Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Sistem ballast adalah system yang berguna untuk menjaga stabilitas kapal. SIstem ini
memanfaatkan air laut untuk dimasukkan ke kapal melalui seachest dan dengan menggunakan
pompa masuk ke tangki ballast.

Membuang air ballast tidak dapat disembarang perairan, karena organisme yang ada
pada tangki dapat ikut terbuang dan menjadi spesies asing dan dapat menjadi predator untuk
perairan di mana air ballast tersebut dibuang. Oleh karena itu, semua kapal diwajibkan untuk
mengelola air ballast.

Pada makalah ini akan dijelaskan mengenai pengelolaan air ballast sehingga tidak
membahayakan bagi lingkungan sekitar.
BAB II

BALLAST WATER MANAGEMENT

II.1. PENGERTIAN BALLAST WATER MANAGEMENT

Gambar 1. Kegiatan Ballast Water

Ballast water berarti air laut yang ada pada kapal dan berguna sebagai pengontrol trim,
draught, stabilitas atau tekanan pada kapal.

Ballast water management adalah proses secara mekanik, fisik, kimia, dan biologi baik
secara terpisah maupun bersamaan untuk membuat air ballast menjadi tidak berbahaya ketika
dibuang . Ballast water management berfungsi sebagai media untuk menghindari penyerapan
atau pembuangan organisme berbahaya yang terdapat pada air ballast.
Adapun regulasi yang mengatur mengenai ballast water management adalah BWM
(Ballast Water Management) Convention.

Di dalam article 5, Sediments Reception Facilities yang memadai harus disediakan di


pelabuhan dan terminal yang menjadi tempat pembersihan atau perbaikan pada tangki ballast.
Fasilitas tersebut harus harus beroperasi tanpa menyebabkan penundaan pada jadwal kapal
dan harus ada tempat pembuangan yang aman sehingga tidak merusak lingkungan, tidak
menganggu kesehatan manusia, dan tidak menganggu sumber daya alam.

Pada regulasi C-2, kapal tidak diizinkan untuk mengambil air ballast di beberapa area
karena kondisi tertentu, misalnya :

1. Mengandung wabah, atau organisme pada perairan tersebut dianggap berbahaya dan
bersifat pathogen, contohnya ganggang yang beracun.
2. Dekat dengan tempat pembuangan limbah.
3. Ketika pasang-surutnya kecil atau airnya sangat keruh.

II.2. BALLAST WATER MANAGEMENT

Ada dua cara dalam Ballast Water Management, yaitu Ballast Water Exchange dan
Ballast Water Treatment.

II.2.1 BALLAST WATER EXCHANGE

Ada beberapa syarat untuk tempat ballast water exchange menurut regulasi B-4, yaitu :

1. Ballast water exchange dilakukan pada jarak minimal 200 mil dari daratan yang terdekat
dan minimal pada kedalaman 200 meter.
2. Jika tidak memungkinkan seperti di atas, ballast water exchange dapat dilakukan pada
minimal 50 mil dari daratan yang terdekat dan pada kedalaman 200 meter.
3. Jika kedua tempat di atas tersebut tidak memungkinkan, maka negara tempat
pelabuhan tersebut dapat menunjuk daerah di mana akan dilakukan ballast water
exchange atau berkonsultasi dengan negara yang berdekatan untuk menentukan lokasi
di mana kapal akan melakukan ballast water exchange.
Selain itu, kapal yang melakukan ballast water
exchange tidak diwajibkan untuk memenuhi
peraturan di mana akan dilakukan hal tersebut
jika proses ballast water exchange dinilai akan
membahayakan keselamatan kapal, stabilitas
kapal, keselamatan penumpang, dan bisa juga
karena cuaca yang buruk atau di luar kondisi
sewajarnya.

Gambar 2. Ballast Water Exchange

Ada tiga cara yang dilakukan dalam ballast water exchange, yaitu :

1. Sequential Method
Suatu proses di mana tangki ballast penuh dengan air pantai awalnya dikosongkan
dan kemudian diisi dengan air laut sebagai pengganti ballast water untuk setidaknya
bertukar volumetrik 95% dari ballast water.
2. Flow-Through Method
suatu proses dimana air di tengah laut dipompa dari bawah ke dalam tangki ballast
penuh sementara air pantai yang ada dikeluarkan melalui overflow. Minimal 3x
volume tangki yang akan dipompa untuk proses ballast water exchange, jika
dipompa < 3x volume yang dapat diterima, asalkan setidaknya 95% volumetrik
terpenuhi.
3. Dilution Method
suatu proses dimana ballast water exchange diisi melalui bagian atas tangki ballast
dengan debit simultan dari bawah pada laju aliran yang sama dan konstan dalam
tangki selama proses tersebut. Setidaknya 3x volume tangki harus dipompa.

Proses ballast water exchange dinilai kurang efektif karena tidak dapat 100 %
menghilangkan organisme, memakan banyak waktu, dan beresiko untuk keselamatan
kapal.

II.2.2. BALLAST WATER TREATMENT

Ballast water treatment adalah salah satu cara dari ballast water management. Ballast
water treatment menggunakan metode tau cara-cara mekanis, fisik, ataupun kimia. Contoh
pada cara mekanis yaitu pemisahan partikel melalui filtrasi, kavitasi, dsb. Cara fisika dapat
dengan menggunakan ozon, sinar UV, arus listrik, dan pembekuan. Elektrolisis, elektro dialisis,
chorine, dan hypo chlorite adalah contoh dengan menggunakan kimia. Selain itu bisa juga
dengan gabungan cara-cara tersebut.

Cara yang sering digunakan dalam ballast water treatment adalah dengan cara
teknologi oksidasi atau Advanced Oxidation Technology. Ballast pada kapal memiliki prinsip
sebagi berikut.:

1. Ballasting
Air akan melewati filter 50 mikron untuk membatasi organisme dan sedimen yang
akan terbawa sehingga organisme dan sedimen tidak dapat melewati filter tersebut.
Kemudian dengan advanced oxidation technology, membran sel pada
mikroorganisme akan hancur.
2. De-ballasting
Air akan melewati cara yang sama seperti sebelumnya untuk menghilangkan adanya
pertumbuhan mikroorganisme di dalam tangki.
II.3. FUTURE SHIP DESIGN

Dikarenakan adanya masalah yang timbul karena air ballast, maka banyak perusahaan
yang mengembangkan konsep desain kapal yang baru . Ada dua desain kapal yang sedang
dikembangkan, yaitu Ballast-Free Ship dan Non-Ballast Water Ship (NOBS).

II.3.1 Ballast Free Ship

Desain ballast free ship menjadikan air mengalir ke stern melalui lambung kapal. Karena
air pada lambung kapal selalu “local”, maka kapal tidak akan membawa spesies yang berbahaya
bersamaan dengan air ballastnya.

Ballast trunk : tangki ballast kapal diganti dengan konstruksi tempat ballast yang terdiri
dari satu tangki tengah, dua tangki antar tangki sisi dan tangki tengah, dan dua tangki samping
yang mengelilingi ruang muat di bawah sarat ballast dan tersambung dengan tempat
pemasukan dan pembuangan dekat haluan serta buritan. Tempat ballast ini dalam keadaan
tercelup air untuk mengurangi daya apung kapal.

Bentuk lambung : lambung V-shaped meminimalisir hambatan dan mengoptimalkan


kondisi baling – baling saat muatan penuh dan bongkar muat dengan mengurangi jumlah berat
dari luas permukaan basah. Ketika kondisi kapal ringan, hal itu meningkatkan sarat dari kondisi
normal dalam 300k DWT VLCC konvensional.

Batang Ballast : tangki ballast kapal diganti dengan membujur batang pemberat
struktural yang terdiri dari satu tangki pusat , dua tank menengah dan dua tangki sisi yang
mengelilingi kargo bawah draft ballast dan tersambung ke pleno asupan dan pleno debit dekat
haluan dan buritan masing-masing. Batang ballast ini tenggelam dalam keadaan ballast untuk
mengurangi daya apung kapal .
Hull Bentuk: lambung berbentuk V meminimalkan resistensi dan mengoptimalkan
kondisi baling-baling dalam kondisi penuh dan dibongkar dengan mengurangi jumlah
tertimbang dari permukaan basah . Dalam kondisi lightship meningkatkan draft dari normal 3-4
meter ( dengan busur dan baling-baling hampir keluar dari air ) dari 300k DWT VLCC
konvensional .

Pendorong : dengan dua baling – baling dan diameter baling – baling optimal
memungkinkan sarat buritan yang rendah saat kondisi bongkar muat dan dapat menjamin
efisiensi tinggi dengan overlapping propeller. Daya dorong diperkirakan dengan menggunakan
dasar hambatan dan baling – baling analisis.

Alat CFD (Computational Fluid Dynamics) : membandingkan hambatan dari rancangan


baru dengan rancanganyang lebih tradisional dan membantu dalam memaksimalkan tekanan
bidang di daerah haluan dan buritan.

Trim and heel : Sekat memanjang berguna untuk menciptakan momen keseimbangan di
sekitar center line untuk mencegah terjadinya trim yang besar selama beroperasi.

II.3.2 Non-Ballast Water Ship (NOBS)

Sebuah kapal tipe kapal baru, NOBS, dianggap mampu untuk menavigasi dengan aman
meskipun tanpa air ballast saat bongkar muat. Perkembangan ini merupakan solusi mendasar
untuk masalah lingkungan yang timbul akibat dari pengangkutan air ballast dari satu laut ke
laut lainnya.

Konsep NOBS, dikenalkan oleh Shipbuilding Research Centre of Japan, menghindari


kebutuhan air ballast untuk menjaga sarat yang cukup untuk mencegah haluan dan baling –
baling goyah saat kondisi ringan dengan menyediakan lambung bawah yang melintang.
Rancangan ini mampu menutupi sekurang – kurangnya minimal sarat singgah tanpa air ballast
saat kondisi kapal ringan, tidak sedang membawa muatan. Pengurangan displasemen dan berat
mati dapat dikompensasikan dengan memperlebar lebar kapal. Telah dijelaskan bahwa NOBS
akan sangat memuaskan dalam hal kinerja pendorong, kinerja lambung, kekuatan dan hal lain
yang bersangkutan
II.4 Alat Alat Terkini yang Digunakan Untuk Ballast

II.4.I Deoxygenation

Metode ballast deoksigenasi membersihkan / menghapus oksigen dari tangki air ballast untuk
membuat organisme sesak napas. Hal ini biasanya dilakukan dengan menginjeksikan nitrogen
atau gas inert lainnya dalam ruang di atas permukaan air di tangki ballast.

Gambar 3. Deoxygenation

II.4.I Chemical Disinfection

Biocides (oksidasi dan non-oksidasi) adalah disinfektan yang telah diuji berpotensi
menghilangkan organisme invasif dari air ballast. Biocides menghilangkan atau menginaktivasi
organisme laut dalam air ballast. Namun, sebagai catatan bahwa biosida yang digunakan untuk
ballast harus bersifat ramah pada organisme laut dan juga mudah didaur ulang atau dibuang
untuk mencegah air menjadi beracun di ketika dibuang.

Gambar 4. Chemical Disinfection


BAB III

Penutup

Di bahasan tentang ballast water management ini kita dapat ada dua ballast water
management, yaitu ballast water exchange dan ballast water treatment. Adapun 3
metode yang digunakan ballast water exchange yaitu Sequential method, Flow-Through

Metho, Dilution Method. Untuk ballast water treatment ada 2, yaitu ballasting dan De-
ballasting. Untuk kapal yang zaman sekarang sudah menggunakan future ship design. Future
ship design ini dibagi menjadi dua yaitu Ballast Free Ship dan Non-Ballast Water Ship. Ballast
bisa berguna di kapal dan bisa juga membahayakan pada lingkungan. Akibat dari ballast ini
adalah pengaruh pada mikroba di laut, mikroba ini bisa mutasi dan bisa membuat tidak
kesinambungan mahluk hidup di lautan.

Daftar pustaka

http://digilib.its.ac.id/public (pada 8 Maret pukul 10.00 WIB)

http://www.marineinsight.com/marine/environment/what-are-non-ballast-or-ballast-free-
ships (pada 9 Maret pukul 09.0g 0 WIB)

Kurniawati, Hesty Anita. (2009). Ship Outfitting. Surabaya

Anda mungkin juga menyukai