Anda di halaman 1dari 25

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga

Berencana (BKKBN) Kab. Mandailing Natal

Kabupaten Mandailing Natal terbentuk pada tahun 1998 sesuai dengan

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1998 Tentang Pembentukan Kabupaten

Daerah Tingkat II Toba Samosir dan Kabupaten Daerah Tingkat II Mandailing

Natal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 188, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3794), pada waktu itu masih

beberapa SKPD yang terbentuk. Pada tahun 2003 terbentuklah Dinas

Kependudukan dan Keluarga Berencana, sesuai dengan perda No. 8 bulan Maret

2003 Lembar Daerah. Pada Dinas ini hanya membidangi satu bidangya itu

Keluarga Berencana yang sebelumnya vertical kepusat dengan nomenklatur

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Pada tahun 2007 ada perubahan Suorta sesuai dengan Perda No. 41 tanggal

22 Nopember Tahun 2007, pada Perda ini terbentuklah Kantor Pemberdayaan

Perempuan dan Keluarga Berencana, dengan sturuktur organisasi 2 (dua) kasi

pada Pemberdayaan Perempuan dan 1 (satu) kasi di Keluarga Berencana

sebelumnya Pemberdayaan Perempuan merupakan bagian di Sekretariat yaitu

Bagian Peranan Wanita (Perda No. 1 bulan Pebruari Tahun 2001 LD 01 seri A di

bawahAsisten II). Pada tahun 2011 terbentuk lagi Suorta baru sehingga ada

27
28

perubahan nomenklatur yang awalnya Kantor Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana menjadi Kantor Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan

Anak dan Keluarga Berencana sesuai Perda No. 3 Tanggal 12 Januari Tahun 2011

Lembar Daerah No. 3.

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang

perangkat Daerah terbentuk lagi Suorta baru sehingga Bidang Keluarga

Berencana berdiri sendiri dan berpisahlah dengan Pemberdayaan Perempuan,

Perlindungan Anak. Sesuai dengan Peraturan Bupati Mandailing Natal nomor 43

tahun 2016 tanggal 23 November 2016 Berita Daerah KabupatenMandailing

Natal Tahun 2016 Nomor 43 maka terbentuklah Dinas Pengendalian Penduduk

dan Keluarga Berencana merupakan Dinas Tipe A dengan satu Sekretaris dan

empat Kepala Bidang.

1. Visi

Visi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten

Mandailing Natal adalah: Terwujudnya program KB nasional dan kesehatan

reproduksi menuju keluarga Bahagia sejahtera.

2. Misi

a. Meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup perempuan dan anak.

b. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi koordinasi perencanaan,

pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, pelaporan dan pengawasan program

dan kegiatan.

c. Meningkatkan kerjasama antar lembaga

d. Mewujudkan Keluarga Kecil, Bahagia dan Sejahtera.


29

4.1.1 Struktur Organisasi Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga

Berencana (BKKBN) Kab. Mandailing Natal

Susunan organisasi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Kabupaten Mandailing Natal, terdiri dari:

a. KepalaDinas

b. Sekretariat,membawahi :

1) Sub Bagian Perencanaan;

2) Sub Bagian Tata Usaha dan

3) Sub Bagian Keuangan dan Sarana.

c. Bidang Pengendalian Penduduk,membawahi :

1) Seksi Pemaduan dan Sinkronisasi Kebijakan Pengendalian Penduduk.

2) Seksi Pemetaan Perkiraan PengendalianPenduduk.

3) Seksi Data danInformasi

d. Bidang Keluarga Berencana,membawahi :

1) Seksi Pengendalian dan Pendistribusian Alkon

2) Seksi Jaminan Pelayanan KB

3) Seksi Pembinaan dan Peningkatan Kesertaan ber-KB

e. Bidang Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga, membawahi :

1) Seksi Pemberdayaan Keluarga Sejahtera

2) Seksi Bina Ketahanan Keluarga Balita, Anak dan Lansia

3) Seksi Bina Ketahanan Remaja

f. Bidang Penyuluhan dan Penggerakan, membawahi :

1) Seksi Penyuluhan dan KIE


30

2) Seksi Advokasi dan Penggerakan

3) Seksi Pendayagunaan PKB/PLKB dan IMP

g. Unit Pelaksana Teknis Dinas

Struktur Organisasi Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Kabupaten Mandailing Natal dapat digambarkan sebagai berikut:

KEPALADINAS

JabatanFungsional Sekretaris

KTU Program Keuangan

Kabid Dalduk Kabid KS Kabid KB Kabid Advin

Kasi Pemaduan & Kasi Pembinaan


Kasi Alkon Kasi P. KIE
Singkronisasi KS

Kasi Pemetaan Kasi Pelayanan Kasi Advokasi


Kasi BKB BKL
Perkiraan KB Penggerakan

Kasi Data dan Kasi Jaminan Ber Kasi


Kasi BKR
Informasi KB PLB/PLKB/IMP

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Pengendalian Penduduk dan


Keluarga Berencana Kabupaten Mandailing Natal
31

4.1.2 Tugas Dan Fungsi Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga

Berencana (BKKBN) Kab. Mandailing Natal

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas merumuskan, menyelenggarakan,

membina dan mengevaluasi penyusunan dan pelaksanaan urusan Pemerintahan

Daerah serta tugas pembantuan dibidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga

Berencana. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Kepala Dinas

menyelenggarakan fungsi:

1) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyusunan rencana

strategis (Renstra) Dinas sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten.

2) Perumusan Kebijakan Teknis di Bidang Pengendalian Penduduk dan

Keluarga Berencana serta pertanggungjawaban pelaksanaan APBD

Dinas.

3) Penyusunan rancangan APBD Dinas dan rancangan Perubahan APBD

Dinas.

4) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian urusan kesekretariatan,

kepegawaian dan rumah tangga Dinas.

5) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan bidang

Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana.

6) Pembinaan pengawasan dan pengendalian penggunaan anggaran Dinas.

7) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah (SAKIP) Dinas.


32

8) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian produk hukum sesuai dengan

bidang tugasnya.

9) Pembinaan disiplin pegawai Dinas.

10) Perumusan kebijakan teknis dibidang pengendalian kuantitas penduduk

dan keluarga berencana, ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

11) Pelaksanaan norma, standar, prosedur dan kriteria dibidang

pengendalian kuantitas penduduk, keluarga berencana, ketahanan dan

kesejahteraan keluarga.

12) Pelaksanaan pemaduan dan sinkronisasi kebijakan pengendalian

kuantitas penduduk.

13) Pelaksanaan pemetaan perkiraan pengendalian penduduk.

14) Pelaksanaan advokasi, komunikasi, informasi dan edukasi pengendalian

kuantitas penduduk dan keluarga berencana.

15) Pelaksanaan pendayagunaan tenaga penyuluh KB/ petugas

lapangan KB dan kader KB.

16) Pelaksanaan pengendalian dan pendistribusian kebutuhan alat dan

alat kontrasepsi.

17) Pelaksanaan pelayanan KB.

18) Pelaksanaan pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi

kemasyarakatan dalam melaksanakan pelayanan, pembinaan kesertaan

ber-KB, pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

19) Penyelenggaraan urusan kesekretariatan.

20) Pembinaan kelompok jabatan fungsional.


33

21) Pemberian masukan yang perlu kepada atasan sesuai bidang tugas dan

fungsinya.

22) Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas kepada

atasan.

23) Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan sesuai dengan

tugas dan fugsinya.

2. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan

tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit

organisasi di lingkungan Dinas. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana

dimaksud, Sekretariat menyelenggarakanfungsi:

1) Pelaksanaan koordinasi kegiatan dilingkungan Dinas.

2) Penyusunan rencana program dan anggaran.

3) Penyelengaraan urusan ketatausahaan rumah tangga, kepegawaian, hukum,

dan organisasi serta hubungan masyarakat.

4) Penyelengaraan urusan keuangan, perbendaharaan, akuntansi, verifikasi,

ganti rugi, tindak lanjut LHP dan pengolahan sarana.

5) Pemberian masukan yang perlu kepada atasan sesuai bidang tugas dan

fungsinya.

6) Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas kepada atasan.

7) Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan

3. Sub Bagian Perencanaan


34

Sub Bagian Perencanaan mempunyai tugas melakukan koordinasi

penyusunan rencana program dan anggaran dilingkungan Dinas. Untuk

melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sub Bagian Perencanaan

menyelenggarakan fungsi:

1) Penyusunan program kerja sub bagian sesuai dengan program kerja.

2) Pengumpulan, pengolahan data dan informasi, menginventarisasi

permasalahan-permasalahan serta melaksanakan pemecahan

permasalahan yang berkaitan dengan tugas-tugas urusan perencanaan.

3) Perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, kegiatan subbagian.

4) Pengkooordinasian penyusunan bahan-bahan kebijakan dari bidang.

5) Penyelenggaraan analisis dan pengembangan kinerja Dinas.

6) Pelaksanaan penyusunan Renstra Dinas.

7) Pelaksanaan penyusunan rencana anggaran Dinas.

8) Penyusunan program kerja tahunan Dinas.

9) Penyusunan rancangan produk hukum Dinas.

10) Penyusunan Laporan Kinerja Dinas.

11) Pelaksanaan analisis dan pengembangan kinerja Sub Bagian.

12) Pemberian masukan yang perlu kepada atasan sesuai bidang tugas dan

fungsinya.

13) Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas

kepada atasan.

14) Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan.

4. Sub Bagian Tata Usaha


35

Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan pemberian

dukungan administrasi ketatausahaan, kerumahtanggaaan, kepegawaian, arsip,

dandokumentasi. Untuk menyelengarakan tugas sebagaimana dimaksud diatas,

Sub Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi:

1) Penyusunan program kerja Sub Bagian sesuai dengan program kerja

secretariat.

2) Pelaksanaan urusan administrasi ketatausahaan dan kearsipan serta urusan

rumah tangga, kepegawaian dan dokumentasi.

3) Pelaksanaan urusan administrasi kepegawaian.

4) Pengumpulan, pengolahan data dan informasi, menginventarisasi

permasalahan-permasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan

yang berkaitan dengan tugas-tugas urusan umum.

5) Pelaksanaan pemberian pelayanan naskah Dinas, kearsipan perpustakaan,

komunikasi, pengetikan/penggandaan/pendistribusian serta penerimaan

tamu, kehumasan dan protokoler.

6) Penyiapan bahan koordinasi dan petunjuk teknis kebutuhan, pengadaan,

inventarisasi, pendistribusian, penyimpanan, perawatan dan penghapusan

perlengkapan/sarana kerja

7) Penyelenggaraan analisis dan pengembangan kinerja Sub Bagian dan

pengkoordinasian analisis dan pengembangan kinerja Dinas.

8) Pemberian masukan yang perlu kepada atasan sesuai bidang tugas dan

fungsinya.

9) Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas kepada atasan.


36

10) Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan.

b. Sub Bagian Keuangan dan Sarana

Sub Bagian Keuangan dan Sarana mempunyai tugas melakukan

administrasi keuangan, pengelola barang milik/kekayaan Daerah serta sarana

program. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sub Bagian

Keuangan dan Sarana menyelenggarakan fungsi:

1) Pengumpulan, pengolahan data dan informasi, inventarisasi permasalahan-

permasalahan serta melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan

dengan urusan keuangan.

2) Penyiapan bahan perumusan kebijakan dan program dibidang analisa

kebutuhan barang, pengadaan dan pendistribusian.

3) Melaksanakan rekapitulasi atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa dan

pemeliharaan Dinas.

4) Menyusun pedoman perawatan barang milik Dinas.

5) Melaksanakan pengamanan barang beserta dokumen kepemilikan berupa

tanah dan atau bangunan, barang- barang berharga.

6) Penyiapan bahan kebijakan dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan

urusan keuangan, penatausahaan administrasi keuangan yang meliputi

evaluasi semester dan pertanggungjawaban.

7) Penyimpanan berkas-berkas keuangan dan pengadministrasian dokumen

dalam rangka pelayanan administrasi keuangan di lingkungan Dinas.

8) Pelaksanaan analisis dan pengembangan kinerja Sub Bagian


37

9) Pemberian masukan yang perlu kepada atasan sesuai bidang tugas dan

fungsinya.

10) Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas kepada atasan.

11) Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh atasan.

c. Bidang Pengendalian Penduduk

Bidang Pengendalian Penduduk mempunyai tugas melaksanaan

kebijakan teknis dibidang pengendalian penduduk di Daerah. Untuk

menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, Bidang Pengendalian

Penduduk menyelenggarakan fungsi:

1) Perumusan kebijakan daerah dibidang pengendalian penduduk dan system

informasi keluarga.

2) Pelaksanaan NSPK di bidang pengendalian penduduk dan sistem informasi

keluarga.

3) Pelaksanaan kebijakan Daerah dibidang system informasi keluarga.

4) Pelaksanaan pemanduan dan sinkronisasi kebijakan pemerintah Daerah

dalam ruang pengendalian kuantitas penduduk.

5) Pelaksanaan pemetaan perkiraan (parameter) pengendalian penduduk di

Daerah.

6) Pemantauan dan evaluasi kegiatan di bidang pengendalian penduduk.

7) Pemberian bimbingan teknis dan fasilitas di bidang pengendalian

penduduk.

8) Pelaksanaan koordinasi dalam pelaksanaan tugasnya.

d. Bidang Keluarga Berencana


38

Bidang Keluarga Berencana mempunyai tugas melaksanakan kebijakan

teknis dibidang pelaksanaan keluarga berencana di Daerah. Untuk

menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, Bidang Keluarga Berencana

menyelenggarakan fungsi:

1) Perumusan kebijakan teknis Daerah di bidang keluarga berencana

2) Pelaksanaan kebijakan teknis Daerah di bidang kelurga berencana

3) Pelaksanaan penyelenggaraan norma, standar prosedur dan kriteria di

bidang keluarga berencana.

4) Pelaksanaan penerimaan, penyimpanan, pengendalian dan

pendistribusian alat obat kontrasepsi di Daerah

5) Pelaksanaan pelayanan KB di Daerah

6) Pelaksanaan pembinaan kesertaan ber-KB di Daerah

7) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi di bidang keluarga berencana

8) Pemberian bimbingan teknis dan fasilitas di bidang keluarga

berencana.

9) Pelaksanaan koordinasi dalam pelaksanaan tugasnya

h. Bidang Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga

Bidang ketahanan dan kesejateraan keluarga mempunyai tugas

melaksanakan kebijakan teknis dibidang ketahanan dan kesejateraan keluarga.

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, Bidang Ketahanan dan

Kesejahteraan Keluarga menyelenggarakan fungsi:

1) Perumusan kebijakan teknis Daerah di bidang ketahanan dan

kesejahteraan keluarga
39

2) Pelaksanaan NSPK dibidang ketahanan dan kesejahteraan keluarga

3) Pelaksanaan kebijakan teknis Daerah dibidang bina keluarga balita

4) Pelaksanaan kebijakan teknis Daerah dibidang pembinaan ketahanan

remaja

5) Pelaksanaan kebijakan teknis Daerah dibidang bina keluarga lansia

6) Pelaksanaan kebijakan teknis Daerah dibidang pemberdayaan keluarga

sejahtera melalui usaha mikro keluarga

7) Pemantauan dan evaluasi di bidang ketahanan dan kesejahteraan

keluarga

8) Pemberian bimbingan teknis dan fasilitasi dibidang kesejahteraan dan

ketahanan keluarga

i. Bidang Penyuluhan dan Penggerakan

Bidang Penyuluhan dan Penggerakan mempunyai tugas melaksanakan

kebijakan teknis di bidang Penyuluhan dan Penggerakan. Untuk

menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud, Bidang Penyuluhan dan

Penggerakan menyelenggarakan fungsi:

1) Perumusan kebijakan teknis Daerah dibidang penyuluhan, advokasi dan

penggerakan dibidang pengendalian penduduk dan keluarga berencana

2) Pelaksanakan kebijakan teknis Daerah dibidang penyuluhan, advokasi dan

penggerakan dibidang pengendalian penduduk dan keluarga berencana

3) Pelaksanaan pemberdayaan dan peningkatan peran serta organisasi

kemasyarakatan pengendalian penduduk dan keluarga berencana

4) Pelaksanaan pendayagunaan tenaga penyuluh KB (PKB/PLKB)


40

5) Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi dibidang penyuluhan, advokasi dan

penggerakan dibidang pengendalian penduduk dan keluarga berencana

6) Pemberian bimbingan teknis dan fasilitas dibidang penyuluhan, advokasi

dan penggerakan di bidang pengendalian penduduk dan keluarga berencana

j. Unit Pelaksana Teknis Dinas

Pada Dinas dapat dibentuk UPT sebagai pelaksana teknis operasional

dan/atau pelaksana teknis penunjang sebagian tugas dan kegiatan Dinas.

Pembentukan dan tata kerja UPT diatur dan ditetapkan dengan Peraturan

Bupati.

k. Kelompok Jabatan Fungsional

1) Pada Dinas dapat ditetapkan Jabatan Fungsional berdasarkan keahlian

dan spesialisasi yang dibutuhkan sesuai dengan prosedur ketentuan

yang berlaku

2) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga Fungsional

yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan

3) Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang tenaga fungsional

senior yang ditunjuk

4) Jumlah Tenaga Fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan

beban kerja

5) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan

perundang-undangan.
41

6) Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas dan fungsi sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan.

4.2 Identitas Responden

a. Responden berdasarkan jenis kelamin

Perempuan dianggap lebih ekspresif, lebih emosional, kurang logis, kurang

terorientasi dan lebih partisipatif daripada laki-laki. Sebaliknya laki-laki dianggap

kurang hangat dan kurang pekaa ntar pribadi, kurang ekspresif, lebih otokrasi, dan

sebagainya. Walaupun ada perbedaan pandangan antara laki-laki dan perempuan

akan tetapi tidak ada perbedaan melakukan suatu tugas atau pekerjaan dalam

bidang tertentu. Untuk mengetahui distribusi jenis kelamin responden dapat

dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1
Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Laki-Laki 24 30
Perempuan 55 70
Total 79 100
Sumber: Data Primer Diolah 2022

Berdasarkan data dalam Tabel diatas tampak bahwa sebagian besar responden

penelitian adalah Perempuan sebanyak 55 responden (70%) sedangkan sisanya 24

responden (30%) responden adalah perempuan.


42

b. Responden dilihat dari Usia

Analisis ini bertujuan untuk mengukur distribusi usia responden. Proporsi

identitas responden berdasarkan umur menggambarkan tingkat pengalaman dan

kedewasaan pola pikir responden.

Tabel 4.2
Responden Menurut Usia

Usia Responden Frekuensi Presentase (%)

18-29 15 19
30-39 42 53
40-49 22 28
Total 79 100
Sumber: Data Primer Diolah 2022

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden yang memiliki usia 30-39 tahun

memiliki persentase terbesar, yaitu 53%. Sementara persentase usia responden

terendah adalah usia 18-29 sebesar 19%. Usia responden menunjukkan sejumlah

kualitas positif dalam melaksanakan aktivitas di Dinas Pengendalian Penduduk

Dan Keluarga Berencana (BKKBN) Kabupaten Mandailing Natal.

c. Responden Menurut Pendidikan

Pendidikan memegang peranan penting dalam kaitannya dengan sikap

pegawai, dimana seorang pegawai yang satu dengan yang lainnya cenderung

berbeda atau tidak sama, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan tingkat

pendidikan mereka. Pendidikan dapat membentuk manusia menjadi terampil,

berpengatahuan, dan memiliki sikap mental dengan kepribadian yang lebih baik.
43

Tabel 4.3
Responden Menurut Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

Sarjana 20 25
S2 2 3
D3 8 10
SMA 49 62
Total 79 100
Sumber: Data Primer Diolah 2022

Berdasarkan pendidikan terakhir responden pada Pada Kantor Dinas

Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana (BKKBN) Kabupaten

Mandailing Natal sebagian besar adalah berpendidikan SMA yaitu sebesar 49

responden (62%), responden yang berpendidikan D3 sebanyak 8 responden

(10%), S2 sebanyak 2 responden (3%) dan responden yang berpendidikan Sarjana

sebanyak 20 responden (25%).

4.3 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas dan realibilitas dilakukan menggunakan softwere IBM SPSS

statistic 21 dengan kriteria sebagai berikut:

a. Jika r hitung > r tabel, maka pertanyaannya valid

b. Jika r hitung < r tabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid

Realibilitas menunjukkan akurasi dan konsistensi dari pengukurannya dengan

kriteria sebagai berikut:

a. Jika r alpha > r tabel maka petanyaan reliabel

b. Jika r alpha < r tabel maka pertanyaan tidak reliabel


44

Dalam output SPSS, analisis item/butir tersebut dinyatakan sebagai corrected

item-total correlation dan batas kritis untuk menunjukkan item yang valid pada

umumnya dalah 0,30. Sehingga nilai corrected item-total correlation di atas 0,30

menunjukkan item yang valid/sahih. Uji reliabilitas dalam penelitian ini

pengukuran konsistensi tanggapan responden menggunakan koefisien alpha

cronbach. Ambang batas koefisien alpha yang digunakan dalam penelitian ini

adalah > 0,6.

Hasil uji validitas dan realiabilitas dalam penelitian ini ditampilkan dalam

tabel dibawah ini.

Tabel 4.4
Hasil Validitas dan Reliabilitas Data
Cronbach's
Variabel Pernyataan Rhitung
Alpha
KO1 0,598
Komitmen KO2 0,526
Organisasi KO3 0,612 0,786
(X) KO4 0,616
KO5 0,487
KP1 0,586
Kinerja KP2 0,511
Penyuluh KP3 0,689 0,723
(Y) KP4 0,311
KP5 0,351
Sumber: Data Primer Diolah 2022
45

Hasil pengujian koefisien korelasi validitas kolom Corrected Item-Total

Correlation (r hitung), diketahui bahwa hasil penghitungan koefisien validitas

seluruh item kuesioner penelitian lebih besar dari r Tabel sebesar 0,30.

Interpretasinya, hasil valid tersebut bermakna bahwa pernyataan-pernyataan

penelitian dapat dipergunakan sebagai alat pengumpul data untuk mengukur

variable penelitian.

Nilai reliabilitas instrumen variabel Komitmen Organisasi dengan lima

pernyataan diperoleh nilai alpha Cronbach sebesar 0,786 instrumen variabel

Kinerja Penyuluh dengan lima pernyataan diperoleh nilai alpha Cronbach sebesar

0,723. Karena Koefisien Reliabilitas kedua instrumen variabel tersebut lebih besar

dari angka penguji 0,60, maka hasil pengujian reliabilitas instrumen variabel

tersebut dapat dinyatakan reliabel atau dapat diandalkan.

4.4 Analisis Data

Analisis regresi linear sederhana merupakan salah satu metode regresi yang

dapat dipakai sebagai alat inferensi statistik untuk menentukan pengaruh

sebuah variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen). Uji

Regresi linear sederhana pada intinya memiliki beberapa tujuan, yaitu:

1. Menghitung nilai estimasi rata-rata dan nilai variabel terikat berdasarkan

pada nilai variabel bebas.

2. Menguji hipotesis karakteristik dependensi

3. Meramalkan nilai rata-rata variabel bebas dengan didasarkan pada nilai

variabel bebas diluar jangkaun sample.


46

Untuk menghitung seberapa besar pengaruh variable dependen terhadap

independent dari analisis data Regresi Linier Sederhana didapatkan nilai koefisien

regresi sebagai berikut.

Tabel 4.5
Hasil Regresi Linear Sederhana

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 11.245 1.619 6.945 .000
1 X= Komitmen .459 .080 .549 5.767 .000
Organisasi
a. Dependent Variable: Y= Kinerja Penyuluh
Sumber: Data Primer Diolah 2022

Berdasarkan tabel 4.5 yang diperoleh dari hasil pengolahan komputerisasi

dengan menggunakan program SPSS versi 21 maka diperoleh persamaan regresi

sederhana sebagai berikut :

Y = a + bX

Y = 11.245 + 0,459X

Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a = 11.245 menunjukkan bahwa jika Komitmen Organisasi konstan atau X = 0,

maka Kinerja Penyuluh sebesar 11.245.

b = 0,459 menunjukkan peningkatan Kinerja Penyuluh, akan berpengaruh

terhadap Komitmen Organisasi sebesar 0,459.


47

4.4.2 Analisis Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui kualitas keberartian regresi antara tiap-

tiap variabel bebas (X) terdapat pengaruh atau tidak terhadap variabel terikat (Y).

Untuk mengetahui apakah Komitmen Organisasi berpengaruh positif atau tidak

terhadap Kinerja Penyuluh. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05

yaitu:

a. Jika nilai t hitung > t tabel maka H0 ditolak, artinya Komitmen Organisasi

berpengaruh positif terhadap Kinerja Penyuluh.

b. Jika nilai t hitung < t tabel maka H0 diterima, Komitmen Organisasi tidak

berpengaruh positif terhadap Kinerja Penyuluh.

Tabel 4.6
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 11.245 1.619 6.945 .000
1 X= Komitmen .459 .080 .549 5.767 .000
Organisasi
a. Dependent Variable: Y= Kinerja Penyuluh
Sumber: Data Primer Diolah 2022

Hasil analisis diperoleh nilai signifikansi untuk variabel Komitmen

Organisasi terhadap Kinerja Penyuluh 0,000. Nilai ini lebih kecil dari α = 0,05

(0,000 < 0,05). Nilai t hitung 5.767 sedangkan nilai t tabel adalah 1,665. Maka

nilai t hitung > t tabel yaitu 5.767 > 1,665. Hal ini menunjukkan bahwa H0

ditolak. Jadi, Komitmen Organisasi berpengaruh positif terhadap Kinerja


48

Penyuluh Pada Dinas Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana

(BKKBN) Kabupaten Mandailing Natal.

4.4.2 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi pada regresi linear sering diartikan sebagai seberapa

besar kemampuan semua variabel bebas dalam menjelaskan varians dari variabel

terikatnya. Analisis ini digunakan untuk mengetahui persentase sumbangan

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Koefisien ini

menunjukkan seberapa besar persentase variabel mampu menjelaskan variabel

dependen.

Tabel 4.8
Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .549a .302 .293 1.979
a. Predictors: (Constant), X= Komitmen Organisasi
b. Dependent Variable: Y= Kinerja Penyuluh
Sumber: Data Primer Diolah 2022

Dari hasil pengolahan data komputerisasi dengan menggunakan program

SPSS versi 21 maka diperoleh koefisien determinasi (R2) = 0.302. Hal ini

menunjukkan bahwa Komitmen Organisasi mampu meningkatkan Kinerja

Penyuluh sebesar 30,2% sedangkan sisanya (100%–30,2% = 69,8%) dijelaskan

atau dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti atau tidak dibahas

dalam penelitian ini. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh yang diberikan


49

Komitmen Organisasi terhadap Kinerja Penyuluh Pada Dinas Pengendalian

Penduduk Dan Keluarga Berencana (BKKBN) Kabupaten Mandailing Natal

Positif tetapi tidak Signifikan.

4.5 Pembahasan

Penyuluh dengan affective commitment yang tinggi akan bekerja lebih

keras dan menunjukkan hasil pekerjaan yang lebih baik dibandingkan dengan

yang komitmennya lebih rendah. Kemudian penyuluh yang continuance

commitmentnya tinggi akan berpengaruh terhadap kinerjanya karena merasa

membutuhkan organisasi tersebut. Lalu, untuk terus mendapatkan manfaat dan

untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi, penyuluh akan

berusaha bekerja dengan baik. Hal ini didukung oleh sistem pemberian tunjangan

di lingkungan BKKBN. Hal ini sesuai dengan teori komitmen organisasi yaitu

karakteristik hubungan antara anggota organisasi dengan organisasinya dan

memiliki dampak terhadap keputusan individu untuk melanjutkan

keanggotaannya dalam berorganisasi. Komitmen organisasi adalah suatu keadaan

dimana seseorang pegawai memihak terhadap tujuan-tujuan organisasi serta

memiliki keinginan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi

tersebut. Komitmen organisasi adalah cerminan dimana seorang pegawai dalam

mengenali organisasi dan terikat kepada tujuan-tujuannya.

Kemudian komitmen organisasi juga merupakan refleksi loyalitas pegawai

dan proses berkelanjutan di mana anggota organisasi mengekspresikan

perhatiannya terhadap organisasi serta keyakinan untuk menerima nilai dan tujuan
50

organisasi. Komitmen organisasi juga dapat diartikan sebagai sejauh mana

seseorang pegawai mengalami rasa kesatuan dengan organisasi mereka.

Komitmen organisasi pada penyuluh BkkbN sudah sesuai dimana penyuluh

memiliki motivasi dan telah merasa nyaman dalam bekerja karena bila tercapai

kepuasan yang berkaitan dengan penggajian yang adil tehadap tuntutan pekerjaan,

tingkat keterampilan individu, kebijakan promosi yang wajar maka akan

meningkatkan kinerja. Selain itu penyuluh yang memiliki komitmen afektif akan

merasakan adanya ikatan dengan organisasi karena hal-hal dirasakan sendiri oleh

penyuluh, bukan dari luar seperti halnya komitmen normatif dan komitmen

berkelanjutan, sehingga ada dorongan untuk meningkatkan tanggung jawab dalam

kinerja.

Karakteristik dan pengalaman yang dibawa seseorang ke dalam organisasi

dapat memprediksikan bagaimana komitmen mereka terhadap organisasi.

Pengalaman kerja yang baik dan didukung oleh sejarah kerja yang baik

diperusahaan yang lama bisa saja pengalaman kerja di organisasi yang sudah

terjalin dan baik dan memberikan kenyamanan psikologis, membuat seseorang

terbiasa dengan apa yang menjadi pekerjaannya, dan betah bekerja di organisasi

tersebut sehingga akan membuat komitmennya terhadap organisasi semakin

tinggi. Komitmen berkelanjutan terkait dengan tiga penyebab, yaitu karakteristik

pribadi, investasi, dan alternatif. Investasi yang dimaksud disini misalnya waktu,

uang, atau usaha. Pegawai yang merasa telah berkorban maupun mengeluarkan

banyak waktu, usaha dan uang unutk kehilangan apa yang telah diberikan selama

ini. Kemudian terkait faktor alternatif, Pegawai yang merasa tidak memiliki
51

alternative kerja lain yang lebih menarik, lebih sesuai atau menawarkan bayaran

yang lebih tinggi, akan merasa rugi jika meninggalkan organisasi karena belum

tentu memperoleh lebih baik dari apa yang telah diperolehnya selama ini.

Komitmen normatif terdiri dari norma-norma tertanam di dalam diri

seseorang, sejak kecil sebelum berada di dalam suatu organisasi, sampai ketika

seseorang berada dan bekerja di dalam organisasi (penanaman lewat keluarga,

teman sepermainan, dan proses sosialisasi di lingkungan lainnya). Komitmen

normatif akan semakin dapat diperkuat dengan adanya kontak psikologis antara

Pegawai dan organisasi. Kontrak psikologis adalah kepercayaan yang seseorang

miliki mengenai suatu pertukaran antara Pegawai dan organisasi sehingga

mempengaruhi rasa memiliki kewajiban kepada organisasi. Sementara itu jika

organisasi menanamkan suatu norma atau keyakinan pada Pegawainya bahwa

organisasi mengharapakan loyalitas, maka Pegawai juga akan menunjukan

komitmen normatif yang tinggi lewat penanaman tersebut. Kinerja merupakan

hasil kerja yang dicapai oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau

tugasnya yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai tertentu dari perusahaan

dimana individu tersebut bekerja. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa untuk

mendapatkan kinerja yang baik agar pekerjaan dalam organisasi bisa tercapai

secara maksimal maka sangat diperlukan komitmen Organisasi dalam instansi.

Untuk memperoleh hasil kinerja yang optimal maka perlu dikembangkan faktor-

faktor yang berkaitan dengan peningkatan kinerja yaitu Komitmen Organisasi

(Afektif, Berkelanjutan dan Normatif).

Anda mungkin juga menyukai