Anda di halaman 1dari 25

GAYA BAHASA DALAM KUMPULAN PUISI SUARAMU JALAN

PULANG YANG KUKENALI KARYA ADIMAS IMMANUEL

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :

MADE ARIANTI

NIM : 220 502 011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAKIDENDE

UNAAHA

2021

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................4

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................4

D. Manfaat Penelitian.....................................................................................4

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik...........................................................................................6

1. Pengertian Stilistika................................................................................6

2. Hakikat Gaya Bahasa..............................................................................7

3. Pengertian Puisi....................................................................................16

B. Hasil Penelitian yang Relevan.................................................................17

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian........................................................................................19

B. Waktu Penelitian......................................................................................19

C. Data dan Sumber Data.............................................................................19

D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................19

E. Teknik Analisis Data................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................22

ii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra adalah wujud seni yang lahir dari pemikran dan perasaan

manusia yang diungkapkan melalui bahasa yang indah, baik secara tertulis

maupun lisan.

Menurut Wellek & Warren (1995:11-14), sastra merupakan suatu karya

seni, karya kreatif manusia yang mengandung nilai estetik. Sebagai wujud

seni budaya, sastra memiliki dunia tersendiri yang merupakan

pengejawantahan kehidupan sebagai hasil pengamatan sastrawan terhadap

kehidupan sekitarnya.

Sastra adalah representasi kehidupan manusia dengan segala

persoalannya. Sastra lahir oleh dorongan manusia untuk mengungkapkan

diri, tentang masalah manusia, kemanusiaan dan semesta (Sami, 1993: 1).

Karya sastra merupakan media bagi pengarang untuk menuangkan dan

mengungkapkan ide-ide hasil perenungan tentang makna dan hakikat hidup

yang dialami, dirasakan dan disaksikan. Seorang pengarang sebagai salah

satu anggota masyarakat yang kreatif dan selektif ingin mengungkapkan

pengalamannya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari kepada para

penikmatnya (Tarigan,1984:10). Dengan segenap daya cipta, rasa, dan

ii
karsanya, sastrawan mengungkapkan gagasan mengenai hakikat kehidupan

yang dirasakan, dihayati, dialami, dan dipikirkan melalui karya sastra

sebagai media ekpresinya yang imajinatif dengan menggunakan bahasa

estetik. Baik genre fiksi, drama, maupun puisi.

Puisi adalah pernyataan perasaan yang diungkapkan melalui utaian

kata-kata indah yang penuh makna. Kata-kata disusun sedemikian rupa

sehingga menghasilkan rangkaian bunyi yang indah.

Menurut Pradopo (2000:7) puisi itu mengekspresikan pemikiran yang

membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam

susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu yang penting, yang

direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik dan memberi kesan.

Puisi itu merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang

penting, di ubah dalam wujud yang paling berkesan. Puisi sebagai karya

sastra menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan makna.

Dalam hal ini pengamatan atau pengkajian terhadap puisi khususnya dilihat

dari gaya bahasanya.

Dalam menuangkan pemikirannya, penyair menggunakan gaya bahasa

untuk menghasilkan karya sastra yang indah dan mencoba untuk

memperlihatkan isi hati atau perasaan yang dialami oleh penulis di dalam

karya-karyanya. Pemakaian bentuk-bentuk gaya bahasa disamping untuk

membangkitkan suasana dan kesan tertentu, tanggapan indera tertentu, juga

dimaksudkan untuk memperindah penuturan itu sendiri (Nurgiantoro,2009:

ii
297). Gaya bahasa yang sering digunakan dalam karya sastra biasanya

berupa gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa

sindiran dan gaya bahasa penegasan. Tanpa penggunaan gaya bahasa dalam

suatu karya sastra, pembaca hanya akan disuguhi bahasa-bahasa formal

yang biasa mereka hadapi dan akan terlihat membosankan untuk

membacanya. Oleh karena itu penggunaan gaya bahasa sangatlah penting

digunakan dalam sebuah karya sastra agar lebih indah dan terlihat tidak

monoton..

Gaya bahasa sangat mempengaruhi daya tarik di dalam puisi. Dalam

kumpulan puisi “Suaramu Jalan Pulang Yang Kukenali Karya Adimas

Immanuel” yang bertemakan cinta banyak menonjolkan gaya bahasa

perulangan yang berupa repetisi dan gaya bahasa perbandingan. Hal

demikian seperti tampak pada data sebagai berikut:

(1a) Suaramu bernaung di bawah sayap

Burung-burung sebelum siap malam (P-05, B-01)

(1b) Suaramu menjagai keseimbangan cuaca

Ketika hujan jadi orkestrasi flu dan batuk (P-05, B-03)

(2) Pagi telah menelusuri jalan-jalan sunyi

di punggung ibuku, kedua telinganya

mengikuti tuntunan gerimis kidung kasih (P-01, B-(01)

ii
Dalam meneliti gaya bahasa pada kumpulan puisi karya Adimas

Immanuel ini peneliti sangat tertarik, karena peneliti ingin mengungkapkan

bentuk-bentuk gaya bahasa yang terdapat dalam puisi-puisi Adimas

Immanuel tersebut. Dalam menganalisis gaya bahasa di dalam kumpulan

puisi ini dimaksudkan peneliti dapat memaparkan bentuk-bentuk gaya

bahasa yang terkandung dalam kumpulan puisi tersebut. Berdasarkan uraian

di atas maka peneliti memilih judul “Analisis Gaya Bahasa dnalam

Kumpulan Puisi “Suaramu Jalan Pulang Yang Kukenali” Karya Adimas

Immanuel.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah pada

penelitian ini adalah bagaimana bentuk gaya bahasa dalam kumpulan puisi

“Suaramu Jalan Pulang Yang Kukenali” karya Adimas Immanuel?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan bentuk gaya bahasa dalam kumpulan puisi “Suaramu Jalan

Pulang Yang Kukenali” karya Adimas Immanuel.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah

wawasan dalam bidang kesusastraan bagi pembaca karya sastra. Manfaat

yang diharapkan dari penelitian ini meliputi manfaat secara teoritis dan

ii
praktis. Secara teoritis, dengan menganalisis kumpulan puisi Suaramu Jalan

Pulang Yang Kukenali karya Adimas Immanuel diharapkan dapat menjadi

masukan yang berguna bagi perkembangan ilmu sastra, khususnya analisis

karya sastra berupa puisi.

Adapun manfaat secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat

mengembangkan kemampuan dan pemahaman pembaca tentang gaya

bahasa yang terdapat dalam kumpulan puisi Suaramu Jalan Pulang Yang

Kukenali karya Adimas Immanuel. Selanjutnya penelitian ini dapat

digunakan sebagai acuan dan pertimbangan bagi pencari referensi untuk

peneltian yang akan dilaksanakan.

ii
II. KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoretik

1. Pengertian Stilistika

Stilistika adalah ilmu yang meneliti tentang penggunaan bahasa dan

gaya bahasa di dalam karya sastra (Panuti Sudjiman dalam (Satoto

2012:36)). Tidak jauh berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Panuti

Sudjiman, Akhmad Muzakki (2009:9) mengemukakan bahwa stilistika

dapat diartikan sebagai kajian linguistik yang objeknya berupa style (gaya

bahasa). Style atau gaya bahasa menjadi bagian dari diksi atau pilihan kata

yang mempersoalkan cocok dan tidaknya pemakaian suatu kata, frase atau

klausa.

Persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan mulai dari

pilihan kata secara individual, frase, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup

pula sebuah wacana secara keseluruhan. Nada yang tersirat dibalik sebuah

wacana termasuk pula persoalan gaya bahasa. Soediro Satoto (2012:37)

stilistika sebagai cabang ilmu yang meliputi tentang style atau gaya bahasa,

membedakannya ke dalam: stilistika deskriptif dan stilistika genetik.

Stilistika deskriptif sebagai keseluruhan daya ungkapan psikis yang

terkandung dalam suatu bahasa, meneliti nilai-nilai ekspresif khusus yang

ii
terkandung dalam suatu bahasa yaitu secara morfologis, sintaksis, dan

sistematis. Sedangkan stilistika genetik atau individual, memandang gaya

bahasa sebagai suatu ungkapan yang khas pribadi. Lewat analisis terinci

(motif, pilihan kata) terhadap sebuah karya dapat dilacak visi batin

seseorang pengarang, yaitu cara mengungkapkan sesuatu.

2. Hakikat Gaya Bahasa

a. Definisi Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata

dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi

penyimak dan pembaca. Gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah

style. Karena perkembangannya gaya bahasa menjadi bagian dari diksi yang

mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa, klausa, dan kalimat,

bahkan mencakup pula sebuah wacana secara keseluruhan. Gaya bahasa

atau style adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secarakhas

yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.

Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur yaitu

kejujuran, sopan-santun, dan menarik (Keraf, 2016:113). Gaya bahasa

menurut Slametmuljana merupakan susunan perkataan yang terjadi karena

perasaan yang timbul atau hidup dalam hati penulis, yang menimbulkan

suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca (Pradopo, 2014: 94).

Gaya bahasa juga disebut bahasa indah yang digunakan untuk

meningkatkan efek dengan jalan memperkenalkan serta membandingkan

ii
suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hallain yang lebih umum.

Secara singkat penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta

menimbulkan konotasi tertentu (Tarigan, 2013: 4).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan

bahasa yang dipilih penulis untuk mengungkapkan pikiran agar

diperolehnya suatu efek (berupa perasaan) tertentu secara indah. Meskipun

tiap pengarang mempunyai gaya dan cara sendiri dalam melahirkan pikiran,

namun ada sekumpulan bentuk atau beberapa macam bentuk yang biasa

dipergunakan.

b. Jenis-jenis Gaya Bahasa

Terdapat banyak versi pengelompokkan gaya bahasa oleh para ahli.

Oleh sebab itu, sulit diperoleh kata sepakat dalam pengelompokkan gaya

bahasa yang dapat diterima oleh semua pihak. Pada penelitian ini akan

dipaparkan pengelompokkan gaya bahasa menurut Henry Guntur Tarigan.

Hal ini didasarkan atas keefektifan jenis-jenis gaya bahasa yang dipaparkan

dengan penggunaan jenis-jenis gaya bahasa yang digunakan dalam proses

pembelajaran pada siswa. Henry dalam bukunya yang berjudul Pengajaran

Gaya Bahasa mengelompokkan gaya bahasa menjadi empat kelompok besar

diantaranya: gaya bahasa perbandingan, pertentangan, pertautan, dan

perulangan.

Berikut pemaparannya.

1. Gaya Bahasa Perbandingan

ii
Gaya bahasa perbandingan ialah gaya bahasa yang membandingkan dua

hal secara bersamaan berdasarkan sifat yang dimiliki keduanya. Bentuk

gaya bahasa ini terdiri dari:

a) Perumpamaan

Perumpamaan atau simile (dalam bahasa Inggris) berasal dari bahasa

Latin yang bermakna ‘seperti’. Perumpamaan adalah perbandingan yang

bersifat eksplisit, yakni perbandingan dua hal yang pada hakikatnya

bertalian danyang sengaja kita anggap sama yang kemudian dijelaskan oleh

kata penyerupa, yakni: seperti, ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana,

penaka, dan serupa (Tarigan, 2013:9). Contohnya: “Bibirnya seperti delima

merekah.”

b) Metafora

Metafora berasal dari bahasa Yunani metaphora yang berati

‘memindahkan’; dari meta ‘diatas; melebihi + pherein ‘membawa’.

Metafora membuat perbandingan antaradua hal atau benda untuk

menciptakan suatu kesan mental yang hidup walaupun tidak dinyatakan

secara ekplisit dengan penggunaan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai,

umpama, laksana, penaka, serupa,seperti pada perumpamaan (Dale [et al],

1971: 224). Contohnya: “Kata adalah pedang tajam.”

c) Personifikasi

Personifikasi ialah jenis majas yang melekatkan sifat-sifat insani kepada

benda yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak (Tarigan, 2013: 17).

ii
Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda- benda

mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-

sifat kemanusiaan (Keraf, 2016: 140). Contoh: “Bunga ros menjaga diri

dengan duri.”

d) Depersonifikasi

Depersonifikasi adalah kebalikan dari gaya bahasa personifikasi.

Depersonifikasi merupakan gaya bahasa yang meletakkan sifat benda pada

manusia. Pengandaian ini bersifat eksplisit dengan menggunakan kata

penyerupa sebagai penjelas gagasan atau harapan, yakni: kalau, jika, jikalau,

bila (mana), sekiranya, misalkan, umpama, andai (kata)-seandainya-

andaikan (Tarigan, 2013:21). Contoh: “Andai aku menjadi langit, maka

kamu menjadi bumi.”

e) Alegori

Alegori berasal dari bahasa Yunani allegorein yang berarti ‘berbicara

secara kias’; diturunkan dari allos‘yang lain+agoreuvein ‘berbicara’.

Alegori adalah cerita yang dikisahkan dalam lambang-lambang, ia juga

merupakan metafora yang diperluasdan berkesinambungan. Alegori

biasanya mengandung sifat-sifat moral atau spiritual manusia. Baiasanya

alegori merupakan cerita-cerita yang panjang dan rumit dengan maksud dan

tujuan yang terselubung namun bagi pembaca yang jeli justru jelas dan

nyata. Dengan kata lain, dalam alegori unsur-unsur utama menyajikan suatu

sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya selalu jelas tersurat. Alegori dapat

ii
berbentuk puisi maupun prosa (Tarigan, 2013: 24).

Fabel dan parabel merupakan jenis alegori-alegori singkat. Fabel adalah

sejenis alegori, yang didalamnya binatang-binatang yang dapat berbicara

dan bertingkah laku selayaknya manusia. Contohnya “Kancil dengan

buaya.” Parabel (cerita yang berkaitan dengan kitab suci) juga merupakan

alegori singkat yang mengandung pengajaran mengenai moral dan

kebenarandengan menggunakan manusia sebagai pengibaratannya (Tarigan,

2013:25). Contohnya: “Cerita Adam dan Hawa.”

f) Antitesis

Antitesis berati ‘lawan yang tepat’ atau ‘pertentangan yang benar- benar’

Poerwadarminta (dalam Tarigan, 2013:26). Menurut Ducrot dan Todorov

(dalam Tarigan, 2013:26) mengemukakan antitesis adalah gaya bahasa yang

mengadakan perbandingan antara dua atonim yaitu kata-kata yang

mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan. Contoh:

“Kecantikannyalah justru yang mencelakakannya.”

2. Gaya Bahasa Pertentangan

Gaya bahasa pertentangan merupakan gaya bahasa yang keluar dari apa

yang ada sebenarnya atau berusaha melebih-lebihkan. Adapun jenis yang

dimiliki dari gaya bahasa ini terdiri dari:

a) Hiperbola

Adalah gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan melebih-

lebihkan apa yang sebenarnya dimaksud (Tarigan, 2013:55-56). Contoh:

ii
“Dalam beberapa hari ini saya merasa tidak karuan makan tak enak tidurpun

tak nyenyak.”

b) Litotes

Litotes merupakan lawan dari hiperbola, yakni jenis gaya bahasa yang

digunakan untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkankan diri

yang dinyatakan dengan cara mengingkari kebalikannya (Tarigan, 2013:58-

59). Contoh: “Anak itu sama sekali tidaklah bodoh.”

c) Ironi

Ironi adalah gaya bahasa yang menyatakan makna yang bertentangan

dengan maksud berolok-olok (Tarigan, 2013:61). Contoh: “Aduh, bersihnya

kamar ini, putung rokok dan tisu bertebaran di lantai.”

d) Oksimoron

Oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan

menggunakan kata-kata yang berlawanan dalam frase yang sama (Keraf,

2006:136). Contoh: “Untuk mencinta adakalanya kita harus membenci.”

e) Paronomasia

Paronomasia adalah gaya bahasa yang berisi penjajaran kata-kata yang

berbunyi sama tetapi memiliki makna yang berbeda (Tarigan, 2013:64).

Contoh: “Oh adinda sayang, akan kutanam bunga tanjung dipantai tanjung

hatimu.”

f) Satire

ii
Satire adalah gaya bahasa yang menertawakan atau menolak sesuatu;

sajak atau karangan berupa ktitik yang menyerang, baik sebagai sindiran

ataupun terang-terangan agar disusul dengan perubahan (Tarigan, 2013:70).

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Keraf (2006: 144) bahwa satire

mengandung kritik tentang kelemahan manusia. Selain itu, tujuan utamanya

adalah agar diadakan perbaikan secara etis maupun estetis. Satire

merupakan penggunaan humor luas yang lebih berbobot daripada sekadar

ejekan yang berisi kritik moral atau politik. Contoh: “Aku muak dengan

segala janji-janjimu, rakyatmu masih banyak yang tinggal beratapkan

langit.”

3. Gaya Bahasa Pertautan

a) Metonimia

Metonimia adalah gaya bahasa yang memakai nama ciri atau nama hal

yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal, sebagai penggantinya

(Tarigan, 2013:121). Contoh: “Terkadang pena justru lebih tajam daripada

pedang.

b) Sinekdoke

Sinekdoke adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebagian dari

sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhanatau sebaliknya (Tarigan,

2013:123). Contoh: “Setiap tahun semakin banyak mulut yang harus diberi

makan di tanah air ini.”

c) Alusi

ii
Alusi adalah gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu

peristiwa atau tokoh berdasarkan praanggapan adanya pengetahuan yang

sama dimiliki oleh pengarang dan pembaca serta adanya kemampuan para

pembaca untuk menangkap pengacuan itu(Tarigan, 2013:124). Contoh:

“Tugu ini mengenangkan kita kembali keperistiwa Bandung Selatan.”

d) Eufimisme

Gaya bahasa yang mengandung ungkapan yang lebih halus sebagai

pengganti ungkapan yang dirasakan kasar, yang dianggap merugikan atau

tidak menyenangkan. Contoh: “Di era modern seperti ini masih saja terdapat

tunaaksara.

e) Epitet

Epitet adalah gaya bahasa yang mengandung acuan yang menyatakan

suatu sifat atau ciri khas dari seseorang atau suatu hal(Tarigan, 2013:128).

Contoh: “Putri malam menyambut kedatangan para remaja yang sedang

diamuk asmara.”

f) Erotesis

Erotesis adalah gaya bahasa yang berupa pertanyaan yang digunakan

dalam tulisan atau pidato yang bertujuan untuk mencapai efek yang lebih

mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak menuntut suatu

jawaban (Tarigan, 2013:130). Contoh: “Para gurukah yang harus

menanggung akibat semua kegagalan dan kemerosotan pendidikan di Tanah

Air tercinta ini???”

ii
4. Gaya Bahasa Perulangan

Gaya bahasa perulangan atau repetisi adalah gaya bahasa yang

mengandung perulangan bunyi, suku kata, kata atau frase ataupun bagian

kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah

konteks yang sesuai.Gaya bahasa perulangan terdiri dari:

a) Aliterasi

Aliterasi adalah sejenis gaya bahasa repetisi yang berwujud perulangan

konsonan yang sama (Keraf, 2016:130). Contoh: “Keras-keras kerak kena

air juga.”

b) Asonansi

Asonansi adalah semacam gaya bahasa repetisi yang berwujud

perulangan bunyi vokal yang sama (Keraf, 2016:130). Contoh:

Dari mana datangnya lintah?

Dari sawah turun ke kali

Dari mana datangnya cinta?

dari mata turun ke hati

c) Antanaklasis

Antanaklasis adalah gaya bahasayang berwujud perulangan kata yang

sama dengan makna yang berbeda (Tarigan, 2013:179). Contoh: “Buah

pikiran orang tua itu menjadi buah cakap orang kampung kami.”

d) Anafora

ii
Gaya bahasa repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap

baris atau setiap kalimat (Keraf, 2016:127). Contoh:

Berdosakah dia menyenangi dan mencintaimu?

Berdosakah dia selalu memimpikan dan merindukanmu?

Berdosakah dia ingin selalu berdampingan denganmu?

Berdosakah dia ingin sehidup semati denganmu?”

e) Mesodiplosis

Mesodiplosis berwujud perulangan kata atau frase di tengah baris atau

beberapa kalimat berurutan(Keraf, 2016:128). Contoh:

Anak merindukan orang tua

Orang tua merindukan anak

Aku merindukan kekasihku

Dia merindukan ketentraman batin

3. Pengertian Puisi

Puisi merupakan bentuk kesusastraan yang terikat oleh banyaknya

baris, banyaknya suku kata dalam setiap baris dan sajak atau rima bunyi

akhir kata dalam baris (Putri, 2012:64). Puisi itu mengekspresikan

pemikiran yang membangkitkan perasaan, merangsang imajinasi

pancaindera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan sesuatu

yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan manarik

dan memberi kesan. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman

ii
manusia yang penting, diubah dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo,

2012:7).

Menurut Sherlley (dalam Pradopo 2010:6),puisi merupakan rekaman

detik-detik yang paling indah dalam hidup kita. Puisi adalah sintesis dari

berbagai peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan

berbagai proses jiwa yang mencarihakikat pengalamannya, tersusun dengan

sistem korespondensi dalam salah satu bentuk. Menurut Shahnon Ahmad

(dalam Pradopo 2010:6), menyimpulkan unsur puisi yang paling pokok

adalah (1) pemikiran, ide, dan emosi, (2) bentuknya,dan (3) kesan yang

dibiaskan oleh ide dalam puisi.

Menurut Pradopo (2010:v),puisimerupakan pernyataan sastra yang

paling inti. Unsur-unsur seni kesusastraan mengental dalam puisi. Berbeda

dengan karya sastra lainnya, prosa dan drama, karya sastra berbentuk puisi

bersifat konsentrif dan intensif. Pengarang tidak mengungkapkan secara

terperinci maksudyang hendak disampaikan kepada pembaca. Pengarang

menyampaikan yang menurut perasaan atau pendapatnya merupakan bagian

pokok atau penting saja. Oleh karena itu, puisi memilki bentuk yang padat

(intensif). Padat yang dimaksud adalah penghematan unsur-unsur

bahasanya. Kata-kata yang tidak mendukung makna akan dihilangkan.

Dapat disimpulkan bahwa puisi adalah suatu karya yang imajinatif

untuk mengekspresikan perasaan penyair yang dituang dalam bentuk kata-

kata yang indah untuk memberikan kesan menarik dan estetik dengan

ii
menggunakan bahasa yang khas. Bahasa yang khas tersebut biasa disebut

dengan gaya bahasa.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, berikut ini merupakan

penelitian relevan yang membantu peneliti memperoleh pandangan dalam

penyusunan penelitian, yaitu:

1. Tri Windusari (2014) dalam skripsinya yang berjudul Gaya Bahasa

Kumpulan Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono dan

Implikasinya terhadap Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Pertama.

Kesimpulan yang bisa diambil mengenai gaya bahasa yang sering muncul

pada kumpulan puisi Hujan Bulan Juni adalah gaya bahasa perbandingan

dengan keseluruhan gaya bahasa yang digunakan sebanyak sembilan belas

gaya bahasa.

2. Febriyani Dwi Rachmadani (2017) dalam skripsinya yang berjudul

Analisis

Penggunaan Gaya Bahasa Pada Puisi Karya Siswa SMA di Yogyakarta.

Hasil penelitian dalam skripsi terdapat 38 gaya bahasa yang digunakan

siswa pada puisinya, dengan gaya bahasa yang paling mendominasi adalah

personifikasi, erotesis, anafora, simile, dan anadiplosis. Selain itu,

karakteristik gaya bahasa pada puisi siswa tergantung dari pemilihan tema,

masalah, dan isiyang ingin siswa utarakan.

3. Fitriah (2009) dalam skripsi “Gaya Bahasa dalam Balada-balada W.S.

ii
Rendra:

Kajian stilistika genetik”. Hasil penelitian tersebut memaparkan gaya

bahasa khususnya dalam enam balada W.S. Rendra yang dicuplik dari dua

buku kumpulan sajak, yaitu Balada Orang-Orang Tercintadan Blues untuk

Bonnie. Masing-masing balada tersebut adalah Balada Kasan dan Patima,

Balada Petualang, Balada Terbunuhnya Atmo Karpo, Rick dari Corona,

Nyanyian Angsa, dan Khotbah. Balada-balada tersebut dianggap mewakili

balada klasik, balada romantik, dan balada modern.

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang melakukan

penelitan pada latar alamiah dan pada konteks tertentu (Moleong, 2001:4).

Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan penelitian kualitatif terjadi

secara alamiah, apa adanya dalam situasi normal tanpa manipulasi keadaan

dan kondisinya, pengambilan data dilakukan secara alami, dan menekankan

pada deskripsi secara alami (Arikunto, 2006:12).

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah selama tiga hari, mulai tanggal 2-

4 (hari Jumat-minggu) bulan Juli 2021.

C. Data dan Sumber Data

ii
Data yang digunakan dalkam penelitian ini adalah kata-kata, frasa atau

kalimat yang terdapat pada buku kumpulan puisi Suaramu Jalan Pulang

Yang Kukenali karya Adimas Immanuel. Sumber data dalam penelitian ini

adalah puisi- puisi pada buku kumpulan puisi Suaramu Jalan Pulang Yang

Kukenali karya Adimas Immanuel .

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dokumentasi. Menurut Guba dan Lincoln (dalam Moleong 2010:216),

dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film. Pendokumentasian

dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mencatat bagian-bagian teks

yang memperlihatkan bentuk penggunaan gaya bahasa dalam kumpulan

puisi Suaramu Jalan Pulang Yang Kukenali karya Adimas Immanuel. Hasil

pendokumentasian kemudian dicatat sebagai data yang dimasukkan dalam

kartu data. Dalam data yang dicatatitu disertakan kode sumber datanya

untuk mengecek ulang terhadap sumber data ketika diperlukan dalam

rangka analisis data.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis model interaktif (Interactive Model Of Analysis. Menurut Miles dan

Huberman (2009: 16) dalam model tersebut ada tiga komponen analisis,

yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan yang dilakukan

dengan bentuk intektif dan proses pengumpulan data (data collecting)

ii
sebagai suatu siklus. Ketiga kegiatan dalam analisis model interaktif dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Reduksi data (data reduction), merupakan suatu bentuk analisis yang

menajamkan, menggolongkan, mengrahkan, membuang yang tidak perlu

dan mengorganisasikan data

2. Penyajian data (data display), merupakan sekumpulan informasi tersusun

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.

3. Penarikan kesimpulan (conclution drawing), yaitu kesimpulan yang

diambil dan ditangani secara longgar dan tetap terbuka sehingga kesimpulan

yang semula belum jelas, kemudian akan meningkat menjadi lebih rinci.

ii
DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, Y. (2009). Kajian Pemakaian Gaya Bahasa Perulangan dan

Perbandingan Pada Kumpulan Puisi Karena Bola Matamu Karya Syaiful

Irba Tanpaka (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah

Surakarta).

Munir, S. (2013). Diksi dan majas dalam kumpulan puisi Nyanyian dalam

Kelam karya Sutikno WS: Kajian stilistika (Doctoral dissertation,

Universitas Negeri Semarang).

Ardin, A. S., Lembah, H. G., & Ulinsa, U. L. I. N. S. A. (2020). Gaya

Bahasa dalam Kumpulan Puisi Perahu Kertas Karya Sapardi Djoko Damono

(Kajian Stilistika). Jurnal Bahasa dan Sastra, 5(4).

ii
Laila, M. P. (2016). Gaya Bahasa Perbandingan dalam kumpulan Puisi

Melihat Api Bekerja Karya M Aan Mansyur (Tinjauan Stilistika). Jurnal

Gramatika, 2(2), 79994.Isro’khoirun, n. M. (2019). Gaya bahasa kumpulan

puisi melipat jarak karya

sapardi djoko damono dan implikasinya dalam pembelajaran menulis puisi

di madrasah aliyah negeri 1 trenggalek.

Windusari, T. (2014). Gaya bahasa kumpulan puisi hujan bulan Juni Karya

Sapardi Djoko Damono dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di

Sekolah Menengah Pertama.

ii

Anda mungkin juga menyukai