KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Pengertian Data......................................................................................................3
B. Sumber Data Statistik.............................................................................................3
C. Penggolongan Data Statistik...................................................................................4
D. Pengertian Variabel................................................................................................9
E. Skala Pengukuran.................................................................................................10
F. Skala Pengukuran.................................................................................................12
BAB III PENUTUP.........................................................................................................16
A. Kesimpulan...........................................................................................................16
B. Saran.....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara teoritis variabel penelitian juga dapat diartikan sebagai suatu
atribut atau sifat nilai dan orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Variabel ini menjadi sangat penting karena tidak mungkin
peneliti melakukan penelitian tanpa adanya variabel. Namun kadang banyak hal
juga yang menyebabkan kita lupa mengenai apa dan seperti apa variabel serta
apa saja jenis variabel dalam penelitian itu. Banyak hal yang menjadi pertanyaan
dan itulah sebabnya mengupas dengan benar variabel aka menjadi sangat
penting.
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrument
untuk mengumpulkan data. Instrumen untuk mengumpulkan data. Instrument
peniliti digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Setiap instrument
harus mempunyai skala. Hal ini didasari agar data yang dikumpulkan dapat
diukur, penggunaan ukuran skala ini sesuai dengan kesepakatan bersama yang
menjadi standarisasi sebuah ukuran. Melalui pengukuran skala akan
mempermudah kita untuk mengolah data yang telah kita kumpulkan baik itu
dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan data ?
2. Bagaimana sumber data statistic?
3. Bagaimana penggolongan data?
4. Apa yang dimaksud variabel?
5. Bagaimana skala pengukuran dalam statistik?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui yang dimaksud dengan data
2. Dapat engetahui sumber data statistik
3. Dapat mengetahui penggolongan data
4. Dapat mengetahui yang dimaksud variabel
5. Dapat mengetahui skala pengukuran statistik
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Data
Kata “data” berasal dari bahasa Latin yang berarti keterangan atau
kumpulan keterangan.1 Data adalah bentuk jamak dari kata datum. Data merupakan
keterangan-keterangan menyangkut suatu hal, dapat berupa dengan suatu yang
diketahui atau dianggap. Data merupakan kumpulan fakta dan angka atau segala
yang dapat dipercaya mengenai kebenarannya sehingga dapat digunakan sebagai
dasar dalam menarik kesimpulan. Data dapat dijumpai diberbagai tempat dan
dimana saja. Misalnya dari surat kabar yang terbit setiap hari, dijumpai berbagai
informasi mengenai sekuritas, komoditas perdagangan, kurs mata uang asing,
tingkat inflansi yang melanda pada suatu Negara, hasil nilai ujian nasional, nilai
dari hasil tes kebugaran siswa, prestasi belajar siswa dalam ujian nasional, dan lain
sebagainya.2
1
Dr. Rusydi Ananda dan Muhammad Fadhli, Statistik Pendidikan (Teori Dan Praktik Dalam
Pendidikan), (Medan : CV. Widya Puspita,) h. 40.
2
Yulingga Nanda Hanief dan Wasis Himawanto, Statistik Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish,
CV Budu Utama, 2017) h. 9
3
keuangan, sarana dan prasarana. Sehingga jika Kepala Sekolah menginginkan
untuk mengetahui perkembangan siswa dari tahun ke tahun, maka ia dapat
melihat dari catatan kesiswaannya. Buku catatan itulah yang merupakan sumber
data internal, karena berada pada sekolah itu sendiri.
2. Data Eksternal
Data ekternal adalah data yang berasal dari luar lingkungan sendiri.
Misalnya informasi tentang peraturan atau edaran yang terkait dengan
pengelolaan sekolah yang dikeluarkan oleh Pemerintah dalam hal Kementerian
Pendidikan. Informasi-informasi tersebut tidak dipunyai oleh sekolah yang
bersangkutan dan harus dicari di luar sekolah. Informasi-informasi demikian itu,
dapat diperoleh baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Data
mengenai informasi tersebut disebut data eksternal.3
3
Dr. Rusydi Ananda dan Muhammad Fadhli, Statistik Pendidikan (Teori Dan Praktik Dalam
Pendidikan), (Medan : CV. Widya Puspita,) h. 42-43.
4
Variabel atau data ddistrikiyalah data setartistikyang tidak mungkin berbentuk
pecahan.
Contoh :
a. data setastistik tentang jumlah anggota keluarga (dalam setahun orang ) 1-2-
3-4-5-6-7 dan sebagiannya.
b. data setastistik tentang jumlah buku-buku perpustakaan (dalam satuan
eksemplar): 50-125-307-5113-12891-dan sebagainya.
2. penggolongan berdasarkan cara menyusun angka
Di tinjau dari segi menyusun angka data setastistik dibagi menjadi tiga
macam yaitu data nominal data ordinal dan data interval data nominal iyalah
data setatistik yang cara meyusun angkaya didasarkan atas penggolonga atau
klasivikasitertentu data nominal juga sering diyatakan data hitungan. Disebut
demikian , karna data tersebut diperoleh dengan cara menghitung(dalam ha ini
menghitung jumlah siswa,baikdalam tingkatan setudi maupun jenis
kelaminya.contoh data setatistik jumlah mahasiswa penjaskesrek NU PGRI
Kediri dalam tahun 2013\2014, dilihat dari segi tingkat dan jenis kelamin seperti
yang tertera di Tabel berikut :
Jenis kelamin
Tingkat Jumlah
pria Wanita
I 102 22 124
II 78 14 92
III 70 14 84
Jumlah 170 130 300
5
klasifikasi baik tingkatan setudi maupun jenis kelamin data ordinal juga
seringdisebut dataurutan,yaitu data setatistik yang carameyusun angka
didasarkan atas data kedudukan (rangking).CONTOH; misalkan 5(lima)orang
finalis lompat jauh diperoleh sekor hasil penilaian dewan juri, sebagaimana
tertera pada tabel 1.5 angka 1, 2, 3, 4, dan 5 yang tercantum pada kolom terahir
di sebut fata ordinal (urutan 1=juara 1 urutan 2= juara kedua 3 = urutan juara
ke3 urutan ke4 juara harapan dan urutan 5= juara harapan 2.
Nomor Urutan
Nomor urut Nama Sekor (meter)
undian kedudukan
1 021 Dyta 4,51 4
2 019 Widya 4,97 2
3 057 Adelya 4,27 5
4 025 Irma 5,68 1
5 040 Intan 4,85 3
Data interval ialah data statistik yang terdapat jarak sama hal-hal yang
sedang diselidiki atau dipersoalkan.sebagai contoh ,pada tabel
1.5,angka’1,2,3,4,dan5 adalah data ordinal ,sedangkan nilai
4,51,4,97,4,27,5,68,4,85 merupakan data interval.
6
Dengan mengetahuidata interval maka informasi yang diperoleh dari data
ordinal akan menjadi lebih lengkap.
40 71 54 67 59 84 46 51 60 75
82 55 65 45 63 74 58 44 76 53
73 46 76 58 61 80 59 84 57 45
30 57 62 68 48 35 39 55 48 60
7
4. Penggolongan data statistik berdasarkan sumbernya
Ditinjau dari sumber nama tersebut diperoleh,data statistik dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu; data premier dan data skunder. Data
premier adalah data statistik yang di peroleh atau bersumber dari tangan
pertama (first handdata).contoh; data tentang presentasi belajar siswa yang
diperoleh dari bagian kesiswaan.sedangkan data sekunder adalah data statistik
diproleh dari tangan kedua (scoundhand data). Data tentang jumlah siswa yang
tawuran pada tahun 2006 diperoleh dari surat kabar harian kompas.
5. penggolongan data setatistik berdasarkan waktu pengumpulanya
Ditinjau dari segi waktu pengumpulanya data setartistik dapat di bedakan
menjadi golongan yaitu; data seketika (cross settion data) dan data urutan waktu
(time series data). data seketika adalah data statistik yang mencerminkan
keadaan pada satu waktu saja ( at a point time). Contoh, data statistik tentang
jumlah dosen di prodi penjaskesrek UNS Surakarta pada tahun ajaran 2013/2014
( hanya satu tahun ajaran saja ). Data urutan waktu ialah data statistik yang
mencerminkan keadaan atau perkembangan mengenai suatu hal, dari satu
alokasi waktu ke waktu lain secara ber urutan. Data urutan waktu sering juga di
kenal istilah historikal data. Contoh : data statistik tentang jumlah dosen Ordinal
di penjaskesrek UNS Surakarta 2008/2009 sampai dengan tahun
2013/2014.
Macam-macam data seperti yang telah dikemukakan tersebut dapat di
gambarkan seperti pada gambar 1.2 berikut.
Kualitatif
Diskrit
Macam
data
Kuantitati
Kontinu Interval
Gambar 1.2 Bermacam – Macam Data Penelitian
Rasio
8
D. Pengertian Variabel
Variabel adalah karakteristik yang dapat diamati melalui suatu objek dan
mampu memberikan bermacam-macam nilai ataupun beberapa kategori. Variabel
secara umum, dibagi atas 2 (dua) jenis, yaitu variable kontinu (continuous variabel)
dan dan variabel deskrit (descrete variabel). Variabel juga dapat dibagi sebagai
variabel dependen dan variabel bebas. Variabel juga dapat dilihat sebagai variabel
aktif dan variabel atribut. Jika dibuat dalam bentuk matematika biasanya variabel
dinyakan dengan simbol huruf Y atau X, symbol ini ditunjuk sebagai nilai.
1. Variabel Kontinyu
Variabel kontinyu adalah variabel yang dapat ditentukan nilainya dalam
jarak jangkauan tertentu dengan decimal yang tidak terbatas. Contoh : berat,
tinggi, luas, pendapatan, dan lain sebagainya.
2. Variabel Diskrit
Variabel diskrit adalah konsep yang nilainya tidak dapat dinyatakan dalam
bentuk pecahan atau decimal. Variabel ini sering dinyatakan sebagai variabel
kategori. Jika memiliki dua kategori dinamakan variabel dikatomi. Sebagai
contoh : status perkawinan (terdiri dari kawin dan tidak kawin), jenis kelamin
(terdiri dari laki-laki dan perempuan). Apabila kebih dari dua kategori, disebut
dengan variabel polotomi. Contoh : tingkat pendidikan (terdiri dari SD, SMP,
SMA, perguruan tinggi, dll).
3. Variabel Bebas dan Variabel Terikat
Apabila terdapat hubungan antara dua variabel, misalnya antara variabel Y
dan X, jika variabel Y disebabkan oleh variabel X; maka variabel Y adalah
variabel dependen dan variabel X adalah variabel bebas. Contoh : semisal
dibuktikan pada hubungan motivasi intiristik (variabel bebas) dan potensi belajar
(variabel dependen), maka dengan meningkatkan motivasi intrinsic dapat
meningkatkan juga skor potensi belajar. Jika digambarkan dalam model
matematika mengenai hubungan tersebut, dinyatakan dalam fungsi sebagai
berikut :
X = f (Y)
Keterangan :
9
X = motivasi interistik
Y = potensi belajar
f = fungsi
4. Variabel Aktif
Variabel aktif adalah variabel yang dimanipulasi oleh peneliti. Apabila
seorang peneliti memanipulasikan motode mengajar, metode memberikan
hukuman pada siswa, maka metode mengajar dan memberikan hukuman pada
siswa adalah variabel-variabel aktif, karena variabel ini dapat dimanipulasikan.
5. Variabel Antributif
Variabel-variabel yang tidak dapat dimanipulasikan disebut dengan variabel
atribut. Variabel atributuf umunya merupakan karakteristik manusia seperti ;
intelegensi, status sosial, jenis kelamin, sikap, pendidikan dan lain sebagainya.
Variabel-bariabel merupakan objek inanimate seperti populasi, daerah geografis,
rumah tangga, dan sebagainya.4
E. Skala Pengukuran
Pengukuran sangat erat kaitannya dengan kuantifikasi. Para peneliti sosial
umumnya membedakan antara kuantifikasi melalui kategorisasi (untuk data
nominal) dan kuantifikasi melalui pengukuran (untuk data ordinal, interval, dan
rasio). Keempat skala pengukuran tersebut berbeda dalam derajat kuantifikasi
terhadap variabel. Namun, untuk suatu variabel tertentu dapat digunakan satu skala
pengukuran atau lebih. Seperti halnya pada variabel diskrit dan kontinu untuk suatu
skala pengukuran tertentu telah dikembangkan teknik dan prosedur statistik tertentu
pula.
1. Skala Nominal
Pada skala nominal, kategori dari objek (variabel) yang bersifat kualitatif
dilakukan berdasarkan “nama”. Setiap kategori pada skala nominal dapat
diberikan simbol untuk keperluan identifikasi (dalam bentuk angka atau huruf).
Angka atau simbol tersebut digunakan hanya untuk mempermudah analisis dan
penggambaran karakteristik data. Contoh variabel kualitatif yang berskala
4
Yulingga Nanda Hanief dan Wasis Himawanto, Statistik Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish,
CV Budu Utama, 2017) h. 16-18.
10
nominal adalah Alasan Utama Pindah yang terdiri dari kategori pekerjaan,
pendidikan, perkawinan, ikut suami/istri/orang tua/keluarga, perumahan dan
kategori lainnya.
2. Skala Ordinal
Skala ordinal mengelompokkan data (kasus), namun pada jenis skala ordinal
terdapat tambahan informasi. Skala ordinal, selain memiliki sifat yang dimiliki
oleh skala nominal juga memiliki karakteristik tambahan, di mana pengamatan
(data/kasus) dapat disusun berdasarkan urutan (tingkat) tertentu. Contoh
variabel yang berskala ordinal adalah jenjang pendidikan, yang terdiri dari
Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah
Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi. Dari contoh yang diberikan terlihat bahwa
pengamatan (kasus) yang berskala ordinal dapat diberikan peringkat, yaitu
tingkat yang paling rendah (SD) sampai tingkat yang paling tinggi (Perguruan
Tinggi) sehingga peneliti tidak hanya membedakan satu kategori dengan
kategori lainnya, tetapi juga dapat menunjukkan peringkatnya.
3. Skala Interval
Skala interval dapat menentukan bahwa suatu kasus lebih atau kurang
dibandingkan kasus lainnya serta dapat menetapkan berapa besar (jarak)
kekurangan atau kelebihan tersebut. Skala ini juga memiliki sifat tambahan,
yaitu dapat menentukan jarak antarkategori yang terdapat pada alternatif
jawaban. Contoh untuk skala interval adalah variabel suhu (temperatur) udara.
Jika suhu udara tertinggi hari ini mencapai 32 oC, sedangkan kemarin hanya
29oC, kita tidak hanya mengatakan bahwa hari ini lebih panas dari kemarin,
tetapi juga secara pasti mengatakan bahwa hari ini lebih panas 3oC dari kemarin.
Pada skala interval jarak antar-unit pengukuran (misalnya derajat) selalu sama
untuk setiap kategori yang tersedia di mana perbedaan (jarak antara kategori
(skala) 24 dan 28oC sama dengan jarak antara skala 0 dan 4 oC. Dengan
demikian, peneliti menggunakan simbol angka maka angka tersebut benar-benar
memiliki arti karena angka tersebut mencerminkan adanya gejala yang dapat
diukur (besarnya).
11
Skala interval masih memiliki keterbatasan, yaitu titik awal dari skala
pengukuran tidak diketahui. Artinya, kita tidak dapat menentukan di mana titik
nol berada. Untuk contoh suhu (temperatur) udara, nol derajat Celsius hanya
dapat diartikan sebagai titik (suhu) di mana air membeku, tetapi tidak diartikan
sebagai kondisi tidak adanya panas.
4. Skala Rasio
Skala rasio memiliki seluruh sifat yang dimiliki skala nominal, ordinal, dan
interval ditambah kemampuan untuk melakukan perbandingan pada skala
pengukuran yang disusun. Hal ini dimungkinkan karena pada skala rasio
terdapat nilai nol yang menunjukkan tidak adanya suatu jumlah yang dapat
diamati untuk suatu variabel. Adanya titik nol mutlak memungkinkan peneliti
melakukan perbandingan antarkategori yang tersedia. Misalnya, kita
membandingkan seorang yang memiliki berat badan 45 kg dengan orang yang
berat badannya 30 kg. Selain orang pertama 15 kg lebih berat dari orang kedua
kita juga dapat mengatakan bahwa orang pertama 1,5 kali lebih berat dari orang
kedua. Variabel sosial yang memiliki skala rasio, antara lain tingkat partisipasi
angkatan kerja, angka kelahiran menurut umur, dan angka melek huruf.
F. Skala Pengukuran
Skala merupakan hasil pengukuran yang terdiri atas beberapa jenis skala
yang bervariasi. Pengukuran adalah pemberian angka terhadap objek atau fenomena
menurut aturan tertentu. Jadi Skala pengukuran adalah sebuah acuan yang
digunakan untuk menentukan pajang pendeknya interval yang ada dalam satuan alat
ukur. Dengan menggunakan skala pengukuran. Maka alat ukur yang digunakan
akan menghasilkan data kuantitatif yang berupa angka-angka tersebut barulah
kemudian ditentukan analisis statistik yang cocok untuk digunakan didalam ilmu
statistik.
Tiga buah kata kunci yang diperlukan dalam memberikan definisi terhadap
konsep pengukuran. Kata-kata kunci tersebut adalah angka, penetapan, dan aturan.
Pengukuran yang baik, harus mempunyai sifat isomorphism dengan realita. Prinsip
isomorphism artinya terdapat kesamaan yang dekat antara realita sosial yang diteliti
12
dengan nilai yang diperoleh dengan pengukuran. Oleh karena itu, suatu instrumen
pengukur dipandang baik apabila hasilnya dapat merefleksikan secara tepat realitas
dari fenomena yang hendak diukur.
Teknik pengukuran merupakan aturan dan prosedur yang digunakan untuk
menjembatani antara apa yang ada didunia konsep dengan yang terjadi didunia
nyata. Proses pengukuran sangat berkaitan dengan desain instrumen. Desain
instrumen dapat diartikan sebagai penyusun instrumenn pengumpulan data
(biasanya berupa suatu kuesioner) untuk mendapatka data yang dibutuhkan guna
memecahkan masalah penelitian.5
1. Komponen pengukuran
Tujuan pengukuran adalah menerjemahkan karakteristik data empiris ke
dalam bentuk yang dapat dianalisis oleh peneliti. Titik fokus pengukuran adalah
pemberian angka terhadap data emperis berdasarkan sejumlah aturan prosedur
tertentu. Prosedur ini dinamakan proses pengukuran yaitu investigasi mengenai
ciri-ciri yang mendasari kejadian empiris dan menmberi angka atas ciri-ciri
tersebut. Komponen yang dibutuhkan dalam setiap pengukuran:
a. Kejadian empiris
Kejadian empiris merupakan sejumlah ciri-ciri dati objek, individu, atau
kelompok yang dapat diamati.
b. Penggunaan angka
Komponen ini digunakan untuk memberi arti bagi ciri-ciri yang menjadi
pusat perhatian peneliti. Spesifikasi tingkat pengukuran, kemudian,
diberikan dengan memberi arti bagi angka tersebut.
c. Sejumlah aturan pemetaan
Komponen ini merupakan pernyataan yang menjelaskan arti angka terhadap
kejadian empiris. Aturan-aturan ini menggambarkan dengan gamblang ciri-
ciri apa yang kita ukur. Aturan-aturan pemetaan disusun oleh peneliti untuk
kepentingan penelitian.
5
Riduwan, Skala Pengukuran dalam Penelitian, (Bandung: Alfabet, 2019) hal 5
13
2. Macam-macam skala pengukuran
Skala pegukuran ini teridiri dari6:
a. Skala nominal
Skala nominal adalah pengukuran yang diadakan untuk membedakan
memberikan, menghasilkan data nominal atau diskrit, yaitu data yang
diperoleh dari pengkategorikan, pemberian nama, atau penghitungan fakta-
fakta.
b. Skala ordinal
tidak hanya membedakan kategori dan nama pada skala nominal, pada skala
ordinal kategori-kategori ini kemudian diberi urutan yang berjenjang.
c. Skala interval
Pada skala interval perbedaan antara satu kategori dengan kategori yang lain
dapat kita ketahui. Skala interval tidak memiliki nilai nol absolut .
d. Skala rasio
Hampir sama dengan skala interval, hanya saja pada skala rasio nilai nol
tidak mempunyai nilai dan tidak berarti apa-apa,
3. Tipe skala pengukuran
Skala yang sederhana adalah suatu skala yang digunakan untuk mengukur
beberapa karakteristik. Misalnya laki-laki atau perempuan. Skala yang kompleks
adalah skala yang baragam yang digunakan untuk mengukur beberapa
karakteristik.
Skala mempunyai ciri-ciri setidaknya satu dari empat tingkat pengukuran
yaitu: nominal ordinal, interval, dan rasio. Untuk memilih skala yang sesuai,
peneliti harus memilih peralatan yang dapat mengukur secara tepat dan
konsisten apa yang harus diukur untuk mencapai tujuan penelitian. Proses ini
disebut evaluasi mengenai skala pengukuran. Dalam mengevaluasi skala
pengukuran, harus dipertimbangkan dua hal yaitu validitas dan relabilitas.
a. Validitas
6
Moh Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia,2005) hal 125
14
Suatu skala pengukuran disebut valid bila ia melakukan apa yang seharusnya
diukur. Bila skala pengukuran tidak valid maka ia tidak bermanfaat bagi
peneliti karena tidak mengukur atau melakukan apa yang seharusnya
dilakukan. Secara konseptual, ada 3 macam validitas: 7
1) Validitas isi
2) Validitas yang berkaitan dengan kriteria
3) Validitas konstruk
b. Reliabilitas
Realibilitas menunjukan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (skala
pengukuran). Reliabilitas mencangkup dua hal utama yaitu8:
1) Stabilitas ukuran
Menunjukan sebuah ukuran untuk tetap stabil dan tidak rentan terhadap
perubahan situasi apapun. Terdapat dua jenis uji stabilitas, yaitu:
a) Test-retest reliability
Yaitu koefisien reliabilitas yang diperoleh dari pengulangan
pengukuran konsep yang sama dalam dua kali kesempatan.
b) Reliabilitas bentuk pararel
Terjadi ketika respon dari dua pengukuran yang sebanding dalam
menyusun konstruk yang sama memiliki kolerasi yang tinggi.
2) Konsistensi internal ukuran
Merupakan indikasi homogenitas item-item yang ada dalam ukuran yang
menyusun konstruk. Konsistensi ukuran dapat diamati melalui:
reliabilitas konsistensi antar item (konsistensi jawaban responden untuk
semua item dalam ukuran) dan split-half reliability yang menunjukkan
korelasi antara dua bagian.9
7
Dyah Budiastuti, Agustinus Bandur, Validitas dan Reliabilitas penelitian, ( Jakarta: Mitra Wacana Media,
2018) hal 146
8
Ibid. Hal 196
9
Suprananto, kusaeri, pengukuran dan penelitian pendidikan, ( Yogyakarta : Graha Ilmu, 2012) hal 95
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
17