Anda di halaman 1dari 10

PEMBERIAN VAKSIN COVID-19 PALSU OLEH OKNUM TENAGA KESEHATAN

NJ1, AKH2, AH 3 , IPK4, RPP5, TR6, AMS7


Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Korespondensi: Annisa Khotimatul Husna. Alamat email: j500180140@student.ums.ac.id

ABSTRAK
Kesehatan adalah aspek penting negara yang salah satunya diwujudkan dalam bentuk
pengadaan vaksin. salah satu penyimpangan pada program ini adalah pemalsuan vaksin
COVID-19. pengambilan data dan analisis pada makalah ini dengan penelusuran beberapa e-
database. pada kasus ini terlibat salah satu tenaga kesehatan melanggar Pasal 196, 197, 198,
dan 199 Undang-Undang Kesehatan, Pasal 62 Undang-Undang Perlindungan Konsumen,
serta Pasal 14 ayat 1 UU No. 4 Tahun 1984. Dari sudut hukum, pemberian vaksin palsu atau
kosong merupakan tindakan yang membahayakan jiwa manusia apabila isi dari vaksin tidak
sesuai dengan komposisi yang benar atau mengakibatkan kesalahan yang fatal pada pasien.
Tindakan penegakan hukum yang konsisten, dapat memberikan efek jera bagi para pelaku
pembuat vaksin palsu berdasar pada pasal 196 UU dan pasal 197 UU.
Kata kunci : vaksin palsu, pemalsuan, oknum tenaga Kesehatan, hukum, Undang-undang

ABSTRACT
Health is an important aspect of the country, one of which is realized in the form of vaccine
procurement. One of the deviations from this program is the counterfeiting of the COVID-19
vaccine. data collection and analysis in this paper by browsing several e-databases. In this
case, one of the health workers was involved in violating Articles 196, 197, 198, and 199 of
the Health Law, Article 62 of the Consumer Protection Act, and Article 14 paragraph 1 of
Law no. 4 of 1984. From a legal point of view, giving fake or blank vaccines is an act that
endangers human life if the contents of the vaccine do not match the correct composition or
result in fatal errors to the patient. Consistent law enforcement actions can provide a
deterrent effect for the perpetrators of fake vaccine makers based on article 196 of the law
and article 197 of the law.
Keywords: fake vaccines, counterfeiting, unscrupulous health workers, law, legislation
A. PENDAHULUAN manfaat, kondisi kesehatan juga
bisa terganggu karena hal tersebut
Latar Belakang (Hana, 2021).
Kesehatan rakyat pada Beberapa tahun yang lalu,
suatu negara merupakan hal yang Indonesia pernah digemparkan
penting dalam pertumbuhan dan dengan berita yang mengatakan
juga keberlangsungan bangsa serta bahwa telah beredar vaksin palsu.
memiliki peran yang penting dalam Hal tersebut membuat masyarakat
masyarakat sesuai dengan UU resah. Pembuat vaksin palsu
Nomor 36 tahun 2009 tentang tersebut yang dibantu oleh
kesehatan. Pemerintah sudah rekannya untuk mengedarkan
berupaya melakukan tindakan- vaksin tersebut dengan harga yang
tindakan yang memiliki tujuan agar murah, hal tersebutlah yang
kesehatan dan juga kekebalan membuat vaksin tersebut laris di
tubuh masyarakatnya terjaga. pasaran. Karena harga yang murah
Pemerintah membuat program tersebut, menyebabkan vaksin
imunisasi wajib yang harus palsu ini banyak diminati oleh
dilakukan anak dari baru lahir masyarakat. Pembuatan vaksin
hingga usia tertentu yang bertujuan palsu tersebut sudah dilakukan
baik, tetapi masih saja ada oknum- sejak tahun 2003, dimana hal
oknum tertentu yang berusaha tersebut sudah dilakukan sekitar
merusak usaha pemerintah kurang lebih tiga belas tahun
tersebut. Salah satu tindakan yang lamanya. Kasus vaksin palsu ini
dilakukan oleh oknum tersebut terungkap karena ada laporan
ialah melakukan pengedaran vaksin bahwa ada bayi yang meninggal
palsu. Vaksin palsu yang beredar setelah dilakukan penyuntikan
ini, membuat permasalahan baru di vaksin tersebut. Setelah itu, saat
masyarakat. Selain permasalahan diungkap ternyata ada banyak anak
hukum, hal ini juga menyebabkan yang mengalami kecacatan setelah
suatu masalah kesehatan pada pemberian vaksin. Juga ditemukan
tubuh. Hal tersebut dapat hal-hal yang mencurigakan dalam
merugikan pasien, selain membeli pendistribusian vaksin ke
barang yang tidak memiliki puskesmas-puskesmas. Vaksin-
vaksin palsu yang beredar di Pemalsuan merupakan
masyarakat tersebut antara lain tindakan kejahatan yang
seperti : Vaksin Pediacel, Vaksin mengandung suatu sistem
TT (tetanus), Vaksin Engerix B, kepalsuan atau ketidakbenaran
Vaksin Hepatitis B, Vaksin Polio pada suatu hal atau objek yang hal
bOPV, Tyberculin PPDRT 23, tersebut terlihat dari luarnya seperti
Vaksin Tripacel, Vaksin Penta- sesuatu yang benar adanya atau
Bio, Vaksin Campak, Vaksin BCG, asli, tetapi hanya terlihatnya saja
Vaksin Euvax B serta Vaksin asli padahal sebenarnya obyek atau
Harvix. Pada tahun 2021, dunia suatu hal tersebut tidak sesuai
internasional juga digemparkan seperti yang benar. Tindakan
dengan kasus pemalsuan pada pemalsuan ialah suatu tindakan
vaksin untuk pengobatan COVID pelanggaran terhadap suatu norma
19 di negara China karena dasar antara lain: kebenaran
ditemukan vaksin palsu jenis (kepercayaan), dapat dikatakan
sinopharm sebanyak 400 ampul pelanggaran tersebut bisa juga
atau setara dengan 2400 dosis merupakan hal yang tergolong
vaksin palsu , dan ditemukan 80 dalam suatu kelompok tindakan
tersangka yang terlibat dalam kasus kejahatan, yaitu penipuan.
vaksin tersebut (Hana, 2021). ketertiban masyarakat, yang
Pada tahun 2021 kasus pelanggaran tersebut merupakan
pemalsuan vaksin juga terjadi di sesuatu yang termasuk di dalam
negara China. pemalsuan yang golongan kelompok suatu tindak
ditemukan berupa vaksin covid 19 kejahatan yang dilakukan terhadap
yang terjadi pada fase awal suatu negara atau ketertiban di
peluncuran vaksin Covid 19. pihak tengah-tengah masyarakat (Hana,
penyidik negara China menangkap 2021).
70 tersangka, diantaranya berkaitan Tujuan
dengan pelanggaran produksi Untuk menganalisis kasus pemalsuan
vaksin palsu, pelanggaran vaksin menurut hukum yang berlaku di
distribusi vaksin palsu, indonesia dan mengetahui sanksi tindak
pelanggaran inflasi harga vaksin pidana bagi pengedar vaksin palsu
dan kasus vaksinasi ilegal (Sahuri,
2021). Metode Penelitian.
Data yang digunakan diambil dari e- pihak yayasan sekolah. kejadian tersebut
database yang berasal dari pubmed, menjadi viral di media sosial dan aparat
science direct, dan google scholar polres metro jaya jakarta turun tangan
(Cahyono et al., 2019). untuk mengatasi kejadian ini. EO akhirnya
ditetapan menjadi tersangka karena
B. DISKUSI KASUS melanggar peraturan perundang-undangan
dan diancam satu tahun penjara.
Paparan Kasus
Polres Metro Jakarta Utara menangkap Pembahasan
seorang perawat atau petugas kesehatan Sesuai dengan Pasal 28H
yang menyuntikkan vaksin dosis kosong ayat (1) Undang–Undang Dasar
yang terjadi beberapa waktu lalu di daerah 1945 yang berbunyi “Setiap orang
Pruit, Penjaringan, Jakarta Utara. Seorang berhak hidup sejahtera lahir dan
tenaga medis berinisial EO, Sosok EO itu batin, bertempat tinggal, dan
juga diumumkan dalam konferensi pers di mendapatkan lingkungan hidup
Maporestro, Jakarta Utara, dan disiarkan yang baik dan sehat serta berhak
secara online. tersangka mengenakan memperoleh pelayanan kesehatan”,
kemeja putih dan masker dan berdiri di pemerintah menjamin tersedianya
samping belalang polisi menjelaskan sarana dan prasarana kesehatan
kronologi kejadian. Direktur Humas Polda Negara Indonesia. Menurut World
Metro Jaya Kombes Yusri Yunus Health Organization (WHO),
mengatakan program vaksinasi kesehatan merupakan kondisi
berlangsung pada 6 Agustus 2021 di kondisi kesejahteraan fisik, mental
sebuah sekolah Kristen di kawasan Pluit. dan sosial dan bukan hanya
salah satu penerima vaksin kosong tersebut ketiadaan penyakit atau kecacatan.
yaitu berinisial BLP. Singkatnya, vaksin Kesehatan dapat mempengaruhi
itu diserahkan kepada BLP dan segala aspek kehidupan, baik pada
disuntikkan oleh EO. Bahkan, saat vaksin masa lalu, masa sekarang, maupun
sedang disuntikkan, ibu BLP membantu masa mendatang. Dalam hal ini,
mengabadikan peristiwa tersebut dengan obat termasuk salah satu aspek
merekamnya di ponselnya. setelah yang dapat meningkatkan
mengetahui bahwa vaksing yang kehidupan manusia dengan
disuntikan kepada anak nya adalah vaksin ketersediaannya dan kegunaannya.
kosong, maka ibu itu langsung melapor ke Pemerintah juga menjalankan
“Program obat dan perbekalan terkenal, tetapi bukan hasil
kesehatan serta program produksi pabrik obat resmi yang
pengawasan obat dan makanan” berlisensi.
untuk dapat meningkatkan Dari segi hukum,
pelayanan kesehatan masyarakat. pemalsuan vaksin dan obat - obatan
Peredaran obat-obatan tidak hanya berkaitan dengan
terlarang saat ini menyebabkan pemalsuan merek, namun juga
masalah kesehatan masyarakat komposisi obat atau vaksin
yang cukup serius dan berkaitan tersebut, sehingga ini merupakan
dengan permasalahan hukum. Obat tindakan yang dapat mengancam
ilegal atau yang lebih dikenal jiwa. Untuk mengatasi hal ini,
dengan obat palsu melanggar sebaiknya dilakukan pengawasan.
peraturan lisensi obat, terutama Pengawasan yang dilakukan
untuk produsen obat tersebut. Hal sebaiknya tidak hanya pada rumah
ini tentunya juga merugikan sakit, apoteker, toko obat, dan
konsumen atau orang yang perusahaan farmasi, namun juga
mengonsumsi obat tersebut. Tidak pada sistem produksi dan penjualan
hanya mereka membeli produk pasar, dan mengawasi setiap
yang tidak bermanfaat, tetapi keluhan dari masyarakat umum.
kesehatan mereka juga terganggu. Terkait penegakan hukum,
Obat atau vaksin palsu pemerintah harus memutuskan
dapat terjadi baik pada obat yang untuk menjatuhkan sanksi kepada
paten atau obat generik, keduanya pelaku dalam menanggapi kasus
dapat dipalsukan, seperti kualitas vaksin palsu. Produksi dan
yang sama sekali berbeda antara peredaran vaksin palsu dapat
obat asli dan obat palsu. Terkadang meningkat jika pengenaan sanksi
ditemukan pemalsuan merek, obat yang dijatuhkan tidak menentu.
yang tidak mengandung zat aktif, Tindakan penegakan hukum yang
atau zat aktif yang berkurang konsisten, dapat memberikan efek
bahkan berlainan. Pembuatan jera bagi para pelaku pembuat
vaksin palsu digunakan sebagai vaksin palsu.
bisnis oleh beberapa perusahaan,
dan banyak dari kita saat ini Analisis
menghadapi obat palsu atau merek
Vaksin diberikan sebagai meningkatkan taraf kesehatan
bentuk upaya pemerintah dalam masyarakat, menghormati hak
mempertahankan kesehatan orang lain dalam mendapat
masyarakat, serta untuk lingkungan yang sehat baik secara
meminimalisir penularan berbagai fisik, biologi, maupun sosial, sesuai
jenis penyakit baik infeksi bakteri dengan pasal 9 ayat 1 dan pasal 10
maupun virus. vaksin diberikan undang - undang nomor 36 tahun
dalam bentuk imunisasi untuk 2009 tentang kesehatan.
mencapai kekebalan tertentu dalam Masyarakat mempunyai
suatu populasi masyarakat. hak atas kesehatan dan juga
Tindakan vaksinasi dari pemerintah mempunyai kewajiban
adalah salah satu solusi untuk mewujudkan, mempertahankan,
menghindari penularan penyakit, dan meningkatkan derajat
meskipun pada beberapa kelompok kesehatan masyarakat. Sedangkan
masyarakat masih ada yang kontra pemerintah sendiri bertanggung
terhadap keputusan tersebut. jawab untuk merencanakan,
masyarakat yang menolak mengatur, menyelenggarakan,
pemberian vaksin rata - rata membina, dan mengawasi
memiliki alasan atas penyelenggaraan upaya kesehatan
ketidakyakinan mereka terhadap yang merata dan terjangkau oleh
keamanan dan kehalalan serta mutu masyarakat, yang diatur dalam
dari vaksin yang diberikan. Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang
Salah satu dasar dari Nomor 36 tahun 2009 tentang
kebutuhan manusia adalah Kesehatan. Selain itu pada Pasal
mendapatkan hak untuk terjamin 152 ayat (1) Undang-Undang
kesehatannya. hak untuk mendapat Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan diatur dalam pasal 4 Kesehatan. Pemerintah, pemerintah
Undang - Undang no 36 tahun daerah dan masyarakat
2009. dalam pasal tersebut bertanggung jawab melakukan
dijelaskan bahwa setiap orang upaya pencegahan, pengendalian,
berhak atas kesehatan. selain itu dan pemberantasan penyakit
masyarakat juga mempunyai menular serta akibat yang
kewajiban mewujudkan, ditimbulkannya. Dari pasal tersebut
mempertahankan dan jelas pemerintah dan masyarakat
bertanggung jawab dalam upaya kurangnya edukasi tentang vaksin
pencegahan, pengendalian, dan asli akan menyebabkan masyarakat
pemberantasan penyakit menular mengkonsumsi vaksin palsu yang
serta akibat yang ditimbulkannya beredar. hal tersebut terjadi akibat
sehingga pada prinsipnya vaksinasi ketidaktahuan mereka untuk
bukan sekedar masalah kesehatan membedakan mana produk vaksin
pribadi saja, melainkan mencegah yang asli dan produk vaksin palsu.
penularan dan membentuk Untuk pelaku pemalsuan dan
perlindungan kekebalan tubuh mengedarkan vaksin palsu, karena
setiap orang, sebab hidup di tengah kurangnya informasi akibat-akibat
masyarakat prinsipnya bukan yang akan ditimbulkan dengan
hanya menyelamatkan diri sendiri adanya peredaran vaksin palsu dan
tapi juga menyelamatkan orang pastinya sanksi yang akan mereka
lain yang membutuhkan terima apabila menjadi pengedar
perlindungan. Oleh karena itu, vaksin palsu juga akan
vaksinasi merupakan kewajiban mempengaruhi tindakan yang
bagi pemerintah untuk diberikan didapat. Kabar mengenai peredaran
kepada warganya sebagai hak agar adanya vaksin palsu yang sangat
tetap sehat dan aman dari menggemparkan dikalangan
kemungkinan infeksi virus, dan masyarakat akan membuat
pada dasarnya setiap orang tidak kecemasan bagi banyak orang.
bisa menolak untuk diberikan Vaksin yang seharusnya memberi
vaksin, karena orang yang menolak manfaat untuk dapat menghasilkan
untuk diberikan vaksin juga wajib suatu sistem imun atau kekebalan
untuk menghormati hak asasi orang bagi tubuh dari beberapa penyakit
lain yang tercantum dalam UU No. dan justru akan berpotensi pada
39 tahun 2009 tentang Hak Asasi dampak buruk terhadap kesehatan
Manusia pada pasal 69 ayat (1) dan (Yunizar, 2017).
(2).
Adanya kejadian Pelaku dengan tindak
pengedaran vaksin palsu yang pidana yang memproduksi lalu
terjadi di pasaran dilakukan oleh mengedarkan vaksin palsu akan
pelaku usaha adalah masalah yang dijatuhi pidana yang berupa
sangat mengkhawatirkan. Efek penjara dan pidana denda yang
telah ditetapkan pada UU lima ratus juta rupiah)”
Kesehatan. Pasal yang terkait dan (Suryaningrat, 2009)
dapat digunakan sebagai jerat c. Pasal 198 UU Kesehatan
pelaku tindak pidana yang menyatakan bahwa: “Setiap orang
memproduksi dan mengedarkan yang tidak memiliki keahlian dan
vaksin palsu sebagai berikut : kewenangan untuk melakukan
a. Pasal 196 UU Kesehatan praktik kefarmasian sebagaimana
menyatakan bahwa: “Setiap dimaksud dalam Pasal 108
orang yang dengan sengaja dipidana dengan pidana denda
memproduksi atau mengedarkan paling banyak Rp. 100.000.000,00
sediaan farmasi dan/atau alat (seratus juta rupiah).”
kesehatan yang tidak memenuhi d. Pasal 14 ayat 1 UU No. 4 Tahun
standar dan/atau persyaratan 1984 menyatakan bahwa: “Barang
keamanan, khasiat atau siapa dengan sengaja menghalangi
kemanfaatan, dan mutu pelaksanaan penanggulangan
sebagaimana dimaksud dalam wabah sebagaimana diatur dalam
Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang ini, diancam
dipidana dengan pidana penjara dengan pidana penjara selama-
paling lama 10 (sepuluh) tahun lamanya 1 (satu) tahun dan/atau
dan denda paling banyak denda setinggi-tingginya Rp
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar 1.000.000,- (satu juta rupiah).”
rupiah).” e. Pasal 4 UU No.8 Tahun 1999
b. Pasal 197 UU Kesehatan menyatakan sebagai warga negara
menyatakan bahwa: “Setiap Indonesia sebagai konsumen
orang yang dengan sengaja memiliki hak atas kenyamanan,
memproduksi atau mengedarkan keamanan dan keselamatan dalam
sediaan farmasi dan/atau alat mengkonsumsi barang/jasa.
kesehatan yang tidak memiliki f. pasal 62 UU No.9 Tahun 1999
izin edar sebagaimana dimaksud menyatakan bahwa pelaku usaha
dalam Pasal 106 ayat (1) dilarang menawarkan,
dipidana dengan pidana penjara mempromosikan, atau
paling lama 15 (lima belas) mengiklankan suatu barang
tahun dan denda paling banyak dan/atau jasa dengan cara
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar menjanjikan pemberian hadiah
berupa barang dan/atau jasa lain Cahyono, E. A., Sutomo and Harsono, A.
secara cuma-cuma dengan maksud (2019) ‘Literatur Review: Panduan
tidak memberikannya atau Penulisan dan Penyusunan’, Jurnal
memberikan tidak sebagaimana Keperawatan, p. 12.
yang dijanjikannya.
Marco-Franco, J. E. et al. (2021) ‘COVID-
C. SIMPULAN DAN SARAN 19, fake news, and vaccines:
Simpulan Should regulation be
pemberian vaksin palsu atau vaksin implemented?’, International
kosong merupakan tindak pidana dan Journal of Environmental
melanggar undang undang yang berlaku. Research and Public Health, 18(2),
Harus adanya ketegasan dalam hukuman pp. 1–11. doi:
yang berkaitan tentang pemalsuan vaksin 10.3390/ijerph18020744.
bagi tersangka. Onainor, E. R. Sanksi pidana terhadap
pelaku yang memproduksi atau
Saran mengedarkan vaksin palsu ditinjau
Pengawalan dan ketegasan dalam dari undang-undang republik
penanganan kasus ini agar masyarakat indonesia nomor 36 tahun 2009
merasa aman sehingga perlu dibentuk tentang kesehata. (2019) s, 1, pp.
undang-undang yang mengatur khusus 105–112.
mengenai sanksi pemalsuan vaksin atau Sahuri Lasmadi. (2021) ‘The Legal Act On
pemberian vaksin palsu agar pengedaran Counterfeiting The Covid-19
vaksin palsu tidak terjadi lagi dan Vaccine In Indonesian Health
kepercayaan masyarakat terhadap Law’. International Journal of Law
pemerintah dan tenaga medis meningkat Recontruction. P. 5 . doi :
untuk menyukseskan program vaksin //dx.doi.org/10.26532/ijlr.v5i2.175
dalam rangka membentuk imunitas dalam 45
pandemi kali ini. Toyudho, Siswono. (2016) .'Dokter
Tersangka Vaksin Palsu Diduga
D. Daftar Pustaka Langgar Tiga'.
UU.https://nasional.tempo.co/read/
Acces, O. (2020) ‘Open Acces Acces’, 787978/dokter-tersangka-vaksin-
Jurnal Bagus, 02(01), pp. 402–406. palsu-diduga-langgar-tiga-uu,
diakses pada 26 oktober 2021 Rangka Penanggulangan Pandemi
pukul 18.30. Corona Virus Disease 2019
(COVID-19)
Greacy Geovanie, D. and Reza Arya Dana,
K. B. (2021) ‘Perlindungan Yunizar, D. et al. (2017)
Konsumen Terhadap Kasus Vaksin ‘PERLINDUNGAN HUKUM
Palsu Dalam Perspektif Undang- TERHADAP KONSUMEN
Undang’, Jurnal Locus Delicti, YANG DIRUGIKAN AKIBAT
2(1), pp. 1–12. doi: BEREDARNYA VAKSIN PALSU
10.23887/jld.v2i1.454. DI KOTA SEMARANG
Geovany G, D, Dana, (2021) (TINJAUAN YURIDIS
‘Perlindungan Konsumen Terhadap UNDANG-UNDANG NOMOR 8
Kasus Vaksin Palsu Dalam TAHUN 1999 TENTANG
Perspektif Undang-Undang’, PERLINDUNGAN KONSUMEN)
2(April), pp. 1–12. . Hal ini’, 6, pp. 1–14.
Yoga, Perdana G I (2014)
‘PERLINDUNGAN HUKUM
BAGI TENAGA MEDIS DALAM
MELAKUKAN TINDAKAN
MEDIS TERKAIT DENGAN
PEREDARAN OBAT DAN
VAKSIN PALSU’, (1), p. 634.
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 39 Tahun 1999 Tentang
Hak Asasi Manusia
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun (1984) Tentang
Wabah Penyakit Menular
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun (2009) Tentang
Kesehatan
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 10 Tahun 2021 Tentang
Pelaksanaan Vaksinasi dalam

Anda mungkin juga menyukai