Anda di halaman 1dari 66

A.

LAPORAN UMUM

BAB I

GAMBARAN UMUM

1.1. Letak Geografis Kota Masohi

Kota Masohi adalah Ibu Kota Kabupaten Maluku Tengah, Maluku, Indonesia.


Kota Masohi terletak di tepian Teluk Elpaputih di selatan Pulau Seram. Sebagian
besar wilayahnya memiliki topgrafi berupa dataran rendah dengan ketinggian 0-
110 Mdpl. Luas wilayah Kota Masohi adalah 37,30 km² atau 0.32% dari total
wilayah Kabupaten Maluku Tengah. Jumlah penduduknya 32.054 Jiwa (Laki-laki
15,924 jiwa dan Perempuan 16,130 Jiwa).

Kabupaten Maluku Tengah memiliki luas sebesar 275.907 Km², terdiri dari
wilayah lautan seluas 264.311,43 Km2 atau 95,80% dan daratan seluas 11.595,57
Km2 atau 4,20%, dengan panjang garis pantai 1.256.230 Km. Kabupaten Maluku
Tengah berbatasan dengan :

➢ Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Seram

➢ Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda

➢ Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Seram Bagian Barat

➢ Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Seram Bagian Timur

Secara Astronomi, Kabupaten Maluku Tengah terletak diantara 2o30’LS – 7o30’LS dan
250o BT – 132o30’ BT, dan memiliki jumlah pulau sebanyak 49 buah, dimana yang
dihuni sebanyak 14 buah dan yang tidak dihuni sebanyak 35 buah
1.2 Sejarah

1
Terbentuknya Dinas Perumahan dan Kawasasan Permukiman Kabupaten
Maluku Tengah menimbang dan mengingat sebagai berikut : bahwa dengan
berlakunya Peraturan Daerah No 04 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kabupaten Maluku Tengah serta Peraturan Bupati Nomor 43
tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah
Kabupaten Maluku Tengah, maka perlu dilakukan penjabaran tugas pokok dan
fungsi Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Maluku Tengah.

Ketentuan dan Kedudukan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman


Kabupaten Maluku Tengah sebagai berikut : Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Dalam
Peraturan Bupati ini yang dimaksudkan dengan :
1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Maluku Tengah;
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
3. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta Perangkat Daerah Otonom
yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;
4. Bupati adalah Bupati Maluku Tengah;
5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Maluku Tengah;
6. Dinas adalah Perangkat Daerah yang merupakan unsur pelaksana Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah

7. Perangkat Daerah Kabupaten adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan


Kawasan Permukiman Kabupaten Maluku Tengah
8. Perangkat Daerah Kabupaten adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah
9. Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kementrian Negara dan

2
penyelenggara pemerintahan daerah untuk melindungi, melayani,
memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat
10. Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak
11. Jabatan Struktural adalah suatu kedudukan yang menunjukan tugas, tanggung
jawab, wewenang dan hak seoran PNS dalam rangka memimpin suatu satuan
organisasi
12. Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukan tugas, tanggung jawab,
wewenang dan hak seorang PNS dalam suatu Satuan Organisasi yang dalam
pelaksanaan tugasnya di dasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu
yang bersifat mandiri

1.3 Visi Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Maluku


Tengah

Terwujudnya infrastruktur Perumahan dan Kawasan Permukiman yang andal


menuju menuju Maluku Tengah yang lebih berkualitas, sejahtera dan dan
berkeadilan

1.4 Misi Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Maluku


Tengah

1. Mewujudkan organisasi yang efesien tata laksana yang efektif dan SDM yang
profesional yang menerapka tata kelola pemerintah yang baik
2. Mewujudkan penyediaan dan pembangunan Perumahan yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana, utilitas yang memadai untuk mendukung layanan infrastruktur
dasar dan hunian yang layak.
3. Mewujudkan infrastruktur permukiman kumuh melalui pengembangan PSU
yang berkelanjutan dan terpadu

3
4. Mewujudkan penatan sistem pengelolaan pertanahan untuk kehidupan bersama
yang harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara
pertanahan

1.5 Motto Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Maluku


Tengah

“ Kami hadir untuk mewujudkan rumah layak huni yang berwawasan lingkungan”
Bekerja Keras, Bergerak cepat, Bertindak tepat

1.6 Kedudukan, Tugas, Fungsi. Dan Susunan Organisasi Dinas Perumahan dan

Kawasan Permukiman Kabupaten Maluku Tengah.

Bagian kesatu : Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Pasal 2 :

1. Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman merupakan unsur pelaksana urusan


pemerintahan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

2. Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.

Pasal 3 :

Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman mempunyai tugas membantu Bupati


dalam melaksanakan urusan pemerintahan bidang Perumahan dan Kawasan
Permukiman dan tugas pembantuan yang diberikan kepada Kabupaten Maluku
Tengah.

Pasal 4 :

Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman dalam melaksanakan tugas sebagaimana


dimaksud pada pasal 3, menyelenggarakan fungsi:

4
a. Perumusan kebijakan di bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
d. Pelaksanaan administrasi Perumahan dan Kawasan Permukiman
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati

1.6.1 Susunan Organisasi Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman


Kabupaten Maluku Tengah

Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah KotaTual, terdiri


dari:

1. Kepala Dinas
2. Sekretaris, membawahi :
a) Sub Bagian Perencanaan, Data dan Informasi Publik
b) Sub Bagian Tata Usaha
c) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

3. Bidang Perumahan membawahi:


a) Seksi Pendataan dan Perencanaan
b) Seksi Pemantauan dan Evaluasi
c) Seksi Penyediaan dan Pembiayaan

4. Bidang Kawasan Permukiman, membawahi:


a) Seksi Pendataan dan Perencanaan
b) Seksi Pemanfaatan dan Pengendalian.

c) Seksi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas

5. Bidang Pertanahan, Membawahi :

Seksi Perizinan dan Penyelesaian Sengketa Pertanahan

b) Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pertanahan

5
6. Kelompok Jabatan Fungsional

Ka. Dinas
Agan Pelu, ST.MT

Sekretaris
Agan Pelu, ST.MT

Sub Bagian Tata Usaha Subbag Perencanaan Data dan


Informasi Publik

Kasi Perencanaa&Pendapatan Kasi Perencanaan & Pendapatan Bidang : Pertanahan


Bidang : Perumahan Bidang : Kawasan Permukiman Kabid: A.J Taribuka, S.IP
Kabid: Novida E Talaohu, ST Kabid: N D Kottahatuhaha,
ST ...................
Seksi : Perizinan dan Penyelesaian
Seksi : Pendataan dan Perencanaan Seksi : Pendataan dan Perencanaan Sengketa Pertanahan
Kasie: …………………………….. Kasie: ………………………………… Kasie: ...................................
Kasie: A. G. Sabban, ST
Seksi : Pemantauan dan Evaluasi Seksi : Pemanfaatan dan Pengendalian
Kasie: ……………………………… Kasie: ...................................
Seksi : Pemanfaatan dan Seksi : Pengawasan dan Pengendalian
Pengendalian Pertanahan
Seksi : Penyediaan dan Pembiayaan Kasie: ...................................
Kasie: ...................................
Kasie: ..............................
Seksi : Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
Kasie: ……..............................

1.6.2 Kepala Dians

1. Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman mempunyai tugas


pokok membantu Bupati dalam penyelenggaraan tugas di bidang perumahan
dan kawasan permukiman agar dapat berjalan dengan optimal.
2. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksdu pada ayat (1).
Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman mempunyai fungsi :

6
a. Menghimpun dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
b. Mengkoordinasikan perumusan perencanaan Dinas Perumahan dan
Kawasan Permukiman
c. Menyelenggarakan perumusan kebijakan di bidang Perumahan dan
Kawasan Permukiman
d. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Dinas Perumahan dan Kawasan
Permukiman
e. Membagi tugas kedinasan kepada bawahan
f. Mengendalikan pembinaan administrasi dan aparatur Dinas Perumahan
dan Kawasan Permukiman
g. Mengendalikan pemantauan dan evaluasi kebijakan di bidang
Perumahan dan Kawasan Permukiman
h. Membagi tugas kedinasan kepada bawahan
i. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tugas bawahan
j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati dan
k. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Bupati

1.6.3 Sekretariat
Pasal 7
1. Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
2. Sekretaris mempunyai tugas membantu Kepala Dinas melaksanakan
pembinaan dan pemberian dukungan serta administrasi Dinas agar berjalan
optimal
3. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Sekretaris mempunyai fungsi :
a. Menghimpun dan melaksanakan peraturan perundang-undangan ya g
berhubungan dengan bidang tugas

7
b. Mengkoordinasikan penghimpunan bahan dan data untuk perumusan
perencanaan
c. Menyelenggarakan pengelolaan administrasi umum dan pemberian
dukungan teknis untuk mendukung kelancaran tugas dinas
d. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas sekretariat
e. Membagi tugas kedinasan kepada bawahan
f. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tugas bawahan
g. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas dan
h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
Pasal 8
1. Sekretariat membawahi
a. Sub Bagian Perencanaan, Data dan Informasi Publik
b. Sub Bagian Tata Usaha
2. Masing-masing Sub Bagian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin
oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Sekretaris Dinas
Pasal 9
1. Sub Bagian Perencanaan, Data dan Informasi Publik mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Sekretariar di bidang Perencanaan, Data dan
Informasi Publik
2. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Sub
Bagian Perencanaan, Data dan Informasi Publik mempunyai tugas :
a. Menghimpun dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan bidang tugas
b. Menghimpun bahan dan data sebagai bahan perencanaan
c. Menyiapkan rencana kerja Sub Bagian Perencanaan, Data dan Informasi
Publik
d. Melaksanakan perumusan Perencanaan, Data dan Informasi Publik secara
integrasi dengan bidang-bidang

8
e. Melaksanakan koordinasi dan fasilitas penganggaran infrastruktur
Dibidang Perumahan dan Kawasan Permukiman
f. Melaksanakan monitoring evaluasi dan penyusunan pelaporan Dinas
g. Melaksanakan pengelolaan dan penyediaan data dan informasi geospasial
dan statistik
h. Melaksanakan pengelolaan dan pelayanan informasi publik, pblikasi dan
penyebarluasan informasi dinas
i. Membagi tugas kedinasan kepada bawahan
j. Memberikan penilaian terjadap pelaksanaan tugas bawahan
k. Melaptkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan, dan
l. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Pasal 10
1. Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tuags pokok melaksanakan sebagian
tugas Sekretariat di bidang tata usaha
2. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub
Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi:
a. Menghimpun dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan bidang tugas
b. Menghimpun bahan dan data sebagai bahan perencanaan
c. Menyiapkan rencana kerja Sub Bagian Tata Usaha
d. Melaksanakan koordinasi penatalaksanaan kepegawaian dan dukungan
administrasi umum Dinas
e. Melaksanakan urusan kerumahtanggaan dinas
f. Melaksanakan penatausahaan, penyusunan rencana dan program
pengelolaan, pengendalian, koordinasi, pemantauan, evaluasi dan
penyusunan pelaporan barang milik negara.
g. Melaksanakan tata laksana keuangan dan perbendarahan
h. Membagi tugas kedinasan kepada bawahan
i. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tugas bawahan

9
j. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan dan
k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.
l.
1.6.4 Bidang Perumahan

Pasal 11

1. Bidang perumahan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada


dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
2. Bidang Perumahan mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas
mengkoordinasikan, membina dan mengendalikan pelaksanaan tugas di
Bidang Perumahan
3. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
Bidang Perumahan mempunyai fungsi :
a. Menghimpun dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan bidang tugas
b. Menyelenggarakan pendataan dan perencanaan Bidang Perumahan
c. Menyelenggarakan penyediaan dan rehabilitasi perumahan rakyat, fasilitasi
penyediaan rumah bagi korban dampak relokasi, penerbitan izin
pembangunan dan pengembangan perumahan serta penerbitan sertifikat
kepemilikan bangunan gedung (SKBG)
d. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi di Bidang Perumahan
e. Membagi tugas kedinasan kepada bawahan
f. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tugas bawahan
g. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas
h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

Pasal 12

1. Bidang Perumahan membawahi :


a. Seksi Pendataan dan Perencanaan

10
b. Seksi Pemantauan dan Evaluasi
c. Seksi penyediaan dan Pembiayaan
2. Masing-masing Seksi sebagaimana dimaksud pada ayar (1) dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang
Pasal 13
1. Seksi Pendataan dan Perencanaan mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Perumahan di Bidang Pendataan dan Perencanaan
2. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seksi
Pendataan dan Perencanaan mempunyai tugas :
a. Menghimpun dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan bidang tugas
b. Menghimpin bahan dan data sebagai bahan perencanaan
c. Menyiapkan rencana kerja Seksi Pendataan dan Perencanaan
d. Melaksanakan penyiapan data dibidang Perumahan meliputi data
Perumahan korban bencana dan rumah masyarakat yang terkena dampak
relokasi pemerintah
e. Melaksanakan perencanaan penyediaan dan rehabilitasi perumahan rakyat
f. Melaksanakan, pemantaun evaluasi dan pelaporan di Bidang Pendataan dan
Perencanaan
g. Membagi tugas kedinasan kepada bawahan
h. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tugas bawahan
i. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan dan
j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Pasal 14
1. Seksi Pemantauan dan Evaluasi mempunyai tugas pokok melaksanakam
sebagian tugas Bidang Perumahan di Bidang Pemantauan dan Evaluasi

11
2. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Seksi
Pemantauan dan Evaluasi mempunyai fungsi:
a. Menghimpun dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan bidang tugas
b. Menghimpun bahan dan data sebagai bahan Perncanaan
c. Menyiapkan rencana kerja Seksi Pemantauan dan Evaluasi
d. Melaksanakan Pemantauan dan Evaluasi program di Bidang Perumahan
e. Membagi tugas kedinasan kepada bawahan
f. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tugas bawahan
g. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan dan
h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Pasal 15
1. Seksi Penyediaan dan Pembiayaan mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas di Bidang Perumahan di Bidang Penyediaan dan Pembiayaan
2. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana diaksud pada ayat (1) seksi
Penyediaan dan Pembiayaan mempunyai fungsi :
a. Menghimpun dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan bidang tugas
b. Menghimpun bahan dan data sebagai bahan Perncanaan
c. Menyiapkan rencana kerja Seksi Penyediaan dan Pembiayaan
d. Melaksanakan Penyediaan dan Pembiayaan rehabilitasi rumah korban
bencana dan dampak relokasi
e. Membagi tugas kedinasan kepada bawahan
f. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tugas bawahan
g. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan dan
h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

12
1.6.5 Bidang Kawasan Permukiman

Pasal 16
1. Bidang Kawasan Permukiman dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
2. Bidang Kawasan Permukiman mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas
mengkoordinasikan, membina dan mengendalikan pelaksanaan tugas di bidang
kawasan permukiman
3. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksdu pada ayat (2) Bidang
Kawasan Permukiman mempunyai fungsi:
a. Menghimpun dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan bidang tugas
b. Menyelenggarakan pendataan dan perencanaan dibidang Kawasan
Permukiman
c. Menyelenggarakan pencegahan dan peningkatan kualitas kawasan
permukiman kumuh
d. Menyelenggarakan pemanfaatan dan pengendalian kawasan permukiman
e. Menyelenggarakan penertiban izin pembangunan dan pengembangan
kawasan permukiman
f. Membagi tugas kedinasan kepada bawahan
g. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tugas bawahan
h. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas dan
i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

Pasal 17
1. Bidang Kawasan Permukiman, membawahi :
a. Seksi Pendataan dan Perencanaan
b. Seksi Pemanfaatan dan Pengendalian

13
c. Seksi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
2. Masing-masing Seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang

Pasal 18
1. Seksi Pendataan dan Perencanaan mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Kawasan Permukiman dibidang Pendataan dan
Perencanaan
2. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seksi
Pendataan dan Perencanaan mempunyai fungsi
a. Menghimpun dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan bidang tugas
b. Menghimpun bahan dan data sebagai bahan perencanaan
c. Menyiapkan rencana kerja Seksi Pendataan dan Perencanaan
d. Melaksanakan pendataan dan perencanaan kawasan permukiman kumuh
e. Melaksanakan penerbitan izin pembangunan dan pengembangan kawasan
permukiman
f. Melaksanakan pemantauan evaluasi dan pelaporan di bidang Pendataan dan
Perencanaan
g. Membagi tugas kedinasan kepada bawahan
h. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tugas bawahan
i. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan dan
j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
Pasal 19
1. Seksi Pemanfaatan dan Pengendalian mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Bidang Kawasan permukiman di Bidang Pemnafaatan dan
Pengendalian
2. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimna yang dimaksud pada ayat (1) seksi
Pemanfaatan dan Pengendalian mempunyai fungsi :

14
a. Menghimpun dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan bidang tugas
b. Menghimpun bahan dan data sebagai bahan perencanaan
c. Menyiapkan rencana kerja Seksi Pemanfaatan dan Pengendalian
d. Melaksanakan pentaan dan pengendalian kawasan permukiman kumuh
e. Melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang Pemanfaatan dan
Pengendalian
f. Membagi tugas kedinasan kepada bawahan
g. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tugas bawahan
h. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan dan
i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
Pasal 20
1. Seksi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas Bidang Kawasan Permukiman di bidang pencegahan
dan Peningkatan Kualitas
2. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
Pencegahan dan Peningkatan Kualitas mempunyai fungsi:
a. Menghimpun dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan bidang tugas
b. Menghimpun bahan dan data sebagai bahan perencanaan
c. Menyiapkan rencana kerja Seksi Pencegahan dan Peningkatan Kualitas
d. Melaksanakan pencegahanperumahandan kawasan permukiman kumuh
e. Melaksanakan peningkatan kualitas prasarana dan sarana utilitas umum (PSU)
kawasan perumahan
f. Melaksanakan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang Pencegahan dan
Peningkatan Kualitas
g. Membagi tugas kedinasan kepada bawahan
h. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tugas bawahan
i. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan dan
j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

15
1.6.6 Bidang Pertanahan

Pasal 21

1. Bidang pertanahan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang berada dibawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
2. Bidang Pertanahan mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas
mengkoordinasikan, membina dan mengendalikan pelaksanaan tugas bidang
perizinan dan penyelesaian sengketa pertanahan serta pengawasan dan
pengendalian pertanahan
3. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bidang
Pertanahan mempunyai fungsi :
a. Menghimpun dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan bidang tugas
b. Mengkoordinasikan penghimpunan bahan dan data untuk perumusan
perencanaan
c. Menyelenggarakan perumusan kebijakan dibidang pertanahan
d. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas bidang pertanahan
e. Membagi tugas kedinasan kepada bawahan
f. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tugas bawahan
g. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Kepala Dinas dan
h. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas

Pasal 22

1. Bidang Pertanahan membawahi :


a. Seksi perizinan dan penyelesaian sengketa pertanahan
b. Seksi pengawasan dan pengendalian pertanahan
2. Masing-masing seksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Bidang

16
Pasal 23

1. Seksi Perizinan dan Penyelesaian Sengketa Pertanahan mempunyai tugas pokok


melaksanakan sebagian tugas Bidang Pertanahan dibidang Perizinan dan
Penyelesaian Sengketa Pertanahan
2. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Seksi
Perizinan dan Penyelesaian Sengketa Pertanahan mempunyai fungsi:
a. Menghimpun dan melaksanakan peratuean perundang-undangan yang
berhubungan dengan bidang tugas
b. Menghimpun bahan dan data sebagai bahan perencanaan
c. Menyiapkan rencana kerja Seksi Perizinan dan Penyelesaian Sengketa
Pertanahan
d. Memfasilitasi pemberian izin lokasi, izin membuka tanah
e. Mengkoordinasikan dan menetapkan langkah-langkah penanganan,
penyelesaian sengketa tanah garapan, ganti rugi dan santunan tanah untuk
pembangunan
f. Memfasilitasi musyawarah antara pihak-pihak yang bersengketa untuk
mendapatkan kesepakatan
g. Melaksanakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang perizinan dan
penyelesaian sengketa pertanahan
h. Membagi tugas kedinasan kepada bawahan
i. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tugas bawahan
j. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan dan
k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

Pasal 24

1. Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pertanahan mempunyai tugas pokok


melaksanakan sebagian tugas Bidang Pertanahan di bidang Pengawasan
Pengendalian Pertanahan

17
2. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi
Pengawasan dan dan Pengendalian Pertanahan mempunyai fungsi :
a. Menghimpun dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan bidang tugas
b. Menghimpun bahan dan data sebagai bahan perencanaan
c. Menyiapkan rencana kerja Seksi Pengawasan dan Pengendalian Pertanahan
d. Memfasilitasi penetapak subjek dan objek retribusi tanah
e. Memfasilitasi kebijakan daerah tentang tanah ulayat
f. Menginventarisasi pemanfaatan tanah kosong serta memfasilitasi
penyelesaian masalah tanah kosong
g. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian bidang pertanahan
h. Melaksanakan pemantauan,evaluasi dan pelaporan di Bidang Pengawasan
dan Pengendalian Pertanahan
i. Membagi tugas kedinasan kepada bawahan
j. Memberikan penilaian terhadap pelaksanaan tugas bawahan
k. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan dan
l. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

1.6.7 Bidang Kelompok Jabatan Fungsional

Pasal 25

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas, melaksanakan sebagian tugas Dinas


sesuai keahlian dan / keterampilan tertentu dalam rangka mendukung kelancaran
pelaksanaan tugas pokok Dinas.

Pasal 26

1. Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksdu pada pasal 25 Peraturan ini, terdiri


dari sejumlah pegawai dalam jenjang jabatan fungsional berdasarkan ketentuan
perundang-undngan yang terbagi dalam beberapa kelompok sesuai bidang
keahliannya

18
2. Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksdu pada ayat (1),
dikoordinir oleh seorang tenaga fungsional senior yang dalam pelaksanaannya
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
3. Jumlah Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan
berdasarkan kebutuhan dan beban kerja

19
B. LAPORAN KHUSUS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota merupakan pusat konsentrasi dari kegiatan manusia yang beraneka
ragam yang masing-masing mempunyai ciri khas dan permasalahannya tersendiri.
tersendiri. Salah satu permasalahan di perkotaan adalah munculnya arus urbanisasi
yang semakin deras diakibatkan ketimpangan laju pembangunan di kota
dibandingkan dengan di desa. Hal ini ditunjukkan dengan kondisi sosial demografis
di kawasan kumuh seperti kepadatan penduduk yang tinggi, kondisi lingkungan yang
tidak layak huni dan tidak memenuhi syarat serta minimnya fasilitas umum dan
fasilitas sosial berupa fasilitas pendidikan, kesehatan dan sarana prasarana sosial
budaya. Secara sosiologis permukiman kumuh adalah suatu permukiman yang tidak
layak huni karena tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara teknis
maupun non teknis, dengan gambaran dan kesan secara umum tentang masyarakat
yang hidup dengan sikap dan tingkah laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan
penghasilan kelas menengah ke bawah. Hal tersebut menjadi interpretasi umum
bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman kumuh adalah pemukim
yang tinggal atau berada didalam suatu lingkungan yang rendah kualitasnya dengan
belum terpenuhinya standar pelayanan minimal manusia untuk hidup dengan layak.

Keberadaan kawasan permukiman kumuh di perkotaan telah menjadi masalah


serius bagi masyarakat maupun pemerintah baik ditinjau dari aspek tata ruang,
estetika, lingkungan, dan sosial. Kondisi ini disebabkan oleh adanya budaya
masyarakat yang suka hidup mengelompok dan kurang memperhitungkan sisi
pemanfaatan ruang permukiman, permukiman kumuh diartikan sebagai permukiman
yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan
yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi
syarat. Akibatnya kawasan yang terbangun tidak memperhatikan aspek keruangan,

20
lingkungan dan sosial yang berimplikasi memberikan gambaran suatu kawasan
permukiman yang kumuh.

Masalah permukiman kumuh juga terjadi pada sebagian wilayah di kota


Masohi sebagai ibukota Kabupaten Maluku Tengah khususnya di Kelurahan Lesane.
Menurut data dari Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten Maluku
Tengah, Kelurahan Lesane terdapat 108 KK yang menempati kawasan permukiman
kumuh. Dengan tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan kualitas bangunan pada
permukiman kumuh yang tumbuh di sepanjang pesisir pantai Kelurahan Lesane lebih
khususnya RT 09 dan Rt 011, menimbulkan dampak lingkungan berupa banjir rob ,
tidak adanya ruang terbuka hijau dan sisi lain menyebabkan timbulnya bahaya yang
sangat rawan terhadap kebakaran. Jika dilihat permukiman di sepanjang pesisir
pantai, khususnya di Kelurahan Lesane pada umumnya penduduk menempati rumah
yang kondisinya memprihatinkan, bangunan rumah rawan terhadap kebakaran, tidak
berjarak satu dengan yang lain, tidak ada sarana pembuangan sampah, MCK darurat
yang dapat digunakan beberapa KK. Menurut UU No. 1 Tahun 2011 bahwa setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia,
dan yang mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta
kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia
seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif. Peran pemerintah dalam hal ini adalah
menciptakan iklim yang kondusif agar penduduk lebih cepat dapat menempati rumah
yang layak huni.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka perlu dilakukan studi penelitian


mengenai penanganan permukiman kumuh di Kelurahan Lesane. Diharapkan melalui
studi penelitian ini dapat diketahui karakteristik dan tingkat kekumuhan di Kelurahan
Lesane sehingga dapat mengatasi permasalahan yang terjadi serta dapat menciptakan
aktivitas permukiman yang terkendali sesuai dengan tatanan lingkungan yang
seimbang.

21
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Mengidentifikasi masalah apa saja yang membuat kawasan Lesane


menjadi kumuh dan upaya-upaya seperti apa yang harus di berikan agar
kawasan tersebut tidak terlihat kumuh

2. Masih rendahnya upaya penanganan terhadap kawasan Permukiman


kumuh dilihat pada kondisi eksisting Kelurahan Lesane

1.3 Tujuan, Manfaat, dan Sasaran

1.3.1 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk


mengidentifikasi karakteristik dan tingkat kekumuhan pada RT 09 dan RT 11
Kelurahan Lesane sehingga dapat mengatasi permasalahan yang terjadi didasarkan
pada hasil dan konsep perumusan peremajaan yang dilakukan sehingga dapat
menciptakan aktivitas permukiman yang terkendali sesuai dengan tatanan
lingkungan. Dengan merujuk pada Permen PUPR No. 02/PRT/M/2016, dengan
variabel sebagai berikut:

 Kondisi Kekumuhan :
- Kondisi bangunan
- Kondisi pengelolaan air limbah
- Kondisi jalan lingkungan
- Kondisi pengelolaan persampahan
- Kondisi air minum
- Kondisi drainase

22
1.3.2 Manfaat

1. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya untuk mengkaji hal-


hal yang berkaitan dengan permukiman kumuh.
2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah Kota
Masohi dalam menentukan kebijakan penanganan / pengembangan
permukiman kumuh di kota Masohi khususnya di Kelurahan Lesane.
1.3.3 Sasaran

Pencapaian tujuan penelitian diantaranya memiliki beberapa sasaran yang


perlu dicapai yaitu :

1. Teridentifikasi tingkat kekumuhan di Kelurahan Lesane


2. Teridentifikasi kebijakan dan pola penanganan permukiman kumuh di
Kelurahan Lesane.

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Ruang lingkup wilayah

Lokasi kegiatan penelitian, dan pembahasan laporan dilakukan di Kelurahan


Lesane Kabupaten Maluku Tengah/Kota Masohi.

1.4.2 Ruang Lingkup Substansi

Kajian materi sebagai ruang lingkup materi yang dibahas ialah permukiman
kumuh yang menjadi salah satu permasalahan utama yang dimiliki oleh perkotaan
pada umumnya akibat dari pertumbuhan kota yang tidak seimbang. Sehingga
nantinya dapat mengatasi masalah klasik permukiman di perkotaan, khususnya di
kawasan kelurahan Lesane.

1. Teridentifikasinya lokasi permukiman kumuh berdasarkan analisis identifikasi


lokasi permukiman kumuh meliputi kondisi kekumuhan,. Dengan merujuk
pada Permen PUPR No. 02/PRT/M/2016, dengan variabel sebagai berikut:

23
a. Kondisi Kekumuhan :
- Kondisi bangunan
- Kondisi pengelolaan air limbah
- Kondisi jalan lingkungan
- Kondisi pengelolaan persampahan
- Kondisi air minum
- Kondisi drainase
2. Merumuskan arahan pola penanganan permukiman kumuh Kelurahan Lesane
dengan karakteristik permukiman kumuh wilayah kajian

24
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Permukiman
2.1.1Pengertian Permukiman

Pengertian dasar permukiman dalam Undang-Undang No.1 tahun 2011 adalah


bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan
yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang
kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

Permukiman didalam kamus tata ruang terdiri dari tiga pengertian, yaitu :

 Bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik berupa kawasan
perkotaan maupun kawasan perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan.
 Kawasan yang didominasi kawasan hunian dengan fungsi utama sebagai fungsi
tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan dan tempat
kerja yang memberikan pelayanan dan kesempatan kerja terbatas untuk
mendukung perikehidupan dan penghidupan sehingga fungsi permukiman
tersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna.
 Tempat atau daerah untuk bertempat tinggal atau tempat untuk menetap.

2.2 Pengertian Permukiman Kumuh

Permukiman adalah wadah kehidupan manusia bukan hanya menyangkut


aspek fisik dan teknis saja tetapi juga aspek aspek sosial, ekonomi, budaya dan para
penghuninya. Tidak hanya menyangkut kuantitas melainkan juga kualitas. Tidak
hanya menyangkut tempat hunian rumah, tetapi juga tempat kerja, berbelanja dan
bersantai (Eko Budiharjo dalam Alfian 2014)6. Sesuai dengan yang dikemukakan
oleh Kuswartojo dan Salim (1997:21)7 bahwa permukiman adalah perumahan

25
dengan segala isi dan kegiatan yang ada didalamnya. Berarti permukiman memiliki
arti lebih luas daripada perumahan yang hanya merupakan wadah fisiknya saja,
sedangkan permukiman merupakan perpaduan antara wadah (alam, lingkungan, dan
jaringan) dan isinya (manusia yang hidup bermasyarakat dan berbudaya di
dalamnya). Berdasarkan Undang-undang No 1 Tahun 2011 tentang perumahan dan
kawasan permukiman terdapat pengertian-pengertian sebagai berikut:

- Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat
penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
- Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan
utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
- Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari
satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan.
- Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan
kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.

Ravianto (2009) dalam Suparto (2014)8 mengemukakan bahwa perumahan


kumuh atau permukiman kumuh adalah lingkungan hunian atau tempat tinggal/rumah
beserta lingkungannya, yang berfungsi sebagai rumah tinggal dan sebagai sarana
pembinaan keluarga, tetapi tidak layak huni ditinjau dari tingkat kepadatan penduduk,
sarana dan prasarananya, fasilitas pendidikan, kesehatan serta sarana dan prasarana
sosial budaya masyarakat. Pengertian permukiman kumuh oleh Hetty Adriasih
(2004) dalam Rahayu (2007)9 adalah lingkungan permukiman yang kondisi tempat
tinggal atau tempat huniannya berdesakan, luas rumah tidak sebanding dengan jumlah
penghuni, rumah berfungsi sekedar tempat istirahat dan melindungi diri dari panas,
dingin dan hujan, lingkungan dan tata permukiman tidak teratur, bangunan sementara,

26
acak-acakan tanpa perencanaan, prasarana kurang (MCK, air bersih, saluran buangan,
listrik, gang, lingkungan jorok dan menjadi sarang penyakit), fasilitas sosial kurang
(sekolah, rumah ibadah, balai pengobatan), umumnya mata pencaharian penghuninya
tidak tetap dan usahanya nonformal, tanah bukan milik penghuni, pendidikan rendah,
penghuni sering tidak tercatat sebagai warga setempat (pendatang dari luar daerah),
rawan banjir dan kebakaran serta rawan terhadap timbulnya penyakit.

Dalam berbagai literatur dapat dilihat berbagai kriteria dalam menentukan


kekumuhan atau tidaknya suatu kawasan permukiman. Menurut studi yang dilakukan
oleh Program Pasca Sarjana Jurusan Arsitektur, Institut Teknologi Sepuluh
November, Surabaya (Titisari dan Farid Kurniawan, 1999 :8-9),

Untuk menentukan kekumuhan suatu kawasan, dapat ditinjau dari empat


aspek, yaitu :

1. Kondisi bangunan atau rumah,


2. Ketersediaan prasarana dasar dan lingkungan,
3. Kerentanan status penduduk, dan
4. Berdasarkan aspek pendudukung, seperti tidak tersedianya lapangan kerja

yang memadai, kurangnya tingkat partisipasi masyarakat pada kegiatan sosial dan
dapat dikatakan hampir tidak ada fasilitas yang dibangun secara bersama swadaya
maupun non swadaya oleh masyarakat. Berdasarkan kriteria tersebut maka studi
tersebut menentukan tiga skala permukiman kumuh, yaitu tidak kumuh, kumuh dan
sangat kumuh. Berbeda dengan studi yang dilakukan oleh Program Pasca Sarjana
Jurusan Arsitek tersebut, Laboratorium Permukiman, Jurusan Arsitektur ITS,
Surabaya (Rudiyantono, 2000:8), hanya menentukan dua standart permukiman
kumuh, yaitu :

1. Ditinjau dari keadaan kondisi rumahnya, yang antara lain dilihat dari stuktur
rumahnya, pemisahan fungsi ruang, kepadatan hunian/rumah dan bangunan dan
tatanan bangunan.

27
2. Ditinjau dari ketersediaan prasarana dasar lingkungan, seperti pada air bersih,
sanitasi, ketersediaan fasilitas tempat ibadah, pendidikan, kesehatan, dan sarana
ekonomi, ada tidaknya ruang terbuka di luar perumahan. Studi ini tidak
mempertimbangkan kriteria non fisik seperti kerentanan status penduduk untuk
melihat tingkat tingkat kekumuhan permukiman.

2.2.1 Karakteristik Permukiman Kumuh

Permukiman Kumuh merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang


tidak mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program telah dilakukan untuk
mengatasinya, namun masih saja banyak kita jumpai permukiman kumuh di hampir
setiap sudut kota yang disertai dengan ketidaktertiban dalam hidup bermasyarakat di
perkotaan.

Menurut Siswono Yudohusodo (1991)11 dalam bukunya Rumah untuk


seluruh Rakyat, mengemukakan lingkungan permukiman kumuh merupakan
lingkungan perumahan yang mempunyai karakteristik sebagai berikut :

- Kondisi fisik lingkungan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan,
yaitu kurangnya atau tidak tersedianya prasarana, sarana, fasilitas lingkungan.
Walaupun ada, kondisinya sangat buruk dan di samping itu, tata letak bangunan
tidak teratur;
- Kondisi bangunan yang sangat buruk serta bahan-bahan bangunan yang digunakan
adalah bahan-bahan bangunan yang bersifat semi permanen;
- Kepadatan bangunan dengan KDB yang besar dari yang diijinkan, dengan
kepadatan penduduk yang sangat tinggi ( lebih dari 500 jiwa per ha ); dan
- Fungsi-fungsi kota yang bercampur dan tidak beraturan.

28
Ciri-ciri permukiman kumuh, seperti yang diungkapkan oleh Suparlan (1997)
dalam Oktaviansyah (2012)12 adalah:

1. Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai


2. Kondisi hunian rumah dan permukiman serta penggunaan ruangruangnya
mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin;
3. Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam penggunaan
ruang-ruang yang ada di permukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya
kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya;
4. Permukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup secara
tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu terwujud
sebagai:
a. Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu dapat
digolongkan sebagai hunian liar.
b. Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau
sebuah RW.
c. Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atau RW
atau bahkan terwujud sebagai sebuah Kelurahan, dan bukan hunian liar.
5. Penghuni permukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen,
warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat kepadatan yang
beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam masyarakat permukiman
kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan
ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut; dan
6. Sebagian besar penghuni permukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di
sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor informal.

Menurut Sinulingga (2005) ciri-ciri kampung/permukiman kumuh terdiri dari:

1. Penduduk sangat padat antara 250-400 jiwa/Ha. Pendapat para ahli perkotaan
menyatakan bahwa apabila kepadatan suatu kawasan telah mencapai 80 jiwa/Ha
maka timbul masalah akibat kepadatan ini, antara perumahan yang dibangun

29
tidak mungkin lagi memiliki persyaratan fisiologis, psikologis dan perlindungan
terhadap penyakit.
2. Jalan-jalan sempit dapat dilalui oleh kendaraan roda empat, karena sempitnya,
kadang-kadang jalan ini sudah tersembunyi dibalik atap-atap rumah yang sudah
bersinggungan satu sama lain.
3. Fasilitas drainase sangat tidak memadai, dan malahan biasa terdapat jalan jalan
tanpa drainase, sehingga apabila hujan kawasan ini dengan mudah akan
tergenang oleh air.
4. Fasilitas pembuangan air kotor/tinja sangat minim sekali. Ada diantaranya yang
langsung membuang tinjanya ke saluran yang dekat dengan rumah.
5. Fasilitas penyediaan air bersih sangat minim, memanfaatkan air sumur dangkal,
air hujan atau membeli secara kalengan.
6. Tata bangunan sangat tidak teratur dan bangunan-bangunan pada umunya tidak
permanen dan malahan banyak sangat darurat.
7. Pemilikan hak atas lahan sering legal, artinya status tanahnya masih merupakan
tanah negara dan para pemilik tidak memiliki status apa-apa.

2.2.2 Penyebab Utama Tumbuhnya Permukiman Kumuh

Kumuh Menurut Khomarudin, 1997 penyebab utama tumbuhnya permukiman


kumuh adalah sebagai berikut :

1. Urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama bagi kelompok masyarakat


berpenghasilan rendah,
2. Sulit mencari pekerjaan,
3. Sulitnya mencicil atau menyewa rumah,
4. Kurang tegasnya pelaksanaan perundang-undangan,
5. Perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh para pemilik rumah serta
disiplin warga yang rendah,
6. Semakin sempitnya lahan permukiman dan tingginya harga tanah.

30
Menurut Arawinda Nawagamuwa dan Nils Viking (2003:3-5) penyebab
adanya permukiman kumuh adalah:

1. Karakter bangunan yaitu umur bangunan yang sudah terlalu tua, tidak
terorganisasi, ventilasi, pencahayaan dan sanitasi yang tidak memenuhi syarat
2. Karakter lingkungan yaitu tidak ada open space (ruang terbuka hijau) dan tidak
tersedia fasilitas untuk rekreasi keluarga, kepadatan penduduk yang tinggi, sarana
prasarana yang tidak terencana dengan baik. Menurut mereka keadaan kumuh
tersebut dapat mencerminkan keadaan ekonomi, sosial, budaya para penghuni
permukiman tersebut.

Adapun ciri-ciri kawasan permukiman kumuh dapat tercermin dari :

1. Penampilan fisik bangunannya yang makin kontruksi, yaitu banyaknya


bangunan-bangunan temporer yang berdiri serta nampak tak terurus maupun
tanpa perawatan,
2. Pendapatan yang rendah mencerminkan status ekonomi mereka, biasanya
masyarakat kawasan kumuh berpenghasilan rendah,
3. Kepadatan bangunan yang tinggi, dapat terlihat tidak adanya jarak antara
bangunan maupun siteplan yang tidak terencana,
4. Kepadatan penduduk yang tinggi dan masyarakatnya yang heterogen,
5. Sistem sanitasi yang miskin atau tidak dalam kondisi yang baik,
6. Kondisi sosial yang tidak dapat baik dilihat dengan banyaknya tindakan
kejahatan maupun kriminal,
7. Banyaknya masyarakat pendatang yang bertempat tinggal dengan menyewah
rumah.

2.2.3 Pola Penanganan Permukiman Kumuh

Sesuai dengan UU No. 1 Taun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan


Permukiman, Pola penanganan kumuh yang dapat dilakukan antara lain:

31
1. PENCEGAHAN

Pola penanganan pencegahan terdiri atas:

- Pengawasan dan Pengendalian : Kesesuaian terhadap perizinan, standar teknis


dan pemeriksaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
- Pemberdayaan Masyarakat : Pelaksanaan melalui pendampingan dan
pelayanan informasi

2. PENINGKATAN KUALITAS

Pola penanganan peningkatan kualitas terdiri atas:

- Pemugaran : Perbaikan, pembangunan kembali menjadi permukiman layak


huni
- Peremajaan : Mewujudkan permukiman yang lebih baik guna melindungi
keselamatan dan keamanan masyarakat sekitar dengan terlebih dahulu
menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat
- Pemukiman kembali : Pemindahan masyarakat dari lokasi yang tidak mungkin
dibangun kembali/ tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/ atau rawan
bencana serta menimbulkan bahaya bagi barang ataupun manusia (contoh:
penyediaan Rusunawa)

2.3 Peremajaan kota

2.3.1 Defenisi Peremajaan Kota

Menurut Max Weber (P.J.M. Nas, 1979: 29), kota adalah suatu tempat
dikatakan kota bila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan
ekonominya di pasar lokal.

Sedangkan menurut Prof. Bintarto (1983), kota dapat diartikan sebagai suatu
sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang
tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang
materialistis.

32
Menurut Grebler, peremajaan kota adalah usaha perubahan lingkungan
perkotaan yang disesuaikan dengan rencana dan perubahan tersebut dilakukan secara
besar-besaran untuk dapat memenuhi tuntutan baru kehidupan dikota.

Menurut Djoko Sujarto (Sujarto, 1985:2), peremajaan kota dapat dilihat dalam
tiga lingkup, yaitu :

1. Peremajaan kota sebagai suatu proses


2. Peremajaan kota sebagai suatu fungsi
3. Peremajaan kota sebagai suatu program

Tetapi menurut Undang-undang RI No 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan


Permukiman, peremajaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
harkat masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang dilakukan melalui penataan
dan peningkatan kualitas yang lebih menyeluruh terhadap kawasan hunian yang
sangat kumuh.

2.3.2 Faktor Penting dalam Peremajaan Kota

Peremajaan kota tidak dapat dilakukan dengan cepat, karena

peremajaan kota dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor yang


berpengaruh terhadap rencana peremajaan kota itu sendiri. Faktor yang perlu di
pertimbangkan yaitu faktor ekonomi. Menurut Richardson (Dritasto, dkk., 1998:69)
ada dua hal yang mengakibatkan diperlukannya usaha peremajaan kota, yaitu :

4. Keadaan yang buruk pada kondisi perumahan penduduk yang berpenghasilan


rendah di pusat kota,
5. Adanya kebutuhan akan lokasi di pusat kota untuk kegiatan komersial maupun
perumahan bagi penduduk berpenghasilan tinggi.

33
2.3.3 Esensi Peremajaan kota

Esensi peremajaan kota, terdiri dari:

1. Meningkatkan vitalitas suatu atau beberapa bagian wilayah kota atau kawasan
fungsional kota sehingga dapat meningkatkan nilai basis ekonomi dan sosial
bagian wilayah kota atau kawasan tersebut terhadap kota secara keseluruhan.
2. Pembangunan kembali unsur perkotaan secara kualitatif maupun secara
kuantitatif untuk menunjang kebutuhan yang meningkat.
3. Meningkatkan kemampuan sarana dan prasarana suatu atau beberapa bagian
wilayah kota atau kawasan fungsional kota.
4. Menjaga agar tidak meluasnya kekumuhan bagianbagian wilayah kota atau
kawasan fungsional kota.

34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Adapun lokasi penelitian ini yaitu Kelurahan Lesane Kecamatan Kota Masohi
Kabupaten Maluku Tengah

3.2 Waktu Penelitian


Waktu Penelitian dilakukan pada tanggal 23 Juli 2019 s/d - - 2019, setiap hari
kerja yaitu Senin-Jumat dan pada Jam Kerja 08.00-14.00

3.3 Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua metode pengumpulan data
yaitu pengambilan data primer dan sekunder pada Dinas Perumahan dan
Kawasan Permukiman, dan Observasi Lapangan.

3.4 Metode Analisis Data


Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang menggambarkan atau
melukiskan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya. Nawawi dan Martini (1996: 73); Penelitian deskriptif
kualitatif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang ada,
yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.

35
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran umum kelurahan Lesane

4.1.1 Aspek Fisik Dasar Wilayah

I. Letak, Luas dan batas Wilayah

Secara Administratif Kelurahan Lesane berada dalam wilayah kecamatan Kota


Masohi, Kabupaten Maluku Tengah. Wilayah Kelurahan Lesane berada pada poros
jalan utama Amahai-Masohi dengan sebagian permukiman linear. Kelurahan Lesane
terdiri darisebelas (11) RT dengan luas wilayah ± 25,8 Ha. Secara Geografis batas-
batas Wilayah Kelurahan Lesane adalah sebagai berikut:

BATAS DESA/KELURAHAN KECAMATAN


Sebelah Utara Teluk Elpaputih Teluk Elpaputih
Sebelah Selatan Namaelo Kota Masohi
Sebelah Timut Letuwaru Kota Masohi
Sebelah Barat Ampera Kota Masohi

Gambar 4.1: Peta Adminisrasi Kelurahan Lesane

36
II. Topografi

Permukaan laut yang landau pada Kecamatan Kota Masohi berkisaran antara
75–300 m dari sudut terendah. Secara perlahan mulai dengan sudut kemiringan antara
10 – 230 m. Kondisi topografi daratan Kecamatan Kota Masohi umumnya memiliki
permukaan yang rata, tempat berbagai bangunan didirikan, sedangkan pada bagian
Hinderland Kecamatan Kota Masohi dikelilingi oleh bukit. Diantara permukaan yang
rata danberbukit terdapat hamparan lahan pertanian/Perkebunan namun dalam skala
kecil. Kondisi topografi di wilayah Kelurahan Lesane berupa dataran yang memiliki
luas ± 25,8 Ha merupakan wilayah landai dan sampai dengan ketinggian antara 3 s/d
± 20 meter diatas permukaan laut. Kemiringan lereng di Kelurahan Lesane secara
umum berkisar antara 0 - 3 %.

III. Geologi

Kelurahan Lesane berada dalam daratan Kepulauan Seram, yang pada dasarnya
memiliki cirri dan criteria yang sama dengan kepulauan Maluku pada umumnya.
Kepulauan Maluku terbentuk oleh tumbukan 3 (tiga) lempeng utama, yaitu lempeng
Indo Australia, lempeng Pasifik dan lempeng Eurasia, dengan tipe penunjaman,
membentuk busur vulkanis dan busur non vulkanis, yang keduanya melengkung ke
barat. Busur vulkanis ditempati oleh gugusan pulau bergunung api, baik gunung api
tersier maupun kwarter, sedangkan busur non vulkanis tersusun oleh berbagai macam
batuan yang tidak ikut masuk ke dalam bumi pada waktu penunjaman atau sering
disebut baji melange. Batuan pada busur non vulkanis tersusun oleh batu gamping,
sekis, batu sabak (graywacke), batu pasir dan lempung. Keseluruhan Struktur Geologi
tersebut menurunkan intensitas tinggi di bagian Tengah Kabupaten Maluku Tengah,
yang menjadi medium rambat gelombang gempa yang dapat terjadi di daerah ini.

IV. Hidrologi

Kondisi hidrologi yang didiskripsikan adalah hidrologi permukaan (sungai),


Berdasarkan luas daerah aliran sungai (DAS), di Kabupaten Maluku Tengah dapat

37
dikelompok kondisi pulaunya, yaitu sistem sungai Pulau kan ke dalam 2 (dua) sistem
sungai berdasar Seram, dan sistem sungai pulau-pulau kecil, meliputi : Haruku, TNS,
Saparua, Salahutu, Leihitu, Nusa Laut, dan Banda. Kecamatan Kota Masohi pada
Umumnya dipengaruhi oleh 2 (dua) musim yaitu : Musim Barat/Utara (Bulan
Oktober sampai dengan Maret) dan Musim Timur/Tenggara (Bulan April sampai
dengan Agustus) dan diselingi pancaroba (Bulan April dan Bulan September) yang
merupakan transisi dari kedua musim tersebut. Pada musim Barat/Utara keadaan
perairan Kecamatan Kota Masohi bergelombang yang dipengaruhi oleh tiupan angina
dari arah Barat (Perairan Laut Banda) maupun Utara (Perairan Teluk Elpaputih).

V. Klimatologi

Secara umum kondisi iklim di Kabupaten Maluku Tengah didominasi oleh curah
hujan yang relatif tinggi, yang ditunjukkan dengan kondisi vegetasi hutan yang rapat
dan tumbuh subur. Kabupaten Maluku Tengah terletak pada di wilayah ini terbentuk
tipe iklim hutan hujan tropis dan iklim musim, dengan curah hujan rata-rata tahunan
yang tinggi. Seperti wilayah Indonesia lainnya, di wilayah ini hanya terdapat 2 musim
dalam setahun, yaitu musim penghujan yang dimulai pada bulan Oktober dan musim
kemarau yang dimulai pada bulan April, dengan bulan basah lebih lama dibanding
dengan bulan kering. Kabupaten Maluku Tengah terletak antara Laut Pasifik dengan
Laut Banda, sehingga sering terjadi pusaran angin dan arus laut, maka pada saat
musim penghujan sering tejadi badai hujan (storm) yang sangat memungkinkan
terjadinya banjir besar. Berdasarkan klasifikasi Oldeman, zona agroklimat di
Kabupaten Maluku Tengah dapat dikelompokkan berdasarkan kondisi fisiografinya,
yaitu: (a) pada satuan dataran rendahdengan ketinggian <500 meter dpal, temperatur
udara berkisar antara 25.8°-27.2°C, curah hujan antara 1.000-4.500 mm/tahun, hujan
tersebar merata, jumlah bulan basah antara 3- 9 bulan basah per tahun; (b) pada
satuan dataran tinggi dengan ketinggian >500 meter dpal, temperatur udara rata-rata
26,2°C, curah hujan antara 3.000-4.000 mm/tahun, dan >9 bulan basah.

38
4.1.2 Kondisi Ekonomi, Sosial dan Budaya

I. Kondisi Ekonomi

Tantangan pembangunan masyarakat di Kelurahan Lesane pun masih


diperhadapkan dengan bagaimana menyelesaikan 668 Kepala Rumah Tangga
Berpenghasilan Rendah (Sumber data Baseline 100-0-100) dan penyelesaiannya pun
harus memerlukan dukungan dan intervensi program pemerintah baik pusat, provinsi,
Kabupaten dan atau peran sektor swasta dan masyarakat. Persoalan lain yang juga
dihadapi dan harus diselesaikan untuk meningkatkan kondisi keterpurukan
masyarakat. Sebagian besar penduduk Kelurahan Lesane bekerja disektor
Perdagangan/Jasa (65%) dan Perkantoran sekitar 17,37%. Pada sektor perdagangan
dan jasa, penduduk Kelurahan Lesane lebih banyak sebagai pedagang kecil dan lebih
banyak pada bidang Kuliner (pedagang Roti dan makanan lainnya, sedangkan
pedagang barang jasa berupa pakaian jadi dan juga kebutuhan sandang lainnya masih
cukup minim dan lebih banyak di jalankan oleh kaum pendatang. Masalah yang
dihadapi oleh Kelurahan Lesane tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada
Kelurahan lainnya di Kecamatan Kota Masohi, yakni kurangnya Pembinaan dan
pelatihan kewirausahaan baik dari pemerintah maupun lembaga swasta lainnya.
Selain itu, sulitnya untuk mendapatkan pinjaman dana dari pihak bank maupun
lembaga pemberi pinjaman lainnya, menjadikan masyarakat Kelurahan Lesane yang
sebagian besar sebagai pedagang makanan, agak sulit untuk berkembang. Namun
sejak hadirnya PNPM-MP diKelurahan Lesane, masyarakat agak sedikit terbantu
dengan adanya kegiatan pinjaman bergulir yang dijalankan oleh UPK-BKM
Wakatobinto dikelurahan Lesane. Tercatat hingga Bulan November 2017, sudah
sekitar 400-an Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang menjadi penerima
manfaat kegiatan Pinjaman Bergulir yang hingga kini masih aktif dijalankan. Hal ini
menjadi potensi tersendiri bagi pemerintah Kelurahan Lesane khususnya dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarkat di kelurahan Lesane, ditengah makin sulitnya
mendapatkanmodal usaha untuk masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah.

39
II. Kondisi Budaya

Berbeda dengan 4 Kelurahan lainnya yang ada di kecamatan Kota Masohi


dimana Masyarakat diwilayahnya yang berciri Multi-Kultural Polietnik, Kelurahan
Lesane lebih didominasi oleh masyarakat dari 1 Kultur Budaya yaitu masyarakat
pendatang dari Sulawesi Tenggara, sekitar 95% penduduk Kelurahan Lesane adalah
pendatang dari Sulawesi tenggara yang sudah lama menetap dan berkeluarga di
Lesane. Hal inilah yang membuat ikatan kekeluargaan di Kelurahan Lesane sangat
kental terasa baik dalam aktifitas hari-hari maupun dalam acara dan kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan lainnya. Namun demikian, ibarat pepatah ”Dimana Bumi
dipijak,disitu Langit Dijunjung”, masyarakat Lesane tetap mematuhi aturan dan juga
norma-norma sosial masyarakat Maluku pada umumnya serta bersinergi dengan
pranata sosial budaya dan sistem nilai (adat istiadat) yang sarat dengan nuansa
kebersamaan, persaudaraan dan toleransi yang terwujud dalam berbagai kearifan
local seperti budaya pela-gandong, masohi, makan patita, kumpul saudara hingga
penerapan prinsip hidup keseharian yang mencirikan adat ketimuran seperti etika, tata
karma, moralitas dan religiusitas. Nilai-nilai budaya ini merupakan peninggalan
leluhur yang berfungsi sebagai pattern-maintaining system bagi sebuah kehidupan
social yang harmonis, santun, rukun, dan damai, baik antara sesame penduduk asli
maupun pendatang yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat secara
keseluruhan.

4.2 Identifikasi Penilaian Kekumuhan ( fisik )

A. Penilaian Tingkat Kekumuhan

1. Kondisi Bangunan

a. Keteraturan Bangunan

1) 51%-75% Bangunan Tidak Memiliki Keteraturan

b. Kepadatan Bangunan

1) Kepadatan Bangunan Sebesar <200 Unit/Ha

40
c. Persyaratan Teknis

1) 51% - 75% Bangunan Tidak Memenuhi Persyaratan Teknis


2. Kondisi Jalan Lingkungan
a. Cakupan Layanan
1) Cakupan Layanan Jalan Lingkungan Tidak Memadai Di 25%-50% Luas Area
b. Kualitas Jalan
1) Kualitas Jalan Buruk pada 25% -50% Luas Area
3. Kondisi Drainase Lingkungan
a. Persyaratan Teknis
1) Drainase Lingkungan Tidak Mampu Mengatasi Genangan Minimal di 25% -

50% Luas Area

b. Cakupan Pelayanan

1) 51% -75% Luas Area Tidak Terlayani Drainase Lingkungan

4. Kondisi Penyediaan Air Minum

a. Persyaratan Teknis

1) SPAM Tidak Memenuhi Persyaratan Teknis di 25% - 50% Luas Area

b. Cakupan Pelayanan

1) Cakupan pelayanan SPAM tidak memadai terhadap 76% - 100% populasi

5. Kondisi Pengelolaan Air Limbah

a. Persyaratan Teknis

1) Pengelolaan Air Limbah Tidak Memenuhi Persyaratan Teknis di 51% - 75%


Luas Area.
b. Cakupan Layanan
1) Cakupan pengolahan air limbah tidak memadai terhadap 51% - 75% populasi

41
6. Kondisi Pengelolaan Persampahan

a. Persyaratan Teknis
1) Pengelolaan Persampahan Tidak Memenuhi Persyaratan Teknis di 25% -
50% Luas Area
b. Cakupan Pelayanan
1) Cakupan Pengelolaan Persampahan Tidak Memadai terhadap 51% - 75%
Populasi

4.3 Identifikasi Kondisi Kekumuhan

4.3.1 Kondisi Bangunan

Sebagai salah satu unsur utama suatu kota, Bangunan Perumahan merupakan
kebutuhan pokok bagi masyarakat, yang mana dapat mempengaruhi perkembangan
kota tersebut. Dari data yang telah diperoleh jumlah perumahan di Kelurahan Lesane
sebanyak 541 unit. Kondisi bangunan dari hasil Pendataan Baseline 100-0-100 di
wilayah Kelurahan, dapat dimasukkan dalam kategori permanen dan semi permanen.
Sedangkan material bangunan yang digunakan bervariasi. Lantai terdiri dari keramik,
semen, dan tanah. Dinding terdiri dari batu bata, papan, tripleks dan seng. Sedangkan
untuk atap terdiri dari genteng, seng dan metal roof. Selain hal di atas, penduduk
setempat juga memfungsikan rumahnya sebagai tempat usaha khususnya penduduk
yang bergerak dibidang pertukangan dan juga perdagangan/Ruko. Untuk Lebih
Jelasnya bisa dilihat pada tabel 4.2.

Jumlah Kelayakan Bangunan


Keteraturan Kepadatan
keteraturan
No Bangunan Bangunan Memiliki luas Sesuai
Bangunan lantai >7,2 persyaratan
(%) unit/ha
Hunian m2/orang teknis
1 668 81% 31 unit/ha 85 Unit/Ha 47%

42
a. Keteraturan bangunan

Keteraturan bangunan dapat ditinjau dari garis sempadan bangunan (GSB)


karena merupakan batas persil yang tidak boleh didirikan bangunan dan diukur dari
dinding terluar bangunan terhadap batas tepi rencana jalan, batas rencana sungai,
batas tepi rencana pantai, rencana saluran infrastruktur, batas jaringan listrik
tegangan tinggi, batas tepi rel KA, garis sempadan mata air, garis sempadan aproad
landing, garis sempadan telekomunikasi. Adapun garis sempadan bangunan (GSB)
berdasarkan hasil survey lapangan di kawasan penelitian Kelurahan Lesane
menunjukkan bahwa GSB permukiman jaraknya 0,5 – 1 meter sebanyak 123 unit dan
GSB 1,5-3 meter sebanyak 545 unit hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
sistem garis sempadan bangunan di kawasan penelitian tidak memenuhi syarat untuk
permukiman.

Total Jumlah Keteraturan Persentase


No RT Bangunan Bangunan (Unit Keteraturan
Hunian Rumah Tangga ) Bangunan (%)
1 01 66 62 94%

2 02 40 40 100%

3 03 74 70 95%

4 04 80 71 89%

5 05 70 67 96%

6 06 67 64 96%

7 07 70 67 96%

8 08 46 44 96%

9 09 45 0 0%

10 10 39 28 72%

11 11 71 32 45%
TOTAL 668 545 81%

43
Untuk mengetahui nilai keteraturan bangunan dapat digunakan

teknik penilaian sebagai berikut.

- Jumlah Bangunan Tidak Memiliki Keteraturan : 545 unit

- Jumlah Bangunan: 668 unit

- Rata-rata Bangunan Tidak Memiliki Keteraturan ?

Jumlah BangunanTidak Memiliki Keteraturan


Maka : x 100
jumlah bangunan

545
Maka : 100 = 81%
668

Berdasarkan dariperhitungan yang dilakukan oleh diperoleh data bahwa tingkat


keteraturan bangunan di Kelurahan Lesane termasuk cukup baik, dengan rata-rata
sekitar 81%.Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pemahaman masyarakat terhadap tata
aturan dalam mendirikan bangunan di permukiman yang cukup baik.Namun
demikian di beberapa RT, khususnya di RT 09 dan RT 11 terlihat jelas kalau
keteraturannya masih sangat rendah yaitu hanya 45 % sedangkan RT 9 mencapai
0%.Hal ini perlu untuk mendapat perhatian serius dan mendapat penanganan segera
agar tidak menimbulkan dampak yang berkepanjangan kedepannya.

b. Kepadatan bangunan

Luas Kawasan Jumlah Total


No RT Tingkat Kepadatan
Permukiman Bangunan
Bangunan (unit/Ha)
(Ha) (Unit)
1 01 2,48 66 2,7
2 02 2,55 40 1,6
3 03 3,65 74 2,1
4 04 2,35 80 3,3
5 05 2,46 70 2,9
6 06 2,05 67 3,3
7 07 3,84 70 1,9

44
Luas Kawasan Jumlah Total
No RT Tingkat Kepadatan
Permukiman Bangunan
Bangunan (unit/Ha)
(Ha) (Unit)
8 08 2,20 46 2,1
9 09 1,01 45 4,5
10 10 2,06 39 1,9
11 11 1,13 71 5,3
TOTAL 25,8 Ha 668 Unit 29,00/ unit

Jumlah bangunan yang termasuk dalam lokasi studi sebanyak 668 unit
sedangkan luas wilayah 25,8 Ha. Perhitungan tingkat kepadatan bangunan adalah
membandingkan jumlah bangunan rumah yang ada dengan luas lahan permukiman
dalam suatu wilayah.

Teknik penilaiannya adalah:

- Jumlah Bangunan rumah : 668 Unit

- Luas Wilayah : 25,8 Ha

- Kepadatan Bangunan ?

Jumlah bangunan rumah


x 100
luas wilayah

668
Maka : 100 = 29 %
25,8

Kondisi Kepadatan di Kelurahan Lesane masih tergolong rendah dengan hanya


29,00 Unit/Hektar atau 29 %. Hal ini dipengaruhi oleh masih banyaknya ruang atau
lahan kosong yang masih belum dimanfaatkan oleh masyarakat. Ruang atau lahan
kosong yang ada lebih merupakan lahan atau pekarangan milik warga yang belum
dimanfaatkan. Kondisi kepadatan bangunan yang masih rendah ini, sangat
berpengaruh terhadap pola penangan kedepannya dan juga menjadi peluang untuk
pengelolaan dan pembangunan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

45
c. Persyaratan teknis

Ketidaksesuaian terhadap persyaratan teknis bangunan gedung merupakan kondisi


bangunan gedung pada perumahan dan permukiman yang bertentangan dengan
persyaratan:

1. pengendalian dampak lingkungan;


2. pembangunan bangunan gedung di atas dan/atau di bawah tanah, di atas
dan/atau di bawah air, di atas dan/atau di bawah prasarana/sarana umum;
3. keselamatan bangunan gedung;
4. kesehatan bangunan gedung;
5. kenyamanan bangunan gedung; dan
6. kemudahan bangunan gedung
Untuk menghitung persentase persyaratan teknis bangunan, dapat digunakan teknik
penilaian sebagai berikut;

- Jumlah Bangunan tidak memenuhi persyaratan teknis: 123 Unit

- Jumlah Bangunan: 668

- Rata-rata bangunan tidak sesuai persyaratan teknis?

Jumlah bangunan tidak memenuhi persyaratan teknis


x100
jumlah bangunan

311
Maka : x 100 = 19 %
668

Dari data hasil penilaian, bangunan di lokasi penelitian 19 % tidak memenuhi


persyaratan teknis

46
Dokumentasi kelayakan fisik bangunan Dokumentasi Keteraturan bangunan

4.3.2 Kondisi Jaringan Jalan

Kondisi jaringan jalan di Kelurahan Lesane sebagian sudah mengalami kerusakan


akibat berbagai sebab, diantaranya akibat pengaruh luapan air akibat rob maupun
genangan air hujan yang tidak dapat tersalurkan dengan baik oleh drainase yang ada.
Selain itu juga jalan lingkungan yang ada sudah termakan usia sehingga
menimbulkan dampak kerusakan di beberapa bagian yang perlu untuk dilakukan
perbaikan. Berikut gambaran kondisi jaringan jalan di Kelurahan Lesane yang di
gambarkan dalam tabel 4.3.

Jaringan Jaringan Sesuai


Panjang Total
No Jalan yang jalan yang Persyaratan
Jaringan Jalan
layak tidak layak Teknis
1 6.876 Meter 5859 277 2640

a. Cakupan Pelayanan

Cakupan pelayanan jalan linkungan dapat dilihat dari dua indikator yakni,
perlunya keterhubungan antar perumahan dalam lingkup permukiman skala wilayah
dan perlunya keterhubungan antar persil dalam perumahan dalam skala kawasan.
Berdasarkan hasil survey, jalan lingkungan sekunder yang ada di Lingkungan Lesane
sudah dapat dilalu kendaraan bermotor roda tiga atau lebih. Cakupan pelayanan jalan

47
lingkungan dilokasi penelitian sebagian besar sudah terlayani. Cakupan jalan
lingkungan yang tidak memadai di 33 %. Luas area.

b. Kualitas jalan
Beberapa permasalahan yang terdapat pada jaringan jalan adalah adanya
kerusakan jalan, dimensi jalan yang sempit, genangan air di badan alan, dan jalan
yang berlobang, sehingga pada beberapa bagian jalan tersebut menimbulkan
di ketidaknyamanan untuk melakukan aktifitas. Bahkan masyarakat kawasan
penelitian menengarai pada bagian tertentu sering terjadi kecelakaan karena kondisi
jalan sulit dilalui. Berdasarkan hasil survey lapangan, diketahui beberapa hal sebagai
berikut :

1) Ruas jalan yang ada di Kawasan penelitian yaitu terdiri dari jalan arteri sekunder,
jalan lingkungan, dan jalan setapak (lorong).

2) Kondisi jalan yang ada terbagi dalam 3 (tiga) jenis jalan, yaitu : jalan aspal jalan,
jalan beton, dan jalan pengerasan

Berdasarkan data yang diperoleh bahwa panjang jalan yang berada di wilayah studi
6876 meter dengan panjang jalan kondisi baik 5859 meter sedangkan panjang jalan
kondisi rusak sedang 1017 meter.
- Panjang Jalan : 6876 meter
- Panjang Jalan Kondisi Baik : 5859 meter
- Panjang Jalan Kondisi Rusak : 227 meter

Total jalan kondisi rusak


Maka : x100
panjang jalan
227
100=¿ 33 %
6876

Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa sebagian kualitas jalan lingkungan di lokasi
penelitian kondisinya buruk.

48
Dokumentasi jaringan jalan

4.3.3 Kondisi Jaringan Drainase

Kelurahan Lesane menjadi salah satu kelurahan yang sering terjadi dan
mengalami genangan akibat air hujan maupu rembesan atau luapan air laut walaupun
tidak berlangsung lama dan dengan ketinggian yang tidak mencapai 30 cm.Hal ini
menunjukan masih belum berfungsinya secara optimal jaringan drainase yang ada
dibeberapa titik atau kawasan penduduk. Lokasi yang sering mengalami genangan
akibat air hujan berada pada wilayah sekitar pesisir pantai yakni RT 09, 10 dan RT
11. Dibutuhkan solusi yang konkrit untuk mengatasi persoalan tersebut mengingat hal
ini terjadi tiap musim hujan dan air pasang tertinggi yang cukup menggangu
kenyamanan dan aktifitas masyarakat.

49
Tabel 4.4
Data Kondisi Jaringan drainase di Kelurahan Lesane

Luas Luas Area Panjang


Panjang Total
No RT Permukiman Permukiman Drainase yang
Drainase
(Ha) Terjadi Genangan tidak memadai

1 01 2.5 0 600.00 240

2 02 2.6 0 400.00 100

3 03 3.7 0 360.00 200

4 04 2.4 0 250.00 0

5 05 2.5 0 200.00 0

6 06 2.1 0 1,180.00 1180

7 07 3.8 0 350.00 230

8 08 2.2 0 300.00 25

9 09 1.0 0 250.00 110

10 10 2.1 0 160.00 0

11 11 1.1 0 120.00 60
TOTAL/
25,8 Ha 0 Ha 4.170 M 2.145 M
Rerata

a. Cakupan pelayanan

Meskipun di wilayah studi memiliki topografi beragam yang memungkinkan


terjadinya aliran air secara grafitasi, tetapi kenyataan sering terjadi permasalahan
dengan jaringan drainase. Kondisi ini sangat beragam, disebabkan adanya
penyempitan saluran, penumpukan sampah, aliran air di drainase tidak mengalir, dan
sedimentasi saluran.

Untuk mengetahui cakupan pelayanan jaringan drainase di Lingkungan Lesane


memadai atau tidak memadai, digunakan teknik penilaian sebagai berikut :

50
- Total Panjang Jalan : 6876 meter

- Total Panjang Drainase : 4170 meter

Total panjang drainase


x 100
total panjang jalan

4170
Maka : x 100 = 60%
6876

Dengan demikian sebanyak 60% jaringan drainase belum memadai terhadap


Lingkungan Kelurahan Lesane

b. Kualitas drainase

Jaringan drainase pada lokasi penelitian sebagian megalami kerusakan,


beberapa ruas jalan sudah ada drainase dan ada sebagian ruas jalan yang tidak
mamiliki drainase. Kelurahan Lesane memiliki drainase dengan lebar antara 30-50
Cm

Untuk mengetahui skala pelayanan terhadap luas area maka digunakan teknik
penilaian sebagai berikut:

- Panjang Drainase : 4170

- Panjang Drainase Kondisi Baik : 2025

- Panjang Drainase Rusak : 2145

Total panjang drainase yang rusak


100
panjang drainase

2025
Maka : 100 = 49 %
4170

Dengan demikian sebanyak 49 % jaringan drainase yang kondisinya buruk dan belum
terlayani terhadap luas area di kawasan penelitian.

51
Dokumentasi Kondisi Drainase

4.3.4 Kondisi Persampahan

Pengaruh akan sampah di dalam kehidupan masyarakat sangat besar baik


dilihat dari segi kesehatan maupun lingkungan. Permasalahan ini kalau tidak
diperhatikan dengan baik bisa menimbulkan permasalahan baru seperti timbulnya
wabah penyakit seperti Malaria, Diare.Selain itu juga Sampah dapat menyebabkan
Polusi udara, pemukiman tidak indah dan asri sehingga kenyamanan lingkungan tidak
terasa. Selama ini masyarakat biasanya membuang sampah pada pantai dan belakang
rumah atau lahan kosong untuk kemudian dibakar. Masalah yang dihadapi oleh
masyarakat Kelurahan Lesane pada umumnya adalah kurangnya Armada sampah
Pemkab Maluku Tengah, dan juga TPS yang hanya tersedia di 1 titik sehingga
pelayanan akan sampah tidak terlayani secara maksimal.Data yang ada berdasarkan
baseline 100-0-100 menunjukkan angka yang cukup signifikan terkait pengelolaan
persampahan dikawasan permukiman, masih terdapat 26% dari jumlah Kepala
Rumah tangga yang penggelolaan sampahnya masih belum sesuai dengan standar
minimal sehingga masih membutuhkan sosialisasi dan juga penangananan lainnya.

52
Tabel 4.5 Pengelolaan Persampahan di Kelurahan Lesane

Pengelolaan Persampahan
No RT/RW
(%)

1 RT001-00000 53%
2 RT002-00000 100%
3 RT003-00000 27%
4 RT004-00000 49%
5 RT005-00000 54%
6 RT006-00000 100%
7 RT007-00000 83%
8 RT008-00000 72%
9 RT009-00000 100%
10 RT010-00000 100%
11 RT011-00000 100%

a. Persyaratan Teknis

Kriteria pemenuhan teknis pengelolaan persampahan dapat dilihat dari


frekuensi pengangkutan sampah, pemilahan jenis sampah, proses
3R(recycle,reduce,reuse), ketersediaan TPS di setiap rumah dan pengelolaan TPA.
Dari hasil observasi disimpulkan bahwa kriteria teknis pengelolaan persampahan di
lingkungan Lesane berada dalam tahap sedang yakni 50% - 100 % populasi.

b. Cakupan Pelayanan

Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya


suatu proses. Sampah didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya,
dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya
produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung.
Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka
sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya. Masyarakat di lokasi penelitian pada
umumnya menggunakan sistem persampahan komunal atau membuang sampah di

53
sembarang tempat seperti lahan kosong, mengumpulkan di lahan kosong tersebut lalu
dibakar. Kebiasaan menggunakan sistem komunal tersebut dikarenakan kurangnya
Tempat Pembuangan Sementara (TPS) yang ada di lokasi penelitian.

Dokumentasi Kondisi Persampahan

4.3.5 Kondisi Air Minum

Secara umum Kecamatan Kota Masohi, khususnya Kel. Lesane memiliki


permasalahan air minum yang masih sering terjadi, diantaranya terkait distribusi yang
belum merata, dan juga air yang sering tercemar pada saat hujan hal ini dikarenakan
tingkat ketergantungan masyarakat terhadap PDAM . Berikut data permasalahan
pelayanan air minum di Kelurahan Lesane.

Tabel 4.6 Kualifikasi sumber Air minum di Kelurahan Lesane

No Sumber Air Jumlah

1 PDAM 315
2 Sumur Gali 193
3 Sumur Bor 160
Jumlah 668

54
a. Persyaratan teknis

Air minum adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik dan
biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas
mereka sehari-hari dan memenuhi persyaratan untuk pengairan sawah, untuk
treatment air minum dan untuk treatmen air sanitasi. Persyaratan disini ditinjau dari
persyaratan kandungan kimia, fisika dan biologis. Dari data penggunaan air minum
untuk kebutuhan warga Mayarakat di Kelurahan Lesane terlihat bahwa sebagian
besar warga menggunakan sumber PDAM untuk pemenuhan kebutuhannya.

Untuk mengetahui persyaratan teknis air minum PDAM maka digunakan teknik
penilaian sebagai berikut :

- Jumlah Bangunan Sumber Air Minum Non PDAM : 353 Unit

- Total Jumlah Bangunan : 668 Unit

Jumlah bangunan sumber air non PDAM


100
jumlah bangunan

353
Maka 100 = 53%
668

Dari hasil penilaian diatas diketahui sebanyak 53% tidak memenuhi persyaratan
teknis penyediaan air minum.

b. Cakupan pelayanan

Lingkungan permukiman dengan pelayanan air minum atau akses terhadap


air minum yang terbatas mengindikasikan buruknya kualitas lingkungan permukiman
karena dilihat dari tingkat kelancaran air minum oleh PDAM terhadap masyarakat 5
jam/hari yakni pada pukul 07.00 pagi sampai pukul 09.00 siang kemudian pukul
16.00 sore sampai pukul 18.00 malam dan pukul 24.00 malam sampai pukul 01.00
pagi. Dari hasil penelitian masih banyak warga yang kesulitan mengakses air minum.

55
Untuk mengetahui cakupan pelayanan air minum oleh PDAM di lokasi penelitian
maka digunakan penilaian sebagai berikut :

- Tingkat ketidaklancaran yang terjadi : 17 jam/hari

- Tingkat kelancaran ideal : 24 jam/hari

- Tingkat pelayanan?

Ketidaklancaran yang terjadi


x 100
kelancaranideal

17 jam/hari
Maka : x 100 = 71%
24 jam /hari

Dari hasil penilaian diatas diketahui sebanyak 71 % cakupan pelayanan penyediaan


air minum yang ada tidak memadai terhadap populasi.

Dokumentasi kondisi air minum

4.3.6 Kondisi Pengelolaan Air Limbah

Kondisi Pengelolaan Air Limbah di Kelurahan Lesane masih belum berjalan


sesuai dengan apa yang diharapkan. Berdasarkaan Hasil baseline 100-0-100 yang
dilakukan secara partisipatif, diperoleh data sebagai berikut:

56
Tabel 4.7

Kondisi Pengelolaan Air limbah di Kelurahan Lesane

Ketersediaan Persyaratan Saluran Pembuangan Air


No RT/RW akses Air Teknis Air Limbah Rumah Tangga
Limbah Limbah Terpisah dengan Drainase
1 RT001-00000 97% 100% 0%
2 RT002-00000 100% 100% 0%
3 RT003-00000 99% 92% 100%
4 RT004-00000 93% 100% 0%
5 RT005-00000 93% 83% 0%
6 RT006-00000 100% 100% 0%
7 RT007-00000 97% 100% 0%
8 RT008-00000 98% 100% 0%
9 RT009-00000 93% 71% 0%
10 RT010-00000 100% 95% 0%
11 RT011-00000 100% 70% 0%

a. Persyaratan teknis

Pengelolaan air limbah di wilayah studi dilihat dari sanitasi karena salah satu
indikator penilaian rumah tinggal bersih dan sehat adalah kepemilikan sistem sanitasi
internal yang ada di dalam setiap lingkungan / kapling rumah. Karena sistem sanitasi
yang buruk akan membawa dampak negatif terhadap lingkungan yang lebih luas.
Sistem sanitasi yang dimaksud meliputi ketersediaan jamban internal / jamban
keluarga, saluran pembuangan limbah cair dan padat dari rumah tinggal, ketersediaan
septic tank dan SPAL untuk bangunan publik atau bangunan yang menghasilkan
limbah hasil produksi rumah tangga atau bangunan publik. Selain limbah
pembuangan dari jamban, limbah hasil rumah tinggal yang lain adalah sampah.
Ketersediaan sarana dan prasarana pembuangan sampah pada setiap unit bangunan
dan lingkungan memberikan andil besar terhadap penilaian kebersihan dan kesehatan
lingkungan. Persyaratan teknis mencakup kualitas bangunan MCK yang terdiri dari
permanen dan semi permanen, ketersediaan air, sanitasi dan kapasitas septic tank.

57
b. Cakupan Pelayanan

Di lokasi penelitian sebagian besar bangunan sudah memiliki MCK sendiri


atau jamban internal/keluarga, dan dilokasi juga terdapat MCK umum yang
digunakan oleh beberapa warga/kepala keluarga. Berdasarkan hasil survey lapangan,
wawancara dan data instansi di lokasi.

Kondisi Pengelolaan Air Limbah

4.4. Arahan Penanganan Permukiman Kumuh Kelurahan Lesane

Sesuai dengan UU No. 1 Taun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan


Permukiman, Pola penanganan kumuh yang dapat dilakukan antara lain:
1. Peningkatan kualitas
Pola penanganan peningkatan kualitas terdiri atas :
- Peremajaan : Mewujudkan permukiman yang lebih baik guna melindungi
keselamatan dan keamanan masyarakat sekitar dengan terlebih dahulu
menyediakan tempat tinggal bagi masyarakat.

58
4.4.1. PENINGKATAN KUALITAS DENGAN PEREMAJAAN

No Komponen Jenis Kegiatan


1. a. Rehabilitasi dengan perbaikan atau penambahan terhadap
Bangunan
komponen bangunan agar memenuhi standar konstruksi
dan persyaratan teknis bangunan gedung.
b. Rekonstruksi dengan membongkar dan membangun
kembali bangunan atau sarana, prasarana, dan utilitas
umum dengan penambahan komponen atau fungsi.
c. Penataan kawasan dengan pengaturan petak bangunan
d. Penambahan dan Penyediaan sarana permukiman (RTH,
MCK umum)
e. Penyediaan hunian sementara untuk masyarakat
terdampak
2 Jaringan Jalan a. Rehabilitasi jalan untuk peningkatan kapasitas jalan
dengan Lingkungan penambahan lebar, perubahan material,
penambahan bangunan pelengkap jalan.
b. Peningkatan struktur jalan
3 Jaringan Drainase a. Peningkatan kualitas unit sistem drainase
b. Penyedian sistem drainase
c. Penambahan segmen jaringan agar terhubung dengan
system drainase kota.
4 Air Minum Rehabilitasi unit SPAM dengan penambahan jaringan
perpipaan, penyediaan jaringan non perpipaan, penambahan
instalasi pengelolaan air minum
5 Air Limbah a. Penyediaan sistem sanitasi setempat atau terpusat;
b. Perbaikan komponen sanitasi pengelolaan air limbah
6 Sampah a. Pembangunan Prasarana Sarana Persampahan (PSP)
b. Rehabilitasi PSP dengan perbaikan dan penambahan
komponen bangunan PSP

59
4.4.2 SKENARIO PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN KUMUH
DI KELURAHAN LESANE

Konsep dari pengembangan kawasan permukiman mengandung tujuan untuk


menciptakan permukiman yang layak huni dan berwawasan lingkungan. Permukiman
layak huni terkait dengan kondisi lingkungan permukiman yang layak huni, sehat dan
berkualitas (berwawasan lingkungan), kawasan permukiman dan infrastruktur yang
mudah diakses dan dimanfaatkan oleh semua golongan masyarakat, fungsi
permukiman dan infrastruktur yang menjadi tempat berlindung dan memberikan rasa
aman dan tenang bagi masyarakat penghuninya, keberadaan kawasan permukiman
dan infrastruktur yang aman terhadap potensi terjadinya bencana, kondisi lingkungan
permukiman dan infrastruktur yang mampu menunjang dan menjaga derajat
kesehatan masyarakat, kondisi permukiman dan infrastruktur yang menunjang
penduduk untuk beraktivitas dan berusaha dalam upaya peningkatan
kesejahteraannya, kondisi permukiman dan infrastruktur yang menunjang
pembentukan moral dan perilaku masyarakat yang beradab dan berbudaya, kondisi
permukiman dan infrastruktur yang ramah lingkungan dan menunjang perkembangan
kondisi lingkungan, pengembangan kawasan permukiman dan infrastruktur yang
yang berbasis pada pelestarian nilai dan budaya lokal.

Permukiman Layak
Permasalahan Rencana Strategis Huni dan
Kawasan dan Program Berwawasan
Permukiman Penanganan Lingkungan Yang
Berkelanjutan
Gambar 4.1
Konsepsi Pengembangan Kawasan Permukiman
Skenario Peningkatan Kualitas Permukiman yang telah disepakati berdasarkan hasil
Pemetaan swadaya yang telah dilakukan dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Pengembangan dan peningkatan kualitas kehidupan penduduk dan lingkungan
melalui pemenuhan akan prasarana, sarana dan utilitas (infrastruktur) secara
menyeluruh dan terpadu.

60
A. Aspek fisik

 Penataan Bangunan di Lokasi Permukiman


 Pengembangan drainase melalui pembangunan biopori pada daerah rawan
genangan/banjir
 Pengembangan air bersih melalui peningkatan kualitas dan pelayanan air
bersih
 Perbaikan system drainase
 Pengelolaan sampah melalui peningkatan sarana prasarana dan pelayanan
persampahan kota
 Pengembangan akses jalan melalui perbaikan dan peningkatan kondisi
jalan yang ada

4.4.3 KESESUAIAN RPLP DENGAN TATA RUANG


RTRW Kabupaten
No RPLP Kelurahan Lesane
Maluku Tengah
1 Rencana Sistem a. Penambahan Jaringan Air Bersih
Pelayanan Prasarana b. Pengeboran Sumber Air Baru
Air Bersih c. Uji Kelayakan Kualitas Air Tanah
2 Rencana Pengelolaan a. Pembangunan TPS-TPS
Persampahan b. Pengadaaan Armada Pengangkut sampah mandiri (Motor
Tosa)
c. Pengadaaan Tempat sampah Rumah Tangga

3 Rencana Pengelolaan a. Pembuatan Jamban Keluarga/Komunal


Air Limbah b. Perbaikan atau pembuatan Jamban Keluarga/Komunal
c. Pembuatan jaringan pembuangan air limbah rumah tangga
4 Pengembangan a. Sosialisasi pentingnya menjaga Prilaku hidu Bersih dan
Kawasan Bencana sehat
b. Sosialisasi pentingnya Memasang instalasi listrik sesuai
SNI
c. Membangun sarana Pengaman bahaya kebakakaran di
masing-masing kawasan
d. Menyediakan Hydran air di masing-masing titik strategis
di Kelurahan Lesane
e. Tersedianya akses jalan dengan lebar 3 meter untuk akses
keluar masuk kendaraan pemadam kebakaran
f. Membangun Pengaman/talud di sepanjang pesisir pantai

61
RTRW Kabupaten
No RPLP Kelurahan Lesane
Maluku Tengah
yang berbatasan dengan permukiman penduduk
g. Melakukan normalisasi Drainase agar supaya jalan air
tidak terganggu dan bisa mengalirkan air dengan lancar.

62
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan yaitu:

1. Tingkat kekumuhan di wilayah studi adalah kumuh sedang yang penyebab


utama kekumuhan yaitu kondisi kualitas drainase yang tidak mampu
menampung aliran air limbah dari rumah warga. Sebagian besar drainase yang
ada rusak ringan hingga sedang. Hal ini juga menyebabkan terjadinya
genangan air di sebagian besar wilayah dengan drainase rusak tersebut.
Selanjutnya, kawasan Kelurahan Lesane juga terkategorikan sebagai kumuh
sedang karena ketidaksesuain lebar jalan yang ada untuk mobilitas mobil
pemadam kebakaran.
2. Berdasarkan beberapa pertimbangan termasuk tingkat kekumuhan,
pertimbangan lain maka konsep penataan yang diterapkan pada wilayah studi
adalah peremajan. Program-program penataan di wilayah studi berupa
program penataan fisik dan program non fisik. Gabungan kedua pendekatan
tersebut diperlukan untuk mewujudkan harapan meningkatkan kualitas
kawasan permukiman kumuh yang lebih efektif dan efisien.
a) Program Penataan Fisik

Program perbaikan drainase sangat diperlukan agar saluran drainase


yang ada mampu mengalirkan air permukaan dan genangan sehingga tidak
meberikan dampak negatif bagi warga setempat. Perbaikan drainase dapat
dilakukan secara mandiri oleh masyarakat dengan membabat tumbuhan liar di
dinding saluran drainase. Pihak pemerintah untuk perbaikan drainase dapat
berupa pengerukan endapan lumpur di sepanjang saluran. Pada saluran

63
drainase yang rusak sedang hingga berat dapat dilakukan penggantian seluruh
komponen prasarana fisik saluran drainase. Peningkatan prasarana jalan juga
dapat dilakukan untuk memberikan kemudahan akses bagi mobil pemadam
kebakaran. Lebar jalan di Kelurahan Lesane harus memenuhi standar bagi
akses untuk mobil pemadam kebakaran yaitu 3,5m. Kesesuaian lebar jalan
pada pemukiman dengan tingkat kumuh sedang akan mengurangi ancaman
kerugian yang diakibatkan oleh bencana kebakaran.

b) Program Non Fisik

Program non fisik dapat dilakukan dengan sosialisasi perawatan


drainase secara mandiri dan pelaksanaan supervisi terhadap konstruksi
drainase agar drainase yang ada dapat berfungsi dengan baik dan lebih tahan
lama terutama pada musim hujan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Masyarakat diharapkan secara swadaya dapat terlibat langsung dalam


perawatan dan perbaikan kecil terhadap saluran drainase. Selain itu, perlu
adanya perhatian dari pemerintah setempat untuk melakukan pemeliharaan
sejumlah drainase yang masih berfungsi dengan baik sekaligus melakukan
perbaikan untuk drainase yang mengalami kerusakan ringan hingga sedang.
2. Pemerintah diharapkan dapat menyediakan akses yang sesuai dengan standar
yang ditentukan untuk pencegahan dan penanganan bencana kebakaran di
kawasan Kelurahan Lesane. Akses tersebut berupa jalan dengan jenis
pengerasan dan lebar jalan yang sesuai untuk mobil pemadam kebakaran.

64
DAFTAR PUSTAKA

Data Hasil Survey Lapangan Kelurahan Lesane

RPLP Kelurahan Lesane

Penanganan kawasan permukiman Kumuh/ 2015 Kementrian Pekerjaan Umum dan


Perumahan Rakyat Direktorat Jendral Cipta Karya

RTRW Maluku Tengah 2008-2028

BPS Kota Masohi tahun 2018

Profil SK Kumuh Kabupaten Maluku Tengah

https://id.scridbd.com/document/407273864/Muhajir-Syam-opt-pdf

https://elib.unikom.ac.id/files/disk/543/jbptunikompp-gdl-diralazuar-27111-5-
unikom_d-i.pdf

http://eprints.itn.ac.id/2387/1/dkripsi%20diana.pdf

65
LAMPIRAN

1. Surat keterangan penilian PKL oleh Pembimbing Lapangan


2. Lembar konsultasi laporan oleh pembimbing lapangan
3. Lembar konsultasi laporan oleh pembimbing
4. Agenda kegiatan Mahasiswa PKL
5. Daftar hadir
6. Sertifikat PKL
7. Dokumentasi

66

Anda mungkin juga menyukai