Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRA-RISET

Disusun oleh:

Nirmala Cahyaningrum 31201800033

Rega Habib Dewi Syafira 31201800037

Rizkil Watoni 31201800060

1
Pendahuluan

Kemacetan lalu lintas sering terjadi di daerah perkotaan terutama di negara berkembang seperti
di Indonesia. Kemacetan sangat menggangu kegiatan aktivitas sehari- hari seperti bekerja, sekolah,
dan belanja. Kemacetan lalu lintas terjadi karena ruas jalan tersebut sudah mulai tidak mampu
menerima atau melewatkan arus kendaraan. Kemacetan ini dapat terjadi kerena pengaruh
hambatan/ gangguan yang tinggi, sehingga mengakibatkan penyempitan ruas jalan, seperti parkir
di badan jalan, berjualan/ pasar di trotoar dan badan jalan, pangkalan angkot, dan pejalan kaki
(pedestrian). Kondisi jalan yang baik dapat memudahkan masyarakat dalam melaksanakan
berbagai aktivitas dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan menjaga kelangsungan hidup
mereka. Pembangunan suatu wilayah, struktur jalan yang baik dapat meningkatkan aksesibilitas
suatu wilayah dan menjadikan suatu wilayah cepat berkembang baik dari segi sarana fisik wilayah,
ekonomi, sosial budaya dan lainnya (Miro Fidel, 2004:47). Secara administrasi Kecamatan Genuk
terletak pada jalur utama Semarang-Demak. Kondisi ini berpengaruh terhadap volume lalu lintas
yang terjadi yaitu akan terdapat banyak kendaraan yang berlalu-lalang setiap harinya terutama arus
lalu lintas dari Surabaya menuju Jakarta. Banyaknya kendaraan yang berlalu lalang menimbulkan
kemacetan lalu lintas pada ruas jalan tertentu yang disebabkan ruas jalan tidak mampu menampung
volume kendaraan yang ada atau volume lalu lintas melebihi kapasitas jalan.

Kecamatan Genuk merupakan salah satu kecamatan yang berada di Kota Semarang yang
memiliki aktivitas yang kompleks karena adanya aktivitas industri dan pusat transportasi yang
menyebabkan Kecamatan Genuk memiliki pergerakan yang tinggi dan berujung pada kemacetan.
Kecamatan Genuk Kota Semarang terutama di Jl. Raya Kaligawe banyak terdapat titik kemacetan
arus lalu lintas. Kemacetan lalu lintas ini ditandai dengan kondisi arus lalu lintas yang tidak stabil,
sering berhenti, kecepatan sangat rendah, pengemudi tidak dapat beralih jalur, antrean terlalu
panjang, volume lalu lintas jalan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan lalu lintas pada ruas jalan
Semarang-Demak dapat dilihat dari volume kendaraan yang melewati jalan tersebut dengan
melihat kapasitas jalan yang ada. Kapasitas jalan ini yang akan berpengaruh terhadap arus lalu
lintas tingkat pelayanan jalan (level of services). Kemacetan ini akan terjadi jika arus lalu lintas
mendekati besarnya kapasitas jalan sehingga kendaraan sangat berdekatan satu sama lain (Tamin,
2000:46).

2
Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang sebagai berikut:

1. Dimana titik kemacetan di ruas jalan Semarang-Demak?


2. Apa penyebab kemacetan di ruas jalan Semarang-Demak?
3. Bagaimana tingkat kemacetan dengan menggunakan tingkat pelayanan jalan (level of
services)?
4. Kapan waktu terjadinya kemacetan di ruas jalan Semarang-Demak?
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Lokasi kemacetan.
2. Faktor penyebab kemacetan.
3. Tingkat kemacetan dengan menggunakan tingkat pelayanan jalan (level of services).
4. Waktu terjadinya kemacetan.

Metode

Lokasi penelitian ini diambil satu titik kemacetan yaitu di depan terminal Terboyo yang
menjadi pos pengamatan. Subyek dalam penelitian ini ialah jaringan jalan yang merupakan titik
kemacetan melewati ruas jalan Semarang-Demak Kecamatan Genuk. Variabel yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari faktor penyebab kemacetan, jumlah kendaraan, jaringan jalan,
kondisi jalan, lebar jalan dan jam puncak perjalanan. Sumber data yang digunakan adalah data
primer yang meliputi volume lalu lintas yang meliputi jumlah dan jenis kendaraan yang lewat,
lebar jalan, jumlah kendaraan yang keluar masuk kawasan, kendaraan yang berhenti maupun
kendaraan yang parkir, dan penyebab kemacetan.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi dan metode
dokumentasi. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data metode deskriptif untuk
memberikan gambaran dan penjelasan terhadap kondisi sistem transportasi di Kecamatan Genuk
dan metode kuantitatif dengan menganalisa volume lalu lintas dan kepadatan, tingkat level of
services yang ditentukan dengan nilai ESMP pada tiap moda kendaraan dan dihitung
menggunakan nilai praktis kapasitas ruang jalan (SMP) dan arus lalu lintas total yang dinyatakan
dalam kend/jam (Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1979:5-9). Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah alat tulis menulis, hp dan stopwatch.

3
Pembahasan

Secara Geografis, Kecamatan Genuk tereletak diantara 6o 56’ 25” - 7o 00’ 26”LS dan 110o
26’ 24” - 110o 30’ 12”BT. Luas Kecamatan Genuk adalah 2798,442 Ha. Kecamatan Genuk
merupakan Bagian Wilayah Kota (BWK) IV. Wilayah ini berfungsi sebagai kawasan industri,
perdagangan dan jasa. Sehingga dilihat dari pola penggunaan lahannya sebagian besar berupa
bangunan dan pemukiman yaitu sebesar 1097.148 Ha (BPS Kecamatan Genuk, 2011).

Tabel 1.Karakteristrik tingkat low of service (LOS).

Kelas Tingkat Karakteristik Lalu lintas


Pelayanan
A 0.0 – 0.19 Kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi, volume lalu lintas rendah.
Pengemudi bebas memilih kecepatan yang diinginkan (tanpa
hambatan).
B 0.2 – 0.44 Arus stabil, pengemudi memiliki kebebasan untuk beralih jalur
C 0.45 – Arus stabil, pengemudi dibatasi dalam memilih kecepatannya
0.69
D 0.70 –0.84 Arus tidak stabil, hampir semua pengemudi dibatasi kecepatannya.
Volume lalu lintas mendekati kapasitas jalan tetapi masih dapat
diterima
E 0.85 – 1.0 Arus tidak stabil, sering berhenti. Volume lalulintas mendekati atau
berada pada kapasitas jalan
F >1 Arus lalu lintas macet, atau kecepatan sangat rendah atau merayap,
antrian kendaraan Panjang.

4
Tingkat kemacetan tertinggi pada hari libur kerja terdapat di titik Depan terminal terboyo
arah Demak-Semarang pada hari Senin dengan jumlah kendaraan sebanyak 10.173 kendaraan
pada jam 07.00-08.00. Untuk lebih jelas dapat dilihat di tabel 2 volume lalu lintas pada hari
Senin

tabel 2. volume lalu lintas pada hari Senin di Depan terminal Terboyo
Jam Jenis Jumlah
kendaraan
Motor Mobil Bus Truk Kontainer Minibus Angkot
06.00- 5.356 673 86 157 42 15 20 6.349
07.00
07.00- 8.765 898 124 255 87 10 34 10.173
08.00

Kesimpulan

pada titik depan terminal terboyo arah Demak-Semarang pada jam 07.00-08.00 dengan nilai
LOS 2,25 termasuk kelas F dengan karakteristik arus lalu lintas macet, atau kecepatan sangat
rendah atau merayap, antrian kendaraan panjang yang disebabkan lebar jalan yang sempit akibat
dari angkutan umum yang berhenti untuk menaikan dan menurunkan penumpang di sekitar
Terminal.

Dari hasil penelitian mengenai tingkat kemacetan lalu lintas pada ruas jalan Semarang-
Demak, kesimpulan yang dapat diambil adalah titik kemacetan terdapat di terminal Terboyo,
kawasan industri Terboyo dipengaruhi oleh penggunaan lahan di sekitarnya yaitu terdapat
bangunan, pemukiman dan industri. Waktu kemacetan mengalami jam puncak pada pagi hari dan
sore hari.

5
Saran yang dapat diajukan sebagai berikut: perlu adanya larangan bagi kendaraan besar
yang melintas pada jam sibuk, perlu adanya tindakan dari pihak lalu lintas untuk mengatur arus
lalu lintas pada jam sibuk, perlu ada himbauan terhadap pengguna jalan, supaya dapat
meminimalisasi pelanggaran lalu lintas di depan terminal Terboyo, perlu ada pengawasan yang
ketat terhadap pengemudi angkutan agar menaati rambu lalu lintas.

6
PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

MENGATASI MASALAH LALU LINTAS DENGAN KEGIATAN:

PKM GAGASAN TERTULIS HYPERLOOP

Diusulkan oleh:

Nirmala Cahyaningrum 31201800033

Rega Habib Dewi Syafira 31201800037

Rizkil Watoni 31201800060

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2019

7
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 8
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................................... 9
BAB I ............................................................................................................................................ 10
PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 10
Latar Belakang .............................................................................................................................. 10
Tujuan ........................................................................................................................................... 11
Manfaat ......................................................................................................................................... 11
GAGASAN ................................................................................................................................... 12
Kondisi Kekinian .......................................................................................................................... 12
Kondisi Lingkungan, Jalan Raya dan Polusi Udara di Indonesia ................................................. 12
Kerugian Akibat Kemacetan ......................................................................................................... 13
Solusi yang Pernah Ditawarkan .................................................................................................... 13
Gagasan yang Diajukan ................................................................................................................ 13
Mode Transportasi Umum Hyperloop dari ................................................................................... 13
Jalur Hyperloop .......................................................................................................................... 17
Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Pengimplementasian Gagasan ......................................... 17
Pemerintah................................................................................................................................... 17
Arsitek dan Kontraktor .............................................................................................................. 17
Produsen Hyperloop ................................................................................................................... 17
Masyarakat .................................................................................................................................. 18
KESIMPULAN ........................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 20

8
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rancangan Jalur Hyperloop ...................................................................................... 14


Gambar 2. Rancangan Kapsul Hyperloop dalam tabung yang dipasang Hyperloop .................. 15
Gambar 3. Tabung pipa Hyperloop ............................................................................................. 15

9
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pada zaman sekarang ini, mobilisasi masyarakat sangatlah tinggi. Hal ini terjadi karena
adanya kebutuhan masyarakat untuk berinteraksi atau berkolaborasi di berbagai tempat lain untuk
mendukung kegiatan sosial ekonominya, sehingga menyebabkan kebutuhan mobilisasi
masyarakat dan kebutuhan akan alat trasportasi – secara ideal – menjadi proporsional. Namun,
solusinya bukanlah untuk menyediakan atau mengeluarkan alat transportasi yang banyak ataupun
meningkatkan infrastruktur jalan raya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Akan tetapi
solusinya adalah untuk menyediakan sebuah solusi yang lebih efisien dan konstruktif dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat dan membatasi pengeluaran sarana transportasi pribadi di
Indonesia. Terdapat berbagai moda transportasi tersedia di era modern sekarang ini di seluruh
dunia, mulai dari kendaraan umum hingga kendaraan peribadi, tidak terkecuali di Indonesia.
Kendaraan umum merupakan solusi yang paling efektif dalam skenario ini. Sayangnya, kondisi
masyarakat di era modern ini tidak diimbangi oleh ketersediaan kendaraan umum yang memadai
(Fuadi, 2016). Akibatnya, masyarakat lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi yang
tentunya akan berimbas pada bertambahnya jumlah kendaraan bermotor dan banyak terjadinya
kontribusi terhadap efek rumah kaca.
Selain itu, status quo transportasi umum itu masih belum bisa berjalan tanpa subsidi dari
negara (Daud, 2018). Meskipun ada yang tidak bersubsidi, tetapi biaya operasionalnya pasti akan
mahal karena masih menggunakan bahan bakar minyak atau fosil. Kendati demikian, bahan bakar
fosil itu semakin lama akan semakin berkurang dan juga sudah tentu akan semakin mahal, dan ini
sudah tentu akan mengefek pada kenaikan harga untuk menggunakan angkutan umum. Tidak
diragukan lagi, hasil produk atau penggunaan bahan bakar fosil itu juga dapat mencemarkan udara,
sehingga kondisi udara di masa depan bisa jadi tidak kondusif atau aman untuk dihirup. Maka dari
itu, perlu adanya sebuah solusi energi alternatif demi masa depan Indonesia nanti. Dengan
demikian, Indonesia perlu menerapkan Green-Public Transportation yaitu menggabungkan
transportasi umum dengan energi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan demi masa depan
yang lebih cerah dan segar.
Untuk itu, maka proposal ini ingin mengusulkan suatu moda transportasi umum baru yang
sangat modern dan dapat mengatasi masalah kemacetan, ramah lingkungan, aman dan nyaman
bagi pengguna, biaya murah dan terjangkau, dan menggunakan Green Energy (energi
berkelanjutan dan ramah lingkungan), utamanya di kota-kota besar. Suatu moda transportasi
umum yang disebut Hyperloop yang dikemukakan oleh Elon Musk, CEO SpaceX dan Tesla
Motors dan telah membuat idenya ini sebuah open source (SpaceX, 2013). Harapannya nanti,
dengan munculnya transportasi ini, sebagai alternatif transportasi umum, dapat mengurangi
kepadatan jalan raya dan juga diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk beralih ke
transportasi umum.

10
Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, karya tulis ini bertujuan untuk:
1. Mengatasi masalah-masalah kemacetan yang sering dialami kota-kota besar di Indonesia.
2. Melestarikan lingkungan untuk masa depan yang cerah dan sehat.
3. Mengusulkan sebuah moda transportasi umum yang lebih cepat, murah dan efisien dari
moda transportasi umum lainnya, sehingga masyarakat cenderung untuk beralih ke
transportasi umum tersebut.

Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari karya tulis ini antara lain:
1. Bagi Pengguna
a. Mempersingkat waktu perjalanan, sehingga pengguna dapat lebih efisien dalam
melakukan kegiatan sosial ekonominya.
b. Menghemat pengeluaran, karena Hyperloop ini sangat terjangkau dibanding
dengan moda transportasi lainnya.
2. Bagi Pemerintah
a. Memperlancar kegiatan perekonomian nasional.
b. Menghemat dana APBN karena mengurangi dana subsidi buat transportasi umum
yang selama ini membebani negara.

11
GAGASAN

Kondisi Kekinian
Jalan raya di Indonesia sering mengalami kemacetan, terutamanya di ibu kota dan
sekitarnya. Masalah kemacetan sering ini menjadi salah satu masalah yang diadukan oleh
masyarakat. Terjadinya masalah kemacetan ini adalah karena kepadatan jumlah penduduknya itu
sendiri dan jumlah kendaraan bermotor yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Banyak
pengguna kendaraan bermotor cenderung menggunakan kendaraan pribadi untuk berkegiatan
sosial ekonominya, maka hal ini merupakan faktor utama penyebab masalah kemacetan ini.
Terlebih lagi, suatu riset berjudul INRIX Global Traffic Scorecard (2018) yang dilakukan
sepanjang 2017, kota Demak menduduki peringkat ke-12 secara global dan peringkat ke-2 se-Asia
setelah Bangkok (Cookson, 2018).
Jika kita melihat data dari situs Numbeo.com, yang mencatat indeks kemacetan dari
beberapa negara, tingkat kemacetan Indonesia naik 2 peringkat pada pertengahan tahun 2016.
Tingkat kemacetan Indonesia naik secara signifikan dari peringkat ke-3 pada tahun pertengahan
2015 menjadi peringkat pertama pada pertengahan tahun 2016 se-Asia Tenggara. Meskipun pada
tahun 2015, Indeks Kemacetan Indonesia telah menurun dibanding dari tahun sebelumnya
membuktikan bahwa indeks kemacetan ini sering mengalami fluktuasi, namun ini tidak
membuktikan bahwa masalah kemacetan ini sudah mulai tuntas karena indeks kemacetan tercatat
telah meningkat 23.81% dari 182.92 pada awal 2016 menjadi 226.48 pada awal 2017.

Kondisi Lingkungan, Jalan Raya dan Polusi Udara di Indonesia


Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia pada tahun 2015 jumlah kendaraan
bermotor di Indonesia berjumlah 121.594.186 unit dimana jumlah kendaraan roda 2 sebesar
98.881.267 unit, dan roda 4 sebesar 22.512.918 unit, termasuk bis dan mobil barang (BPS, 2016).
Jumlah itu sudah tentu semakin bertambah dengan makin mudahnya orang bisa mendapatkan
sepeda motor di tahun-tahun berikutnya. Nyatanya, masalah kemacetan atau kepadatan kendaraan
di jalan raya dari tahun ke tahun meningkat. Sebagai contoh, di kawasan Jabodetabek, jika
pertumbuhan dari kendaraan bermotor sendiri sebesar 11% per tahun berbanding dengan
pertambahan ruas jalan (termasuk jalan tol) yang hanya 0.01% sudah tentu pertambahan kendaraan
bermotor itu tidak dapat terkontrol (Mirlanda, 2011).
Dalam konteks kualitas lingkungan perkotaan, kemacetan dapat menyebabkan
ketidaknyamanan lingkungan perkotaan. Tingkat kebisingan dan polusi udara yang tinggi
menyebabkan penurunan tingkat kesehatan seperti pemicu lahirnya berbagai penyakit pernapasan,
tekanan psikologis/stress, dsb (Widiantono, 2009). Dalam konteks perubahan iklim, yang sekarang
ini menjadi keresahan global, dampak kemacetan (terutamanya di kota-kota besar) telah menjadi
salah satu penyebab utama terjadinya emisi gas-gas rumah kaca ke atmosfir (Purwanto, et al.,
2015). Hal ini menyebabkan peningkatan temperatur bumi secara signifikan, sehingga ekosistem

12
alam di dunia tidak teratur, seperti perubahan iklim dunia, rusaknya habitat alami hewan dan
kenaikan permukaan air laut.

Kerugian Akibat Kemacetan


Kerugian waktu, karena kecepatan perjalanan yang rendah. Pemborosan energy, karena
pada kecepatan rendah konsumsi bahan bakar lebih tinggi, keausan kendaraan lebih tinggi, karena
waktu yang lebih lama untuk jarak yang pendek, radiator tidak berfungsi dengan baik dan
penggunaan rem yang lebih tinggi, meningkatkan polusi udara karena pada kecepatan rendah
konsumsi energy lebih tinggi, dan mesin tidak beroperasi pada kondisi yang optimal,
meningkatkan stress pengguna jalan, mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti ambulan,
pemadam kebakaran dalam menjalankan tugasnya.

Solusi yang Pernah Ditawarkan


Upaya pengelolaan kemacetan yang telah dilakukan sekian lama ini telah dilaksanakan
dalam berbagai upaya. Namun, hasil yang didapatkan kurang berdampak atau maksimal dalam
menuntaskan permasalahan-permasalahan ini. Meskipun pemerintah akan membuat beberapa Bus
Rapid Transit (BRT) ataupun Mass Rapid Transit (MRT), tetapi masih tidak bisa mengurangi
kemacetan yang ada secara signifikan dan juga menambah emisi gas rumah kaca. Selain itu,
menggunakan kereta dan bis untuk perjalanan jauh masih kurang efisien akibat jarak tempuh yang
masih relatif lama.

Gagasan yang Diajukan


Mode Transportasi Umum Hyperloop dari
Letak posisi Semarang memiliki lokasi pelabuhan dimana banyak sekali terjadinya
pengiriman barang-barang ekspor-impor di Pelabuhan Tanjung Emas melalui Jalur Pantura. Jalur
Pantura itulah yang menjadi jalur pengiriman barangbarang ekspor-impor tersebut dari pelabuhan
yang sering mengalami kerusakan jalan, kemacetan dan banjir (Tayubi, 2016; TribunJogja.com,
2014; Kompas.com, 2010). Hal tersebut diakibatkan banyak sekali truk-truk yang melintas dan itu
dikarenakan mayoritas truk-truk tersebut kelebihan muatan dari yang telah ditentukan (Afriyadi,
2018). Selama ini migrasi masyarakat dengan menggunakan kenderaan pribadi yang melalui jalan
tol itu sangat mahal dan sangat lama jarak tepuhnya. Hal demikian sama juga dengan
menggunakan bis dan kereta. Oleh karena itu, moda transportasi umum Hyperloop ini yang
menggunakan tabung sama seperti rel kereta ini dapat dijadikan solusi untuk mengintegrasikan
Semarang-Demak karena lebih cepat, efisien, aman, terjadwal serta bebas dari kemacetan dan
banjir.

13
Gambar 1. Rancangan Jalur Hyperloop (Sumber: Google Earth)

Perpaduan Sistem Green-Public Transportation dan Hyperloop Green Transportation


merupakan suatu sistem yang sekarang lagi diterapkan dan diteliti mengingat emisi karbon ke
atmosfir sudah tidak dapat terkendali lagi. Sistem Green Transportation ini identik dengan
pengaplikasian transportasi yang sepenuhnya ramah lingkungan, yakni tidak mengeluarkan
sampah karbon ke udara sehingga efisiensi penyerapan CO2 udara dari pohon-pohon dapat
mengurangi krisis pemanasan global (Yang & Ho, 2016). Sama seperti Green Transportation,
Konsep Green-Public Transportation kami ini dapat membantu secara signifikan dalam
mengurangi emisi karbon karena tingkat efisiensi waktu serta energi yang ditawarkan oleh
teknologi Hyperloop ini. Untuk itu, konsep Hyperloop ini menerapkan energi matahari untuk
menggerakan transportasi ini supaya bebas karbon. Maka pada atap tabung Hyperloop itu akan
dipasang susunan panel surya untuk menyediakan energi kepada sistem (SpaceX, 2013).

14
Gambar 2. Rancangan Kapsul Hyperloop dalam tabung yang dipasang Hyperloop

Gambar 3. Tabung pipa Hyperloop (Sumber: (SpaceX, 2013))

Konsep Hyperloop ini sebenarnya sangat simple. Kendaraan generasi kelima ini, yang
hampir mirip dengan kereta cepat, menggunakan konsep sama dengan permainan air hockey,

15
dimana cakram hokinya atau keping yang mengapung dapat berjalan dengan kecepatan yang luar
biasa jika diberikan gaya (Force). Semakin besar gaya itu diberikan kepada cakram hoki tersebut,
maka semakin besar kecepatannya. Sama dengan konsep tersebut, Hyperloop ini coba meniru
konsep permainan air hockey dengan memberikan gaya levitasi kepada kapsul kendaraan ini. Gaya
levitasi ini mengunakan tenaga medan elektromagnet untuk mengapung dan berjalan di atas rel
aluminium di dalam tabung pipa yang semi-vakum dan dibuat dari bahan komposit. Selanjutnya,
kapsul hyperloop untuk dapat berjalan, ia akan diberi gaya dorongan di atas rel dengan
menggunakan teknologi linear induction motors (SpaceX, 2013).
Bedanya kereta Hyperloop ini dengan kereta cepat atau kereta maglev (Magnetic
Levitation) adalah pada sistem tabung pipa dengan konsep untuk mengatasi masalah hukum
Kantrowitz limit. Untuk kapsul Hyperloop ini dapat berjalan dengan cepat, hambatan yang perlu
diatasi adalah hambatan udara, Memang udara sendiri menciptakan gesekan. Idealnya, kereta
hyperloop bergerak di ruang hampa udara agar kecepatannya maksimum. Namun menurut SpaceX
(2013), menciptakan ruang hampa sejauh ratusan kilometer itu tidak mungkin, maka yang
memungkinkan adalah menciptakan suatu ruang dengan udara bertekanan rendah.
Berdasarkan beberapa pertimbangan, Hyperloop kami pilih karena memiliki beberapa
keuntungan dibanding jenis moda transportasi yang lain, diantaranya:
1. Mampu mengangkut muatan dengan kuantitas besar dan periodik untuk jarak yang jauh
secara ekonomis. Hal ini dapat mengatasi permasalahan kondisi jalan raya dimana truk-
truk memuat barang-barang yang melebihi kapasitas yang ditentukan serta dapat
mengirimkan barang dengan cepat.
2. Biaya pembangunan yang lebih hemat dibandingkan moda transportasi kereta cepat yang
dengan basis yang sama. Satu kilometer jalur Hyperloop menelan anggaran sekitar 40
Miliar USD, jauh lebih murah dibandingkan kereta cepat konvensional (56 Miliar USD)
(Cooper, 2016; SpaceX, 2013).
3. Tidak membutuhkan banyak lahan karena hanya butuh sebidang tanah yang akan
digunakan untuk menancapkan tiangnya dan membuat diameter pondasinya seefisien
mungkin, sehingga untuk pembebasan lahan bisa lebih mudah dilakukan.
4. Pembangunannya tidak membutuhkan banyak waktu karena menggunakan sistem knock
down atau tiang yang dipancangkan ke tanah yang tentunya telah diuji terlebih dahulu
(SpaceX, 2013).
5. Lebih hemat energi karena menggunakan motor listrik, bahkan efisiensinya bisa mencapai
hingga 90%, dan jumlah kapsul Hyperloop fleksibel menyesuaikan volume penumpang
dikarenakan beroperasi dengan headway dan sepenuhnya dikontrol oleh pusat operasi
sistem.
6. Hyperloop merupakan teknologi Open-Source, sehingga memiliki peluang untuk
mengembangkannya di Indonesia (SpaceX, 2013).

16
Jalur Hyperloop
Pemilihan jalur untuk Hyperloop tentu harus dilakukan dengan cermat dan penuh
perhitungan. Kualifikasi jalur Hyperloop yang dirancang diantaranya tidak melintasi permukiman
padat penduduk dan dekat dengan jalan raya sehingga pembangunan jalur tabung Hyperloop
dengan tiang pancang (lihat Gambar 3) bisa lebih mudah dilakukan. Adapun jalur Semarang-
Demak yang terlihat seperti pada Gambar 1 sudah diperhitungkan berdasarkan beberapa
kualifikasi seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Jalur Hyperloop yang terdapat pada Gambar 3 dipilih karena lebih efisien terhadap jarak dan waktu
tempuh. Jalur Semarang-Demak jika mengikuti jalur bis Pantura sekitar 40 km dan biasanya
ditempuh sekitar 1,5 jam perjalanan dari Semarang. Jika dibandingkan dengan Hyperloop tentu
waktu tempuhnya lebih cepat. Jarak Semarang-Demak dengan rute Hyperloop sekitar 40 km, maka
dengan kecepatan sehingga 1220 km/jam Hyperloop, maka perjalanan hanya membutuhkan waktu
dibawah 30 menit.

Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Pengimplementasian Gagasan


Agar mode transportasi jenis Hyperloop ini dapat terealisasikan, maka pihak-pihak berikut
diharapkan dapat membantu pengimplementasiannya.
Pemerintah
Diantara peran pemerintah adalah memfasilitasi dan menyediakan layanan transportasi.
Selain membangun sarana dan prasarana transportasi, pemerintah juga bertanggung jawab
meregulasi dan mengawasi pengoperasiannya. Untuk
membantu mengimplementasikan gagasan ini, ada beberapa hal yang kami harapkan dilakukan
pemerintah yang antara lain mendukung gagasan mode Hyperloop ini, memberi perizinan
operasional pada Hyperloop dan pemberian prioritas yang lebih tinggi pada angkutan umum.
Arsitek dan Kontraktor
Arsitek dan kontraktor merupakan pihak yang bertugas mengeksekusi pembangunan jalur
Hyperloop, terminal, serta sarana penunjang lain yang dibutuhkan dalam transportasi ini. Peran
arsitek dan kontraktor meliputi: (1) analisa kondisi tanah dan kekuatan pondasi, (2) konstruksi
tiang pancang serta tabung kapsul Hyperloop, (3) analisa penempatan terminal, (4) analisa
teknologi bahan konstruksi yang digunakan, dan (5) pemilihan bahan material yang sesuai, murah,
aman, dan kuat.
Produsen Hyperloop
Produsen berfungsi sebagai pembuat prototipe Hyperloop ini. Produsen Hyperloop ini
diusahakan dari dalam negeri yang dikembangkan atas hasil riset serta pembuatan-pembuatan
prototipe Hyperloop yang akan dikembangkan. Hal ini akan ada kerjasama pemerintah dengan
universitas dan juga perusahaan yang ingin menginvestasi dalam inovasi baru ini. Oleh karena
produksinya akan dikembangkan dalam negeri maka diharapkan biaya produksi dan
pendistribusiannya dapat ditekan sehingga dapat lebih menghemat anggaran.

17
Masyarakat
Secara hirarki, masyarakat merupakan muara akhir dari rencana pembangunan mode
transportasi Hyperloop ini. Untuk itu dalam pengimplementasian rencana ini, masyarakat dapat
membantu dalam hal mempermudah pembebasan lahan yang akan digunakan untuk pembangunan
jalur tabung Hyperloop dan terminalnya.
Langkah Strategis dalam Mengimplementasikan Gagasan berikut ini merupakan tahap-tahap yang
ditempuh dalam mengimplementasikan gagasan:
Tahap 1 Membuat suatu forum besar. Pertemuan ini dihadiri oleh pihak pemerintah, DPR,
perusahaan-perusahaan yang bekerja sama, produsen mode transportasi,
konsultan perencana, arsitek, dan pihak universitas/kampus yang bertujuan
menyatukan arah dan konsep pembangunan transportasi ini. Dalam pertemuan ini,
dilakukan pula demonstrasi oleh produsen metro kapsul dan uji kelayakan
sehingga meyakinkan pihak-pihak dalam forum terutama DPR untuk membantu
mengimplementasikan transportasi ini.
Tahap II Meningkatkan kerjasama dan membuat agenda pembangunan. Dalam
pembangunan transportasi ini diperlukan sinergitas pihak-pihak yang terkait
karena mode transportasi yang akan dibangun merupakan suatu mode transportasi
jenis baru yang belum pernah dibangun sebelumnya.
Tahap III Menggerakkan pihak-pihak yang bertugas membangun transportasi ini. Tahapan
ini merupakan tahapan dimana teknis pembangunan sudah mulai berjalan, mulai
dari produksi mode transportasi secara massal, pembangunan jalur dan terminal,
hingga penyiapan segala penunjang transportasi ini.
Tahap IV Peresmian. Setelah sarana dan prasarana telah jadi maka metro kapsul sudah siap
digunakan. Tahapan ini sekaligus menjadi awal digunakannya mode Hyperloop
untuk jalur Semarang-Demak.

18
KESIMPULAN

Mode transportasi yang kami pandang dapat menjadi solusi mengintegrasikan Semarang-
Demak ialah Hyperloop. Hyperloop memiliki beberapa keunggulan diantaranya memiliki jalur
tersendiri sehingga dapat dibuatkan jalur akses yang lebih dekat dari Semarang ke Demak dengan
tabung yang semi-vakum dan tenaga elektro-magnet sehingga kecepatan Hyperloop dapat
mempersingkat jarak tempuh ke Demak dan mengatasi masalah jalan raya serta kondisi alam
seperti banjir dan hujan. Selain itu, moda transportasi ini sangat ramah lingkungan karena
menggunakan tenaga surya sebagai Green-Public Transportation yang terefisien.
Secara umum, dalam mengimplementasikan rencana transportasi ini, maka dibutuhkan
kerjasama semua pihak yang terlibat. Hal ini dimulai dari penyatuan konsep dan pandangan oleh
pihak-pihak yang terlibat, riset-riset dari universitas, kemudian membuat agenda pembangunan,
lalu pelaksanaan teknis pembangunan dan produksi, hingga akhirnya peresmian penggunaan
transportasi yang menjadi awal penggunaannya.
Sistem Green-Public Transportation dengan teknologi Hyperloop ini, akan membantu
pemerintah mengurangi bahan bakar bersubsidi dan emisi gas rumah kaca ke atmosfir. Selain itu,
teknologi ini sangat membantu kegiatan sosial ekonomi masyarakat, karena teknologi ini didesain
untuk ramah lingkugan dan membantu pengguna dalam mengefisiensikan waktu kerja mereka.
Teknologi ini dapat menjamin produktifitas ekonomi negara.

19
DAFTAR PUSTAKA

Cookson, G. and Pishue, B., 2018. Inrix global traffic scorecard. Intelligence That Moves the
World. United States: INRIX RESEARCH.
Cooper, D., 2016. Hyperloop One 'proves' it's cheaper than high-speed rail. [Online] Available at:
https://www.engadget.com/2016/07/06/hyperloop-oneproves-its-cheaper-than-high-speed-rail/
Daud, A., 2018. KCI Berencana Kurangi Subsidi Tarif Commuter Line. [Online] Available at:
https://katadata.co.id/berita/2018/02/15/kci-berencanakurangi-subsidi-tarif-commuter-line .
Fuadi, S. U., 2016. GAMBARAN KONDISI TRANSPORTASI UMUM SAAT INI (Disertai
Sekelumit Tanggapan Terkait Kisruh Transportasi Online Vs Transportasi Konvensional).
[Online] Available at: https://www.linkedin.com/pulse/gambaran-kondisitransportasi-umum-
saat-ini-disertai-sekelumit-fuadi.
Kompas.com, 2010. Jalan Remuk, Jalur Pantura Macet 25 Km. [Online] Available at:
https://nasional.kompas.com/read/2010/12/19/20195646/jalan.remuk.jalur. pantura.macet.25.km.
Mirlanda, A. M., 2011. Kerugian Ekonomi Akibat Kemacetan Lalu Lintas di Ibu Kota. Indonesia:
FISIP UI.
Numbeo.com, 2016. South-Eastern Asia: Traffic Index by Country 2016. [Online] Available at:
https://www.numbeo.com/traffic/rankings_by_country.jsp?title=2016&reg ion=035.
Numbeo.com, 2017. South-Eastern Asia: Traffic Index by Country 2017. [Online] Available at:
https://www.numbeo.com/traffic/rankings_by_country.jsp?title=2017&reg ion=035.
Purwanto, C. P., Arthana, I. W. & Suarna, I. W., 2015. Inventarisasi Emisi Sumber Bergerak di
Jalan (On Road) Kota Denpasar. ECOTROPHIC: Jurnal Ilmu Lingkungan (Journal of
Environmental Science), 9(1), pp. 1-9.
SpaceX, 2013. Hyperloop. [Online] Available at:
http://www.spacex.com/sites/spacex/files/hyperloop_alpha.pdf [Diakses 17 Januari 2019].
Tayubi, K., 2016. Jalan Rusak, Pantura Pekalongan Macet 5 Km. [Online] Available at:
http://jateng.metrotvnews.com/peristiwa/GNGwOjLN-jalanrusak-pantura-pekalongan-macet-5-
km.
TribunJogja.com, 2014. 167 Kilometer Jalan Pantura Rusak Akibat Hujan Deras. [Online]
Available at: http://jogja.tribunnews.com/2014/02/03/167-kilometer-jalanpantura-rusak-akibat-
hujan-deras.
Widiantono, D. J., 2009. Green Transport: Upaya Mewujudkan Transportasi yang Ramah
Lingkungan. [Online] Available at:
http://tataruang.bpn.go.id/bulletin/upload/data_artikel/Topik%20Lain%20
Green%20Transport%20edited%201.160509.pdf.

20
Yang, C.-W. & Ho, Y.-L., 2016. Assessing carbon reduction effects toward the mode shift of green
transportation system. JOURNAL OF ADVANCED TRANSPORTATION, Volume 50, pp. 669-
682.

21

Anda mungkin juga menyukai