MODUL IV
MESIN CNC TU2A
Disusun oleh:
Arulloh Sonja
20/456208/TK/50338
Untuk menentukan titik nol sumbu X dan Z., langkah-langkah yang harus
dilakukan oleh praktikan adalah sebagai berikut
4.1.8. Pembersihan
Langkah terakhir dari proses pengerjaan benda kerja adalah pembersihan.
Setelah program selesai dijalankan, benda kerja dilepas dari spindle dengan
menggunakan bantuan kain dan kunci T. Tatal yang tersisa dibuang dengan
menggunakan kuas. Setelah itu, mesin dimatikan.
N G/M X Z F H
N0 G92 3154 Z200
N1 M03
X
Z
Gambar 4.16 Titik Nol
4.1.9.2. Facing
Sebelum benda kerja dikerjakan, proses facing dilakukan terlebih dahulu.
Facing dilakukan pada permukaan lateral benda kerja sedalam 1,175 mm [(27,55
mm- 25,2 mm)/2] dan sejauh 70 mm dengan kode pemakanan siklus G84.
Kedalaman 1 kali makan pada kode G84 adalah sebesar 0,4 mm sehingga
pemakanan terjadi sebanyak 3 kali dengan rincian 2 kali pemakanan sedalam 0,4
mm dan pemakanan ketiga sedalam 0,375 mm. Feed rate diatur sebesar 100
mm/menit karena operasi pemakanan yang dilakukan adalah pemakanan lurus.
Tabel 4.2 Program Baris 2 hingga 3
N G/M X Z F H
N2 G00 X2800 Z200
N3 G84 X2520 Z-7000 F100 H40
4.1.9.3. Pemakanan Lurus
Langkah pemakanan selanjutnya adalah pemakanan lurus sedalam 1,1 mm
[(25,2 mm-23 mm)/2] sejauh 55 mm dengan kode pemakanan siklus G84.
Kedalaman 1 kali makan pada kode G84 adalah sebesar 0,4 mm sehingga
pemakanan terjadi sebanyak 3 kali dengan rincian 2 kali pemakanan sedalam 0,4
mm dan pemakanan ketiga sedalam 0,3 mm. Feed rate diatur sebesar 100
mm/menit karena operasi pemakanan yang dilakukan adalah pemakanan lurus.
Tabel 4.3 Program Baris 4 hingga 5
N G/M X Z F H
N4 G00 X2520 Z200
N5 G84 X2300 Z-5500 F100 H40
N G/M X Z F H
N6 G00 X2300 Z200
N7 G84 X2100 Z-5300 F100 H40
N G/M X Z F H
N8 G00 X2100 Z200
N9 G84 X2000 Z-4900 F100 H00
N10 G00 X2000 Z200
N11 G84 X1900 Z-4500 F100 H00
N12 G00 X1800 Z200
N13 G01 X1800 Z-4100 F100
N14 G00 X1800 Z-2050
N15 G01 X1700 Z-2050 F100
N16 G01 X1700 Z-3700 F100
N17 G01 X1800 Z-3700 F100
N18 G00 X1700 Z-2200
N19 G01 X1600 Z-2200 F100
N20 G01 X1600 Z-3300 F100
N21 G01 X1700 Z-3300 F100
N22 G00 X1600 Z-2350
N23 G01 X1500 Z-2350 F100
N24 G01 X1500 Z-2900 F100
N25 G01 X1600 Z-2900 F100
N26 G00 X1800 Z-2900
N27 G00 X1800 Z200
Gambar 4.19 Jalannya Alat Iris Pada Program Warna Merah
N G/M X Z F H
N27 G00 X1800 Z200
N28 G84 X1600 Z-1600 F100 H40
N G/M X Z F H
N29 G00 X1600 Z200
N30 G84 X1500 Z-1345 F100 H00
N31 G00 X1500 Z200
N32 G84 X1400 Z-1236 F100 H00
N33 G00 X1400 Z200
N34 G84 X1300 Z-1157 F100 H00
N35 G00 X1300 Z200
N36 G84 X1200 Z-1095 F100 H00
N37 G00 X1200 Z200
N38 G84 X1100 Z-1043 F100 H00
N39 G00 X1100 Z200
N40 G84 X1000 Z-1000 F100 H00
Gambar 4.21 Jalannya Ala Iris pada Program Baris ke 29 hingga 40
N G/M X Z F H
N41 G00 X1000 Z200
N42 G84 X800 Z-800 F100 H40
N G/M X Z F H
N43 G00 X800 Z200
N44 G84 X700 Z-700 F100 H00
N45 G00 X700 Z200
N46 G84 X600 Z-600 F100 H00
N47 G00 X600 Z200
N48 G84 X500 Z-500 F100 H00
N49 G00 X500 Z200
N50 G84 X400 Z-400 F100 H00
N51 G00 X400 Z200
N52 G84 X300 Z-300 F100 H00
N53 G00 X300 Z200
N54 G84 X200 Z-200 F100 H00
N55 G00 X200 Z200
N56 G84 X100 Z-100 F100 H00
4.1.9.10. Finishing
Tahap pemakanan terakhir adalah finishing pada seluruh permukaan luar
benda kerja. Feed rate yang digunakan berbeda-beda sesuai dengan arah gerak alat
iris.
Tabel 4.10 Programm Baris 57 hingga 69
N G/M X Z F H
N57 G01 X00 Z00 F100
N58 G01 X800 Z-800 60
N59 G01 X990 Z-800 80
N60 G01 X990 Z-1000 80
N61 G03 X1598 Z-1600 40
N62 M99 I499 K625
N63 G01 X1800 Z-1600 80
N64 G01 X1800 Z-1900 80
N65 G01 X1400 Z-2500 60
N66 G01 X2100 Z-5300 60
N67 G01 X2300 Z-5300 80
N68 G01 X2300 Z-5500 80
N69 G01 X2500 Z-5500 80
N G/M X Z F H
N70 G00 3154 Z200
N71 M05
N72 M30
7 5
8
2
3 1
4
Gambar 4.23 Ilustrasi Gerakan Alat Iris pada Program Baris 14 hingga 27
Kecepatan putar spindle adalah kemampuan kecepatan putar dari mesin CNC
TU2A pada saat proses pemakanan dilakukan (Direktorat Sekolah Menengah
Kejuruan, 2013). Kecepatan putar spindle biasanya dinyatakan dalam Rpm atau
rotation per minute. Berikut ini adalah formula yang digunakan untuk menentukan
kecepatan putar spindle (Direktorat Sekolah Menengah Kejuruan, 2013).
1000. 𝐶𝑠
𝑛= 𝑅𝑝𝑚
𝜋. 𝑑
𝑛 = 𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟 𝑠𝑝𝑖𝑛𝑑𝑙𝑒 (𝑅𝑝𝑚)
𝐶𝑠 = 𝑐𝑢𝑡𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑠𝑝𝑒𝑒𝑑(𝑚/𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
𝑑 = 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑏𝑒𝑛𝑑𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 (𝑚𝑚)
Berdasarkan formula diatas, dapat disimpulkan bahwa kecepatan spindle
berbanding lurus terhadap cutting speed dan berbanding terbalik dengan diameter
benda kerja yang sedang dikerjakan. Cutting speed yang dimaksud pada formula
ini adalah panjang tatal yang mampu disayat oleh alat iris dari benda kerja. Nilai
cutting speed tergantung dari jenis alat iris yang digunakan. Secara umum terdapat
dua jenis alat pahat yaitu pahat bubut high speed steel dan carbide. Nilai cutting
speed alat potong carbide jika digunakan pada benda kerja yang sama umumnya
lebih tinggi daripada alat potong high speed steel (Direktorat Sekolah Menengah
Kejuruan, 2013).
Oleh karena itu, ketika cutting speed lebih tinggi dan diameter benda kerja
yang digunakan lebih kecil, maka kecepatan putar spindle harus diturunkan dengan
mengatur tuas kecepatan spindle.
Selain itu, operator dapat meningkatkan kecepatan putar spindle ketika
diinginkan benda kerja yang dihasilkan memiliki surface roughness yang lebih
rendah. Berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh Kumar, didapatkan hasil
bahwa meningkatkan kecepatan putar spindle akan menurunkan kekasaran
permukaan dari benda kerja (Kumar et al., 2012).
Kedua, kecepatan putar spindle. Seperti yang telah dijelaskan pada subbab
4.2, surface roughness berbanding terbalik terhadap kecepatan spindle. Semakin
tinggi kecepatan putar spindle, maka surface roughness akan semakin berkurang
sehingga permukaan benda kerja akan semakin halus.
Ketiga, feed rate. Feed rate adalah jarak tempuh alat iris selama satu putaran
dari spindle atau kecepatan maju alat iris terhadap benda kerja. Surface roughness
berbanding lurus terhadap feed rate (Kumar et al., 2012). Semakin tinggi feed rate,
maka surface roughness akan semakin tinggi sehingga permukaan benda kerja akan
semakin kasar.
Gambar 4.27 Grafik Surface Roughness VS Feed Rate
Kelima, lama permesian. Akan tetapi, parameter ini tidak relevan pada mesin
CNC TU2A karena waktu pemesinan akan selalu konsisten sesuai dengan program
yang diinputkan. Parameter ini relevan pada mesin bubut manual karena gerakan
putar roda pemutar sumbu X atau Z untuk menggerakkan alat iris dapat bervariasi
sesuai dengan kecepatan putar tangan dari operator. Ketika benda kerja diproses
dengan durasi yang tidak sesuai dengan durasi yang diperlukan maka akan
mempengaruhi tingkat kekasaran dari benda kerja. Misalnya, durasi pemakanan
lurus dapat ditentukan melalui formula yang ditunjukkan gambar 4.29. Apabila
durasi pemakanan kurang dari durasi yang ditentukan maka benda kerja yang
dihasilkan akan kasar.
4.6. Alasan Kode G84 Memiliki H Sedangkan Kode G01 Tidak Memiliki H
Kode H pada G84 berfungsi sebagai penunjuk kedalaman satu kali
pemakanan selama proses pemakanan siklus. Misalnya, program pada tabel 4.11.
Kode tersebut bertujuan untuk melakukan lurus secara iteratif sedalam 1 mm [(10
mm-8 mm)/2] sejauh 8 mm dengan kedalaman 1 kali makan sebesar 0,4 mm.
Dengan demikian, pemakanan terjadi sebanyak 3 kali dengan rincian 2 kali
pemakanan sedalam 0,4 mm dan pemakanan ketiga sedalam 0,2 mm. Tanpa
informasi berupa kedalaman satu kali pemakanan maka (H=0), maka kode ini akan
diartikan bahwa alat iris akan melakukan pemakanan langsung sedalam target
kedalam akhir (tidak dilakukan bertahap).
Sementara itu, pada kode G01, pemakanan hanya terjadi satu kali yaitu
sedalam perbedaan nilai koordinat X pada kode G01 dengan nilai koordinat X pada
titik awal alat iris. Oleh karena itu, kode G01 tidak memerlukan keterangan
tambahan berupa kedalaman pemakanan untuk setiap siklusnya.
Tabel 4.11 Contoh Program G84
N G/M X Z F H
N41 G00 X1000 Z200
N42 G84 X800 Z-800 F100 H40
4.7.Perbedaan Nilai H00 dan H40 pada G84 dan Nilai Maksimal H
Kode G84 dapat dilengkapi dengan nilai H tertentu atau 0. Nilai H
menunjukkan kedalaman setiap satu kali pemakan pada setiap siklusnya. Jika nilai
H disetting sebesar 0, maka kode ini akan diartikan bahwa alat iris akan melakukan
pemakanan langsung sedalam target kedalam akhir (tidak dilakukan bertahap).
Sementara itu, jika nilai H di-setting sebesar 40, maka kode ini akan diartikan
bahwa alat iris akan melakukan pemakanan sedalam 0,4 mm setiap siklusnya.
Penggunaan kode G84 ini dilakukan untuk meningkat penulisan program.
Nilai maksimum dari H adalah sebesar 1 mm. Dengan nilai H ini,
pemakanan akan dilakukan langsung sedalam 1 mm atau seperti layaknya program
G01 biasanya, namun posisi alat iris akan langsung berpindah ke posisi awal. Nilai
1 mm merupakan rule of thumb nilai maksimal dari depth of cut yang biasanya
digunakan pada mesin bubut. Akan tetapi, sebaiknya operator menggunakan depth
of cut yang lebih kecil untuk menghasilkan permukaan benda kerja yang lebih
halus. Pada praktikum ini, nilai depth of cut yang direkomendasikan pada setiap
siklus pemakanan G84 adalah 0,4 mm.
N G/M X Z F H
XX G03/G02 X# Z# 40
XX M99 I# K#
Pada proses pembuatan profil melingkar pada benda kerja yang akan dibuat,
penentuan titik I kan K sulit dilakukan secara manual. Untuk memudahkan
prosesnya, maka aplikasi CAD seperti Fusion 360 dapat digunakan. Prosedurnya
adalah dengan membuat sketsa dari benda kerja yang akan dibuat lalu mengukur
jarak I dan K dengan menggunakan fitur distance. Gambar 4.30 menunjukkan
sketsa benda kerja yang telah dibuat praktikan dengan Fusion 360. Berdasarkan
pengukuran yang telah dilakukan, nilai I yang didapatkan adalah sebesar 4,99 mm
dan nilai K yang didapatkan adalah sebesar 6,25 mm.
5.2. Saran
Saran yang dapat praktikan berikan kepada mahasiswa yang akan melakukan
praktikum yang serupa adalah sebagai berikut
1. Membaca dan memahami program TU2A yang tertera pada SOP
2. Memahami fungsi-fungsi tombol pelayanan mesin TU2A
DAFTAR PUSTAKA