam
Baik
Bank Soal
Simpan
30 Valid Sedang Baik Sangat Baik Dalam
Bank Soal
Terlalu Sangat
31 Valid Baik Revisi
Mudah Baik
Terlalu Soal
32 Tidak Valid Jelek Tidak Baik
Sukar Dibuang
Simpan
Sangat
33 Valid Sedang Sangat Baik Dalam
Baik
Bank Soal
Simpan
34 Valid Sedang Baik Sangat Baik Dalam
Bank Soal
Simpan
Sangat
35 Valid Sedang Sangat Baik Dalam
Baik
Bank Soal
Terlalu
36 Valid Jelek Kurang Baik Revisi
Mudah
Terlalu
37 Valid Jelek Kurang Baik Revisi
Mudah
Simpan
Sangat
38 Valid Sedang Sangat Baik Dalam
Baik
Bank Soal
Terlalu Sangat
39 Valid Baik Revisi
Sukar Baik
Terlalu Sangat
40 Valid Baik Revisi
Sukar Baik

57
Gambar 7
Distribusi Rekapitulasi Kualitas Butir Soal

Tabel 10
Kualitas Butir Soal
No Kategori Tindak Nomor Butir Jumlah Presentase
Lanjut
1 Sangat Simpan 4, 6, 23, 27, 29, 10 25%
Baik Dalam Bank 30, 33, 34, 35,
Soal 38
2 Baik Revisi 1, 2, 3, 5, 7, 8, 16 40%
9, 10, 11, 12,
16, 22, 25, 31,
39, 40
3 Kurang Revisi 13, 14, 15, 17, 13 32,5%
Baik 18, 19, 20, 21,
24, 26, 28, 36,
37
4 Tidak Baik Soal
32
1 2,5%
Dibuang
Jumlah 40 100%

B. Pembahasan

1. Validitas

58
Berdasarkan hasil analisis, soal Ujian Sekolah Mata

Pelajaran Matematika Peminatan Tahun Ajaran 2021/2022 memiliki 37

butir soal atau sebesar 92,5% dinyatakan valid dan 3 butir soal atau

sebesar 7,5% dinyatakan tidak valid. Hasil penelitian tersebut hampir

sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Indrawati tahun

2015 yang menyatakan bahwa ditinjau dari segi validitas, bentuk soal

pilihan ganda yang termasuk soal yang valid sebesar 90% dan soal

yang tidak valid berjumlah 10%.

Persentase validitas yang mencapai 90% menunjukkan

bahwa soal tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Hal

tersebut sesuai dengan teori Anas Sudijono (2011: 163) “validitas item

dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki dalam

mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut”. Soal

yang valid (92,5%) berarti butir soal tersebut sudah dapat menjalankan

fungsinya yaitu dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.

Kemudian untuk soal yang tidak valid (7,5%) dapat disebabkan dari

berbagai faktor.

Hal ini selaras dengan teori yang dinyatakan oleh

Grounlund dalam Zainal Arifin (2014: 247) yang menyebutkan bahwa

ada tiga faktor yang mempengaruhi validitas hasil tes yaitu faktor

instrumen yang digunakan untuk tes, faktor administrasi dan

penskoran, serta faktor dari jawaban peserta didik.

59
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa soal Ujian

Sekolah Mata Pelajaran Matematika Peminatan Tahun Ajaran

2021/2022 memiliki kualitas yang baik dari segi validitasnya. Butir

soal yang valid dapat disimpan di bank soal. Sebaliknya, butir soal

yang tidak valid perlu diperbaiki dengan menyesuaikan indikator dan

meningkatkan penguasaan teknik tentang penyusunan butir soal.

2. Reliabilitas

Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai reliabilitas sebesar

0,867. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa soal Ujian

Sekolah Mata Pelajaran Matematika Peminatan Tahun Ajaran

2021/2022 memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi karena memiliki

koefisien reliabilitas lebih besar atau sama dengan 0,70. Hasil

penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Hasim Firmansyah pada tahun 2018 dengan hasil koefisien reliabilitas

sebesar 0,75. Suatu instrumen tes yang memiliki validitas yang baik

pada setiap butirnya juga akan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi

juga.

Hal ini selaras dengan teori dari Suharsimi Arikunto (2013:

101) tinggi rendahnya tingkat validitas dapat menunjukkan tinggi

rendahnya koefisien reliabilitas. Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bawa soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika

60
Peminatan Tahun Ajaran 2021/2022 merupakan soal yang sangat baik

dilihat dari segi reliabilitasnya.

Suharsimi Arikunto (201:101) menyatakan bahwa untuk

memperoleh gambaran yang ajeg memang sulit karena unsur kejiwaan

manusia itu sendiri tidak ajeg misalnya dari segi kemampuan,

kecakapan, sikap, dan sebagainya bisa berubah-ubah dari waktu ke

waktu. Dilanjutkan setidaknya ada tiga faktor yang mempengaruhi

hasil tes yang secara tidak langsung juga akan mempengaruhi

reliabilitas soal tes yaitu:

a. Hal yang berhubungan dengan tes itu sendiri, yaitu panjang tes

dan kualitas butir-butir soalnya, tes yang terdiri dari banyak butir

akan lebih valid dibandingkan dengan tes yang hanya terdiri dari

beberapa butir soal. Tinggi rendahnya validitas inilah yang juga

menunjukan tinggi rendahnya reliabilitas tes.

b. Hal yang berhubungan dengan tercoba (testee). Suatu tes yang

dicobakan pada kelompok yang terdiri dari banyak siswa akan

mencerminkan keragaman hasil yang menggambarkan besar

kecilnya reliabilitas tes.

c. Hal yang berhubungan dengan penyelenggaraan tes. Suatu tes

yang diselenggarakan dengan administrasi yang bagus maka akan

menghasilkan kualitas tes yang bagus pula sehingga reliabilitas

tes juga akan terpengaruh oleh hasil tes ini.

61
3. Tingkat Kesukaran

Berdasarkan analisis terdapat 6 butir soal atau sebesar 15%

yang termasuk dalam soal yang terlalu sukar, 12 soal atau sebesar 30%

tergolong dalam soal sedang, dan sebanyak 22 soal atau 55% termasuk

dalam soal yang terlalu mudah. Butir soal yang terlalu sukar akan

membuat peserta didik putus asa untuk mencoba lagi karena diluar

kemampuannya. Butir soal yang terlalu mudah tidak akan merangsang

kemampuan peserta didik dalam menjawab soal. Suatu butir soal

dianggap baik jika memiliki tingkat kesukaran antara 0,30 – 0,70

(Suharsimi Arikunto. 2013: 225).

Hal ini sejalan dengan pendapat (Arifin, 2009: 270) yang

menyatakan bahwa, untuk memperoleh prestasi belajar yang baik,

sebaiknya proporsi antara tingkat kesukaran soal tersebar secara

normal. Perhitungan proporsi tersebut dapat diatur sebagai berikut:

a. Soal sukar 25%, soal sedang 50%, soal mudah 25%, atau

b. Soal sukar 20%, soal sedang 60%, soal mudah 20%, atau

c. Soal sukar 15%, soal sedang 70%, soal mudah 15%.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa soal Ujian Sekolah

Mata Pelajaran Matematika Peminatan Tahun Ajaran 2021/2022

termasuk soal yang memiliki tingkat kesukaran yang kurang baik

karena butir soal masih didominasi oleh soal yang terlalu mudah.

62
Tindak lanjut yang dapat dilakukan setelah analisis tingkat

kesukaran butir soal adalah sebagai berikut (Anas Sudijono. 2011:

376-378):

a. Butir soal yang memiliki tingkat kesukaran dalam kategori baik

(tingkat kesukarannya sedang), sebaiknya butir soal tersebut

disimpan dalam bank soal agar dapat dikeluarkan lagi pada waktu

yang akan datang.

b. Butir soal yang tergolong dalam soal yang terlalu sukar, ada tiga

kemungkinan tindak lanjut yaitu butir soal tersebut dibuang dan

tidak akan dikeluarkan lagi dalam tes hasil belajar yang akan

datang. Kemungkinan kedua, butir soal diteliti ulang faktor yang

menyebabkan butir item yang bersangkutan sulit dijawab oleh

testee. Perbaikan dapat dilakukan dengan menyederhanakan

kalimat soal sehingga tidak menimbulkan multitafsir.

Kemungkinan ketiga, butir soal tersebut dapat dikeluarkan lagi

pada tes hasil belajar yang akan datang. Kemungkinan terakhir,

butir soal tetap dipertahankan untuk digunakan lagi pada tes-tes

yang sifatnya sangat ketat, dalam arti sebagian besar dari testee

tidak akan diluluskan dalam tes seleksi tersebut.

c. Butir soal yang termasuk kategori terlalu mudah, ada tiga

kemungkinan tindak lanjut yaitu butir soal tersebut dibuang dan

tidak akan dikeluarkan lagi di tes hasil belajar yang akan datang.

Kemungkinan kedua, butir soal diteliti ulang faktor yang

63
menyebabkan butir soal tersebut dapat dijawab benar oleh hampir

seluruh testee. Perbaikan dapat dilakukan dengan memperbaiki

opsi dan membuat kalimat soal menjadi lebih kompleks.

Kemungkinan ketiga, butir soal dapat dikeluarkan lagi pada tes

hasil belajar yang akan datang.

4. Daya Pembeda

Berdasarkan hasil analisis, terdapat 5 butir soal atau sebesar

12,5% memiliki daya pembeda jelek, 8 soal atau sebesar 20% memiliki

daya pembeda kurang baik, 15 butir soal atau sebesar 37,5% memiliki

daya pembeda soal yang baik, dan 12 soal atau sebesar 30% memiliki

daya pembeda yang sangat baik. Soal dengan daya pembeda yang

kurang baik atau jelek menyebabkan soal tersebut tidak dapat

membedakan kemampuan peserta didik. Sehingga soal dapat dijawab

oleh peserta didik yang memiliki kemampuan rendah dengan benar

dan peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi menjawab dengan

tidak benar.

Zainal Arifin (2014: 273) menyatakan bahwa “perhitungan

daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu

membedakan peserta didik yang sudah menguasai materi dengan

peserta didik yang belum atau kurang menguasai materi berdasarkan

kriteria tertentu”. Didukung dengan Anas Sudijono (2011: 386) yang

menyatakan bahwa dengan daya pembeda pada setiap butir soal sangat

64
penting untuk diketahui karena salah satu pedoman dalam menyusun

butir soal, penyusun soal harus menyadari bahwa kemampuan peserta

didik berbeda-beda.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa

soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika Peminatan Tahun

Ajaran 2021/2022 memiliki daya pembeda yang cukup baik. Butir soal

yang sudah memiliki daya pembeda baik dan sangat baik sebaiknya

dimasukkan ke dalam bank soal tes hasil belajar, butir soal yang daya

pembedanya kurang baik dapat diperbaiki sebelum dimasukkan ke

dalam bank soal. Khusus untuk butir soal dengan daya pembeda yang

jelek, sebaiknya tidak digunakan lagi untuk tes yang akan datang,

karena butir soal tersebut kualitasnya sangat rendah.

5. Rekapitulasi Kualitas Soal

Hasil analisis dari validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran,

dan daya pembeda butir soal dianalisis secara bersamaan untuk

mengetahui kualitas butir soal secara keseluruhan. Kualitas butir soal

adaptasi dari skala Likert yang dibagi menjadi 4 kategori yaitu: sangat

baik, baik, kurang baik, dan tidak baik. Berdasarkan hasil analisis,

terdapat 10 butir soal yang berkualitas sangat baik, soal yang

berkualitas baik berjumlah 16 butir soal, 13 butir soal termasuk dalam

soal yang memiliki kualitas kurang baik, dan terdapat 1 butir soal yang

memiliki kualitas tidak baik.

65
Tindak lanjut yang dapat dilakukan antara lain: butir soal

dengan kualitas sangat baik dimasukkan ke dalam bank soal sehingga

dapat digunakan lagi sebagai instrumen yang akan datang. Butir soal

dengan kualitas baik dan kurang baik perlu dilakukan revisi terlebih

dahulu sesuai dengan indikator kegagalannya. Butir soal dengan

kualitas tidak baik lebih baik dibuang.

Hasil analisis pada soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran

Matematika Peminatan Tahun Ajaran 2021/2022 menunjukkan

sebanyak 10 butir soal dapat disimpan di bank soal karena dilihat dari

segi validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya

memenuhi kriteria. Sebanyak 16 butir soal dengan kualitas baik perlu

diperbaiki karena hanya memenuhi tiga kriteria dari empat kriteria

yaitu validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembedanya.

Sebanyak 13 butir soal memiliki kualitas sedang, soal tersebut perlu

direvisi karena hanya memenuhi satu kriteria dari tiga kriteria.

Sebanyak 1 butir soal memiliki kualitas tidak baik. Oleh karena itu, 1

butir soal tersebut lebih baik tidak digunakan.

Berdasarkan hal tersebut, maka soal Ujian Sekolah Mata

Pelajaran Matematika Peminatan Tahun Ajaran 2021/2022 belum

maksimal dalam menjalankan fungsinya. Kegagalan butir soal dalam

menjalankan fungsinya disebabkan oleh tidak terpenuhinya salah satu

parameter kualitas soal tersebut. Penyebab kegagalan kualitas butir

soal dapat dilihat pada tabel 11.

66
Tabel 11
Penyebab Kegagalan Kualitas Butir Soal
No Indikator Kategori Nomor Butir

1 Validitas Tidak Valid 9, 13, 32

Terlalu Sukar 3, 7, 25, 32, 39, 40


Tingkat 1, 2, 5, 8, 10, 11, 12, 14, 15,
2
Kesukaran Terlalu Mudah 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24,
26, 28, 31, 36, 37

3 Daya Pembeda Jelek 26, 28, 32, 36, 37

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penyebab

kegagalan yang paling besar adalah tingkat kesukaran dan daya

pembeda. Hal ini menunjukkan bahwa soal tersebut belum memenuhi

proporsi soal yang baik jika ditinjau dari segi tingkat kesukarannya.

Selain itu, soal belum optimal dalam membedakan peserta didik yang

memiliki kemampuan tinggi dan kemampuan rendah.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa

soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran Matematika Peminatan Tahun

Ajaran 2021/2022 memiliki kualitas yang cukup baik. Hal ini

dikarenakan jumlah soal yang disimpan dalam bank soal atau yang

berkualitas sangat baik sudah mencapai 10 soal, sebanyak 29 butir soal

perlu direvisi, dan hanya 1 butir soal yang tidak dapat digunakan atau

dibuang.

67
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis soal dari segi validitas, reliabilitas, tingkat

kesukaran, dan daya pembeda pada soal Ujian Sekolah Mata Pelajaran

Matematika Peminatan Tahun Ajaran 2021/2022, diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

68
1. Berdasarkan validitas, terdapat 37 soal atau sebesar 92,5% dinyatakan

valid dan 3 soal dinyatakan tidak valid.

2. Berdasarkan reliabilitas diketahui soal tersebut memiliki reliabilitas

sebesar 0,867, sehingga dapat disimpulkan bahwa soal 37 soal atau

sebesar 92,5% dinyatakan valid dan 3 atau 7,5% soal dinyatakan tidak

valid memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.

3. Berdasarkan tingkat kesukaran, terdapat 6 butir soal atau sebesar 15%

yang termasuk dalam soal yang terlalu sukar, 12 soal atau sebesar 30%

tergolong dalam soal sedang, dan sebanyak 22 soal atau 55% termasuk

dalam soal yang terlalu mudah.

4. Berdasarkan daya pembeda, terdapat 5 butir soal atau sebesar 12,5%

memiliki daya pembeda jelek, 8 soal atau sebesar 20% memiliki daya

pembeda kurang baik, 15 butir soal atau sebesar 37,5% memiliki daya

pembeda soal yang baik, dan 12 butir soal atau sebesar 30% memiliki

daya pembeda yang sangat baik.

5. Berdasarkan analisis soal secara bersama-sama, terdapat 10 butir soal

atau 25% yang berkualitas sangat baik, soal yang berkualitas baik

berjumlah 16 butir soal atau sebesar 40%, 13 butir soal atau 32,5%

termasuk dalam soal yang memiliki kualitas kurang baik, dan terdapat 1

butir soal atau 2,5% yang memiliki kualitas tidak baik.

B. Saran

69
Berdasarkan hasil analisis soal dari segi validitas, reliabilitas,

tingkat kesukaran, dan daya pembeda pada soal Ujian Sekolah Mata

Pelajaran Matematika Peminatan Tahun Ajaran 2021/2022 maka saran

yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

a. Soal yang berkualitas sangat baik yaitu nomor 4, 6, 23, 27, 29, 30,

33, 34, 35, 38 dapat disimpan di bank soal untuk digunakan kembali.

b. Soal yang berkualitas baik yaitu nomor 1, 2, 3, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12,

16, 22, 25, 31, 39, 40 dan soal yang berkualitas kurang baik yaitu

nomor 13, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 24, 26, 28, 36, 37 sebaiknya

direvisi sesuai dengan indikator kegagalan.

c. Soal yang berkualitas tidak baik yaitu nomor 32 sebaiknya dibuang.

d. Guru perlu memperhatikan indikator kualitas soal, agar soal yang

dibuat lebih berkualitas. Guru juga perlu melakukan uji coba

terhadap soal sebelum digunakan pada ujian sesungguhnya.

2. Bagi Sekolah

Sekolah perlu meningkatkan keterampilan guru dalam

melakukan evaluasi pembelajaran yaitu dengan memberikan

pengetahuan dan kemampuan kepada guru mengenai analisis butir

soal, sehingga guru dapat membuat instrumen tes yang berkualitas.

70
71

Anda mungkin juga menyukai