Anda di halaman 1dari 21

JURNAL PENELITIAN

ANALISA OVER LOAD FLEXIBLE PAVEMENT


PADA RUAS JALAN SEMARANG-GODONG
KABUPATEN DEMAK

Diajukan untuk melengkapi persyaratan menempuh ujian akhir


Program S1 Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Semarang

Oleh :

AHMAD NUR AMIN C.131.14.0016


NOVRIZAL MERYS ANANDA C.131.14.0027

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL


UNIVERSITAS SEMARANG
2018
ANALISA OVERLOAD FLEXIBLE PAVEMENT
PADA RUAS JALAN SEMARANG-GODONG
KABUPATEN DEMAK

Ahmad Nur Amin


Novrizal Merys Ananda
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Semarang
Jl Arteri Soekarno-Hatta Semarang
Email : ahmad.nuramin93@gmail.com, rizal.ananda40@yahoo.com
 

ABSTRAK

Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting dalam memperlancar
kegiatan hubungan ekonomi dan kegiatan sosial lainnya. Namun jika terjadi kerusakan
jalan akan berakibat bukan hanya terhalangnya kegiatan ekonomi dan sosial lainnya namun
dapat terjadi kecelakaan bagi pengguna jalan. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya kerusakan jalan, antara lain adalah muatan berlebih (over load), kegagalan
struktur, tanah dasar, dan lingkungan yang berkaitan dengan drainase jalan, (Junoto 2017).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis kerusakan jalan, faktor penyebabnya
serta solusi untuk mengatasi kerusakan yang terjadi. Metode yang digunakan adalah
penelitian lapangan dengan data primer berupa hasil survei kerusakan jalan pada ruas Jalan
Semarang-Godong Kabupaten Demak. Hasil survei jenis kerusakan jalan pada ruas jalan
Semarang-Godong Kabupaten Demak adalah kerusakan jalan retak, kerusakan jalan
lubang, kerusakan jalan amblas, kerusakan jalan alur, dan kerusakan jalan gelombang.
Faktor-faktor penyebab kerusakan jalan secara umum adalah peningkatan beban volume
lalu lintas, sistem drainase yang tidak baik, sifat material konstruksi perkerasan yang
kurang baik, iklim, kondisi tanah yang tidak stabil, perencanaan lapis perkerasan yang
sangat tipis, proses pelaksanaan pekerjaan yang kurang sesuai dengan spesifikasi.
Tindakan perbaikan yang dapat dilakukan yaitu tindakan perbaikan per segmen
Kata Kunci : Kerusakan, Penyebab, Solusi

ABSTRACT

Roads are a means of land transportation which is very important in facilitating the
activities of economic relations and other social activities. However, if road damage will
result not only obstructed other economic and social activities but there can be accidents
for road users. There are several factors that cause road damage, such as overload,
structure, ground, and environment related to road drainage (Junoto 2017). This study
aims to determine the types of road damage, causal factors and solutions to overcome the
damage that occurred. The method used is data of research with primary data of road road
result in Semarang-Godong Street of Demak Regency. The result of survey on the type of
road damage on Semarang-Godong road of Demak Regency is cracked road damage, hole
road damage, decrease road damage, groove road damage, and wave damage. Factors
causing road damage in general are increased traffic volume, poor drainage system, poor
construction properties of pavement, climate, unstable soil conditions, very thin pavement
plan, specification. Corrective action that an improvement action may take per segment.
Keywords : Damage, Cause, Solution.

1
 
1. PENDAHULUAN
Jalan raya adalah sarana transportasi yang digunakan untuk berbagai macam
keperluan antara lain meningkatkan laju perekonomian maupun aktivitas masyarakat setiap
harinya. Banyak kegiatan yang dilakukan manusia dijalan raya, misalnya adalah untuk titik
awal manusia melakukan proses transportasi dari daerah atau tempat satu ke daerah atau
tempat yang lain melalui jalur darat. Namun pemanfaatan jalan raya juga berbanding lurus
dengan permasalahan yang terjadi di jalan tersebut, antara lain : masalah kerusakan jalan,
masalah kecelakaan, dan kemacetan. Kemacetan merupakan peristiwa atau situasi dimana
kendaraan yang berada di jalan raya mengalami keadaan tersendat bahkan terhenti yang
biasanya disebabkan oleh menumpuknya kendaraan secara horizontal di jalan raya itu
sendiri. Selain jumlah kendaraan yang melebihi kapasititas, penumpukan kendaraan sendiri
disebabkan beberapa faktor, salah satunya yaitu karena daya tampung jalan tidak sesuai
dengan jumlah kendaraan yang lewat pada jalan tersebut, dikarenakan jalan tersebut adalah
termasuk dalam jalan utama antar kota, dengan ini maka selain untuk mendukung sektor
perekonomian, jalan utama antar kota biasanya memiliki tingkat mobilisasi yang tinggi
khususnya jalan yang menghubungkan desa ke kota atau sebaliknya, baik mobilisasi
barang maupun penumpang, (Morlock, 1991).
Jalan raya merupakan prasarana lalu lintas yang dirasa sangat penting bagi semua
orang, untuk itu sangat diperlukan peran dari semua pihak, baik pihak pemerintah,
pengguna jalan dan masyarakat di sekitar jalan. Naiknya volume kendaraan di Indonesia
jika tidak diimbangi dengan peningkatan jalan maka akan menimbulkan dampak negatif
terhadap semua sektor baik sektor perekonomian dan sosial.
Menurut Badan Pusat Statistik Nasional, di tahun 2015 jumlah kendaraan bermotor
semua jenis dengan jumlah 121.394.185 unit, jumlah tesebut didominasi oleh kendaraan
bermotor dengan presentase 81,455%, kemudian di posisi kedua yaitu mobil penumpang
dengan presentase 11,105%, sisa dari presentase yaitu 7,44% terdiri dari bus dan
kendaraan angkutan barang. Kendaraan dengan volume yang sangat besar ini dirasakan
efeknya pada kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, bahkan jika
pengelolaan terhadap jalan dan regulasi terhadap kendaraan tidak dibuat secara baik maka
daerah-daerah kecilpun perlahan akan merasakan dampak dari bertumbuh pesatnya volume
kendaraan. Maka dari itu pengelolaan terhadap jalan dan regulasi terhadap kendaraan yang
baik dengan mempertimbangkan aspek lingkungan yang nyaman dirasa sangat penting di
negara yang bertumbuh pesat seperti Negara Indonesia ini. Sebagaimana diketahui
Indonesia memiliki semua potensi yang sangat melimpah, baik potensi sumber daya
manusia dan potensi sumber daya alam yang dibutuhkan untuk kebutuhan industri dan
Pariwisatanya. Di tahun 2017, banyak dijumpai Pabrik-Pabrik yang berada di daerah-
daerah kecil terlebih di kota-kota besar, Pabrik-Pabrik yang berada di Kota besar tentunya
sudah bukan lagi berskala Nasional tetapi sudah berskala Internasional, dengan demikian
kendaraan yang digunakan untuk operasional Industri tersebut juga sudah tidak lagi
menggunakan kendaraan berkapasitas muatan ringan atau kendaraan-kendaraan kecil,
melainkan sudah menggunakan kendaraan berkapasitas muatan besar.
Sebab-sebab yang demikian hampir tidak bisa dihindari sebab dengan
bertambahnya penduduk, sektor ekonomi dengan memanfaatkan bidang Industri sangatlah
penting untuk memenuhi kebutuhan manusia setiap harinya. Pelaku bisnis dalam hal ini
adalah investor sangatlah jeli memanfaatkan peluang ini dengan mendirikan pabrik di
daerah-daerah kecil seperti Kabupaten Demak. Hal ini dikarenakan selain lahan kosong
yang tersedia untuk potensi pengembangan pabrik masih tersedia, sumber daya manusia
untuk mendukung operasional pabrik masih sangatlah banyak. Dengan didirikannya pabrik
di Kabupaten Demak tentunya berdampak pada jalan raya yang ada disana, seperti kita
2
 
ketahui bersama, sering rusaknya jalan raya di Kabupaten Demak khususnya jalan utama
ruas Semarang-Godong Kabupaten Demak dikarenakan kendaraan-kendaraan dengan
muatan melebihi ambang batas tetap dibiarkan beroperasi. Namun permasalahan ini tidak
dapat dipungkiri dikarenakan, selain sektor pertanian dan perkebunan, banyak masyarakat
Kabupaten Demak bekerja di sektor Industri dalam hal ini adalah pabrik, dengan demikian
sektor Industri tersebut harus selalu beroperasi, dengan beroperasinya sektor Industri maka
dukungan logistik yang diperlukan juga harus memadai, maka dari itu kendaraan yang
digunakan oleh Industri ini adalah kendaraan berkapasitas muatan besar, padahal jalan
yang tersedia adalah jalan yang hanya mendukung untuk mobilitas masyarakat baik dari
Desa ke Kota atau sebaliknya, bukan jalan untuk melayani kendaraan bermuatan besar
yang akan mendukung sektor Industri di wilayah Kabupaten Demak.

2. METODE PENELITIAN
2.1 Tahapan Penelitian

MULAI
3.

OBSERVASI
4.

IDENTIFIKASI
5. MASALAH

PENGUMPULAN
6. DATA
PRIMER 7.
SEKUNDER
1. Data kerusakan jalan 8. Peta wilayah
1.
2. Data inventori jalan 2.
9. Data volume kendaraan rata-rata
3. Data berat kendaraan
10.

TIDAK
ANALISA

YA
11.
HASIL
PEMBAHASAN
12.

13.
KESIMPULAN &
SARAN
14.

SELESAI

Gambar 3.1 Tahapan Penelitian

3
 
2.2 Pengumpulan Data / Literatur
Untuk memperoleh hasil penelitian yang akurat maka butuh data-data yang harus
dikumpulkan, sebagai dasar acuan dari penelitian itu sendiri. Dalam penelitian ini diambil
data-data dari pihak yang terkait dari tujuan penelitian tersebut.
Data yang diperlukan pada tugas akhir dengan judul “ANALISA OVER LOAD
FLEXIBLE PAVEMENT PADA RUAS JALAN SEMARANG GODONG KABUPATEN
DEMAK” terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

1. Data Primer.
2. Data Sekunder.

2.3 Data Primer


Data Primer yang dilakukan untuk melengkapi data pada penelitian Tugas Akhir
ini adalah dengan cara survei dan melakukan pengamatan langsung dilapangan atau area
penelitian, yaitu pada ruas jalan raya Semarang-Godong. Adapun data Primer yang
diperoleh dari lapangan antara lain :

1. Data Inventori Jalan


Lokasi : 2 (dua) titik peninjauan di sepanjang jalan raya Semarang-Godong
Kabupaten Demak, yaitu :
a. Titik sampel 1, Ruas Jalan Raya Semarang-Gubug (dimulai dari
perlintasan Kereta Api Pasar Ganefo hingga depan Masjid Jami
Baiturrahim).
b. Titik sampel 2, Ruas Jalan Raya Semarang-Purwodadi (dimulai dari
depan SPPBE Pertamina PT. Sentral Gasindo hingga depan PT. Arisa
Mandiri Pratama).
Dari kedua titik sampel tersebut adalah ruas jalan yang dilalui oleh kendaraan
berat.
Sumber : survei langsung di lokasi.
Fungsi :
a. Mengetahui dimensi jalan seperti panjang jalan dan lebar jalan.
b. Mengetahui ada tidaknya median jalan.
c. Mengetahui kondisi perkerasan jalan maupun kondisi jalan.
d. Menentukan titik STA.

2. Data Kerusakan Jalan


Lokasi : dua titik sampel jalan yang berada di wilayah Kabupaten Demak,
yaitu :
a. Titik sampel 1, Ruas Jalan Raya Semarang-Gubug (dimulai dari
perlintasan Kereta Api Pasar Ganefo hingga depan Masjid Jami
Baiturrahim).
b. Titik sampel 2, Ruas Jalan Raya Semarang-Purwodadi (dimulai dari
depan SPPBE Pertamina PT. Sentral Gasindo hingga depan PT. Arisa
Mandiri Pratama).
Sumber :
a. survei langsung di lokasi.
b. Melakukan wawancara
Fungsi :
a. Mengidentifikasi jenis kerusakan jalan aspal (flexible pavement).

4
 
b. Mengetahui penyebab terjadinya kerusakan jalan aspal (flexible
pavement).

3. Data Berat Kendaraan


Lokasi : Ruas jalan raya sesuai dengan lokasi penelitian, yaitu di sepanjang
ruas jalan Semarang-Godong Kabupaten Demak
Sumber :
a. survei langsung di lokasi.
b. Melakukan wawancara
Fungsi :
Mengetahui kendaraan muatan barang terbesar yang melintasi ruas jalan
Semarang-Godong, beserta muatan maksimal yang dibawanya.

2.3 Data Sekunder


Data sekunder diperoleh dari Dinas PU Bina Marga Dan Cipta Karya Provinsi
Jawa Tengah, yang meliputi data peta wilayah, dan data volume kendaraan rata-rata,
data-data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Data Peta Wilayah


Sumber :
a. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Dan Cipta Karya Provinsi Jawa
Tengah.
Fungsi :
a. Sebagai penentuan daftar titik survei atau pemantauan yang akan
dipilih untuk dijadikan bahan penelitian.

2. Data Volume Kendaraan Rata-Rata


Sumber :
a. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Dan Cipta Karya Provinsi Jawa
Tengah
Fungsi :
Sebagai acuan untuk mengetahui bagaimana kondisi lalu lintas pada ruas
jalan Semarang-Godong, dan untuk mengetahui jumlah maupun golongan
kendaraan apa sajakah yang melintas di ruas jalan Semarang-Godong.

2.4 Survei dan Pengumpulan Data


Kegiatan survei di lapangan merupakan kegiatan yang tidak kalah penting untuk
dilaksanakan, dikarenakan kegiatan ini akan menentukan tingkat kelengkapan data
primer yang dibutuhkan. Data yang didapatkan dilapangan saat survei akan menjadi
acuan dasar data primer. Survei yang dilakukan meliputi :

2.4.1 Survei Inventori Jalan


Dalam melakukan survei inventori jalan, hal -hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Peralatan survei
Peralatan yang dibutuhkan dalam kegiatan survey meliputi meliputi :
a. Formulir survei.
b. Alat ukur (pita ukur, dan meteran) dengan panjang 50 meter dan 5 meter.
c. Alat tulis.
d. Kamera.

5
 
2. Cara pelaksanaan survei
Langkah-langkah pada kegiatan pelaksanaan survei inventori adalah
sebagai berikut :
a. Menentukan titik STA awal survei.
Penentuan titik stasiun awal (STA awal), dimulai pada titik stasiun (STA)
0±000, penentuan titik stasiun (STA) ini bertujuan untuk mempermudah dalam
pengambilan data lokasi penelitian yang akan ditinjau, seperti data ukuran
dimensi jalan. Penentuan jarak titik stasiun (STA) ini dilakukan dengan jarak
yang bervariasi tergantung dari panjang jalan yang ditinjau dan banyaknya
kerusakan jalan pada ruas jalan tersebut.
b. Pengukuran dimensi jalan.
Pengukuran dimensi jalan ini bertujuan untuk mengetahui lebar
perkerasan, lebar lajur, lebar bahu, dan lebar drainase. Pengukuran dimensi jalan
ini menggunakan rol meter dan meteran.

2.4.2 Survei Jalan


Kegiatan survei jalan dilaksanakan untuk mengetahui dimensi maupun
kondisi jalan. Saat kegiatan pelaksanaan survei jalan dilaksanakan, beberapa hal
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Peralatan survei, meliputi :
a. Formulir survei.
b. Alat ukur, rol meter dan meteran.
c. Perlengkapan tulis.
d. Kamera.
2. Cara pelaksanaan survei.
Survei kerusakan jalan merupakan suatu kegiatan survei, dimana kegiatan
survei ini dilakukan dalam berbagai tahapan, antara lain adalah :
a. Persiapan perlengkapan yang dibutuhkan, seperti perlengkapan tulis, alat
ukur dan kamera.
b. Mengidentifikasi kondisi jalan pada lokasi penelitian, dari titik stasiun
(STA awal) yaitu dengan cara menyusuri ruas jalan yang ditinjau sampai
dengan stasiun akhir (STA akhir).
Identifikasi kondisi jalan eksisting lokasi penelitian berdasarkan titik stasiun
(STA) yang diambil. Kemudian tentukan apakah peningkatan yang perlu pada lokasi
jalan tersebut.

2.4.3 Survei Berat Kendaraan


Kegiatan survei berat kendaraan dilaksanakan untuk mengetahui beban muatan
sebuah kendaraan dari berbagai macam kendaraan yang dirasa melebihi muatan yang
melintas pada ruas jalan raya Semarang-Godong. Saat kegiatan pelaksanaan survei berat
kendaraan, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Peralatan survei, meliputi :
a. Formulir survei.
b. Alat ukur, rol meter & meteran.
c. Perlengkapan tulis.
d. Kamera.
2. Cara pelaksanaan survei.
Survei berat kendaraan merupakan suatu survei dimana survei berat kendaraan ini
dilakukan dalam berbagai tahapan, antara lain adalah :

6
 
a. Persiapan perlengkapan yang dibutuhkan, seperti alat tulis, alat ukur dan
kamera.
b. Mengidentifikasi jenis kendaraan yang melewati ruas jalan pada area
penelitian dari titik stasiun awal (STA awal) dengan cara menyusuri ruas
jalan pada area penelitian sampai dengan stasiun (STA akhir).
Identifikasi jenis kendaraan yang melewati titik stasiun (STA), kemudian tentukan
kategori kendaraan tersebut sesuai dengan klasifikasi beban kendaraan terhadap jalan
pada area penelitian, yaitu ruas jalan raya Semarang-Godong.

2.5 Analisa Data


Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya yang akan dilakukan adalah menganalisa
data tersebut, analisa data merupakan bagian yang tidak kalah penting dalam penelitian,
karena dari analisa ini akan diperoleh temuan, baik temuan substantif maupun formal.
Analisa data Primer yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) data,
yaitu :
1. Data inventori jalan.
2. Data kerusakan jalan.
3. Data beban kendaraan.
Analisa data Sekunder yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua) data,
yaitu :
1. Data peta wilayah.
2. Data volume kendaraan rata-rata.
2.5.1 Data Inventori Jalan
Setelah melakukan survei di lokasi penelitian dengan cara pengukuran langsung,
maka didapatkan data inventori jalan. Berikut adalah tabel inventori jalan di dua lokasi
penelitian dalam ruas jalan raya Semarang-Godong, agar memudahkan untuk melihat
data yang diperoleh : (lihat Tabel 4.1)

Tabel 4.1 Data Inventori Daerah Titik Penelitian

Lokasi Penelitian
No. Data Inventori
Semarang-Gubug Semarang-Purwodadi
1 Panjang Ruas (km) 1,60 Km 1,10 Km
2 Jumlah Jalur 2 2
3 Jumlah Lajur 1 1
4 Lebar Lajur (m) 4,20 m 4,20 m
5 Median Tidak Ada Tidak Ada
6 Saluran / Drainase Tidak Ada Tidak Ada
Ada (Hanya pada Ada (Hanya pada
7 Marka Jalan tengah jalan) tengah jalan)
8 Trotoar/ Pedestrian Tidak Ada Tidak Ada
9 PJU Tidak Ada Tidak Ada
Jenis Konstruksi Aspal (Flexible Aspal (Flexible
10 Jalan Pavement) Pavement)
Sumber : Hasil Data Survei lokasi
Dari data survei sesuai dengan Tabel 4.1, maka didapatkan data yang dapat kita
analisa, yaitu sebagai berikut, panjang ruas wilayah penelitian 1, yaitu ruas jalan

7
 
Semarang-Gubug, panjang jalan adalah 1,60 km dengan 2 jalur dan 1 lajur, lebar lajur pada
ruas jalan Semarang-Gubug ini adalah 4,20 meter, di jalan ini tidak terdapat median jalan,
tidak terdapat trotoar, tidak terdapat PJU, tidak terdapat drainase dan kontruksi jalan
menggunakan perkerasan aspal (flexible pavement). Sedangkan pada ruas wilayah
penelitian 2, yaitu ruas jalan Semarang-Purwodadi, panjang jalan adalah 1,10 km, dengan 2
jalur dan 1 lajur, lebar lajur pada ruas jalan Semarang-Purwodadi ini adalah 4,20 meter, di
jalan ini tidak terdapat median jalan, tidak terdapat trotoar, tidak terdapat PJU, tidak
terdapat drainase dan kontruksi jalan menggunakan perkerasan aspal (flexible pavement).
Sehingga dengan diperolehnya data hasil survei langsung di lapangan, dapat diketahui luas
jalan, yaitu luas total jalan Raya Semarang-Gubug adalah 6720 m², dan pada jalan
Semarang-Purwodadi adalah 4620 m², sehingga total luas jalan dua lokasi penelitian
adalah 11340 m², hasil dari perhitungan luas jalan tersebut diketahui dari rumus sebagai
berikut :
Luas Total= Panjang Jalan x Lebar Jalan

Data ini akan digunakan untuk menghitung nilai kerusakan jalan

2.5.2 Data Kerusakan Jalan


Pusat Penelitian Dan Pengembangan Jalan Dan Jembatan Provinsi Jawa Tengah
(2016), telah mengembangkan metode penilaian kondisi permukaan jalan yang
diperkenalkan didasarkan pada jenis dan besarnya kerusakan serta kenyamanan berlalu
lintas. Jenis kerusakan yang ditinjau adalah retak, lepas, lubang, alur, gelombang, amblas
dan belah. Besarnya kerusakan merupakan presentase luar permukaan jalan yang rusak
terhadap luas keseluruan jalan yang ditinjau. Data kerusakan jalan diperoleh dari data
primer, yaitu mensurvei langsung di lapangan. Data ini berisi data dimensi dan luas
kerusakan jalan berdasarkan klasifikasi kerusakan jalan dari Dinas PU Bina Marga dan
Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah, yaitu berupa tambalan, retak, lepas, lubang, alur,
gelombang, dan amblas.
Nilai kerusakan jalan (Nr) ini merupakan jumlah total dari setiap nilai jumlah
kerusakan pada suatu ruas jalan. Cara perhitungannya dimulai dari data dimensi
kerusakan jalan tersebut dihitung menjadi satuan luas yang kemudian dibandingkan
dengan luas jalan yang ditinjau. Kemudian dari hasil perbandingan tersebut akan muncul
hasil berupa presentase. Hasil presentase ini disebut dengan nilai presentase kerusakan
(Np), dari nilai presentase kerusakan ini maka akan dibagi menjadi 4 (empat) kategori
tingkat kerusakan, yaitu : jika < 5% maka nilainya adalah 2; 5% - 20% maka nilainya
adalah 3; 20% - 40% maka nilainya 5 dan jika > 40% maka nilainya 7. Rumus yang
digunakan yaitu :

Np = Luas Jalan Rusak x 100 %


Luas Jalan Keseluruhan

Tabel 4.2 Nilai Presentase Kerusakan (Np)


Prosentase Kategori Nilai
8
 
<5% Sedikit Sekali 2
5 % - 20 % Sedikit 3
20 % - 40 % Sedang 5
> 40 % Banyak 7
Sumber : Dinas PU Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi
Jawa Tengah

Setelah didapatkan nilai Np, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan bobot
nilai kerusakan jalan (Nj), bobot nilai ini sudah ditentukan oleh Dinas Bina Marga. (lihat
Tabel 4.3). Besarnya nilai bobot kerusakan jalan diperoleh dari jenis kerusakan pada
permukaan jalan yang dilalui. Penilaiannya adalah :

Tabel 4.3 Bobot Nilai Kerusakan Jalan (Nj)


No Jenis Kerusakan Nj
Konstruksi Beton Tanpa
1 2
Kerusakan
Konstruksi Penetrasi Tanpa
2 3
Kerusakan
3 Tambalan 4
4 Retak 5
5 Lepas 5,5
6 Lubang 6
7 Alur 6
8 Gelombang 6,6
9 Amblas 7
10 Belahan 7
Sumber : Dinas PU Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi
Jawa Tengah

Setelah didapatkan nilai Np dan Nj, langkah selanjutnya adalah menghitung nilai
Nq, yaitu nilai jumlah kerusakan. Besarnya nilai jumlah kerusakan (Nq) diperoleh dari
perkalian antara nilai Np dengan nilai Nj. Sebagai contoh jika kerusakan jalan berupa
retak dengan nilai Np = 5 dan nilai Nj = 5, maka nilai Nq adalah 25, yang berarti tingkat
kerusakan jalan untuk retak adalah sedang, dan begitupun selanjutnya.
Data nilai jumlah kerusakan jalan (Nq) yang diperoleh dalam penelitian ini,
sesuai dengan cara perhitungan, yaitu :
Nq = Np x Nj
Keterangan :
Np = Presentase Kerusakan.
Nj = Bobot Kerusakan
Besarnya nilai kerusakan jalan diperoleh dari perkalian nilai presentase kerusakan
dengan nilai bobot kerusakan. Nilai jumlah kerusakan jalan tercantum pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Nilai Jumlah Kerusakan (Nq)


Presentase luar area kerusakan
No Jenis Kerusakan ≤5% 5 % - 20 % 20 % - 40 % ≥ 40 %
Sedikit Sekali Sedikit Sedang Banyak

9
 
1 Aspal Beton 4
2 Penetrasi 6
3 Tambalan 8 12 20 28
4 Retak 10 15 25 35
5 Lepas 11 16,5 27,5 38,5
6 Lubang 12 18 30 42
7 Alur 12 18 30 42
8 Gelombang 13 19,5 32,5 45,5
9 Amblas 17 21 35 49
10 Belahan 14 21 35 49
Sumber : Dinas PU Bina Marga dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah

Area Penelitian 1, Ruas Jalan Raya Semarang-Gubug


Tabel 4.5 Perhitungan Nilai Kerusakan Jalan (Nq)
Luas Luas Presentase Nilai
Nq
Jalan Jalan (Np%) Presentase
No Jenis Kerusakan Np Nj
Rusak Total Kerusakan
(a/b)*100 (d*e)
(m2) (m2) Jalan
a b c d e f
Kontruksi beton Sedikit
1 - 6720 - 2,0 2,0 4,0
tanpa kerusakan Sekali
Kontruksi
Sedikit
2 Penetrasi Tanpa - 6720 - 2,0 3,0 6,0
Sekali
Kerusakan
3 Tambalan 1245,0 6720 18,53% 3,0 4,0 12,0 Sedikit
4 Retak 664,0 6720 9,88% 3,0 5,0 15,0 Sedikit
Sedikit
5 Lepas - 6720 - 2,0 5,5 11,0
Sekali
Sedikit
6 Lubang 132,8 6720 1,98% 2,0 6,0 12,0
Sekali
Sedikit
7 Alur - 6720 - 2,0 6,0 12,0
Sekali
Sedikit
8 Gelombang - 6720 - 2,0 6,6 13,2
Sekali
Sedikit
9 Amblas 164,34 6720 2,45% 2,0 7,0 14,0
Sekali
Sedikit
10 Belahan - 6720 - 2,0 7,0 14,0
Sekali
Sumber : Data survei dan pengamatan langsung, perhitungan

Dari Tabel 4.5 diperoleh data nilai kerusakan jalan dengan berbagai kriteria sesuai
dengan kondisi di lapangan, yaitu area penelitian satu, ruas jalan raya Semarang-Gubug,
kriteria pada masing-masing lokasi kerusakan juga berbeda, dikarenakan presentase nilai
kerusakan berbeda-beda, penentuan nilai kerusakan jalan sesuai dengan Tabel 4.2, hal ini
dikarenakan luas dan sifat kendaraan yang melalui ruas jalan raya Semarang-Gubug juga

10
 
beragam. Pada area penelitian satu yaitu ruas jalan Semarang-Gubug, terdapat beberapa
kerusakan jalan, kerusakan jalan tersebut antara lain adalah kerusakan jalan tambalan,
kerusakan jalan retak, kerusakan jalan lubang, kerusakan jalan amblas. Dengan total luas
jalan pada area penelitian satu yaitu ruas jalan Semarang-Gubug adalah 6720 m2,
presentase kerusakan jalan dapat diketahui yaitu dengan perhitungan perbandingan antara
luas jalan rusak dengan total luas jalan pada area penelitian satu yaitu ruas jalan
Semarang-Gubug di kalikan 100%, maka didapatkan nilai presentase kerusakan jalan
sesuai yang tertera pada Tabel 4.5, nilai presentase beberapa kerusakan jalan tersebut
adalah, kerusakan jalan tambalan dengan total luas kerusakan 1245 m2 pada area
penelitian satu ruas jalan Semarang-Gubug memiliki presentase sebesar 18,53% dari total
luas ruas jalan Semarang-Gubug yaitu 6720 m2, nilai presentase kerusakan jalan
tambalan adalah sedikit. Kerusakan jalan retak dengan total luas kerusakan 664 m2 pada
area penelitian satu ruas jalan Semarang-Gubug memiliki presentase sebesar 9,88% dari
total luas ruas jalan Semarang-Gubug yaitu 6720 m2, nilai presentase kerusakan jalan
retak adalah sedikit. Kerusakan jalan lubang dengan total luas kerusakan 132,80 m2 pada
area penelitian satu ruas jalan Semarang-Gubug memiliki presentase sebesar 1,98% dari
total luas ruas jalan Semarang-Gubug yaitu 6720 m2, nilai presentase kerusakan jalan
lubang adalah sedikit sekali. Kerusakan jalan amblas dengan total luas kerusakan 164,34
m2 pada area penelitian satu ruas jalan Semarang-Gubug memiliki presentase sebesar
2,45% dari total luas ruas jalan Semarang-Gubug yaitu 6720 m2, nilai presentase
kerusakan jalan amblas adalah sedikit sekali. Dari total nilai presentase kerusakan jalan,
23,98% luas jalan pada ruas jalan Semarang-Gubug mengalami kerusakan, dan 76,02%
jalan pada ruas jalan Semarang-Gubug tidak mengalami kerusakan.
Kerusakan jalan yang terjadi pada ruas jalan Semarang-Gubug disebabkan oleh
kurangnya perawatan secara intensif terhadap kerusakan jalan, sehingga banyak
ditemukannya kerusakan pada ruas jalan tersebut, antara lain adalah kerusakan jalan
tambalan, kerusakan jalan retak, kerusakan jalan lubang, dan kerusakan jalan amblas,
selain itu banyaknya kendaraan dengan muatan berlebih (over load) juga menjadi salah
satu faktor penyebab terjadinya kerusakan jalan yang beragam pada area penelitian satu
ruas jalan Semarang-Gubug.

Area Penelitian 2, Ruas Jalan Raya Semarang-Purwodadi


Tabel 4.6 Perhitungan Nilai Kerusakan Jalan (Nq)
Luas Luas Presentase Nilai
Nq
Jenis Jalan Jalan (Np%) Presentase
No Np Nj
Kerusakan Rusak Total Kerusakan
(a/b)*100 (d * e)
(m2) (m2) Jalan
a b c d e f
Kontruksi
Sedikit
1 beton tanpa - 4620 - 2,0 2,0 4,0
Sekali
kerusakan
Kontruksi
Penetrasi Sedikit
2 - 4620 - 2,0 3,0 6,0
Tanpa Sekali
Kerusakan
Sedikit
3 Tambalan 225,0 4620 4,87% 2,0 4,0 8,0
Sekali

11
 
Sedikit
4 Retak 135,0 4620 2,92% 2,0 5,0 10,0
Sekali
Sedikit
5 Lepas - 4620 - 2,0 5,5 11,0
Sekali
Sedikit
6 Lubang 31,5 4620 0,68% 2,0 6,0 12,0
Sekali
Sedikit
7 Alur 126,0 4620 2,73% 2,0 6,0 12,0
Sekali
Sedikit
8 Gelombang 18,75 4620 0,41% 2,0 6,6 13,2
Sekali
Sedikit
9 Amblas 9,0 4620 0,19% 2,0 7,0 14,0
Sekali
Sedikit
10 Belahan - 4620 - 2,0 7,0 14,0
Sekali
Sumber : Data survei dan pengamatan langsung, perhitungan

Dari Tabel 4.6 diperoleh data nilai kerusakan jalan dengan berbagai kriteria sesuai
dengan kondisi di lapangan, yaitu area penelitian dua, ruas jalan raya Semarang-
Purwodadi, kriteria pada masing-masing lokasi kerusakan juga berbeda, dikarenakan
presentase nilai kerusakan berbeda-beda, penentuan nilai kerusakan jalan sesuai dengan
Tabel 4.2, hal ini dikarenakan luas dan sifat kendaraan yang melalui jalan tersebut juga
beragam. Pada area penelitian dua yaitu ruas jalan Semarang-Purwodadi, terdapat
beberapa kerusakan jalan, kerusakan jalan tersebut antara lain adalah kerusakan jalan
tambalan, kerusakan jalan retak, kerusakan jalan lubang, kerusakan jalan alur, kerusakan
jalan gelombang, dan kerusakan jalan amblas. Dengan total luas jalan pada area
penelitian dua yaitu ruas jalan Semarang-Purwodadi adalah 4620 m2, presentase
kerusakan jalan dapat diketahui yaitu dengan perhitungan perbandingan antara luas jalan
rusak dengan total luas jalan pada area penelitian dua yaitu ruas jalan Semarang-
Purwodadi di kalikan 100%, maka didapatkan data sesuai yang tertera pada Tabel 4.6,
nilai presentase beberapa kerusakan jalan tersebut adalah, kerusakan jalan tambalan
dengan total luas kerusakan 225 m2 pada area penelitian satu ruas jalan Semarang-
Purwodadi memiliki presentase sebesar 4,87% dari total luas ruas jalan Semarang-
Purwodadi yaitu 4620 m2, nilai presentase kerusakan jalan tambalan adalah sedikit
sekali. Kerusakan jalan retak dengan total luas kerusakan 135 m2 pada area penelitian
dua ruas jalan Semarang-Purwodadi memiliki presentase sebesar 2,92% dari total luas
ruas jalan Semarang-Purwodadi yaitu 4620 m2, nilai presentase kerusakan jalan retak
adalah sedikit sekali. Kerusakan jalan lubang dengan total luas kerusakan 31,50 m2 pada
area penelitian dua ruas jalan Semarang-Purwodadi memiliki presentase sebesar 0,68%
dari total luas ruas jalan Semarang-Purwodadi yaitu 4620 m2, nilai presentase kerusakan
jalan lubang adalah sedikit sekali. Kerusakan jalan alur dengan total luas kerusakan
126,00 m2 pada area penelitian satu ruas jalan Semarang-Purwodadi memiliki presentase
sebesar 2,73% dari total luas ruas jalan Semarang-Purwodadi yaitu 4620 m2, nilai
presentase kerusakan jalan alur adalah sedikit sekali. Kerusakan jalan gelombang dengan
total luas kerusakan 18,75 m2 pada area penelitian dua ruas jalan Semarang-Purwodadi
memiliki presentase sebesar 0,41% dari total luas ruas jalan Semarang-Purwodadi yaitu
4620 m2, nilai presentase kerusakan jalan gelombang adalah sedikit sekali. Kerusakan
jalan amblas dengan total luas kerusakan 9,00 m2 pada area penelitian dua ruas jalan

12
 
Semarang-Purwodadi memiliki presentase sebesar 0,19% dari total luas ruas jalan
Semarang-Purwodadi yaitu 4620 m2, nilai presentase kerusakan jalan amblas adalah
sedikit sekali. Dari total nilai presentase kerusakan jalan, 11,80% luas jalan pada ruas
jalan Semarang-Purwodadi mengalami kerusakan dan 88,20% jalan pada ruas jalan
Semarang-Purwodadi tidak mengalami kerusakan.
Kerusakan jalan yang terjadi pada ruas jalan Semarang-Purwodadi disebabkan oleh
kurangnya perawatan secara intensif terhadap kerusakan jalan, sehingga banyak
ditemukannya kerusakan pada ruas jalan tersebut, antara lain adalah kerusakan jalan
tambalan, kerusakan jalan retak, kerusakan jalan lubang, kerusakan jalan alur, kerusakan
jalan gelombang, dan kerusakan jalan amblas, selain itu banyaknya kendaraan dengan
muatan berlebih (over load) juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kerusakan
jalan yang beragam pada area penelitian dua ruas jalan Semarang-Purwodadi.

Tabel 4.7 Data Hasil Wawancara dan Survei Langsung Berat Kendaraan
Jns Jml Jml Jml Muatan Muatan Total
No Kend Sumbu Sumbu Ban Pengguna Ksng Maks
Industri
Furnitur,
Trailer 1-2.2- Industri 60
1 5 18 25 Ton 50 Ton
Tronton 2.2 Pengolahan Ton
Kayu
Kalimantan
Sumber : Survei pengamatan langsung dan wawancara

Tabel 4.8 Tabel Klasifikasi Jenis Berat Kendaraan


JBI JBI
Konfigurasi Jumlah
Jenis Kelas Kelas
sumbu sumbu
II III
Truk
1-1 2 12 ton 12 ton
Engkel
Truk
2-1 2 16 ton 14 ton
Besar
Truk
1 - 2.2 3 22 ton 20 ton
Tronton
Truk 4
1.1 - 2.2 4 30 ton 26 ton
sumbu
Trailer
1 - 2 - 2.2 4 34 ton 28 ton
Engkle
Trailer
1 - 2.2 - 2.2 5 40 ton 32 ton
Tronton
1 - 2.2 - Trailer
6 43 ton 40 ton
2.2.2 Tronton

Sumber : Direktorat Jenderal Bina Marga

13
 
Dari hasil wawancara dan survei langsung berat kendaraan dengan sentra Industri
yang berada sekitar ruas jalan raya Semarang-Purwodadi, khususnya sentra Industri
Furnitur dan Industri pengolahan kayu Kalimantan, didapatkan data seperti pada Tabel
4.7, sehingga diketahui bahwa truk pengangkut Kayu Kalimantan yaitu berjenis
kendaraan Truk Trailer Tronton dengan jumlah sumbu 5, konfigurasi sumbu 1-2.2-2.2
dan jumlah rodanya adalah 18 buah. Ketika tidak membawa muatan kayu, truk ini
mempunyai berat kosong (BK) 25 Ton dan muatan maksimal yang dapat diangkut adalah
60 Ton. Ruas jalan Semarang-Purwodadi termasuk dalam golongan III, yaitu jalan yang
hanya dapat menampung beban maksimal adalah 32 Ton, menurut data survei langsung
berat kendaraan pada ruas jalan Semarang-Purwodadi, didapatkan data bahwa kendaraan
angkutan barang yang melintas pada ruas jalan Semarang-Purwodadi khususnya
kendaraan pengangkut kayu Kalimantan untuk kebutuhan sentra Industri, baik Furnitur
maupun pengolahan kayu Kalimantan memiliki beban jauh lebih besar dari yang telah
ditentukan seperti pada Tabel 4.8, yaitu 60 Ton. Sehingga dikategorikan memiliki muatan
melebihi ketentuan muatan yang telah di tetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.
Dengan tingginya kelebihan beban yang harus diterima oleh jalan pada ruas jalan raya
Semarang-Purwodadi menjadi salah satu penyebab banyaknya terjadi kerusakan pada ruas
jalan Semarang-Purwodadi, perencanaan kekuatan jalan hanya dapat menerima beban
sebesar 32 Ton, namun fakta dilapangan menunjukkan bahwa beban yang harus di terima
oleh jalan pada ruas jalan Semarang-Purwodadi dua kali lipat dari perencanaan beban jalan
awal, dengan demikian, kondisi ini harus segera ditindaklanjuti, khususnya oleh Dinas
terkait, dalam hal ini adalah Dinas PU Bina Marga Dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah,
mengingat banyaknya kerusakan yang terjadi pada ruas jalan raya Semarang-Purwodadi,
ruas jalan Semarang-Purwodadi merupakan salah satu jalan utama dalam mendukung
sentra Industri yang berada di sepanjang ruas jalan raya Semarang-Purwodadi.

2.5.3 Data Lalu Lintas


Data lalu lintas adalah data yang digunakan untuk mengetahui jumlah kendaraan
yang melewati suatu jalan pada suatu periode, data ini didapatkan dengan penelitian
langsung dilapangan, ataupun mengambil dari dinas terkait, dalam hal ini adalah Dinas
PU Bina Marga Dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah
Pada penelitian ini, data lalu lintas yang didapatkan adalah dengan mengambil
dari dinas terkait yaitu Dinas PU Bina Marga Dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah,
dengan adanya data lalu lintas ini dapat diketahui kondisi lalu lintas yang berada pada
jalan raya Semarang-Godong, khususnya jumlah volume kendaraan rata-rata, sehingga
dapat menjadi petimbangan berkaitan dengan rekonstruksi peningkatan jalan raya
Semarang-Godong. Data volume kendaraan rata-rata sesuai dengan Tabel 4.9, meliputi,
data nama ruas jalan, data volume kendaraan rata-rata golongan kendaraan Bina Marga
per hari, data presentase volume kendaraan, data volume kendaraan total per hari, data
LHR kendaraan per jam, dan data LHRT kendaraan per tahun. Dengan data volume
kendaraan rata-rata, dapat diketahui bagaimana kondisi lalu lintas di sepanjang jalan
Semarang-Godong. Selain itu dengan data volume kendaraan rata-rata, dapat diketahui
golongan kendaraan yang melintasi jalan Semarang-Godong.

14
 
Volume Kendaraan Rata-Rata Golongan Kendaraan Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2017
Tabel 4.9 Volume Kendaraan Rata-Rata

Vol Kend Rata - Rata Golongan Kendaraan Bina Marga (Kend/hr) Presentase Kendaraan (%) Volume LHR LHRT
No. (Kend (Kend (Kend
No Ruas Nama Ruas Jalan 1 2 3 4 5A 5B 6A 6B 7A 7B 7C 8 MC LV MHV HV UM /Hr) /Jam) /Th)
Jalan a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t
(h+i+j+k)*r/10
a*r/100 (b+c+d)*r/100 (e+f+g)*r/100 l*r/100 sum(a-l) r/24 jam s*1 th
0
1 124 Plantungan - Sukorejo (Blimbing) 6763 3326 217 453 46 14 391 487 8 0 3 34 57,60% 34,03% 3,84% 4,24% 0,29% 11742 489 5871
2 125 Cangkiran - Boja - Sukorejo 4099 1420 82 298 57 32 123 309 13 0 3 65 63,05% 27,69% 3,26% 5,00% 1,00% 6501 271 3251
3 126 Cangkiran - Ungaran 5369 1691 37 159 19 10 88 204 7 0 0 55 70,28% 24,70% 1,53% 2,76% 0,72% 7639 318 3820
4 127 Semarang - Godong 5851 1154 20 304 43 21 110 294 13 0 8 28 74,57% 18,84% 2,22% 4,01% 0,36% 7846 327 3923
Jl. Brigjend Sudiarto
5 127 30990 8450 534 1302 66 93 472 1145 73 6 34 52 71,71% 23,80% 1,46% 2,91% 0,12% 43217 1801 21609
(Semarang)
Weleri - Patean (Bts.
6 177 4179 1196 6 138 29 12 42 134 0 0 0 41 72,34% 23,20% 1,44% 2,32% 0,71% 5777 241 2889
Kab. Kendal)
Bts. Lingkar Salatiga - Ngablak
7 181 2485 1039 198 223 6 5 63 95 1 0 2 31 59,91% 35,20% 1,78% 2,36% 0,75% 4148 173 2074
(Bts. Kab. Magelang)
Lemahabang - Kaloran
8 187 1781 819 11 146 19 9 101 191 0 0 0 41 57,12% 31,30% 4,14% 6,13% 1,31% 3118 130 1559
(Bts. Kab. Temanggung)
9 188 Ambarawa - Bandungan 3099 1527 14 147 10 6 65 150 7 0 0 32 61,28% 33,38% 1,60% 3,10% 0,63% 5057 211 2529
Salatiga - Kedungjati
10 189 2437 1201 9 174 19 6 73 162 23 0 0 39 58,82% 33,41% 2,37% 4,47% 0,94% 4143 173 2072
(Bts. Kab. Demak)
Gubug - Kapung - Kd. Jati
11 190 4823 1766 242 430 20 14 235 314 17 0 8 35 61,02% 30,85% 3,40% 4,29% 0,44% 7904 329 3952
(Bts. Kab. Semarang)
12 191 Tegowanu - Tanggung - Kapung 1957 1050 37 216 14 3 74 138 3 0 0 22 55,69% 37,08% 2,59% 4,01% 0,63% 3514 146 1757
13 192 Sruwen - Karanggede 1695 889 39 399 27 0 47 362 13 0 0 21 48,54% 38,00% 2,12% 10,74% 0,60% 3492 146 1746
14 197 Demak - Godong 5363 1464 19 292 33 16 110 296 12 0 8 25 70,21% 23,24% 2,08% 4,14% 0,33% 7638 318 3819
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah, 2017
Keterangan Keterangan
Gol Kend :1 = Spd. Motor, Sekuter, Spd. Kumbang, dan Kend. Bermotor Roda 3 Kategori Kend : MC = Motorcycle (Sepeda Motor)
2 = Sedan, Jeep , dan Station Wagoon LV = Light Vehicle (Kendaraan Ringan)
3 = Opelet, Pick up Opelet, Sub Urban , Combi , dan Mini Bus MHV = Medium Heavy Vehicle (Kendaraan Beban Sedang)
4 = Pick up , Micro Truk, dan Mobil Hantaran HV = Heavy Vehicle (Kendaraan Beban Besar)
5A = Bus Kecil UM = Unmotorcycle (Kendaraan Tidak Bermotor)
5B = Bus Besar
6A = Truk 2 Sumbu (4 roda)
6B = Truk 2 Sumbu (6 roda)
7A = Truk 3 Sumbu
7B = Truk Gandengan
7C = Truk Semi Trailer
8 = Kend. Tidak Bermotor (Sepeda, Becak, Delman, Gerobak, dll.)
Dari data volume kendaraan rata-rata Provinsi Jawa Tengah, diketahui bahwa
jumlah volume kendaraan rata-rata harian pada ruas jalan Semarang-Godong adalah
sebagai berikut, volume kendaraan golongan 1 sebanyak 5851 unit, volume kendaraan
golongan 2 sebanyak 1154 unit, volume kendaraan golongan 3 sebanyak 20 unit, volume
kendaraan golongan 4 sebanyak 304 unit, volume kendaraan golongan 5A sebanyak 43
unit, volume kendaraan golongan 5B sebanyak 21 unit, volume kendaraan golongan 6A
sebanyak 110 unit, volume kendaraan golongan 6B sebanyak 294 unit, volume kendaraan
golongan 7A sebanyak 13 unit, volume kendaraan golongan 7B sebanyak 0 unit, volume
kendaraan golongan 7C sebanyak 8 unit, dan volume kendaraan golongan 8 sebanyak 28
unit. Dengan demikian total volume kendaraan pada ruas jalan Semarang-Godong adalah
sebanyak 7846 unit per hari.
Sesuai dengan data total volume kendaraan pada ruas jalan raya Semarang-
Godong diketahui beberapa kategori dalam pengelompokan kendaraan, kategori
pengelompokan kendaraan itu adalah, kategori MC (Motorcycle) sebanyak 74,57 %,
kategori LV (Light Vehicle) sebanyak 18,84 % , kategori MHV (Medium Heavy Vehicle)
sebanyak 2,22 %, kategori HV (Heavy Vehicle) sebanyak 4,01 %, dan kategori UM
(Unmotorcycle) sebanyak 0,36 %.
Sesuai dengan Tabel 4.9, bahwa volume kendaraan heavy vehicle adalah sebanyak
4,01 % dari total volume kendaraan adalah 7846 unit per hari, sehingga volume
kendaraan heavy vehicle adalah 315 unit per hari, kendaraan heavy vehicle meliputi
golongan kendaraan 6B, 7A, 7B, dan 7C yaitu, 6B adalah kendaraan Truk 2 sumbu 6
roda, 7A adalah Truk 3 sumbu, 7B adalah Truk gandengan, dan 7c adalah truk semi
trailer. Dengan demikian pada ruas jalan Semarang-Godong dilalui rata-rata adalah 13
unit truk golongan heavy vehicle per jam dalam satu hari atau 24 jam.
Kerusakan jalan pada ruas jalan Semarang-Godong pada umumnya disebabkan
oleh tingginya tingkat pelayanan jalan terhadap kendaraan yang melintas pada ruas jalan
Semarang-Godong, khususnya adalah kendaraan angkutan barang, banyaknya kendaraan
dengan muatan besar atau kendaraan dengan muatan melebihi yang telah ditentukan
menjadi penyebab banyaknya terjadi kerusakan pada ruas jalan Semarang-Godong,
kerusakan yang terjadi pada ruas jalan Semarang-Godong antara lain adalah kerusakan
jalan retak, kerusakan jalan lubang, kerusakan jalan alur, kerusakan jalan gelombang, dan
kerusakan jalan amblas, kerusakan jalan ini terjadi di sepanjang ruas jalan Semarang-
Godong, minimnya tingkat perawatan jalan, khususnya oleh Dinas PU Bina Marga dan
Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu penyebab banyaknya jenis
kerusakan yang terjadi pada ruas jalan raya Semarang-Godong ini.
Tingginya tingkat pelayanan jalan Semarang-Godong, khususnya kendaraan
muatan barang guna dalam upaya mendukung berbagai macam sentra Industri yang
berada di sepanjang ruas jalan Semarang-Godong ini juga menjadi faktor banyaknya
kerusakan jalan yang terjadi pada ruas jalan Semarang-Godong, tingginya beban
kendaraan yang melintas pada ruas jalan raya Semarang-Godong seringkali melampaui
batas beban kendaraan pada jalan yang telah di tetapkan oleh Dinas PU Bina Marga Dan
Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah, di tambah tidak adanya sistem jembatan timbang
pada ruas jalan Semarang-Godong, membuat semakin banyaknya pelanggaran batas
muatan kendaraan barang sering terjadi, banyaknya pelanggaran batas muatan ini
tentunya menjadi faktor yang paling signifikan berkaitan dengan kerusakan jalan yang
terjadi pada ruas jalan Semarang-Godong.
Seperti pada data volume kendaraan rata-rata yang diterbitkan oleh Dinas PU
Bina Marga Dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah, diketahui pada ruas jalan Semarang-
Godong dilalui rata-rata 13 unit kendaraan truk golongan heavy vehicle setiap jam dalam

16
 
kurun waktu 24 jam, sehingga dalam satu hari saja, ruas jalan raya Semarang-Godong
dilalui oleh 312 kendaraan golongan heavy vehicle, dalam kasus ini adalah kendaraan
pengangkut kayu Kalimantan, untuk memenuhi kebutuhan sentra Industri di sepanjang
ruas jalan Semarang-Godong, khususnya Industri Furnitur dan pengolahan kayu
Kalimantan.

3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah diketahui kasus yang terjadi pada ruas jalan Semarang-Godong, dan
setelah diketahui penyebab terhadap ruas jalan Semarang Godong, maka kesimpulan
dalam penelitian ini adalah :
1. Nilai total Nq dapat dijadikan acuan untuk mengetahui sebab kerusakan jalan,
dalam penelitian ini, jalan yang ditinjau adalah, ruas jalan raya Semarang-
Godong, penyebab kerusakan terbesar pada ruas jalan ini adalah karena
banyaknya truk dengan muatan besar, antara lain adalah truk Tronton pengangkut
kayu Kalimantan untuk kebutuhan sentra Industri yang berada di sepanjang jalan
Semarang-Godong, yaitu industri Furnitur maupun Industri pengolahan kayu
Kalimantan, jumlah truk Tronton menurut data volume kendaraan Dinas PU Bina
Marga Dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2017 di sepanjang ruas
jalan Semarang-Godong adalah sebanyak 4,01 % dari total jumlah volume
kendaraan harian rata-rata ruas jalan raya Semarang-Godong yaitu 7.846 unit,
sehingga jumlah truk Tronton tersebut adalah 312 unit per hari.
2. Pada ruas jalan raya Semarang-Godong jenis kerusakan dengan presentase paling
besar yaitu retak jalan maupun penambalan jalan, berdasarkan perhitungan,
kerusakan jalan ini disebabkan karena medan jalan di ruas jalan raya Semarang-
Godong tersebut sangat banyak di jumpai kendaraan dengan kapasitas beban
melebihi yang telah ditentukan, dikarenakan banyaknya sentra industri yang berada
di sepanjang jalan raya Semarang-Godong ini tidak diimbangi dengan peningkatan
konstruksi jalan secara signifikan, selain itu tingginya curah hujan di wilayah
tersebut dan tingginya intensitas penggunaan jalan terhadap kendaraan bermuatan
besar menjadi penyebab banyaknya dijumpai kerusakan jalan, mengingat jalan
tersebut tidak didukung dengan sistem drainase yang memadai, sehingga genangan
air yang ada pada jalan akan sangat lama terdistribusi menuju saluran, sehingga
banyaknya kerusakan jalan yang terjadi juga disebabkan oleh tidak adanya sistem
drainase pada ruas jalan Semarang-Godong.

3.2 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dilihat dari hasil pengamatan langsung,
pengaruh yang signifikan terhadap kerusakan jalan, yaitu dari kendaraan dengan muatan
berlebih, karena semakin besar berat muatan, maka kerusakan jalan juga akan semakin
besar. Dan pertumbuhan volume lalu lintas dari waktu ke waktu semakin cepat dan
meningkat, sehingga kerusakan jalan menjadi lebih cepat terjadi dari waktu yang telah
direncanakan sebelumnya. Oleh karena itu saran yang diberikan adalah :
1. Pemeliharaan jalan harus dilakukan secara rutin, hal ini bertujuan agar kerusakan
jalan yang terjadi dapat segera di tanggulangi, sehingga kerusakan jalan tidak
bertambah parah..
2. Pengawasan terhadap kendaraan dengan muatan besar, lebih di tingkatkan
terutama kendaraan yang melewati ruas jalan Semarang-Gubug dan ruas jalan

17
 
Semarang-Purwodadi, dengan cara misalnya membangun sistem jembatan
timbang, yang sampai saat ini belum terealisasi.
3. Membatasi beban muatan pada kendaraan angkutan barang.
4. Sistem drainase agar lebih ditingkatkan, minimal untuk jangka waktu dekat
dengan normalisasi saluran dengan cara pengerukan sedimentasi.
5. Muatan besar seharusnya menyesuaikan dengan jumlah sumbu kendaraan.
6. Ruas jalan sebaiknya ditingkatkan, dengan cara merekonstruksi ulang struktur
jalan yang sudah ada menjadi lebih baik, guna agar dapat mendukung kendaraan
muatan barang yang melewati ruas jalan tersebut, dimana kendaraan muatan
barang ini adalah untuk mendukung sentra industri yang ada sepanjang ruas jalan
Semarang-Godong, dan untuk dapat meningkatkan mobilisasi transportasi
kendaraan muatan barang pada khususnya.

18
 
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Nasional. (2015). “Jumlah Kendaraan Bermotor Nasional”.


Desutama, R. (2007). “Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi”. Politeknik Negeri Bandung.
Bandung.
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah. (2016).
Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Dan Cipta Karya Provinsi Jawa Tengah. (2017).
Dinas Perhubungan DKI Jakarta. (2017). “Presentase Pertambahan Jumlah Volume
Kendaraan”.
Direktorat Jenderal Bina Marga. (1997). “Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota”.
Junoto, Bambang. Supranyoto, Budi. Pudjianto, Bambang. (2017). “Analisis Kerusakan
Dan Penanganan Ruas Jalan Purwodadi-Geyer” : Jurnal Teknik Sipil Vol.6, No.1,
Halaman 401.
Pusat Penelitian Dan Pengembangan Jalan Dan Jembatan Provinsi Jawa Tengah. (2016).
“Metode Penilaian Kondisi Permukaan Jalan”.
Hendarsin, Shirley L. (2000). “Perencanaan Teknik Jalan Raya”. Politeknik Negeri
Bandung. Bandung.
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 69 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan
Angkutan Barang di Jalan.
Morlock, Edward, K. (1991). “Pengantar Teknik Dan Perencanaan Transportasi”.
Erlangga. Jakarta.
Peraturan Pemerintah Pasal 10 Nomor 74 Tahun 2014 Dan Pasal 60 Nomor 74 Tahun 2014
Tentang Angkutan Jalan.
Peraturan Pemerintah Pasal 70 ayat 3 Nomor 74 Tahun 2014.
Prasetyo, Agung. (2012). “Analisa Pengaruh Beban Berlebih (over load) Terhadap Umur
Rencana Perkerasan Jalan Menggunakan Nottingham Design Method”.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Segara, Aria Bayu. (2012). “Analisis Beban Berlebih (over load) Terhadap Umur
Pelayanan Jalan Dengan Menggunakan Metode Analitis”. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Sukirman, Silvia. (1999). “Dasar Dasar Perencanaan Geometrik Jalan”. Nova. Bandung
Udiana, I Made. Saudale, Andre. Dan J.S. Pah, Jusuf. (2014). “Analisa Faktor Penyebab
Kerusakan Jalan : Studi Kasus Ruas Jalan W. J. Lalamentik Dan Ruas Jalan Gor
Flobamora. Kupang” : Jurnal Teknik Sipil Vol. III, No. 1, Halaman 14.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan (LLAJ).

19
 
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan.

20
 

Anda mungkin juga menyukai